JUDUL PERCOBAAN
Aluminium dan Senyawanya
B. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari sifat-sifat logam
aluminium dan persenyawaannya.
C. LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Umum
Aluminium merupakan golongan logam IIIA, ketika dilihat dari
sifat fisika dan sifat kimianya, aluminium merupakan logam. Logam
Aluminium satu-satunya logam paling aktif di golongan logam IIIA.
Logam aluminium terbesar diantara kation golongan IIIA. Aluminium juga
memiliki potensial reduksi negatif yang sangat besar diantara logam yang
lain di golongan IIIA. Aluminium ini mampu membentuk ion bermuatan
satu (Petrucci, 1985: 112).
Aluminium adalah logam putih, yang liat dan dapat ditempa,
bubuknya berwarna abu-abu. Aluminium dapat melebur pada suhu 659 oC.
Bila terkontaminasi dengan udara, objek-objek aluminium akan teroksidasi
pada permukaannya. Aluminium juga merupakan tetravalen dalam
senyawa-senyawanya. Ion-ion aluminium (Al3+) membentuk garam-garam
yang tak berwarna dengan anion-anion yang tak berwarna. Halida nitrat
dan sulfatnya larut dalam air, larutan ini memperlihatkan reaksi asam
karena terjadi proses hidrolisis. Aluminium sulfida hanya dapat dibuat
dalam keadaan padat saja. Dalam larutan air aluminium terhidrolisis
sehingga membentuk aluminium hidroksida Al(OH)3 (Svehla, 1985: 266).
Aluminium juga larut dalam asam galian yang lemah tetapi dapat
dipasifkan oleh asam nitrat pekat. Bila pengaruh perlindungan lapisan
oksida mengalami kerusakan, misalnya dengan adanya penggoresan atau
dengan amalgamasi, maka akan terjadi penyerangan cepat meskipun hanya
dengan air. Pada keadaan biasa, logam aluminium dapat dengan mudah
diserang oleh hidroksida alkali panas. Karena logam aluminium lebih
mudah bereaksi dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) panas, halogen,
dan berbagai macam senyawa nonlogam lainnya (Cotton,1989: 288).
Ion aluminium pada suhu kamar dan dalam larutan, aluminium
lebih stabil sebagai aluminium (III) Al3+. Senyawa anhidrat dari aluminium
(III) umumnya berikatan secara kovalen, tetapi bila larut dalam air senyawa
aluminium (III) tidak berwarna, sehingga hidrat dari aluminium (III)
bersifat ionik. Karena muatan yang besar dan ukurannya yang relatif kecil,
ion aluminium (III) dapat bereaksi dengan air (H 2O). Dengan adanya anion
basa kuat seperti CO32-, CN-, S2- akan terjadi hidrolisis sehingga
menghasilkan endapan hidroksida Al(OH)3. Al(OH)3 bersifat amfoter, yang
larut dalam larutan basa dengan pH>10 dan menghasilkan [Al(OH)4]-.
Pemanasan endapan Al(OH)3 menghasilkan bentuk oksidanya yaitu Al2O3.
Aluminium, merupakan suatu garam ammonium dari asam aurin
karboksilat yang bereaksi dengan Al3+ menghasilkan kompleks berwarna
merah yang tidak larut, dan banyak digunakan pada dunia industri sebagai
pewarna. Reaksi dengan aluminium juga digunakan sebagai uji identifikasi
adanya Al3+ . Senyawa aluminium (III) yang larut dalam air terdiri dari
asetat, bromida, klorida, iodida, nitrat, perklorat, sulfat dan tiosulfat (Ibnu,
dkk, 2004: 71- 72).
Logam aluminum dapat larut dalam asam mineral, kecuali asam
nitrat pekat. Dan dalam larutan hidroksida akan menghasilkan gas
hidrogen. Aluminum (Al) juga merupakan anggota golongan 13 dalam
sistem periodik unsur dan sebagai alumino silikat di kerak bumi dan lebih
melimpah dibandingkan dengan besi. Mineral aluminum yang paling
penting dalam metalurgi adalah bauksit, yaitu AlOx(OH)3-2x (0<x<1).
Walaupun aluminium merupakan logam mulia yang mahal pada abad ke-
19, namun harganya menjadi murah setelah dapat diproduksi dengan
jumlah besar dengan elektrolisis alumina, Al2O3, yang dilelehkan dalam
krolit, Na3AlF6. Sifat aluminum dikenal dengan baik dan aluminum banyak
digunakan didalam keseharian, misalnya untuk koin, panci, kusen pintu dan
lain sebagainya. Logam aluminum digunakan dengan kemurnian lebih dari
99%, dan logam atau paduannya (misalnya duralium) banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari (Saito, 2004: 112).
Sifat kimiawi aluminium yaitu jika serbuk aluminium terbakar
dalam api maka akan menghasilkan debu awan aluminium menurut
persamaan reaksi:
4Al(s) + 3O2(g) 2Al2O3(s)
Logam aluminium juga bersifat amfoterik, dan jika bereaksi dengan asam
kuat maka akan membebaskan hidrogen, sedangkan dengan basa kuat akan
membentuk aluminat menurut persamaan reaksi:
2Al(s) + 6H3O+(aq) 2Al3+(aq) + 6H2O(l) + 3H2(g)
2Al(s) + 6OH-(aq) + 6H2O(l) 2[Al(OH)4 ]-(aq) + 3H2(g)
Dalam air, ion aluminium terdapat sebagai ion heksaakuaaluminium (III)
[Al(H2O)6 ]3+, tetapi mengalami reaksi hidrolisis secara bertahap hingga
menjadi ion tetraakuadihidroksoaluminium (III) menurut persamaan
reaksi:
[Al(OH)6 ]3+(aq) + H2O(l) [Al(OH)5(OH) ]2+(aq) + H3O+(aq)
[Al(OH)5(OH) ]2+(aq) + H2O(l) [Al(OH)4(OH)2]+(aq)+ H3O+(aq)
Jadi larutan garam aluminium bersifat asam dengan tetapan ionisasi asam
hamper sama dengan asam asetat (Sugiyarto, 2003: 126).
Peningkatan dalam sifat kekuatan komposit aluminium tampaknya
dicapai dengan mengorbankan keuletan dan ketangguhan patah dari AMC
yang diperkuat. Sejumlah laporan ada dalam literatur tentang kekuatan
tarik ditingkatkan dicapai oleh penguat aluminium dengan CNT disertai
dengan pengurangan daktilitas AMC. Meskipun ada investigasi yang
intens pada AMC, mencapai kombinasi yang seimbang antara kekuatan
dan ketangguhan telah menjadi tugas yang menakutkan bagi para peneliti
hingga saat ini, karena tampaknya ada pertukaran antara dua sifat yang
sangat esensial [110.129]. Ini sangat jelas merupakan penghalang bagi
aplikasi praktis mereka karena ini adalah salah satu persyaratan penting
karena daktilitas diperlukan untuk kemampuan bentuk sementara
ketangguhan patah tulang yang memadai diperlukan untuk pencegahan
kegagalan getas yang sangat besar dalam pelayanan. Selain sifat-sifat
penting ini, persyaratan utama lainnya untuk mencapai sifat mekanik
AMC yang seimbang bergantung pada dispersi CNT yang seragam dalam
matriks dan ikatan antar muka yang baik pada tulangan dan matriks
(Awotunde dll., 2019: 2440).
Kadar Al2O3 yang dihasilkan dari limbah aluminium foil polos
(uncoated) lebih besar daripada limbah aluminium foil yang berwarna
(coated) karena kandungan Al pada kemasan aluminium foil polos lebih
tinggi. Hasil reaksi Al dengan NaOH dapat menghasilkan aluminat yang
jika dinetralkan dengan asam akan atau dapat membentuk kristal
2NaAl(SO4)2.12H2O, Sodium aluminium sulfate atau soda alum. Soda alum
ini dapat digunakan sebagai zat aditif pada makanan, dan juga sebagai
bahan utama pembuatan baking powder, sehingga meskipun senyawa
KOH dan senyawa NaOH sama-sama basa kuat yang mampu bereaksi
dengan aluminium, namun KOH dan NaOH memiliki fungsi yang
berbeda. Untuk menjadikan limbah padat aluminium foil dengan menjadi
koagulan dan lebih tepat mereaksikannya dengan unsur aluminium dan
menjadi senyawa basa KOH (Mahmida dan Liayanti, 2017: 74).
Salah satu contoh senyawa dari aluminium yaitu aluminium
hidroksida Al(OH)3 yang merupakan suatu hidroksida amfotir. Jika pada
larutan AlCl3 ditambahkan KOH, maka mula-mula akan terbentuk endapan
senyawa kompleks Al(OH)3. Apabila endapan ini di tambahkan dengan
KOH berlebih maka endapan tersebut akan larut kembali. Demikian juga
jika pada suatu larutan garam aluminat ditambahkan asam encer, maka
akan terbentuk endapan aluminium hidroksida (Al(OH)3), dan jika
ditambahkan dengan asam berlebih maka endapan tersebut akan melarut
kembali (Polling dan Tjokrodanoerdjo, 1986: 313).
2. Tinjauan Hasil
Logam aluminium dapat bereaksi dengan asam korida dan asam
sulfat, baik yang encer maupun yang pekat menghasilkan garamnya. Asam
klorida encer dengan mudah melarutkan logam ini. Namun, pelarutan akan
lebih lambat jika dalam asam sulfat encer ataupun asam nitrat encer.
Adapun reaksinya yaitu:
2 Al + 6 H+ 2 Al3+ + 3 H2
Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit merkurium
(III) klorida pada campuran. Asam klorida pekat juga melarutkan klorida,
yaitu:
2 Al + 6 HCl 2 Al3+ + 3 H2 + 6 Cl-
1 2 1 2
2 50
250
250
2 00
200
200
1 50
150
150
1 00
100
100
Kristal dipanaskan
Kristal AlCl3 anhidrat dan dan diamati
MgO anhidrat dimasukkan
ke dalam tabung reaksi
b.
AlCl3 MgO
anhidrat anhidrat
1 2
1
09
1
08
90
007
80
06
700
05
6
Al2O3
04
05
3
04
0
MgO
02
03
01
02
01
0
0
0
1 2 1 2 1 2
1 2
b.
MgO
Al2O3
1 2
MgO
Al2O3
1 2
b.
AlCl3 MgCl2
1
1
1
90
09
09
80
1
08
08
700
90
007
007
60
80
06
06
70
05
04
05
060
03
4
04
0
50
02
03
3
40
01
0
02
02
30
01
01
20
0
0
10
0
1 2 1 2
0
1 2