Anda di halaman 1dari 24

TEGUH PRASETYO D1021141013

ULFAH MAHDIYAH A D1121141006


MUNAWAROH D1121141027
CINDY DINI A D1121141018
EFISIENSI BAHAN BAKAR
 Sumber energi tidak selalu tersedia dalam bentuk akhirnya.
 Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi energi dapat dikonversi dari
satu bentuk ke bentuk lainnya (Azas Black).
 Pemanfaatan energi ini selalu diikuti oleh rugi-rugi (losses) dan penurunan kualitas
energi.

Rugi-rugi

Energi-1 Energi-2
Energy converter equipment
(peralatan pengkonversian energi)
EFISIENSI BAHAN BAKAR

Efisiensi energi didefinisikan sebagai semua metode, teknik, dan


prinsip-prinsip yang memungkinkan untuk dapat menghasilkan
penggunaan energi lebih efisien dan membantu penurunan permintaan
energi global
KONDISI ENERGI DI INDONESIA
(MINYAK BUMI)
BBM untuk rakyat  SUBSIDI !!
Cadangan minyak bumi menipis.
Indonesia bukan penghasil minyak bumi besar di dunia
Operator-operator penambangan minyak bumi di Indonesia  Chevron Texaco, Conoco Phillips, BP,
UNOCAL, Total Indonesie, Vico Indonesia, ExxonMobile,CNOOC, PetroChina, MedcoEnergy,
PERTAMINA, Kondur Petroleum, dll

Produksi Cadangan
Tahun (juta barrel/hari) (juta barrel)

1987 1.158 9000

1989 1.231 5110

1991 1.450 5910

1993 1.327 5170

1995 1.328 4980

1997 1.330 4980

1999 1.355 5200

2000 1.272 5102

2001 1.214 5120


KONDISI ENERGI DI INDONESIA
(BATUBARA)
KONDISI ENERGI DI INDONESIA
(GAS ALAM)
• Gas alam digunakan sebagai bahan baku utama industri petrokimia.
• Diubah menjadi LNG  Arun NGL, Badak NGL, Tangguh NGL (dalam
proyek)
• Sebagian besar (70%) pemanfaatan gas alam ditujukan untuk keperluan
ekspor dan sisanya untuk keperluan domestik
• Pengguna terbesar gas alam domestik adalah sektor industri pupuk (41%),
PLN (35%), Krakatau Steel (8%), Perusahaan Gas Negara (8%), petrokimia
(3%), semen (1%), dan industri lainnya (2%).
• Operator-operator minyak bumi di Indonesia juga menambang gas alam.
KONSUMSI ENERGI PRIMER INDONESIA

tenaga air 4%

batubara 13%

gas alam 15%

minyak bumi panas bumi


66% 2%

sumber = Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral


INDUSTRI DAN ENERGI

Sumber energi terbesar yang digunakan oleh


INDUSTRI PROSES industri proses  berasal dari fosil.

Fossil Fuel : bahan bakar yang bersumber dari


bumi (tanah) sebagai hasil dari proses
Energi (listrik, dekomposisi yang sangat lambat serta
konversi kimia dari bahan-bahan organic.
mekanik, termal)

Contoh :
- padatan (batubara)
- cairan (minyak bumi)
- gas (gas alam)
Bahan Bakar !!
BATUBARA

Cadangan sumber energi fosil terbesar di muka bumi.


Berasal dari tumbuhan yang memfosil berjuta-juta tahun
lampau.
Tekanan, temperatur tinggi, dan anaerob  terdekomposisi
dan terkonversi menjadi tumbuhan lapuk kaya karbon 
BATUBARA.

Berdasarkan nilai kalor dan kandungan karbon (FC = Fixed


carbon)
 Antrasit
 Bitumin
 Sub-bitumin
 Lignit
ANALISIS BATUBARA
Proximate Analysis (Analisis Proksimasi)
 Fixed Carbon (FC) unsur karbon yang terkandung dalam batubara.
Penentuan FC ini diperkirakan dengan menganggap selisih antara berat sampel
(contoh analisis) dengan penjumlahan kadar VM (Volatile Matter), M (Moisture), dan A
(Ash).
 Volatile Matter (VM).
 Moisture (M).
 Ash (A). Kadar abu ini ditentukan berdasarkan banyaknya bahan tak terbakar
(residu pembakaran) setelah batubara basis kering dibakar pada suhu 1380oF.
 Sulfur (S).
Ultimate Analysis (Analisis Ultimasi)

Analisis yang kedua adalah analisis ultimasi yang merupakan serangkaian


analisis laboratorium yang memuat sebuah laporan mengenai kandungan
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur di dalam batubara beserta
nilai pembakaran tingginya (HHV). Kegunaan analisis ultimasi adalah
untuk menentukan kebutuhan udara pembakaran pada sebuah sistem
berbahan bakar batubara. Sehingga pada akhirnya dapat digunakan
untuk mengukur sistem aliran bagi dapur pembakaran. Semua analisis ini
dilaporkan dengan basis bebas kebasahan (free-moisture) dan bebas
abu.
HEATING VALUE (NILAI KALOR)

o Jumlah panas yang ditransfer ketika produk dari pembakaran


sempurna dari bahan bakar didinginkan hingga mencapai suhu
awal dari bahan bakar maupun udara pembakarnya.
o Menunjukkan jumlah energi kimia yang terdapat dalam suatu
massa atau volume bahan bakar .
o Dinyatakan dalam satuan Btu/lbm atau kJ/kg atau kal/kg yang
ditentukan berdasarkan standar pengukuran menggunakan
bomb calorimeter

Sumber :(ASTM D-2015).


JENIS NILAI KALOR
1. Nilai pembakaran tinggi atau Higher Heating Value (HHV) atau Gross Heating Value.
Penentuan ini nilai ini berdasarkan pada anggapan bahwa uap air yang dihasilkan pada
proses pembakaran terkondensasi sehingga dihasilkan produk berupa air pada fasa
cairnya.
CxHy + O2  CO2(g) + H2O(l)
2. Nilai pembakaran rendah atau Lower Heating Value (LHV) atau Net Heating Value.
Penentuan nilai ini berdasarkan pada anggapan bahwa air yang dihasilkan pada proses
pembakaran masih berupa fasa uap.
HHV  LHV  2400(M  9H2 )
CxHy + O2  CO2(g) + H2O(g)
Perbedaan di antara keduanya tidak lain adalah nilai kalor laten atau panas penguapan air. Perbedaan
antara keduanya diberikan pada perumusan berikut :
M = moisture (kadar kebasahan)
H2 = massa hidrogen per unit massa bahan bakar (dari analisis ultimasi)
Bilangan 2400 (kJ/kg) merupakan panas laten penguapan air pada 1 lb/in2abs (tekanan parsial kira-kira
uap air di dalam gas buang)
RUMUS DULONG UNTUK MEMPERKIRAKAN NILAI
KALOR BATUBARA

 O2 
HHV  14600C  62000 H 2    4050S
 8 
[ Btu / Lbm ]

 O2 
HHV  33950C  144200 H 2    9400S
 8 
[ kJ/kg ]
KOMPONEN-KOMPONEN GAS BUANG/FLUE
GAS/GAS HASIL PEMBAKARAN

CO2
CO
Gas buang H2O
O2
N2
SO2
NOx
BURNER Hidroksil
Bahan bakar
Aldehid

Udara
ANALISIS SISA (PEMBAKARAN BATUBARA)
Mengetahui jumlah C tak berbakar
Asumsi
- sisa pembakaran = Abu + C tak terbakar
- jumlah abu (A) dalam sisa pembakaran sama dengan jumlah
abu dalam batubara
Biasanya dinyakan dalam HHVsisa
HHV Carbon = 32.778 kJ/kg C

HHVsisa
%  C tak terba kar  x100%
HHV carbon

HHVsisa
%  C tak terba kar  x100%
32.778
PERBANDINGAN UDARA-BAHAN BAKAR AKTUAL
(BATUBARA)

 (%N2)(28.016) 
 (%CO  %CO2)(12.01) C b  N f 
 A
   
 F  act ,m ,d 0.768

%N2, %CO, dan % CO2  dari analisis orsat/gas buang


ZN  mol atom N per mol bahan bakar
ZC  mol atom C per mol bahan bakar

0.79  fraksi mol nitrogen dalam udara

act,mol,d = actual, molar, dry


PENENTUAN EFISIENSI

dimana
ῃcombution = Efisiensi pembakaran (%
Qin = Energi panas total hasil pembakaran (kalori; Joule)
Qlosses = Energi panas lolos melewati cerobong asap (kalori; Joule)

ῃfuel = Efisiensi bahan bakar (%


Qsteam =Energi panas total yang diserap uap air (kalor;joule)
Qfuel = Energi panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar(kalori; Joule)
Q = debit Uap air kaluar (kg/jam)
Hg = entalpi uap keluar (kal/kg)
Hf = entalpi air masuk (kal/kg)
q = debit kebutuhan bahan bakar (kg/jam)
GCV = Gross Calorific Value atau nilai kalor spesifik bahan bakar (kcal/kg)
PRE-TEST !! 

Hitunglah analisis ultimasi dan proksimasi dengan basis begitu diterima (as received), taksiran

nilai pembakaran rendah (LHV) dari nilai pembakaran tinggi (HHV) yang tercantum di bawah ini.

Kemudian tentukan jenis/tingkatan batubara berdasarkan ASTM D-388.

A (ash) = 8% M (moisture) = 39%


Analisis proksimasi bebas abu, kering.
VM = 54% S = 2,8%
FC = 46% HHV = 28992 kJ/kg = 12435 Btu/lbm
Analisis ultimasi bebas abu, kering :
C = 72,4% H2 = 4,7% O2 = 18,6%
N2 = 1,5% S = 2,8%
Untuk mengkonversi menjadi basis batubara begitu diterima (as-received), faktor koreksinya
adalah
(1 – M – A) = (1 – 0,39 – 0,08) = 0,53.
Sehingga analisis proksimasi menjadi :
VM = 0,53 x 54 = 28,62% S = 0,53 x 2,8 = 1,48%
FC = 0,53 x 46 = 24,38% HHV = 0,53 x 28992 = 15392 kJ/kg
M = 39% HHV = 0,53 x 12453 = 6591 Btu/lbm
A = 8%
Sedangkan analisis ultimasi menjadi :
C = 0,53 x 72,4 = 38,37%
H2 = 0,53 x 4,7 = 2,49%
O2 = 0,53 x 18,6 = 9,86%
N2 = 0,53 x 1,5 = 0,8%
S = 0,53 x 2,8 = 1,48%
M = 39%
A = 8%
LHV = HHV – 2400 (M + 9H2) = 15392 – 2400 (0,39 + 9 x 0,0249)
= 13885 kJ/kg = 5957 Btu/lbm
Sedangkan harga perkiraan HHV berdasarkan rumus Dulong, adalah :
 O 
HHV  33950C  144200 H 2  2   9400S
 8 

 0,0986 
HHV  339500,3837   144200 0,0249    94000,0148
 8 

HHV = 14979 kJ/kg = 6440 Btu/lbm


Klasifikasi batubara menurut standar ASTM.

100( FC  0,15S )
FC, bebasMm, ker ing 
100  M  1,08 A  0,55S

100(24,38  0,15(1,48)
FC, bebasMm, ker ing 
100  39  1,08(8)  0,55(1,48)
Karena harga ini lebih kecil dari 69%, maka batubara tidak dapat dimasukkan ke dalam kelas FC dry
mineral-matter-free basis.

100( Btu  50S )


Btu , bebasMm, basah 
100  1,08 A  0,55S

100(6591  50(1,48)
Btu , bebasMm, basah 
100  1,08(8)  0,55(1,48)

Karena HHV mineral-matter-free basis adalah antara 6300 – 8300 Btu/lbm,


maka batubara jenis ini dapat digolongkan ke dalam kelas LIGNIT-A
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai