Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi
tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses
penambangan Minyak dan Gas Bumi.
Efisiensi pembakaran gas alam lebih tinggi daripada bahan bakar fosil lainnya,
seperti bahan bakar minyak dan batubara dan emisi gas dari pembakaran gas alam
jauh lebih rendah daripada bahan bakar fosil lain karena emisi Nitrogen Oksida (NO
x ), Sulfur Dioksida (SO 2 ), dan karbon yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada
standar emisi. Bahan bakar minyak dan batubara juga menghasilkan partikel debu
ke udara. Tabel 1 adalah tabel tingkat emisi bahan bakar fosil dalam pon/miliar Btu
dari input energi
Tabel 1. Tingkat Emisi Bahan Bakar Fosil (Pound/ Miliar BTU)
LPG (Liquefied Petroleum Gas) adalah gas hidrokarbon yang dicairkan dengan
tekanan untuk memudahkan penyimpanan, pengangkutan, dan penanganannya yang
pada dasarnya terdiri atas propana (C 3 H 8 ), butana (C 4 H 10 ), atau campuran
keduanya.
LNG adalah gas bumi yang terutama terdiri dari metana yang dicairkan pada suhu
sangat rendah (sekitar -160 o C) dan dipertahankan dalam keadaan cair untuk
mempermudah transporasi dan p
Metanol dibandingkan bensin adalah sekitar 20% lebih kuat, dan menciptakan alternatif bensin. Metanol
sulit untuk mendapatkan, dan dapat dengan mudah terkontaminasi hanya dari kelembaban di udara.
Mesin bensin menghasilkan 53.176 BTU energi pada 6500 rpm, sedangkan mesin metanol menghasilkan
67.545 BTU energi pada 6500 rpm.
Metanol diproduksi dari gas alam, minyak dan batubara, sedangkan bensin berasal dari minyak bumi.
Campuran dari karbon monoksida dan hidrogen diubah menjadi metanol selama proses kimia.
Metanol digunakan sebagai bahan bakar dalam mesin pembakaran internal, sedangkan bensin digunakan
untuk performa mesin tuning atau mengurangi emisi gas buang berbahaya. Bensin juga digunakan sebagai
pelarut untuk menipiskan cat.
Metanol digunakan sebagai pengganti bensin, tetapi substitusi mahal. Metanol juga dianggap sebagai
reduktor untuk emisi prekursor ozon, tapi itu relatif kecil dan tidak efektif
Kendaraan Methanol memberikan kinerja brisker, dan kurang rentan untuk membentuk Ozon, tapi bila
dibandingkan dengan bensin, metana terlalu mahal. Meskipun metanol akan memberikan manfaat dalam hal
performa kendaraan, ketersediaan metanol ini terbatas.
Bensin dibandingkan dengan metanol memiliki kelebihan tertentu sebagai bahan bakar balap, seperti
konsumsi bahan bakar, korosi, ketersediaan, kontaminasi, sistem pendingin dan air dalam bahan bakar.
Bensin adalah ringan, dan membutuhkan sedikit ruang untuk penyimpanan bahan bakar jika dibandingkan
metanol. Mobil metanol mengkonsumsi bahan bakar lebih banyak bila dibandingkan dengan menggunakan
bensin.
Mesin menggunakan bahan bakar lebih banyak dengan metanol dibandingkan dengan bensin, sehingga
jumlah bahan bakar yang masuk ke bak mesin diencerkan dengan metanol. Pemisahan dapat menjadi
masalah serius, dan metanol adalah pelumas yang sangat buruk, yang pada menghasilkan batang katup,
panduan atau katup kursi berkarat. Metanol dapat mengkaratkan logam dan bahan lunak dalam sistem bahan
bakar dengan mudah.
Metanol menciptakan formaldehida, dan kurang mudah terbakar daripada bensin. Metanol beracun dan tidak
boleh bersentuhan dengan kulit, serta bensin yang juga dianggap sebagai ancaman bagi kesehatan
masyarakat. Metanol juga disebut bahan bakar-bio masa depan, sedangkan bensin tidak ramah lingkungan.
Ringkasan Perbedaan Antara Metanol dan Bensin:
1. Metanol merupakan bahan bakar-bio masa depan, sedangkan bensin tidak ramah lingkungan.
2. Bensin dan metanol keduanya digunakan sebagai bahan bakar mobil, dan metanol lebih kuat
daripada bensin.
3. Metanol mahal, dan digunakan sebagai bahan bakar pengganti, dibandingkan dengan bensin.
4. Bensin dan metanol keduanya beracun, dan kontak dengan kulit harus dihindari, terutama
dalam kasus metanol.
5. Metanol kurang mudah terbakar daripada bensin, tetapi dapat menimbulkan korosi pada
bagian logam dalam mesin.
Metanol lebih jarang digunakan sebagai sumber biofuel dibandingkan dengan etanol. Etanol
adalah sumber biofuel utama saat ini. Etanol dan metanol dapat dibuat dari reaktan yang sama
yaitu glukosa (Pratiwi dkk., 2006).
Ada dua cara pembuatan metanol. Pertama, melalui metode pirolisis produk biomas berbasis
selulosa tanaman seperti kayu. Kedua, melalui reaksi metana dengan uap air pada suhu tinggi
(Kuncorojati, 2010).
Pirolisis dimulai dengan memanaskan serpihan serbuk kayu tanpa udara dalam bejana besi
dalam temperatur 500 oC. Hal ini mengakibatkan ikatan menjadi renggang dan dapat terputus.
Akibatnya, selulosa dapat terurai menjadi glukosanya kemudian glukosa akan terurai lagi
menjadi gas CO dan H2 (Kuncorojati, 2010). Hal ini karena terjadi perubahan fasa dari padat ke
gas. Dalam keadaan gas, jarak antara molekul-molekul cukup besar sehingga molekul bergerak
secara bebas ke segala arah dalam garis lurus (Atkins dan Paula, 2006). Reaksinya sebagai
berikut (Kuncorojati, 2010) :
Gliserol sebagai hasil samping reaksi di atas juga dapat tergedradasi kembali menjadi metanol
serta asetaldehid dan etanol. Produk utama dari degradasi gliserol pada kondisi dekat air
superkritis adalah asetaldehid, metanol dan etanol. Produk terbentuk dari lintasan reaksi ionik
dan reaksi radikal bebas yang saling berkompetisi pada kondisi dekat air superkritis. Distribusi
dan terbentuknya produk pada berbagai temperatur ditunjukkan pada Tabel 1 (Rahmawati dan
Anggraeni, 2009).
Tabel 1 Distribusi produk degradasi dari konsentrasi terbesar sampai terkecil
Temperatur Reaksi Produk Utama
200 oC Asetaldehid
250 oC Asetaldehid, metanol
300 oC Asetaldehid, metanol, etanol
350 oC Asetaldehid, metanol, etanol
400 oC Asetaldehid, metanol, etanol
Pembakaran semakin sempurna dengan bertambah pendeknya rantai karbon. Dengan
mencampurkan metanol ke dalam bahan bakar minyak, maka akan meningkatkan bilangan
oktan dari bahan bakar minyak tersebut (Cotton dan Wilkinson, 1989). Bahan aditif yang dapat
ditambahkan dengan metanol agar kelarutannya dalam BBM semakin tinggi antara lain yang
terbaik adalah sabun atau detergen (Zenta, 2009).
BAB III
PEMBAHASAN
Jikalau kita tinjau dengan seksama reaksi yang terjadi pada peristiwa pirolisis kayu :
Produk yang terbentuk adalah asam benzoat yang dalam keadaan padatannya dapat dibuat
sebagai bahan pengembang kue.
Perbandingan energi perliter dari metanol dan berbagai bahan bakar adalah metanol : gasoline :
solar : biodiesel : etanol : BBG = 1: 1,93 : 2,16 : 1,92 : 1,31 : sangat kecil. Terlihat bahwa dari
segi energi, metanol memiliki energi yang lebih rendah dari bahan bakar lain kecuali BBG.
Walaupun metanol memiliki energi yang lebih kecil perliternya dibandingkan dengan bahan
bakar lainnya seperti gasoline, solar, maupun biodiesel, tetapi pembakarannya jauh lebih
sempurna sehingga mengurangi pembentukan gas karbonmonoksida yang beracun bagi tubuh
serta karbon hitam yang membuat mesin kendaraan menjadi gosong. Dibandingkan dengan
BBG, metanol jauh lebih aman secara fisik karena BBG mudah meledak. Tetapi karena sifatnya
yang korosif dan menyebabkan knocking, maka menjadi pertimbangan sendiri untuk
memakainya sebagai bahan bakar.
Yang menjadi masalah bukanlah bagaimana pada pembuatan bahan bakar metanol, metanolnya
bebas dari air, tetapi bagaimana supaya metanol tidak menarik uap air dari atmosfer selama
berada dalam mesin. Metanol dapat dengan mudah menarik uap air dari atmosfer ke dalamnya.
Air pada bahan bakar metanol tidak dapat dihindari. Yang dapat dimodifikasi hanyalah mesinnya.
Sebaiknya digunakan logam pada mesin yang tidak dapat berkarat. Lapisan Al2O3 yang
terbentuk dari proses korosi sekali pun tidak mungkin berguna melindungi logam Al karena di
dalam mesin terjadi sangat banyak dentuman-dentuman dan gesekan-gesekan. Kita ketahui
bersama bahwa potensial reduksi standar dari H2O dan O2 yang dapat menyebabkan korosi
logam adalah sesuai dengan reaksi berikut : O2 + H2O 4e- 4OH- Eo = + 0,40 V. Jadi, supaya
mesin tidak berkarat, maka harus digunakan logam yang potensial reduksi standarnya lebih
besar dari + 0,40 V. Selain itu, tentu saja harus logam yang memiliki kekerasan yang tinggi
sehingga tahan terhadap gesekan antarmesin dan dapat ditempa. Logam-logam yang seperti itu
hanya ada 3 yang ditemukan sampai saat ini, yaitu Ag (Ag+ + e- Ag Eo= +0,80 V), Au (Au+ +
e- Au Eo = + 1,69 V, Au3+ + 3e- Au + 1,40 V), dan Pt (Pt2+ +2e- =1,20 V). Ketiga logam di
atas adalah logam mulia yang mahal sehingga tidak akan ada orang yang tega membuatnya
menjadi komponen mesin. Jadi, biasanya orang-orang menggunakan stainless steel untuk
mengatasi korosi ini (Sunardi, 2007). Tetapi hal itu sebenarnya tidaklah tepat karena stainless
steel masih dapat terkorosi walaupun lebih lambat daripada besi. Ini adalah tantangan yang
besar sebenarnya bagi ilmuwan kimia untuk menemukan paduan logam yang memiliki potensial
reduksi standar lebih besar daripada + 0,40 Volt sehingga tidak dapat terkorosi oleh udara. Perlu
diketahui bersama, BBM 100 % pun tetap mengandung H2O.
Selain itu, karena pembakaran yang terlalu cepat maka semakin memicu terjadinya knocking.
Metanol dengan bahan bakar minyak pun bukanlah perpaduan larutan yang baik karena
kedunya tidak saling melarutkan secara sempurna sehingga harus betul-betul diperhatikan
komposisinya agar dapat tetap dalam satu fasa pada suhu berapa pun yang mungkin
dicapainya. Pengubahan bentuk metanol menjadi metil ester juga bukan solusi yang tepat untuk
dapat digunakan 100 % pada bahan bakar seperti biodiesel yang diupayakan berkembang di
Eropa karena ternyata kandungan air di dalamnya masih cukup tinggi untuk terjadinya korosi.
Kandungan metanol dapat ditingkatkan dengan penggunaan bahan aditif seperti sabun atau
detergen. Hal ini karena sabun dan detergen dapat mengikat metanol yang polar pada bagian
abu alkalinya sekaligus mengikat senyawa hidrokarbon pada bahan bakar minyak yang nonpolar
pada bagian asam lemak atau gliserolnya. Hal ini memungkinkan dibuatnya metanol 20 % atau
bahkan lebih. Namun, perlu diingat bahwa semakin banyak kandungan metanol dalam BBM juga
mendorong semakin besar terjadinya korosi dan knocking.
Kelarutan suatu senyawa berkurang dengan menurunnya suhu. Akibatnya, pada daerah dingin,
kita tidak dapat membuat metanol 15 % dalam BBM. Selain itu, metanol 15 % dapat dengan
sendirinya memisah dengan BBM selama proses pembakaran. Hal ini mungkin karena selama
proses pembakaran, metanol mengadakan kontak dengan udara yang mengandung uap air.
Metanol akan menyerap uap air sehingga metanol semakin dijenuhkan oleh kandungan air.
Akibatnya, dalam beberapa menit, metanol akan memisah dari BBM.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, baik metanol maupun dalam bentuk metil esternya sebaiknya
digunakan dalam konsentrasi 5 % sampai kurang dari 15 % saja untuk menjaga keawetan mesin
kendaraan dan untuk menjaga kemungkinan metanol dan BBM tidak akan memisah pada
penurunan suhu.
Etanol sebagai bahan aditif BBM yang selama ini digunakan sebaiknya digantikan saja dengan
metanol. Metanol dan etanol sama-sama dapat menyebabkan bertambah cepatnya korosi besi.
Tetapi, metanol memiliki pembakaran yang lebih sempurna daripada etanol dan juga metanol
lebih kurang polar dibandingkan dengan etanol sehingga dapat bercampur lebih baik pada
senyawa alifatik hidrokarbon seperti yang terdapat pada bahan bakar kendaraan.
Walaupun sekarang ini para ahli sedang gencar-gencarnya melakukan penelitian untuk
menemukan sumber energi terbarukan, kita sebagai pengguna harus bijak agar jangan sampai
akan timbul masalah baru berupa krisis pangan akibat pangan dijadikan sumber sintesis bahan
bakar atau persaingan lahan antara tanaman pangan dengan tanaman biofuel. Tetap
menghemat energi dan jauhi sikap boros.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Metanol memiliki pembakaran yang lebih sempurna sehingga gas karbonmonoksida sebagai
hasil samping reaksi yang utama yang dihasilkan semakin sedikit. Namun, penggunaan metanol
menimbulkan masalah baru yaitu seperti senyawa alkohol lain, bahan bakar metanol
mempercepat korosi mesin kendaraan. Selain itu, sintesis bahan bakar metanol dengan metode
pirolisis cenderung berbahaya karena menghasilkan gas karbonmonoksida sebagai hasil
samping. Begitu pula dengan metode reaksi metana dengan uap air yang bukan merupakan
solusi karena kelangkaan dari metana itu sendiri. Selain itu, pembakarannya yang terlalu cepat
dapat menimbulkan knocking pada mesin kendaraan.
Metanol ke depannya dapat diarahkan untuk menciptakan bahan bakar yang lebih ramah
lingkungan, namun harus dikembangkan penelitian tentang bagaimana sintesis metanol yang
membutuhkan energi seefisien mungkin tetapi aman bagi kesehatan tubuh dan lingkungan.
Selain itu, harus dikembangkan pula penelitian mengenai modifikasi metanol agar tidak
menyebabkan rusaknya mesin kendaraan misalnya karena korosi atau knocking.
DAFTAR PUSTAKA
Aklis, N., 2009, Uji Prestasi Mesin Motor Bensin dengan Bahan Bakar B-5 Bioethanol Biji
Mangga dan B-5 Ethanol Pasar, Jurnal Penelitian Sains & Teknologi (online), 10, 92-100,
http://www.google.co.id, diakses pada tanggal 4 Oktober 2010 pada pukul 08.30.
Anonim, 2009, Metanol, http://id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 2 Oktober 2010 pukul 15.00
WITA.
Atkins, P., dan Paula, J. D., 2006, Physical Chemistry, Oxford University press, London.
Cotton, F. A., dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI press, Jakarta.
Fitrayadi, D., 2008, Penggunaan Metanol sebagai Bahan Aditif untuk Meningkatkan Angka Oktan
pada Bensin yang Ramah Lingkungan (online), diakses pada tanggal 4 Oktober 210 pukul 11.00
WITA.
Lide, D. R., 2004, CRC Handbook of Chemistry and Physics, (online), http://www.google.com,
diakses pada tanggal 9 Maret 2010 pukul 14.40 WITA.
Nelly, Fransiska, A., Nyoto, H., dan Utomo, J., 2004, Perancangan Awal Pabrik Biodiesel dari
Minyak Jelantah Sawit, Prosiding (online), 10, 101-106, http:// www.google.co.id, diakses pada
tanggal 4 Oktober 2010 pukul 10.10 WITA.
Norman, R. O. C., 1978, Principles of Organic Synthesis, Chapman and Hall, London.
Pratiwi, D. A., Maryati, S., Srikini, Suharno, dan Bambang, 2006, Biologi, Erlangga, Jakarta.
Putut, S., 2010, Proses Fermentasi Etanol, http://id.answers.yahoo.com, diakses pada tanggal 3
Oktober 2010 pukul 12.00 WITA.
Rahmawati, E. K., dan Anggraeni, Y., 2009, Degradasi Gliserol Menjadi Produk Kimia Antara
(Chemical Intermediate Product) pada Kondisi Dekat Air Superkritis (online), http://
www.google.co.id, diakses pada tanggal 4 Oktober 2010 pukul 10.25 WITA.
Sukardi, 2007, 116 Unsur Kimia Deskriptif dan Pemanfaatannya, Yrama Widya, Bandung.
Tim Dosen Kimia Dasar, 2009, Kimia Organik Dasar, UPT MKU Unhas, Makassar.
Zenta, F., 2009, Teknik Laboratorium Kimia Organik, Unhas press, Makassar.
Produksi Metanol dari Bahan Baku Biomas
Metanol dapat diproduksi dari bahan baku biomas dengan menggunakan proses hydrocarb. Secara
umum proses hydrocarb dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: proses hydrogasification dari bahan baku
biomas, proses pyrolysis yang merupakan proses dekomposisi metana secara thermal dan proses
pembentukan metanol secara catalytic.
Biomas yang berasal dari kayu bakar mempunyai komposisi seperti ditunjukkan dalam Tabel 3.1 dan
mempunyai rumus kimia CH1.38O0.59. Kandungan abu dan sulfur dari kayu bakar lebih kecil bila
dibandingkan dengan batubara, yang akan mengurangi biaya dan kesulitan dalam memanfaatkan
biomas.
Table 3.1 Analisis Komposisi Kayu Bakar
Kandungan Kayu Bakar Persen Kandungan (%)
Abu
Karbon
Hidrogen
Sulfur
Nitrogen
Oksigen 0.74
51.94
5.99
0.18
0.48
40.67
Total 100.00
Total proses hydrocarb dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi sebagai berikut:
CH1.38O0.59 + 0.245 CH4 0.655 C + 0.59 CH3OH
kayu bakar + gas alam karbon + methanol
Mula-mula biomas, gas alam, dan penyerap sulfur diumpankan ke reaktor hydrogasification pada
suhu 800oC dengan tekanan 5 x 106 N/m2 (50 atm). Reaksi yang terjadi selama proses ini :
C + 2H2 CH4
C + H2 CO + H2
CO + H2O CO2 + H2
CO + H2 C + H2O
Abu, karbon dan penyerap sulfur keluar dari reaktor hydrogasification dalam bentuk padat
sedangkan gas yang dihasilkan diumpankan ke reaktor kedua yang mempunyai suhu 1100oC dan
tekanan sekitar 50 atm dan reaksinya :
CH4 C + 2 H2
C + H2O CO + H2
C + CO2 2 CO
Karbon murni yang terbentuk dalam dekomposisi thermal dari metana dalam reaktor pyrolysis
dibuang sebagai hasil sampingan. Kemudian metanol diproses dalam reaktor ketiga pada suhu
260oC dan tekanan sekitar 50 atm.
CO + 2 H2 CH3OH
CO2 + 3 H2 CH3OH + H2O
Setelah kondensasi metanol, sisa-sisa gas dikembalikan ke reaktor hydrogasification. Seluruh
nitrogen yang terkandung dalam bahan baku diubah menjadi N2.
Analisis didasarkan pada asumsi bahwa efesiensi penggunaan energi ekivalen dengan teknik
konvensional menggunakan metanol. Perbandingan kalor pembakaran berbagai bahan bakar
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Perbandingan kalor berbagai bahan bakar
Sumber : http://roilbilad.wordpress.com/2010/07/06/analis-kalor-pembakaran-dan-harga-berbagai-
alternatif-bahan-bakar
3.3 Blending Metanol dan BBM
Angka oktan adalah angka yang menyatakan kandungan molekul iso-oktan (C8) yang terdapat dalam
bahan bakar bensin. Secara garis besar, bensin dihuni oleh iso-oktan dan normal-heptana. Iso-oktan
bersifat tahan digebuk atau dikompres hingga volume terkecil tanpa mengalami pembakaran
spontan. Normal-heptana mempunyai karakteristik berlawanan dengan iso-oktan, yakni mudah
terbakar spontan meskipun baru ditekan sedikit.
Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan penambahan metanol sebagai bahan aditif. Hasil telah
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan angka oktan untuk metanol 0% (blanko) = 88, metanol 3 %
= 90,20, metanol 6% = 91,70, metanol 9% = 92,40, dan metanol 12% = 93,40.
Berdasarkan hasil pengukuran angka oktan yang telah dilakukan, penambahan metanol dapat
meningkatkan angka oktan. Hal ini disebabkan metanol memiliki memiliki angka oktan 133.
Berdasarkan angka oktan metanol pencampuran bahan aditif metanol pada bensin menyebabkan
kenaikan angka oktan, lebih ekonomis dibandingkan dengan bensin bahan aditif lain.
Metanol merupakan senyawa oksigenat (organik beroksigen) dengan angka oktan metanol yang
tinggi dihasilkan pembakaran yang sempurna. Karekteristik metanol yang titik didih rendah
menjadikan pembakaran lebih cepat dan sifat volatil yang rendah (berat molekul rendah) yang sulit
menghasilkan getah dapat dijadikan bahan aditif pada bensin untuk menggantikan bahan aditif lain
yang kurang efektif dan efisien. Aditif metanol tidak menghasilkan logam berat seperti timbal pada
TEL, mangan pada MMT dan karsiogenik pada MTBE. Dari sifat metanol lebih sedikit dihasilkan gas
CO yang bersifat racun karena pembakaran yang sempurna gas buang diubah CO2 dan H2O. Bahan
aditif metanol analog dengan bahan bakar metanol maka mesin lebih baik karena sedikit
menghasilkan getah, endapan NOx dan SOx yang bersifat korosif pada mesin. Senyawa NOx dan SOx
diubah dalam bentuk gas NO2 dan SO2. Senyawa Nitrogen dan Sulfur tidak bisa dikurangi karena
senyawa tersebut hasil dari pengolahan bensin. Untuk menguranginya pada proses pengolahan
bensin diharapkan senyawa tersebut diminimalisir. mesin lebih baik dan tidak mudah korosif
perawatan mesin lebih murah dan lebih ekonomis.
Bensin adalah senyawa hidrokarbon yang berisi hidrogen dan atom karbon. Pada mesin yang beres,
oksigen mengubah semua hidrogen dalam bahan bakar menjadi air dan mengubah semua karbon
menjadi karbon dioksida. Namun pada kenyataannya, proses pembakaran ini tidak selamanya
berlangsung sempurna. Akibatnya, mesin kendaraan mengeluarkan beberapa jenis polutan
berbahaya, seperti hidrokarbon (HC), oksida nitrogen (NOx), karbon monoksida (CO), karbon
dioksida (CO2), oksida belerang (SOx).
Setelah dilakukan uji oktan kemudian dilanjutkan uji emisi. Dari tabel gas buang bahwa pada
penambahan 9 %, yang ditunjukkan bahwa gas buang CO dan CO2 menurun yaitu masing-masing
0,352 dan 7,530 dari blanko yaitu gas buang CO = 0,539 dan CO2 = 8,36. Tetapi pada gas oksigen
yang dihasilkan mengalami kenaikan yaitu dari blanko 8,04 ke metanol 9 % = 9, 70. Jadi dengan
penambahan metanol sebagai bahan aditif pada bensin, angka oktan meningkat dan gas buang lebih
bersih dan ramah lingkungan. Berikut tabel mengenai gas buang dari pencampuran metanol pada
bensin.
3.4 Kendala-kendala Penggunaan Metanol
Metanol digunakan secara terbatas dalam mesin pembakaran dalam, dikarenakan metanol tidak
mudah terbakar dibandingkan dengan bensin. Metanol campuran merupakan bahan bakar dalam
model radio kontrol. Salah satu kelemahan metanol sebagai bahan bakar adalah sifat korosi
terhadap beberapa logam, termasuk aluminium. Metanol, merupakan asam lemah, menyerang
lapisan oksida yang biasanya melindungi aluminium dari korosi:
6 CH3OH + Al2O3 → 2 Al(OCH3)3 + 3 H2O
Ketika diproduksi dari kayu atau bahan oganik lainnya, metanol organik tersebut merupakan bahan
bakar terbarui yang dapat menggantikan hidrokarbon. Namun mobil modern pun masih tidak bisa
menggunakan BA100 (100% bioalkohol) sebagai bahan bakar tanpa modifikasi. Metanol juga
digunakan sebagai solven dan sebagai antifreeze, dan fluida pencuci kaca depan mobil.
Penggunaan metanol terbanyak adalah sebagai bahan pembuat bahan kimia lainnya. Sekitar 40%
metanol diubah menjadi formaldehyde, dan dari sana menjadi berbagai macam produk seperti
plastik, plywood, cat, peledak, dan tekstil. Dalam beberapa pabrik pengolahan air limbah, sejumlah
kecil metanol digunakan ke air limbah sebagai bahan makanan karbon untuk denitrifikasi bakteri,
yang mengubah nitrat menjadi nitrogen. bahan bakar direct-metanol unik karena suhunya yang
rendah, operasi pada tekanan atmofser, mengijinkan mereka dibuat kecil. Ditambah lagi dengan
penyimpanan dan penanganan yang mudah dan aman membuat metanol dapat digunakan dalam
perlengkapan elektronik.
3.5 Jarak Tempuh Penggunaan Bahan Bakar (Km/liter)
Premium rumus kimianya adalah C8H18 dan pertamax rumusnya C10H24
Mari kita lihat premium atau C8H18 jika di crack atau diurai atomnya 8 Carbon dan 18 atom
hydrogen (H2) , apabila H2O (air) di pecah atomnya dengan elektrolisa adalah oksigen 1 atom dan
H2 2 atom, sehingga untuk menyamai atom premium anda harus kalikan 9 kali H2O yang
dielektrolisa atau dengan cara menaikan arus dc elektrolisa sampai 9 kali, contoh jika sebuah
hydrogen elektrolisa 3 amper sudah menghasilkan gelembung hydrogen (H2) maka 3X9=27 amper
elektrolisa tadi hasil hydrogen nya baru bisa menyerupai H18.
Dengan alasan sumber listrik pada kendaran tidak cukup memadai apabila di ambil arus sampai
27amper maka gas hydrogen dengan cracking Premium dan atau pertamax lebih efisien dan tidak
mahal, memang cara ini tidak merupakan penghemat dengan cara non fosil fuel supelmen tetapi
untuk trik penghemat bbm pada saat ini akan lebih nyata menguntungkan. Sudah mencoba pada
kendaraan sepeda motor dan mobil. Dan hasilnya sangat memuaskan yaitu :
Honda supraX 2007 bisa 111km/L
Honda Kharisma 125cc 100km/L
Yamaha VEGA R rata-rata 80-85km /L
Honda Vario rata-rata 55 -57 km/L
Yamaha Mio rata-rata 49 – 52 km /L
Suzuki smash 100 km /L dg speed 40-60km/j
Sanex Mocin matic 54 km /L aslinya 25km/j
Mobil Honda accord 81 sebelum 9km/l bisa menjadi 15,5km/ L
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi pustaka dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikiut:
1. Metanol dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif dalam pemenuhan energi nasional
maupun dunia bila suatu saat cadangan minyak habis karena metanol berasal dari bahan baku
biomas yang dapat diperbaharui.
2. Karbon yang dihasilkan dalam produksi metanol bebas dari abu, sulfur dan nitrogen sehingga
dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk sektor industri dan mempunyai dampak pemakaiannya
terhadap lingkungan yang kecil.
3. Metanol yang dihasilkan mempunyai emisi CO2 yang minimum sehingga sangat baik digunakan
sebagai pengganti bahan bakar kendaraan bermotor.
3.1 Saran
Di Indonesia penggunaan metanol sebagai bahan bakar masih minim karena masih kurangnya
perhatian pemerintah terhadap bahan bakar alternatif ini. Indonesia kaya akan dengan bahan baku
biomas, sehingga memungkinkan produksi metanol secara besar-besaran yang dapat menambah
pendapatan negara khususnya PT. Pertamina. Selain itu juga perlu dilakukan berbagai penelitian
dalam pengembangan penggunaan bahan bakar ini khususnya di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
[2] BP. 2009. BP Statistical Review Full Report Workbook 2009. www.bp.com. Diakses pada 2
Oktober 2010.
[3] International Energy Agency. 2007. Key World Energy Statistic. International Energy Agency, Head
of Communication and Information Office. France.
[4] Energy Information Administration. 2007 International Energy Outlook 2007. US Department of
Energy. USA.
[5] Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Siaran Pers Nomor :
24/HUMAS DESDM/2008. 2008. Membangun Ketahanan Energi Nasional.
http://www.esdm.go.id/siaran-pers/55-siaran-pers/1687-membangun-ketahanan-energi-
nasional.html. Diakses 3 Oktober 2010.
[6] Di Blasi, C., Branca, C., Santoro, A., Hernandez, E., 2001, Pyrolytic Behavior and Products of Some
Wood Varieties. Combustion and Flame, 124, 165-177.
[8] Singh, R.K and Misra, 2005, Biofels from Biomass, Department of Chemical Engineering National
Institue of Technology, Rourkela.
http://ilmualam.net/perbedaan-antara-metanol-dan-bensin.html
http://bahanbakar-gas.blogspot.co.id/2012/06/pertanyaan-seputar-bbg-bahan-bakar-gas.html
http://suhendraiskandar.blogspot.co.id/2010/11/metanol-sebagai-bahan-bakar-alternatif.html
http://chemistrysandyabdikusumah.blogspot.co.id/2011/05/metanol-sebagai-bahan-bakar-
alternatif_08.html
http://library.usu.ac.id/download/ft/kimia-bode.pdf
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12895-Presentation.pdf
https://juteg28ganteng.wordpress.com/2012/11/17/cara-membuat-biogas-sebagai-bahan-bakar-
alternatif/