Anda di halaman 1dari 28

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Fisik II dengan judul “Hasil Kali


Kelarutan” yang disusun oleh :
Nama : Muhammad Ali Yazid ARS
NIM : 1813141003
Kelas : Kimia Sains 1
Kelompok : I (Satu)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten yang
bersangkutan, dan dinyatakan diterima.

Makassar, 3 Desember 2020


Koordinator Asisten Asisten

Darmawan Zamharri, S.Pd Putri Sarimurti


NIM. 1613142009

Mengetahui,
Dosen Penanggung jawab

Dr. Mohammad Wijaya M, M.Si


NIP. 19730927 199903 1 001
A. JUDUL PERCOBAAN
Hasil Kali Kelarutan

B. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan diaharapkan bagi mahasiswa dapat
menghitung kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut dan menghitung panas
kelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan Ksp pada suhu.

C. LANDASAN TEORI
Reaksi kimia banyak yang berlangsung bukan antara padatan murni,
cairan murni, atau gas murni, melainkan antara ion-ion dan molekul-molekul yang
terlarut dalam air atau pelarut lain. Kimiawan membedakan larutan berdasarkan
kemampuannya melarutkan zat terlarut. Larutan yang mengandung jumlah
maksimum zat terlarut di dalam pelarut pada suhu dinamakan larutan jenuh
(saturated solution), sebelum titik jenuh tercapai larutannya disebut larutan tak
jenuh (unsaturated solution). Larutan ini mengandung zat terlarut lebih sedikit
dibandingkan dengan kemampuannya untuk melarutkan. Jenis ketiga, larutan
lewat jenuh (supersaturated solution), mengandung lebih banyak zat terlarut
dibandingkan yang terdapat di dalam larutan jenuh. Proses pelarutan berlangsung
dalam tiga tahap. Tahap 1 ialah pemisahan molekul pelarut, tahap 2 adalah
pemisahan molekul zat terlarut. Kedua tahap ini memerlukan input energi untuk
memutuskan tarik-menarik antarmolekul; dengan demikian tahap ini adalah tahap
endotermik. Pada tahap 3 molekul pelarut dan molekul zat terlarut bercampur.
Tahap ini dapat bersifat eksotermik atau endotermik (Chang, 2005: 4-5).
Istilah kelarutan untuk mengacu pada konsentrasi sebuah larutan jenuh
dari sebuah larutan (disini kristalin padat) dalam sebuah pelarut pada sebuah
temperatur tertentu.Dalam sebuah kesetimbangan larutan jenuh hadir antara benda
padat dan ion-ionnya. Dalam larutan, seperti untuk barium sulfat:
BaSO4(S)  →    Ba2+ + SO42-
Tetapan kesetimbangan untuk proses ini umumnya adalah tetapan hasil kali
kelarutan
Ksp = [Ba2+] [SO42-]
Sebuah larutan jenuh dapat dihasilkan dengan melanjutkan penambahan zat
terlarut sampai tidak ada lagi yang bisa terurai atau dengan meningkatkan
konsentrasi dari ion-ion sampai pengendapan terjadi.Hasil-hasil pengendapan
dalam analit secara fisik dipisahkan dari zat-zat lainnya dalam larutan.Sampai
tahun-tahun terakhir ini pengendapan merupakan metode yang paling luas
dipergunakan oleh para analisdalam memisahkan sebuah sampel.Faktor-faktor
penting yang sangat mempengaruhi kelarutan suatu zat padat adalah temperatur
dan juga kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan tersebut.Termasuk dalam
kategori terakhir ini adalah ion-ion yang mungkin tergabung dalam ion-ion pada
benda padat (Day dan Underwood,2001: 231).
Kelarutan (s) suatu endapan, menurut definisi adalah sama dengan
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai
kondisi, seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan
pada komposisi pelarutnya. Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai
arti penting yang praktis dalam analisis anorganik kualitatif, karena semua
pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer; perubahan yang
sedikit dari tekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang berarti atas kelarutan.
Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu. Umumnya dapat
dikatakan, bahwa kelarutan endapan bertambah besar dengan kenaikan suhu,
meskipun dalam beberapa hal yang istimewa (seperti kalium sulfat), terjadi yang
sebaliknya. Laju kenaikan kelarutan dengan suhu berbeda-beda, dalam beberapa
hal sangat kecil sekali, dalam hal-hal lainnya sangat besar. Pada beberapa hal
perubahan kelarutan dengan berubahnya suhu dapat menjadi dasar untuk
pemisahan. Selain itu, kelarutan juga bergantung pada sifat dan konsentrasi zat-zat
lain, terutama ion-ion dalam campuran itu (Svehla, 1985: 72).
Hasil kali kelarutan suatu senyawa ialah hasil kali konsentrasi molar dari
ion-ion penyusunnya, dimana masing-masing dipangkatkan dengan koefisien
stoikiometrinya didalam persamaan kesetimbangan.. Kelarutan kuantitas suatu zat
yang larut dalam sejumlah tertentu air. Kelarutan molar, kelarutan, dan hasil kali
kelarutan semuanya mengacu pada suatu larutan jenuh. Untuk pelarutan padatan
ionic dalam suatu larutan berair, salah satu kondisi berikut dapat terjadi (1) larutan
tak jenuh, (2) larutan jenuh atau (3) larutan lewat jenuh. Jadi untuk larutan berair
yang mengandung ion Ag+¿¿ dan Cl−¿¿ pada suhu 250 C
Q=¿¿
Subskrib 0 mengingatkan bahwa ini adalah konsentrasi awal dan tidak selalu
berarti konsentrasi pada kesetimbangan. Hubungan yang mungkin antara Q dan
Ksp adalah
Q< Ksp (larutan tak jenuh) ¿¿

Q=Ksp (larutan jenuh) ¿¿

Q> Ksp (larutann lewat jenuh, AgCl akan ¿ ¿


mengendap sampai hasil kali konsentrasi ion
sama dengan 1,6 ×10−10)
(Chang, 2005: 145-146 ).
Hasil kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya merupakan nilai akhir
yang dicapai oleh hasil kali ion ketika kesetimbangan tercapai antara fase padat
dari garam yang hanya sedikit larut dan larutan itu. Jika kondisi-kondisi adalah
sedemikian, sehingga hasil kali ion berbeda dengan hasil kali kelarutan, sistem itu
akan berusaha menyesuaikan dirinya sendiri sedemikian, sehingga hasil kali ion
mencapai nilai hasil kali kelarutan. Jadi, jika hasil kali ion dengan sengaja dibuat
lebih besar dari hasil kali kelarutan, misalnya dengan menambahkan suatu garam
lain dengan satu ion-sekutu, penyesuaian oleh sistem mengakibatkan
mengendapnya garam padat. Sebaliknya, jika hasil kali ion dibuat lebih kecil dari
hasil kali kelarutan, misalnya dengan mengurangi konsentrasi salah satu ion,
kesetimbangan dalam sistem dicapai kembali dengan melarutnya sebagian garam
padat ke dalam larutan. Perlu diingat bahwa hasil kali kelarutan menentukan
keadaan kesetimbangan, tetapi tak memberi informasi tentang laju dengan mana
kesetimbangan itu terjadi (Svehla, 1985: 80-81).
Larutan elektrolit adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam
pelarut akan menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Menurut Michael Faraday elektrolit merupakan suatu zat yang dapat
menghantarkan listrik jika berada dalam bentuk larutan. Larutan elektrolit dalam
air terdisosiasi kedalam partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang
disebut ion (ion positif dan ion negatif). Jumlah muatan ion positif akan sama
dengan jumlah muatan ion negatif, sehingga muatan ion dalam larutan netral. Ion-
ion inilah yang bertugas menghantarkan arus listrik. Semakin banyak anion
dan kation yang terkandung dalam larutan elektrolit akan menyebabkan larutan
elektrolit tersebut semakin besar menghantarkan arus listrik dan semakin
banyak pula energi listrik yang dapat digunakan untuk melakukan reaksi
elektrolisis (Marlina, 2013: 55-56).
Pengadukan disertai dengan pemanasan bertujuan untuk menghilangkan
komponen H2O yang masih ada didalam larutan tersebut. H2O dapat menguap
pada temperatur kurang dari 100°C. Pengukuran konduktivitas listrik berbentuk
konduktivitas sel yang terdiri atas sepasang elektroda yang luas permukaannya
ditetapkan dengan teliti. Konduktivitas yang diukur dengan sel konduktivitas. di
mana; k = konduktivitas (mho/cm) C = konduktansi (mho) A = Luas elektroda
(cm2) l = Jarak antara elektroda (cm). Dari persamaan di atas suatu konduktansi
dengan nilai 1 mho dapat dinyatakan sebagai kemampuan hantar dari zat cair yang
berukuran luas penampang 1 cm2 dan jarak 1 cm atau volume zat cair sebesar 1
cm untuk arus 1 ampere dengan tegangan 1 volt. Jika arus yang dapat dihantarkan
lebih besar lagi, maka konduktansinya lebih besar pula (Suyati, 2010:2-3).
Timbal klorida (PbCl2) sedikit larut dalam air. Kesetimbangan yang terjadi
pada larutan PbCl2 jenuh dapat ditulis:
PbCl2   ↔      Pb2+ + 2Cl-
Konstanta kesetimbangan termodinamika untuk persamaan reaksi diatas adalah:
Ksp = ¿
Karena aktivitas padatan murni sama dengan satu, maka persamaan diatas adalah:
Ksp = ( α Pb ) ¿ ¿
2

Dalam suatu larutan yang encer, aktivitas dapat dianggap sama dengan
konsentrasi dalam suatu satuan molar. Nilai hasil kali kelarutan atau yang biasa
disingkat Ksp diatas dikenal sebagai kostanta hasil kelarutan (PbCl 2) timbal (II)
klorida (Tim Dosen Kimia Fisik, 2020: 9).
Hasil kelarutan menggambarkan perkalian konsentrasi ion-ion elektrolitn
yang sukar larut dalm larutab jenuhnya pada suhu tertentu, dipangkatkan dengan
koefisien masing-masing. Pada suhu tetap, suatu larutan jenuh elektrolit lemah
AB mengandung AB padat maka kepekaan molekul-molekul AB yang tidak
mengion adalah tetap. Kelarutan suatu zat menyatakan jumlah zat yang terlarut
dalam satu liter larutan. Satuan kelarutan dinyatakan dalam mol/liter, gram/liter
atau mgram/liter (Sumardjo, 2009:495-496).
Didapatkan pH memilki pengaruh tinggi terhadap larutan yang akan
diposisiskan sesuai dengan rumusan teknis dari loweheim walaupun pada
rumusan hukum faraday pengaruh pH tidak dianggap sehingga pada dasarnya,
semakin asam larutan elektrolit, maka konsentrasi ion hidrogennya semakin tinggi
dan hantaran arus dari anoda ke katoda semakin besar. Sehingga semakin banyak
pula ion-ion pelapis yang didistribusikan ke katoda dan lapisan deposisi menjadi
semakin tebal. Namun, pH yang terlalu rendah dapat menyebabkan penurunan
konsentrasi ion-ion pelapis. Jika hal ini terjadi, maka lapisan yang terdeposisi
akan berkurang sehingga lapisan menjadi semakin tipis (Andinata, 2012:51-52).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gelas kimia 1000 mL 1 buah
b. Gelas kimia 250 mL 1 buah
c. Tabung reaksi 10 buah
d. Buret 50 mL 2 buah
e. Gelas kimia 500 mL 1 buah
f. Rak tabung reaksi 1 buah
g. Corong biasa 1 buah
h. Lampu spiritus 1 buah
i. Kasa asbes 1 buah
j. Termometer 110°C 4 buah
k. Kaki tiga 1 buah
l. Botol semprot 1 buah
m. Pipet Tetes 3 buah
n. Erlenmeyer 250 mL 3 buah
o. Lap kasar 1 buah
p. Lap halus 1 buah
q. Statif dan klem 1 buah
r. Penjepit tabung 4 buah
2. Bahan
a. Aquades (H2O)
b. Larutan timbal(II) asetat (Pb(NO3)2 0,079 M
c. Larutan kalium klorida (KCl) 1,0 M
d. Label
e. Korek api
f. Tissu
E. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan Hasil Kali Kelarutan (Perlakuan pertama)
a. Larutan (Pb(NO3)2 0,079 M dan (KCl) 1,0 M ditempatkan pada 2 buah
buret yang berbeda.
b. Sebanyak 5 mL (Pb(NO3)2 0,079 M dimasukkan ke dalam 4 buah tabung
reaksi, lalu ditambahkan dengan larutan KCl dengan volume dari tabung 1
sampai 4 sebanyak 0,25 mL; 0,5 mL; 0,75 mL; dan 1 mL.
c. Tabung reaksi kemudian dikocok dan didiamkan selama 5 menit.
d. Kemudian diamati pembentukan endapan yang terjadi.
2. Ketelitian Hasil Kali Kelarutan (Perlakuan kedua)
a. Hasil yang diperoleh pada pengamatan di atas, diulangi dengan langkah
yang sama untuk pembentukan endapan sampai ketelitian 0,5 mL.
b. Sebanyak 5 mL (Pb(NO3)2 0,079 M dimasukkan ke dalam 5 buah tabung
reaksi, lalu ditambahkan dengan larutan KCl 1,0 M dengan volume dari
tabung 1 sampai 5 sebanyak 0,75 mL; 1 mL; dan 1,25 mL; 1,5 mL; 1,75
mL.
c. Tabung reaksi kemudian dikocok dan didiamkan selama 5 menit
d. Kemudian diamati pembentukan endapan yang terjadi.
4. Pengaruh Suhu Terhadap Kelarutan (Perlakuan kedua)
a. Didihkan air pada gelas kimia 100 mL.
b. Sebanyak 5 mL (Pb(NO3)2) 0,079 M dimasukkan kedalam 5 buah tabung
reaksi
c. KCl 1,0 M ditambahkan dari tabung 1 sampai 5 sebanyak 0,75 mL; 1 mL;
1,25 mL; 1,5 mL; dan 1,75 mL.
d. Campuran ditempatkan pada gelas kimia berisi air yang dididihkan.
Larutan kemudian diaduk dengan termometer hingga tepat larut.
e. Suhu akhir larutan saat endapan tepat larut dicatat.
5. Perlakuan ketiga
a. Didihkan air pada gelas kimia 100 mL.
b. Sebanyak 5 mL (Pb(NO3)2) 0,079 M dimasukkan kedalam 5 buah tabung
reaksi
c. KCl 1,0 M ditambahkan dari tabung 1 sampai 5 sebanyak 0,55 mL; 0,6 mL;
0,65 mL; 0,7 mL; dan 0,75 mL.
d. Campuran ditempatkan pada gelas kimia berisi air yang dididihkan.
Larutan kemudian diaduk dengan termometer hingga tepat larut.
e. Suhu akhir larutan saat endapan tepat larut dicatat.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Perlakuan Pertama (1)

V. Pb(NO3)2
Tabung Ke- V. KCl 1,0 M(mL) Pembentukan endapan
0,079 M (mL)

1 5 0,25 Tidak ada endapan

2 5 1,50 Tidak ada endapan

3 5 0,75 Terdapat endapan

4 5 1,00 Terdapat endapan

2. Perlakuan kedua (2)


Tabung V. Pb(NO3)2 V. KCl Pembentukan Setelah T(oC)
Ke- 0,079 M (mL) 1,0 endapan dipanaskan
M(mL)
1 5 0,75 Ada endapan Larut 70oC
2 5 1 Ada endapan Larut 71oC
3 5 1,25 Ada endapan Larut 73 oC
4 5 1,50 Ada endapan Larut 75 oC
5 5 1,75 Ada endapan Larut 77oC
3. Perlakuan ketiga (3)
V. Pb(NO3)2
Tabung Ke- V. KCl 1,0 M(mL) Pembentukan endapan
0,079 M (mL)

1 5 0,55 Tidak ada endapan

2 5 0,60 ada endapan (sedikit)

3 5 0,65 Terdapat endapan

4 5 0,70 Terdapat endapan

5 5 0,75 Terdapat endapan

G. ANALISIS DATA
1. Hasil Kali Kelarutan
a. Penentuan Qsp 0,25 mL KCl 1,0 M (Tabung I)

Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 0,25 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 1,0 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,25 mL
= 5,25 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
5,25 mL
= 0,0752 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
0,25 mL x 1,0 M
=
5,25 mL
= 0,0476 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0752 M) (0,0476 M)2
= (0,0752 M) (0,0476 M) 2
= 1,70 x 10-4M3
Qsp < Ksp = 1,70 x 10-4M3 < 2,4 x 10-4 M3
Larutan tidak jenuh, sehingga belum terbentuk endapan
( Sesuai hasil percobaan)
b. Penentuan Qsp 1 mL KCl 0,5 M (Tabung II)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 0,50 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 1,0 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,50 mL
= 5,50 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
5,50 mL
= 0,0718 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
0,50 mL x 1,0 M
=
5,50 mL
= 0,0909 M
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0718 M) (0,0909 M)2
= 5,9 x 10-4 M3
Qsp > Ksp = 5,9 x 10-4 M3 > 2,4 x 10-4 M3
Larutan telah jenuh, sehingga terbentuk endapan
(Tidak sesuai hasil percobaan)
c. Penentuan Qsp 1,5 mL KCl 1,0 M (Tabung III)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 0,75 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 1,0 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?

Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,75 mL
= 5,75 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
5,75 mL
= 0,0686 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
0,75 mL x 1,0 M
=
5,75 mL
= 0,1304 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,1304 M) (0,0686 M)2
= 6,13 x 10-4 M3
Qsp > Ksp = 6,13 x 10-4 M3 > 2,4 x 10-4 M
Larutan lewat jenuh, sehingga terbentuk endapan
(Sesuai hasil percobaan)
d. Penentuan 1 mL KCl 1,0 M (Tabung IV)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 1,0 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 1 mL
= 6 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
6 mL
= 0,0658 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
1mL x 1,0 M
=
6 mL
= 0,1666 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0658 M) (0,1666 M)2
= 1,82 x 10-3 M3
Qsp > Ksp = 1,82 x 10-3 M3 > 2,4 x 10-4 M
Larutan lewat jenuh, sehingga terbentuk endapan
(Sesuai percobaan)
2. Perlakuan kedua (Ketelitian Ksp)
a. Penambahan 0,75 mL KCl 1,0 M (Tabung I)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 0,75 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 1,0 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,75 mL
= 5,75 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
5,75 mL
= 0,0686 M
V KCl x MKCl
[Cl-]=
V total
0,75 mL x 1,0 M
=
5,75 mL
= 0,1304 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0686 M) (0,1304 M)2
= 1,16 x 10-3 M3
Qsp > Ksp = 1,92 x 10-6 M3 > 2,4 x 10-4 M3
Larutan sudah jenuh, sehingga telah terbentuk endapan
(Sesuai hasil percobaan)
b. Penambahan 1,0 mL KCl 1,0 M (Tabung II)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,0 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 1,0 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 1,0 mL
= 6,0 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
6,0 mL
= 0,0658 M
V KCl x MKCl
[Cl-]=
V total
1,0 mL x 1,0 M
=
6,0 mL
= 0,1666 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0658 M) (0,1666 M)2
= 1,82 x 10-3 M3
Qsp > Ksp = 1,82 x 10-3 M > 2,4 x 10-4 M
Larutan jenuh, sehingga telah terbentuk endapan
(Sesuai hasil percobaan)
c. Penambahan 1,25 mL KCl 1,0 M (Tabung III)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,25 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 1,0 M
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 1,25 mL
= 6,25 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
6,25mL
= 0,0632 M
V KCl x MKCl
[Cl-]=
V total
1,25 mL x 1,0 M
=
6,25 mL
= 0,2 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0632 M) (0,2 M)2
= 2,52 x 10-3 M3
Qsp > Ksp = 2,52 x 10-3 M > 2,4 x 10-4 M
Larutan telah jenuh, sehingga sudah terbentuk endapan
(Sesuai hasil percobaan)
d. Penambahan 1,50 mL KCl 1,0 M (Tabung IV)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,50 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 1,0 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 1,50 mL
= 6,50 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
6,50 mL
= 0,0607 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
1,50 mL x 1,0 M
=
6,50 mL
= 0,2307 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0607 M) (0,2307 M)2
= 3,23 x 10-3 M3
Qsp > Ksp = 3,23 x 10-3 M > 2,4 x 10-4 M
Larutan telah jenuh, sehingga sudah terbentuk endapan pada tabung reaksi
(Sesuai hasil percobaan)
e. Penambahan 1,75 mL KCl 1,0 M (Tabung V)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,75 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 1,0 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 1,75 mL
= 6,75 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
6,75mL
= 0,0585 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
1,75 mL x 1,0 M
=
6,75 mL
= 0,0259 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0585 M) (0,0259 M)2
= 3,92 x 10-5 M3
Qsp < Ksp = 3,92 x 10-5 M3 < 2,4 x 10-4 M
Larutan tidak jenuh, sehingga belum terbentuk endapan
(Tidak sesuai hasil percobaan)
3. Penentuan Nilai Ksp PbCl2 terhadap suhu (Perlakuan kedua)
a. Penambahan 0,75 mL KCl 1,0 M (Tabung I)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,5 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
T = 344 K
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Qsp =... ?
Penyelesaian :
Pb(NO3)2(Aq) + 2KCl(Aq) PbCl2(Aq) + 2KNO3(Aq)
Mula-mula : 0,395 mmol 0,75 mmol - -
Bereaksi : 0,375 mmol 0,75 mmol 0,375 mmol 0,75 mmol
Setimbang : 0,02 mmol - 0,375 mmol 0,75 mmol
n 0,375 mmol
[PbCl2] = = =0,0576 M
V total 6,5 mL
n 0,020 mmol
[Pb(NO3)2] = = =0,00307 M
V total 6,5mL
PbCl2 Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
s 2s
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= s (2s)2
= (0,0576 M + 0,00307 M ) (2 x 0,0576 M)2
= 0,000805 M3
ln Ksp = ln 0,000805 M3
= -7,124 M3
1 1
Pada suhu 344 K = = = 2,901x 10-3 K-1
T 343 K
b. Penentuan 2 mL KCl 0,5 M (Tabung II)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 1,0 M
T = 344 K
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Qsp =... ?
Penyelesaian :
Pb(NO3)2(Aq) + 2KCl(Aq) PbCl2(Aq) + 2KNO3(Aq)
Mula-mula : 0,395 mmol 1,0 mmol - -
Bereaksi : 0,5 mmol 1,0 mmol 0,5 mmol 1,0 mmol
Setimbang : 0,105 mmol - 0,5 mmol 1,0 mmol
n 0,5 mmol
[PbCl2] = = =0,0833 M
V total 6 mL
n 0,105 mmol
[Pb(NO3)2] = = =0,0175 M
V total 6 mL
PbCl2 Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
s 2s
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= s (2s)2
= (0,0833 M + 0,0175 M) (2 x 0,0833 M)2
= 0, 00279 M3
ln Ksp = ln 0, 00279 M3
= -5,8817 M3
1 1
Pada suhu 344 K = = = 2,906 x 10-3K-1
T 344 K
c. Penambahan 2,5 mL KCl 0,5 M (Tabung III)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,25 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 1,0 M
T = 346 K
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Qsp =... ?
Penyelesaian :
Pb(NO3)2(Aq) + 2KCl(Aq) PbCl2(Aq) + 2KNO3(Aq)
Mula-mula : 0,395 mmol 1,25 mmol - -
Bereaksi : 0,625 mmol 1,25 mmol 0,625 mmol 1,25 mmol
Setimbang : 0,23 mmol - 0,625 mmol 1,25 mmol
n 0,625 mmol
[PbCl2] = = =0,10 M
V total 6,25mL
n 0,23 mmol
[Pb(NO3)2] = = =0,0368 M
V total 6,25mL
PbCl2 Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
s 2s
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= s (2s)2
= (0,10 M +0,0368 M) (2 x 0,10 M )2
= 0, 005472 M3
ln Ksp = ln 0, 0024 M3
= -5,208 M3
1 1
Pada suhu 346 K = = = 2,89 x 10-3K-1
T 346 K
d. Penambahan 3 mL KCl 0,5 M (Tabung IV)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,50 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 1,0 M
T = 348 K
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Qsp =... ?
Penyelesaian :
Pb(NO3)2(Aq) + 2KCl(Aq) PbCl2(Aq) + 2KNO3(Aq)
Mula-mula : 0,395 mmol 1,5 mmol - -
Bereaksi : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol
Setimbang : 0,355 mmol - 0,75 mmol 1,5 mmol
n 0,75 mmol
[PbCl2] = = =0,1153 M
V total 6,50mL
n 0,355 mmol
[Pb(NO3)2] = = =0,0546 M
V total 6,50 mL
PbCl2 Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
s 2s
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= s (2s)2
= (0,1153 M +0,0546 M ) (2 x 0,1153 M )2
= 0,0391 M3
ln Ksp = ln 0,0008 M3
= -3,241 M3
1 1
Pada suhu 348 K = = = 2,87 x 10-3K-1
T 348 K
e. Penambahan 1,75 mL KCl 1,0 M (Tabung V)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,75 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 1,0 M
T = 350 K
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Qsp =... ?
Penyelesaian :
Pb(NO3)2(Aq) + 2KCl(Aq) PbCl2(Aq) + 2KNO3(Aq)
Mula-mula : 0,395 mmol 1,75 mmol - -
Bereaksi : 0,875 mmol 1,75 mmol 0,875 mmol 1,75 mmol
Setimbang : 0,48 mmol - 0,875 mmol 1,75 mmol
n 0,875 mmol
[PbCl2] = = =0,1296 M
V total 6,75mL
n 0,48 mmol
[KCl] = = =0,0711 M
V total 6,75mL
PbCl2 Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
s 2s
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= s (2s)2
= (0,1296 M +0,0711 M) (2 x 0,1296 M )2
= 0,0520 M3
ln Ksp = ln 0, 05202144 M3
= -2,956 M3
1 1
Pada suhu suhu 350 K = = = 2,85 x 10-3K-1
T 350 K
4. Panas kelarutan PbCl2
No V V KCl Suhu T 1/T (K) Ksp ln Ksp
Pb(NO3)2 (mL) (oC) (K)
(mL)
1 5 0,75 70 343 2,91x10-3 8,0 x 10-4 -7,124
2 5 1,00 71 344 2,90x10-3 2,7 x 10-3 -5,881
3 5 1,25 73 346 2,89x10-3 5,4 x 10-3 -5,208
4 5 1,50 75 348 2,87x10-3 8,0 x 10-4 -3,241
5 5 1,75 77 350 2,85x10-3 5,2 x 10-2 -2,956

a. Penambahan 0,75 mL KCl 1,0 M


Diketahui : Ksp PbCl2 = 8,0 x 10-4 M3
ln Ksp = -7,124
T = 343 K
Ditanyakan: S =…….?
Penyelesaian:
PbCl2 → Pb2+ + 2Cl-
S S 2S
Ksp PbCl2 = [S] [2S]2
8,0 x 10-4 M3 = 4S3
8,0 x 10−4 M 3
S3 =
4
= √3 2,0 x 10−4 M 3
S =√3 0,00020 M 3
= 0,0584 M
b. Penambahan 1,0 mL KCl 1,0 M
Diketahui : Ksp PbCl2 = 2,7 x 10-3 M3
ln Ksp = -5,881
T = 344 K
Ditanyakan: S =…….?
Penyelesaian:
PbCl2 → Pb2+ + 2Cl-
S S 2S
Ksp PbCl2 = [S] [2S]2
2,7 x 10-3 M3 = 4S3
2,7 x 10−3 M 3
S3 =
4
= √3 6,75 x 10−4 M 3
= √3 0,000675 M 3
S = 0,0877 M
c. Penambahan 1,25 mL KCl 1,0 M
Diketahui : Ksp PbCl2 = 6,3 x 10-4 M3
ln Ksp = -2,956
T = 350 K
Ditanyakan: S =…….?
Penyelesaian:
PbCl2 → Pb2+ + 2Cl-
S S 2S
Ksp PbCl2 = [S] [2S]2
6,3 x 10-4 M3 = 4S3
6,3 x 10−4 M 3
S3 =
4
= √3 1,575 x 10−4 M 3
3
¿ √ 0,0001575 M 3
S =0,054 M
d. Penambahan 1,50 mL KCl 1,0 M
Diketahui : Ksp PbCl2 = 8,0 x 10-4 M3
ln Ksp = -3,241
T = 348 K
Ditanyakan: S =…….?
Penyelesaian:
PbCl2 → Pb2+ + 2Cl-
S S 2S
Ksp PbCl2 = [S] [2S]2
8,0 x 10-4 M3 = 4S3
8,0 x 10−4 M 3
S3 =
4
= √3 2,0 x 10−4 M 3
= √3 0,0002 M 3
S = 0,0584 M
e. Penambahan 1,75 mL KCl 1,0 M
Diketahui : Ksp PbCl2 = 5,2 x 10-2 M3
ln Ksp = -6,725
T = 347 K
Ditanyakan: S =…….?
Penyelesaian:
PbCl2 → Pb2+ + 2Cl-
S S 2S
Ksp PbCl2 = [S] + [2S]2
5,2 x 10-2 M3 = 4S3
5,2 x 10−2 M 3
S3 =
4
= √3 1,3 x 10−2 M 3
S = √3 0,013 M 3
S = 0,2351 M
Grafik Hubungan Antara Kelarutan dengan Suhu
0.06

0.05

0.04

0.03 f(x) = 0.01 x − 1.99


Ksp

R² = 0.55
0.02

0.01

0
342 343 344 345 346 347 348 349 350 351

Grafik Hubungan ln Ksp dengan 1/T


0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
-1
-2
-3 f(x) = − 70987.07 x + 199.84
ln Ksp

R² = 0.93
-4
-5
-6
-7
-8

1/T

H. PEMBAHASAN
Hasil kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi molar dari ion-ion yang
menyusunnya, dimana masing-masing konsentrasi dipangkatkan koefisiennya
(Chang, 2005: 147). Percobaan hasil kali kelarutan dilakukan dengan tujuan agar
dapat dihitung kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut, serta panas
kelarutannya PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan Ksp pada suhu.
Percoban ini dilakukan dengan didasarkan prinsip bahwa jika hasil kali ion-ion
yang terdapat dalam larutan lebih besar dari harga Ksp maka larutan berada dalam
keadaan lewat jenuh. Menyebabkan akan terbentuk endapan. Prinsip kerjanya
adalah pencampuran, pengendapan sebagai PbCl2 berupa endapan, pemanasan,
pelarutan dan pengamatan.
Percobaan ini menggunakan larutan Pb(NO3)2 sebagai larutan penyedia ion
Pb2+ dan KCl sebagai penyedia ion Cl- yang akan membentuk endapan PbCl2.
Terbentuknya endapan karena larutan telah berada dalam keadaan lewat jenuh,
dimana hasil kali ion-ion penyusunnya yaitu Pb2+ dan Cl- lebih besar dari harga
Ksp PbCl2. Pada percobaan ini volume Pb(NO3)2 dibuat tetap dan volume KCl
divariasikan agar dapat dilihat pengaruh besarnya volume terhadap laju
pembentukan endapan PbCl2. Penggunaan volume KCl yang berbeda-beda
dilakukan untuk mengetahui pada volume berapa terbentuk endapan PbCl2.
Semakin banyak volume KCl yang ditambahkan, maka endapan yang terbentuk
akan semakin banyak dan cepat. Persamaan reaksinya :
Pb(NO3)2 + 2KCl PbCl2↓ + 2KNO3
(Timbal (II) Nitrat) (Kalium Klorida) (Timbal (II) Klorida) (Kalium Nitrat)
(Endapan putih)
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh Ksp dari penambahan
volume KCl 0,25 mL, 0,50 mL, 0,75 mL, 1,0 mL adalah 1,70 x 10-4M3, 5,9 x 10-4
M3, 6,13 x 10-4 M3, 1,82 x 10-3 M3. Hal ini berarti bahwa pada penambahan KCl
volume 0,50 mL larutan sudah lewat jenuh, atau nilai hasil kali kelarutan ion-
ionnya melalui praktikum lebih besar dari Ksp. Menurut teori nilai Ksp PbCl2
yaitu sebesar 2,4 x 10-4 (Chang, 2004: 146).
Dilakukan penambahan KCl dengan tingkat ketelitian 0,05 mL. Perlakuan
ini bertujuan untuk mengetahui pada volume yang akurat terbentuk endapan.
Dengan penambahan tiap 0,05 mL secara bertahap dengan rentan skala 4 dibawah
0,5 mL dan 1 skala diatas 0,5 mL. Berdasarkan pengamatan terbentuknya endapan
terjadi pada penambahan 0,05 mL KCl dengan harga Ksp sebesar 8,6 x 10-4 M3.
Sedangkan menurut perhitungan mulai terbentuknya endapan dimulai dari
penambahan 0,55 mL KCl dengan Ksp sebesar 6,4 x 10-4 M3. Hal ini
menunjukkan bahwa mulai volume 0,55 mL akan membentuk larutan yang jenuh
dengan 5 mL Pb(NO3)2 dan membentuk endapan PbCl2. Endapan yang terbentuk
adalah endapan putih timbal klorida (PbCl2 ) yang sangat sulit larut dalam
air.reaksi yang terjadi yaitu:
Pb(NO3)2(aq) + KCl(aq) PbCl2(aq) + 2KNO3(aq)
Percobaan selanjutnya yaitu menghitung kelarutan elektrolit yang bersifat
sedikt larut dan menghitung panas kelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat
kebergantungan Ksp pada suhu. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui panas
kelarutan PbCl2 yang terbentuk dari larutan Pb(NO3)2 dan KCl. Kelarutan
merupakan jumlah gram zat terlarut didalam dalam 1 liter larutan jenuh (gram per
liter) (Chang, 2005: 147). Percobaan ini dilakukan dengan memanaskan campuran
Pb(NO3)2 yang volumenya tetap dengan KCl volume yang divariasikan yaitu,
dengan volume 0,75 mL, 1,0 mL, 1,25 mL, 1,50 mL dan 1,75 mL, tujuannya
adalah untuk melihat hubungan antara suhu dengan kelarutan. Hasil yang
diperoleh yaitu endapan yang terbanyak pada volume 1,75 mL, dan yang paling
sedikit pada volume 0,75 mL. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin banyak
volumenya maka kelarutannya akan semakin kecil. Adapun suhu yang digunakan
untuk melarutkan endapan tersebut pada volume 1,5 mL sampai 3,5 mL berturut-
turut yaitu 700C, 710C, 730C, 750C dan 770C. Hasil yang diperoleh yaitu endapan
yang terbanyak pada volume 1,75 mL, dan yang paling sedikit pada volume 0,75
mL. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin banyak endapan maka suhu atau
panas kelarutannya akan semakin tinggi. Panas kelarutan adalah suhu dimana
endapan pada larutan larut semuanya atau larutan menjadi tepat jenuh. Endapan
dapat larut kembali karena besarnya energi luar yang diberikan untuk
menigkatkan energi aktivasi partikel-partikel yang ada sehingga terjadi pemutusan
ikatan antar partiel sehingga menghasilkan ion-ion penyusunnya kembali. Adapun
reaksinya:
PbCl2 Pb2+ + 2Cl-
(endapan putih)
Pada percobaan ini kelima campuran menghasilkan endapan, hal ini dikarenakan
nilai Ksp prakteknya lebih besar dari Ksp PbCl2 secara teori yaitu sebesar 2,4 x 10-
4
. Nilai Ksp yang diperoleh berturut-turut adalah 8,0 x 10-4 M3, 2,7 x 10-3 M3,
5,4x10-3 M3, 8,0x10-4 M3, dan 5,2x10-4 M3. Dari nilai Ksp yang diperoleh
menunjukkan bahwa hubungan Ksp terhadap suhu berbanding lurus artinya
semakin besar nilai Ksp maka semakin tinggi suhu yang digunakan untuk
melarutkan endapan secara sempurna. Kemudian dibuat grafik hubungan antara ln
Ksp dan ln 1/T diperoleh persamaan y = = -70987x + 199,84 dengan R2= 0,9328.
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulan
bahwa nilai kelarutan PbCl2 untuk penambahan 0,25 mL, 0,50 mL, 0,75 mL,
dan 1 mL KCl sebesar 1,70 x 10-4M3, 5,9 x 10-4 M3, 6,13 x 10-4 M3, dan
diperoleh 1,82 x 10-3 M3.
2. Saran
Disarankan kepada praktikan selanjutnya agar lebih berhati-hati dalam
melakukan percobaan, agar hasil yang diperoleh sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA

Andinata, Febryan, dkk. 2012. Pengaruh pH Larutan Eletrolit terhadap Tebal


Lapisan Elektoplating Nikel pada Baja ST 37. Jurnal Penelitian Fisika
dan Aplikasinya.ISSN 2087-9946.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.

Day R.A dan AL Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Marlina, Ena., Slamet Wahyudi dan Lilis Yuliati. 2013. Produksi Brown’s Gas
Hasil Elektrolisis H2O dengan Katalis NaHCO3. Jurnal Rakayasa Mesin.
Vol. 4. No. 1.

Marwati, Siti., Regina Tutik Padmaningrum dan Sunarto. 2015. Recovery Logam
Emas (Au) dan Perak (Ag) dalam Limbah Elektronik melalui Proses
Pengendapan Bertingkat. Jurnal Sains Dasar. Vol. 4. No. 2.

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.


Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi ke Lima. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

Suyati, Linda, dkk. 2010. Pembuatan dan Krakterisasi Elektrolit pada NaMn 2-
xMgxO4. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. Vol.13, No.1

Tim Dosen Kimia Fisik II. 2020. Penuntun Pratikum Kimia Fisik II. Makassar:
JurusanKimia FMIPA UNM.

Anda mungkin juga menyukai