Anda di halaman 1dari 7

A.

JUDUL PERCOBAAN
Aluminium dan Senyawanya.
B. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari sifat-sifat logam
aluminium dan persenyawaannya.
C. LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Pustaka
Golongan 13 terdiri atas unsur-unsur boron, aluminium, galium, indium,
dan talium. Dalam golongan ini, boron merupakan satu-satunya unsur non logam
dan diklasifikasikan sebagai unsur semilogam. Aluminium mengadopsi struktur
kubus pusat muka (fcc), tetapi galium membentuk struktur unik yang tersusun
oleh pasangan-pasangan atom. Indium dan talium masing-masing mempunyai
struktur yang berbeda. Kestabilan keadaan ionik golongan 13 ini melibatkan
pembentukan hidrasi ion metal yang bersangkutan. Untuk ion tripositif
aluminium, entalpi hidrasi yang sangat tinggi, -4665 kj mol-1. Jadi senyawa
aluminium sebagai senyawa ionik tidak mengandung ion sederhana Al3+ tetapi
sebagai ion heksaakuoaluminium(III), [Al(H2O)6]3+ (Sugiyarto, 2003: 122).
Aluminum sebagai aluminosilikat di kerak bumi dan lebih melimpah
daripada besi. Mineral aluminum yang paling penting dalam metalurgi adalah
bauksit, AlOx(OH)3-2x (0 < x <1). Walaupun Al adalah logam mulia, harganya
jatuh bebas setelah dapat diproduksi dengan jumlah besar dengan elektrolisis
alumina, Al2O3, yang dilelehkan dalam krolit, Na3AlF6. produksinya memerlukan
sejumlah besar energi listrik, metalurgi aluminum hanya ekonomis di negara
dengan harga energi listrik yang rendah. Sifat aluminum dikenal dengan baik dan
aluminum banyak digunakan dalam keseharian, misalnya untuk koin, panci,
kusen pintu, dsb. Logam aluminum digunakan dengan kemurnian lebih dari 99
%, dan logam atau paduannya banyak digunakan. Logam aluminum melarut
dalam asam mineral, kecuali asam nitrat pekat, dan dalam larutan hidroksida akan
menghasilkan gas hidrogen. Aluminum membentuk senyawa dengan alkali
sebagian besar non logam dan menunjukkan sifat kimia yang beragam, tetapi
tidak seperti boron, tidak ditemukan hidrida kluster aluminum (Saito, 2004: 112).
Aluminium merupakan logam berwarna putih keperakan dengan
kerapatan yang rendah. Bilamana aluminium dibakar diudara, akan ditutup oleh
selaput tipis dari senyawa oksidanya (Al2O3). Lapisan ini juga terbakar jika
logam alumium dibiarkan di udara (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2018: 1).
Aluminium dengan konfigurasi elektronik [10Ne] 3s2 3p1 dikenal
mempunyai tingkat oksidasi yaitu +3 dalam senyawanya. Logam aluminium
tahan terhadap korosi udara. Logam aluminium berwarna putih, mengkilat,
mempunyai titik leleh tinggi yaitu sekitar 660oC. Aluminium bersifat konduktor
panas maupun konduktor listrik yang baik, namun lebih rendah ketimbang
tembaga (Sugiyarto, 2003: 123-124).
Produksi aluminium foam dengan menggunakan kalsium karbonat
sebagai blowing agent melalui metode melt based process menjanjikan
pembuatan aluminium dengan skala besar yang murah. Kalsium karbonat sangat
berpotensi untuk menggantikan titanium hidrida karena terbukti memiliki
kesesuaian, karakteristik deformasi tekan dari aluminium foam dengan
magnesium sebagai alloying agent dijelaskan dalam konteks sebagai material
peredam impak, Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana magnesium
yang terkandung pada paduan aluminium foam yang menggunakan blowing agent
CaCO3 mempengaruhi kekuatan mekanik dan sifat fisis, menggunakan beberapa
variasi kadar Mg. Dari produk yang dihasilkan diketahui bahwa aluminium
dengan kadar Mg 4% memiliki sel yang lebih baik apabila dibandingkan dengan
aluminium dengan kadar Mg 6% dan 8% (Agustian, 2013:244).
Percobaan tentang pemanfaatan aluminium yaitu dengan hot pressing
metalurgi serbuk aluminium dengan variasi suhu pemanasan telah dilakukan.
Bahan yang digunakan adalah aluminium serbuk. Pada foto struktur mikro
terlihat bahwa aluminium berwarna putih keabuan dan yang terlihat berwarna
hitam pada struktur mikro merupakan porositas. Bushing mengalami kenaikan
dengan meningkatnya suhu hot pressing begitu pula setelah proses sinter. Adapun
hasil pengujian keausan diketahui bahwa keausan bushing semakin menurun
dengan meningkatnya suhu hot pressing (Rusianto, 2009: 85-94).
Alternatif pengolahan lain adalah dengan menggunakan poly aluminium
chloride (PAC). PAC merupakan polimer aluminium sejenis tawas yang
mempunyai kandungan klorida. Dari hasil uji pendahuluan yang dilakukan
ditetapkan konsentrasi PAC yang akan digunakan dalam Jar Test adalah 6 g/l,
karena pada konsentrasi PAC di atas 6 g/l pH sudah mulai asam serta sudah mulai
terbentuk buih yang menandai adanya penambahan PAC yang berlebihan.
Parameter air limbah (air lindi) yang dilakukan pengukuran dalam penelitian ini
meliputi kekeruhan, warna dan TSS yang merupakan bagian dari berbagai macam
parameter air limbah. Kekeruhan di dalam air sangat menentukan besaran
kecerahan di dalam air yang berhubungan dengan kebutuhan sinar matahari untuk
kepentingan asimilasi. Hasil pengolahan dengan pamanfaatan PAC pada dosis
optimum (6 gr/l) dapat menurunkan kekeruhan dari 2190.2 menjadi 528.2 atau
penurunan kurang lebih sampai dengan 75,88 (Darnoto, 2009:180-182).
2. Tinjauan Hasil
Aluminium adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa, bubuknya
berwarna abu-abu. Ia melebur pada 659oC. Bila terkena udara, objek-objek
aluminium teroksidasi pada permukaannya, tetapi lapisan oksida ini melindungi
objek dari oksidasi lebih lanjut. Asam klorida encer dengan mudah melarutkan
logam ini, pelarutnya lebih lambat dalam asam sulfat encer atau asam nitrat
encer:
2Al + 6H+  2Al3+ + 3H2↑
proses pelarutan dapat dipercepat dengan ditambahkan sedikit merkurium (II)
klorida campuran. Asam klorida pekat juga melarutkan aluminium:
2Al + 6HCl  2Al3+ + 3H2↑ + 6 Cl-
asam sulfat pekat melarutkan aluminium dengan membebaskan belerang
dioksida:
2Al + 6H2SO4  2Al3+ + 3SO42- + 3SO2↑ + 6H2O
aluminium adalah tervalen dalam senyawa-senyawanya. Ion-ion aluminium
(Al3+) membentuk garam-garam yang tak berwarna dengan anion-anion yang tak
berwarna. Halida, nitrat, dan sulfatnya larut dalam air, larutan ini memperlihatkan
reaksi asam karena hidrolisis ( Svehla, 1985: 266).
Pada suhu kamar dan dalam larutan, aluminium stabil sebagai
aluminium (III) Al3+. Senyawa anhidrat dari aluminium (III) umumnya berikatan
secara kovalen, tetapi bila larut dalam air senyawa aluminium (III) tidak
berwarna, sehingga hidrat dari aluminium (III) bersifat ionik karena muatan yang
besar dan ukurannya yang reaktif kecil, ion aluminium (III) bereaksi dengan air
(H2O). Adanya anion basa kuat seperti CO32-, CN-, S2- akan terjadi hidrolisis
menghasilkan endapan hidroksida Al(OH)3. Al(OH)3 bersifat amfoter, yang larut
dengan larutan dengan larutan basa dengan pH > 10 menghasilkan [Al(OH)4]-.
Pemanasan endapan Al(OH)3 menghasilkan bentuk oksidanya, Al2O3. Hanya
sedikit kompleks aluminium yang penting dalam anlisis kualitatif, seperti
[𝐴𝑙(𝑂𝐻)4 ]− , [𝐴𝑙𝐹6 ]3− , [𝐴𝑙(𝐻2 𝑂)6 ]+3 . Aluminium, suatu garam ammonium dari
asam aurin karboksilat bereaksi dengan 𝐴𝑙 3+ kompleks berwarna merah yang
tidak larut banyak digunakan pada dunia industry sebagai pewarna. Reaksi
dengan aluminium juga digunakan sebagai uji identifikasi adanya 𝐴𝑙 3+ . Senyawa
aluminium (III) yang larut air mencakup asetat, bromida, klorida, iodida, nitrat,
perklorat, sulfat dan tiosulfat. Senyawa yang tidak larutnya meliputi hidroksida
dan fosfat (Sodiq, 2004: 71).
Aluminium hidroksida berupa endapan putih seperti gelatin yang larut
sedikit dalam reagensia yang berlebihan. Kelarutan berkurang dengan adanya
garam-garam ammonium, disebabkan oleh adanya efek ion sekutu. Sebagian
kecil endapan masuk kedalam larutan sebagai aluminium hidroksida koloid (sol
aluminium hidroksida), sol ini berkoagulasi pada pendidihan atau penambahan
garam-garam yang larut (misalnya amonium klorida), dengan menghasilkan
endapan aluminium hidroksida, yang dikenal sebagai gel aluminium hidroksida.
Untuk menjamin pengendapan yang sempurna dengan larutan amonia, larutan
aluminium itu ditambahkan dengan sedikit berlebihan, dan campuran dididihkan
sampai campuran sedikit berbau amonia. Bila baru diendapkan, ia mudah melarut
dengan asam kuat dan basa kuat, tetapi setelah didihkan ia menjadi sangat sedikit
larut:
Al3+ + 3 NH3 + 3H2O  Al(OH)3 + 3 NH4+
(Svehla, 1985: 266-267)
Aluminium murni larut sangat lambat dalam asam sulfat encer atau nitrat.
Aluminium tida bisa menunjukkan karakter elektropositif yang ditunjukkan oleh
elektroda potensial standarnya karena pembentukan kulit oksida pelindung. Jika
yang terakhir dihapus dengan merekasikan permukaan aluminium dengan
merkuri (amalgamation), logam yang akan teroksidasi dengan cepat yaitu logam
yang bergabung adalah agen reduksi yang kuat. Pembebasan hidrogen yang siap
oleh alumunium murni dari asam klorida kuat dan larutan natrium hidroksida
dapat dikaitkan dengan kecenderungan aluminium triposotif untuk membentuk
khloro [AlCl]4- dan hidrokloro [Al(OH)6]3-, kompleks, masing-masing,
kecenderungan ini mempromosikan kelarutan oksida dalam reagen ini. logam
dengan demikian memiliki sifat pengurang yang kuat dalam larutan alkali yang
digunakan dalam kondisi ini untuk pengurangan kuantitatif nitrat menjadi
ammonia (Basset, 1966:223).
Reaksi ini adalah reksi reversible dan setiap reagensia akan mengurangi
konsentrasi ion hidroksil dengan cukup akan menyebabkan reaksi berjalan dari
kanan ke kiri, dengan akibat mengendapnya aluminium hidroksida. Ini dapat
dihasilkan dengan amonium klorida (konsentrasi ion hidroksil berkurang dengan
terbentuknya basa lemah amonia, yang mudah dikeluarkan sebagai gas amonia
dengan pemanasan) atau dengan penambahan suatu asam, dalam hal yang
terakhir ini, asam yang sangat berlebihan menyebabkan hidroksida yang
diendapkan melarut lagi.
[Al(OH)4]- + NH4+  Al(OH)3 + NH3 + H2O
[Al(OH)4]- + H+ Al(OH)3 + H2O
Al(OH)3 + 3 H+ Al3+ + 3 H2O
pengendapan aluminium hidroksida oleh natrium hidroksida dan amonia tak akan
terjadi bila ada asam tartarat, asam sitrat, asam sulfosalsilat, asam malat, gula dan
lain-lainnya senyawa hidroksi organik, karena pembentukan garam-garam
kompleks yang larut. Maka zat-zat organik ini harus dipijarkan perlahan-lahan
atau dengan menguapkan dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat
sebelum aluminium dapat diendapkan dalam pengerjaan analisis kualitatif yang
biasa (Svehla, 1985: 267).
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Wicahya Indra. dkk. 2013. Pengaruh Penambahan Magnesium


Terhadap Densitas, Kekerasan (Harndess) dan Kekuatan Tekanan
Aluminum Foam Mengggunakan CaCO3 Sebagai Blowing Agent. Jurnal
e-Dinamis. Vol. 4, No. 4.

Basset, J. 1966. Inorganic Chemistry. Oxford: Pergamon Press Ltd.

Dartono, Sri&Dwi Astuti. 2009. Pengaruh Penambahan Poly Alunium Chloride


(PAC) Terhadap Tingkaat Kekeruham, Warna, dan Total Suspended
Solid (TSS) Pada Leachat (Air Lindi) di TPAS Purtri Cempo Mojosongo
Surakarta. Jurnal Kesehatan. Surakarta. Vol. 2, No. 2.

Ibnu, Soddiq. 2004. Kimia Analitik I. Malang: JICA.

Rusianto, Toto. 2009. Hot Pressing Metalurgi Serbuk Aluminium Dengan Variasi
Suhu Pemanasan. JurnalTeknik Mesin Vol 2 (1).

Saito, Taro. 1996. Kimia Anorganik. Tokyo: Iwanami Shoten.

Sugiyarto, Kristian. 2003. Kimia Anorganik II. Malang: JICA.

Svehla. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.
Kalman Media Pustaka.

Tim Dosen Kimia. 2018. Buku Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar:
Jurusan Kimia FMIPA UNM.

Anda mungkin juga menyukai