Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Remaja


Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat
yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1990) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan, karena remaja belum memperoleh status
dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Borring E.G. ( dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan
bahwa masa remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa
transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami
sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Sedangkan Monks, dkk ( dalam Hurlock, 1990 )
menyatakan bahwa masa remaja suatu masa disaat individu berkembang dari pertama kali
menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi
dari anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh
pada keadaan yang mandiri. Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan
para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada
masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan
yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.
2.2. Pengertian Dari Penyesuaian Diri Remaja Dan Aspek-Aspeknya
1. Pengertian penyesuaian diri
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal
adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut
pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk
konfornitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Pada
mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation) , padahal adaptasi ini
pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis.
Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi
dengan iklim yang terjadi di daerah dingin tersebut.
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah prilaku
individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya.
Atas dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup
untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan
lingkungannya.

2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri


1) Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga
tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari
sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak
obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.
2) Penyesuaian Sosial
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan
berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan
masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.
Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas.
Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas
(masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.
2.3 Proses Penyesuaian Diri Remaja
Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (life long), dan manusia
terus-menerus berupaya menemukan dan mengatsi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai
pribadi yang sehat.
Respon penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu
upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisi-
kondisi keseimbangan yang lebih wajar. Penyesuaian adalah sebagai suatu proses ke arah
hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses
penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi, membebaskan diri dari
ketegangan.
Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat
memenuhi kebutuhannyadengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh
lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.

2.4 Karakteristik Penyesuaian Diri Remaja


a. Penyesuaian Diri Secara Positif
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1) Penyesuaian menghadapi masalah secara langsung.
2) Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan).
3) Penyesuaian dengan trial dan error atau coba-coba.
4) Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
5) Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri.
6) Penyesuaian dengan belajar.
7) Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri.
8) Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.
b. Penyesuaian Diri yang Salah
Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian diri yang salah, yaitu:
1. Reaksi Bertahan (Defence Reaction).
Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya,seolah-olah tidak mengalami kegagalan.
2. Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction).
Reaksi-reaksinya tampak pada perilaku:
a) Selalu membenarkan diri,
b) Mau berkuasa dalam setiap situasi,
c) Mau memiliki segalanya, dan yang lainnya.
3. Reaksi Melarikan Diri (Escape Reaction).
Orang yang memiliki penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang
menimbulkan kegagalannya, reaksinya tampak dalam tingkah laku seperti berfantasi, banyak
tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika , dan regresi.

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Remaja


1. Kondisi Jasmaniah
Kondisi jasmaniah merupakan kondisi primer yang penting bagi proses penyesuaian diri
(sistem saraf, kelenjar otot). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan
dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, perilaku dan
kepribadian. Kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi tercapainya proses
penyesuaian diri yang baik. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan
dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula.
2. Perkembangan Kematangan dan Penyesuaian Diri
Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda - beda antara
individu yang satu dengan yang lainnya, sehingga pencapaian pola - pola penyesuaian diri pun
berbeda pula secara individual. Pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Kondisi - kondisi perkembangan
mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti emosional, sosial, moral, keagamaan dan
intelektual.
3. Lingkungan Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
a. Rumah dan Keluarga
Keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama
diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan
dikembangkan di masyarakat.
b. Hubungan Orang Tua dan Anak
Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan berpengaruh terhadap proses
penyesuaian diri anak-anak. Beberapa pola hubungan yang dapat dipengaruhi adaptor diri antara
lain:
1) Menerima ( acceptance ),
2) Menghukum dan disiplin yang berlebihan,
3) Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan.
4) Penolakan.
5) Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh kasih sayang, memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian yang lebih baik, sebaliknya
suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan
kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
c. Masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan kondisi
yaang menentukan proses dan pola-pola penguasaan diri. Kondisi studi menunjukan bahwa
banyak gejala perilaku yang meyimpang bersumber dari kondisi masyarakat. Pergaulan yang
salah dikalangan remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya. Faktor kondisi
lingkungan sosial yang tidak sehat atau "rawan", dapat merupakan faktor yang kondusif bagi
anak / remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor masyarakat ini dapat dibagi dalam 2
bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan
kamtibmas).
d. Sekolah
Sekolah memiliki peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual,sosial,
dan moral para siswa. Suasana disekolah baik sosial maupun psikologi menentukan proses dan
pola penyesuaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak disekolah merupakan
bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.
3 Kultur dan Agama Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan
pola penyesuaian diri. Misalnya tata cara kehidupan di sekolah, di masjid dan semacamnya akan
mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat
sekitarnya. Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi
dan ketegangan lainnya. Agama memberi tuntunan, konsep dan filosofi hidup yang meyakinkan
dan benar. Oleh kepemilikan semua ini orang akan memperoleh arti hidup, kemana tujuan hidup,
apa yang dicari dalam hidup ini dan bagaimana ia harus berperan dalam hidup
sehingga hidupnya di dunia tidak sia-sia.

2.6 Permasalahan-Permasalahan Dalam Penyesuain Diri Remaja


Diantara persoalan yang terpenting yang dihadapai remaja dalam penyesuaian diri yaitu:
1) Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua.
Disini sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam
keluarga (kondisi lingkunan keluarga).
Orang tua yang otoriter akan menghambat perkembangan penyesuaian diri remaja, begitu
juga perlindungan orang tua yang berlebihan juga berakibat tidak baik. Perpindahan tempat juga
memiliki pengaruh yang kuat.
2) Sekolah juga memiliki peran / pengaruh yang kuat dalam dalam perkembangan jiwa remaja

Kutub Keluarga (Rumah Tangga)


Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak / remaja yang
dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik / disharmoni keluarga, maka resiko
anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial berperilaku
menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak / remaja yang dibesarkan dalam keluarga
sehat / harmonis (sakinah).
Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain:
a. Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce)
b. Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di rumah
c. Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk)
d. Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi dari kejiwaan
(psikologis).
Kutub Sekolah
Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik
yang pada gilirannya dapat memberikan "peluang" pada anak didik untuk menyimpang. Kondisi
sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain;
a. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai
b. Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai
c. Kualitas dan kuantitas tenaga non guru yang tidak memadai
d. Kesejahteraan guru yang tidak memadai
e. Kurikilum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan agama / budi pekerti yang kurang
f. Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya.

Kutub Masyarakat (Kondisi Lingkungan Sosial)


Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau "rawan", dapat merupakan faktor
yang kondusif bagi anak / remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini
dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor
daerah rawan (gangguan kamtibmas ).
2.7 Implikasi Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Masa remaja adalah masa dimana seorang remaja mencari jati dirinya. Masa remaja juga
disebut masa emas (golden age). Namun, para remaja pada masa perkembangan dihadapkan
dengan berbagai masalah, baik eksternal maupun internal. Masalah-masalah yang timbul pada
masa remaja harus bisa di pahami oleh seorang pendidik, agar remaja tidak mengalami
keterbelakangan mental. Karena remaja yang tidak mendapatkan bimbingan pada masa remaja,
mereka akan cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma
kehidupan. Pemecahan masalah tersebut bisa di selesaikan dengan mengaitkan masalah-masalah
tersebut dengan pena -didikan, baik pendidikan formal atau non-formal.
Masa perkembangan remaja juga ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala
ide pikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan. Mereka bersemangat untuk meraih
keberhasilan. Oleh karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna
membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai
keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti. Sebab dengan keberhasilan itu, ia akan
meningkatkan harkat dan martabat hidup mereka di mata orang lain. Laju proses perkembangan
perilaku dan pribadi remaja dipengaruhi oleh tiga faktor dominan adalah faktor bawaan
(heredity), kematangan (maturation), dan ling-kungan (environment): termasuk belajar dan
latihan (training and learning). Ketiga faktor dominan utama itu senantiasa bervariasiyang
mungkin dapat menguntungkan, menghambat atau membatasi lajunya proses perkembangan
tesebut.
Lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja.
Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan (transformasi norma).
Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peran sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peran
keluarga, yaitu sebagai referensi dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proeses penyesuaian diri
remaja khususnya di sekolah adalah:
a) Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa "betah" (at home) bagi anak-anak
didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
b) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
c) Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh
aspek pribadinya.
d) Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
e) Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
f) Ruang kelas yang memenuhi persyaratan kesehatan.
g) Peraturan / tata tertib yamg jelas dan dapat dipahami oleh siswa.
h) Teladan dari para guru dalam hal pendidikan.
i) Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di
sekolah.
j) Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan yang sbaik-baiknya.
k) Situasi kepemimpinan yang penuh saling pengertian dan tanggung jawab baik pada murid
maupun pada guru.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri, maka
penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan
proses yamg cukup unik. Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi, konformitas, penguasaan,
dan kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian keharmonisan
antara faktor internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan
berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor
lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau salah.
Selain faktor lingkungan, faktor psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga
mempengaruhi proses penyesuaian diri.
Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari
suasana psikologis keluarga seperti keretakan keluarga. Selain itu permasalahan-permasalahan
penyesuaian akan muncul bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal.
Lingkungan sekolah juga memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa
remaja. Sekolah selain megemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Di sekolah, guru
hendaknya dapat bersikap yang lebih efektif, seperti adil, jujur, menyenangkan dan sebagainya
sehingga siswanya akan merasa senang dan aman bersamanya.

3.2 Saran
Menurut kelompok kami seharusnya orang tua memahami kondisi remaja anaknya
sehingga orang tua bisa mengarahkan anak remajanya menuju penyesuaian diri yang tepat.
Selain itu orang tua juga harus peduli dengan semua faktor berpengaruh pada proses penyesuaian
diri remaja.

Anda mungkin juga menyukai