Anda di halaman 1dari 7

Seperti yang sudah banyak kita ketahui, inti dari kajian mengenai termodinamika reaksi kimia dalam

larutan berpusat pada potensial kimia. Untuk memahami hal tersebut, kita perhatikan reaksi kimia secara
umum di bawah ini:

dimana sejumlah a mol sennyawa A, b mol senyawa B, dalam satuan molar [A], [B], dan seterusnya
bereaksi menjadi sejumlah p mol P dan sejumlah q mol Q, dalam satuan molar [P], dan [Q]. Gaya
pendorong agar reaksi kimia tersebut dapat berlangsung adalah perubahan energi bebas, G, yang
dinyatakan sebagai:

Jika reaksi terjadi pada suhu dan tekanan konstan, G pada reaksi diatas dapat dituliskan sebagai:

dimana P, Q dan selanjutnya merupakan potensial kimia pada konsentrasi yang terdapat dalam larutan.
Kita tinjau kembali bahwa nilai potensial kimia didapat dari persamaan berikut:

dimana [n] merupakan konsentrasi molar dari komponen n dan yn merupakan koefisien aktivitas.
Selanjutanya kita dapat mensubstitusi persamaan (3) pada persamaan (2), sehingga dapat diperoleh
persamaan berikut

Kita rapikan persamaan tersebut sehungga dapat dilihat dengan baik, didapat persamaan berikut

Persamaan (5) diatas memiliki tiga buah termin. Termin pertama (berwarna biru) menyatakan perubahan
energi bebas pada keadaan standar G0. Keadaan tersebut dapat ditemukan apabila sejumlah a mol A
bereaksi dengan sejumlah b mol B menghasilkan sejumlah p mol P dan q mol Q. Termin kedua (berwarna
merah) menggambarkan pengaruh konsentrasi aktual terhadap perubahan energi bebas total. Termin
ketiga (berwarna hijau) menggambarkan koreksi terhadap perubahan energi bebas secara keseluruhan,
yang hanya dipengaruhi oleh koefisien aktivitas dari masing-masing zat.
Untuk beberapa keadaan, seperti dalam sistem biokimia, koefisien keadaan yang menyusun termin
ketiga dapat kita anggap nol. Persamaan (5) kemudian dapat kita sederhanakan menjadi

Nilai G0 kemudian dapat dunyatakan sebagai konsentrasi relatif raktan dan produk yang akan terjadi
pada saat kesetimbangan berlangsung. Nilai G0 pada berbagai sistem telah banyak ditabulasikan.
Kebanyakan reaksi kesetimbangan dalam larutan berlangsung pada suhu dan tekanan yang tetap. Hal ini
menyebabkan nilai G akan menjadi nol pada saat reaksi kesetimbangan. Persamaan (6) dapat ditulis
ulang menjadi

Karena konsentrasi yang termasuk harus memenuhi keadaan kesetimbangan, kita dapatkan hasil

dimana K merupakan tetapan kesetimbangan, kita definisikan K sebagai

Untuk beberapa eksperimen di laboratorium yang tidak memungkinkan menggunakan kalorimeter bom,
para kimiawan lebih senang menggunakan persamaan van't Hoff. Sebelum masuk pada persamaan
tersebut, kita tinjau terlebih dahulu persamaan yang menghubungkan nilai energi bebas, tetapan
kesetimbangan, dan nilai perubahan entalpi.

Penyusunan ulang persamaan tersebut menghasilkan

Persamaan (11) diatas merupakan persamaan van't Hoff. Persamaan diatas menunjukkan bahwa nilai
lnK merupakan fungsi linear dari 1/T jika dan hanya jika H0 dan S0 bebas terhadap K. Penggambaran
persamaan diatas pada bidang kartesisus disebut grafik van't Hoff. Nilai kemiringan dari grafik tersebut
adalah H0/R, sedangkan nilai intersep merupakan S0/R.

Persamaan Vant Hoff digunakan utnuk menghitung tekanan osmotik :

Dengan :
p : tekanan osmotik (atm)
R : tetapan gas (0,082 L atm/mol K)
M : molaritas larutan
T : suhu (Kelvin)
Contoh :
1. Berapakah tekanan osmotik pada 25oC dari larutan sukrosa 0,001 M?
Jawab :

2. Dalam larutan encer, 0,001 M gula dalam air dipisahkan dari air murni dengan menggunakan
membran osmosis. Berapakah tekanan osmotik dalam torr pada suhu 25oC?
Jawab :

3. Suatu larutan dengan volume 100 mL mengandung 0,1222 gr zat non elektrolit terlarut dan
memiliki tekanan osmotik 16 torr pada suhu 20oC. Berapakah massa molar zat terlarut tersebut?
Jawab :

Menurut Arhenius, suatu zat elektrolit yang dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion-ion
penyusunnya sehingga jumlah partikel zat pada larutan elektrolit akan lebih banyak
dibandingkan dengan larutan nonelektrolit yang konsentrasinya sama. Hal ini menyebabkan sifat
koligatif pada larutan elektrolit lebih besar daripada larutan nonelektrolit.
Hubungan sifat koligatif larutan elektrolit dan konsentrasi larutan dirumuskan oleh Vant Hoff,
yaitu dengan mengalikan rumus yang ada dengan bilangan faktor Vant Hoff yang merupakan
faktor penambahan jumlah partikel dalam larutan elektrolit.

Keterangan :
i : factor yang menunjukkan bagaimana larutan elektrolit dibandingkan dengan larutan
nonelektrolit dengan molalitas yang sama. Faktor i inilah yang lebih lanjut disebut faktor Vant
Hoff.
n : jumlah ion dari elektrolit
: derajat ionisasi elektrolit
Contoh elektrolit biner:
NaCl(s) Na+(aq) + Cl(aq)

(n = 2)

KOH(s) K+(aq) + OH(aq)

(n = 2)

Contoh elektrolit terner:


H2SO4(l) + 2 H2O(l) 2 H3O+(aq) + SO42(aq)

(n = 3)

Mg(OH)2(s) Mg2+(aq) + 2 OH(aq)

(n = 3)

Contoh elektrolit kuarterner:


K3PO4(s) 3 K+(aq) + PO43(aq)

(n = 4)

AlBr3(s) Al3+(aq) + 3 Br(aq)

(n = 4)

Untuk larutan elektrolit berlaku Hukum Vant Hoff


1.

Penurunan Tekanan Uap Jenuh

Rumus penurunan tekanan uap jenuh dengan memakai faktor Vant Hoff hanya berlaku untuk
fraksi mol zat terlarutnya saja (zat elektrolit yang mengalami ionisasi), sedangkan pelarut air
tidak terionisasi. Oleh karena itu, rumus penurunan tekanan uap jenuh untuk zat elektrolit adalah:

Contoh :
1. Hitunglah tekanan uap larutan NaOH 0,2 mol dalam 90 gram air jika tekanan uap air pada
suhu tertentu adalah 100 mmHg.
Jawab :

2.

Kenaikan Titik Didih dan Penuruan Titik Beku

Seperti halnya penurunan tekanan uap jenuh, rumus untuk kenaikan titik didih dan penurunan
titik beku untuk larutan elektrolit juga dikalikan dengan faktor Vant Hoff.

Contoh : Sebanyak 4,8 gram magnesium sulfat, MgSO4 (Mr = 120 g/mol) dilarutkan dalam 250 g
air. Larutan ini mendidih pada suhu 100,15 C. Jika diketahui Kb air 0,52 C/m, Kf air = 1,8 C/m,
tentukan:
a. Derajat ionisasi MgSO4
b. Titik beku larutan
Jawab :

3.

Tekanan Osmotik

Tekanan osmotik untuk larutan elektrolit diturunkan dengan mengalikan faktor vant Hoff.

Contoh :
1. Sebanyak 5,85 gram NaCl (Mr = 58,5 g/mol) dilarutkan dalam air sampai volume 500 mL.
Hitunglah tekanan osmotik larutan yang terbentuk jika diukur pada suhu 27 C dan R = 0,082 L
atm/mol K.
Jawab:

2. Sebanyak 38 g elektrolit biner (Mr = 95 g/mol) dilarutkan dalam air sampai dengan volume 1
L pada suhu 27 C dan memiliki tekanan osmotik 10 atm. Hitunglahderajat ionisasi elektrolit
biner tersebut.
Jawab :

Anda mungkin juga menyukai