Anda di halaman 1dari 22

MESIN KONVERSI ENERGI

(BIOGAS)

Biogas adalah bahan bakar yang tidak menghasilkan asap. Dihasilkan oleh

suatu proses yang disebut proses pencernaan anaerobik, menghasilkan gas

campuran metan (CH4), karbon dioksida (CO2) dan sejumlah kecil nitrogen,

amonia, sulfur dioksida, hidrogen sulfida dan hidrogen. Gas metan merupakan gas

yang tidak berwarna, tidak berbau, mudah terbakar dan dalam pengapian berwarna

biru. Karbon dioksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan bukan

gas yang mudah terbakar.

Tabel. Komponen Penyusun Biogas

Jenis Gas Konsentrasi

Metana (CH4) 45 – 70%

Nitrogen (N2) 0,01-5%

Karbondioksida (CO2) 25 – 55%

Hidrogen (H2) 0-1%

Oksigen (O2) 0,01 – 2%

Hidrogen Sulifda (H2S) 10-30000mg/m3

Ammonia (NH3) 0,01-2,5 mg/m3

Water vapour 0-10%

Nilai kalori gas methana dalam biogas 17% lebih tinggi dari bensin. Nilai

kalori gas methana murni 8.900 kcal/m3, sedangkan nilai kalori biogas yang masih

berupa campuran gas-gas berkisar 5.000 - 6.513 kcal/m3.. Semakin tinggi

5
6

kandungan metan maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas,

dan sebaliknya semakin kecil kandungan metan semakin kecil nilai kalor.

Tabel. Kesetaraan biogas dengan sumber bahan bakar lain

Bahan Bakar Jumlah

Elpiji 0,46 kg

Minyak Tanah 0,62 liter

Minyak Solar 0,52 liter

Bensin 0,80 liter

Gas Kota 1,50 m3

Kayu Bakar 3,50 kg

Biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah

lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana, batu bara, maupun bahan-bahan

lain yang berasal dari fosil. Teknologi pembuatannya juga relatif lebih sederhana

dengan memproses limbah biomassa di dalam alat kedap udara yang disebut

digester.

Sifat kimia dan fisika biogas antara lain :

1. Biogas memiliki BM rata-rata 34. Mencair pada suhu –178 oC sehingga

agak sulit untuk menyimpannya dalam tangki.

2. Biogas dengan udara (O2) membentuk campuran yang mudah meledak jika

terkena nyala api. Flash point metan (CH4) yaitu sebesar -188 ºC dan

autoignition metan adalah sebesar 595 ºC.


7

3. Metan dalam biogas bersifat narkotika. Apabila dihirup langsung dapat

mengakibatkan kesulitan bernapas dan mengakibatkan kematian.

Secara alami, biogas dapat terbentuk pada limbah pembuangan air,

tumpukan sampah, dasar danau atau rawa. Mamalia menghasilkan biogas dalam

sistem pencernaannya karena bakteri dalam sistem pencernaan menghasilkan gas

untuk proses mencerna selulosa.

Biogas dapat dihasilkan dari semua jenis bahan organik namun hanya bahan

organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine hewan ternak yang paling

cocok untuk sistem biogas sederhana.

Keuntungan penggunaan biogas :

1. Biogas merupakan energi berbahan baku limbah seperti biomassa sehingga

biogas tidak merusak keseimbangan CO2 yang diakibatkan oleh

penggundulan hutan (deforestation) dan perusakan tanah.

2. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya di

atmosfer akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas

sebagai bahan bakar maka akan mengurangi gas metana di udara.

3. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang berasal dari hasil fotosintesis

tanaman sehingga bila dilepaskan lagi tidak akan menambah jumlah karbon

di atmosfer.

4. Aplikasi anaerobik digestion pada pembuatan biogas akan meningkatkan

nilai manfaat dari limbah.

5. Produk samping seperti sludge, yang berupa padata dan cairan. dapat

digunakan sebagai pupuk cair dan pupuk padat.


8

Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan

molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung

molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana

(C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang).

Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.

Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global

ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang

sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan

ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana

yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang

berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan

pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun

secara berturut-turut).

Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat

juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah

kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.

Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama

dari gas yang harus dipisahkan. Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan

dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas

alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau.

Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas

tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi

kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak

berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya
9

pernafasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang

dapat membahayakan. Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat

mudah terbakar dan menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara,

sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam

ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran

yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang

dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara

adalah antara 5% hingga 15%. Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan,

umumnya tidak mengkhawatirkan karena sifatnya yang lebih ringan, dan

konsentrasi yang di luar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan ledakan.

Pemanfaatan biogas dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti halnya

gas alam. Tujuan utama pembuatan biogas adalah untuk mengisi kekurangan atau

mensubtitusi sumber energi di daerah pedesaan sebagai bahan bakar keperluan

rumah tangga, terutama untuk memasak dan lampu penerangan, selain itu dapat

digunakan untuk menjalankan generator untuk menghasilkan listrik dan

menggerakkan motor bakar. Biogas mengandung berbagai macam zat, baik yang

terbakar maupun yang dapat dibakar. Zat yang tidak dapat dibakar merupakan

kendala yang dapat mengurangi mutu pembakaran gas tersebut. Walaupun

kandungan kalornya relatif rendah dibanding dengan gas alam, butana dan propana,

tetapi masih lebih tinggi dari gas batubara. Selain itu biogas ramah lingkungan,

karena sumber bahannya memiliki rantai karbon yang lebih pendek bila

dibandingkan dengan minyak tanah, sehingga gas CO yang dihasilkan relatif lebih

sedikit. Nilai kalori biogas tergantung pada komposisi metana dan karbondioksida,

dan kandungan air di dalam gas. Gas mengandung banyak kandungan air akibat
10

dari temperatur pada saat proses, kandungan air pada bahan dapat menguap dan

bercampur dengan metana. Pada biogas dengan kisaran normal yaitu 60-70%

metana dan 30-40% karbondioksida, nilai kalori antara 20 – 26 J/cm3.

Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan

molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung

molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana

(C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang).

Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.

Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global

ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang

sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan

ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana

yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang

berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan

pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun

secara berturut-turut).

Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat

juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah

kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.

Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama

dari gas yang harus dipisahkan. Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan

dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas

alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau.

Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas
11

tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi

kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak

berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya

pernafasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang

dapat membahayakan. Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat

mudah terbakar dan menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara,

sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam

ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran

yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang

dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara

adalah antara 5% hingga 15%. Ledakan untuk gas alam terkompresi di

kendaraan, umumnya tidak mengkhawatirkan karena sifatnya yang lebih ringan,

dan konsentrasi yang di luar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan ledakan.

Komposisi dan produktifitas system biogas dipengaruhi oleh parameter-

parameter temperatus digester, ph(tingkat keasaman), tekanan dan kelembapan

udara. Komponen biogas yang paling penting adalah metana (CH4). Tabel dibawah

adalah gambaran komposisi biogas dari horikawa tahun 2004 dimana biogas

tersusun dari 81,1 % CH4.

Proses Pembentukan Biogas

Fermentasi adalah proses mikrobiologis yang merupakan himpunan proses

metabolisme sel. Fermentasi bahan organik tersebut dapat terjadi dalam keadaan

aerobik maupun anaerobik. Biogas adalah hasil dari fermentasi anaerobik.


12

Sedangkan fermentasi aerobik menghasilkan gas-gas amonia (NH3) dan

karbondioksida (CO2).

Proses pembentukan biogas (anaerobic digestion) merupakan serangkaian

proses dimana bahan awal terus dipecah menjadi unit yang lebih kecil oleh

kelompok mikroorganisme anaerob. Mikroorganisme tersebut berturut-turut

menguraikan senyawa organik hingga tidak menghasilkan biogas. Pemecahan

bahan organik ini berlangsung pada kondisi tanpa udara. Waktu penguraian

tergantung pada komposisi biomassanya. Semakin kompleks molekulnya, semakin

lama waktu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahnya.

Pada tabel dibawah ini menunjukkan beberapa jenis senyawa yang dapat

terdekomposisi dengan sempurna menjadi biogas.

Tabel. Yield biogas dari limbah biomassa

Gas yield, STP

Organik ml ml CH
Proses
substance biogas/ CH4/ 4%

g g

Selulosa (C6H10O5)n + nH2O 3nCH4 + 3nCO2 830 415 50,0

2C5H7NO2 + 8H2O 5CH4 + 3CO2 +


Protein 2(NH4)(HCO3) 793 504 63,6

Lemak C57H104O6 + 28H2O 40CH4 + 17CO2 1444 1014 70,2

Bakteri metanogenik dan asidogenik, adalah bakteri yang berperan pada

proses anaerobik digestion. Bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang
13

mengandung bahan organik. Bakteri metanogen termasuk mikroorganisme

anaerob yang sangat sensitif terhadap oksigen. Bakteri metanogen

pertumbuhannya akan terhambat apabila dalam konsentrasi oksigen terlarut 0,01

mg/l.

Proses pembuatan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu proses

terbentuknya gas metana dalam kondisi anaerob dengan bantuan bakteri anaerob

di dalam suatu digester sehingga akan dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon

dioksida (CO2) yang volumnya lebih besar dari gas hidrogen (H2), nitrogen (N2)

dan asam sulfida (H2S). Proses fermentasi memerlukan waktu 5 sampai 15 hari

untuk menghasilkan biogas dengan suhu optimum 35 oC dan pH optimum pada

range 6,4 – 7,9. Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu bakteri anaerob

seperti Green Phoskko-7( GP-7).

Reaksi pembentukan metana (Price and Paul, 1981) dari bahan – bahan

biomassa yang dapat terdegradasi dengan bantuan enzim maupun bakteri dapat

dilihat sebagai berikut:

- Polisakarida hidrolisis glukosa glikolisis as. asetat bakteri metana CH4+CO2+H2

Gliserol fosforilasi asam asetat bakteri metana CH4+CO2+H2

- Lemak hidrolisis asam lemak β-oksidasi asam asetat bakteri metana CH4+CO2+H2

- Protein hidrolisis asam amin deaminasi asam asetat bakteri metana CH4+CO2+H2

Secara umum, reaksi pembentukan CH4 yaitu :

CxHyOz + (x-¼y-½z) H2O (½ x-1/8y+¼z) CO2 + (½x-1/8y+¼z) CH4

Pada pembuatan biogas dari bahan baku kotoran sapi yang banyak

mengandung selulosa. Bahan baku dalam bentuk selulosa akan lebih mudah
14

dicerna oleh bakteri anaerob. Reaksi pembentukan CH4 adalah: (Price dan

Cheremisinoff,1981).

(C6H10O5)n + n H2O 3n CO2 + 3n CH4

Rangkaian reaksi enzimatis berbagai senyawa organik misalnya pengurai

karbohidrat, lemak, protein dapat berdasarkan reaksi berikut ini (Nemerow,1978) :

Penguraian karbohidrat :

(C6H10O6)x + xH2O(C6H12O6)

(C6H12O6) 2 C2H5OH + 2 CO2

4 CH3CH2OH 2 CH3COOH + 4 CH4

CH3COOH CH4 + CO2

Reaksi kimia pembuatan biogas (gas metana) ada 3 tahap, yaitu :

1. Reaksi Hidrolisis / Tahap pelarutan

Pada tahap ini bahan yang tidak larut seperti selulosa, polisakarida dan lemak

diubah menjadi bahan yang larut dalam air seperti karbohidrat dan asam

lemak.Tahap pelarutan berlangsung pada suhu 25˚ C di digester (Price dan

Cheremisinoff, 1981).

Reaksi:

(C6H10O5)n(s) + n H2O (l) n C6H12O6

Selulosa air glukosa

(C6H10O6)x + xH2O (C6H10O6)

Karbohidrat air glukosa

2. Reaksi Asidifikasi / Tahap pengasaman

Pada tahap asidifikasi, bakteri menghasilkan asam, mengubah senyawa rantai

pendek hasil proses pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen dan
15

karbondioksida. Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerobik yang dapat tumbuh

dan berkembang pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat bakteri

tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut

dalam larutan, pembentukan asam dalam kondisi anaerobik sangat penting untuk

membentuk gas metan oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu,

bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol,

asam organik, asam amino, karbondioksida, H2S dan sedikit gas metan (Amaru,

2004).

Menurut Deublein dan Steinhauser (2008) produk terpenting dalam tahapan

asidogenesis adalah asam asetat, asam propionate, asam butirat, H2 dan CO2.Selain

itu dihasilkan sejumlah kecil asam formiat, asam laktat, asam valerat, methanol,

etanol, butadienol dan aseton.Tahap ini berlangsung pada suhu 25˚ C di digester

(Price dan Cheremisinoff, 1981). Reaksi:

n(C6H10O6) 2n (C2H5OH) + 2n CO2(g) + kalor


glukosa etanol karbondioksida

2n (C2H5OH) (aq) + n CO2(g) 2n (CH3COOH)(aq) + nCH4(g)


Etanol karbondioksida asam asetat metana

3. Reaksi Metanogenesis / Tahap gasifikasi

Pada tahap ini bakteri metanogenik mendekomposisikan senyawa

dengan berat molekul rendah menjadi senyawa dengan berat molekul tinggi.

Sebagai contoh bakteri ini menggunakan hidrogen, CO2 dan asam asetat untuk

membentuk metana dan CO2. Bakteri penghasil asam dan gas metana

bekerjasama secara simbiosis. Bakteri penghasil asam membentuk keadaan

atmosfir yang ideal untuk bakteri penghasil metana. Sedangkan bakteri


16

pembentuk gas metana menggunakan asam yang dihasilkan bakteripenghasil

asam. Tanpa adanya proses simbiotik tersebut, akan menciptakan kondisi toksik

bagi mikroorganisme penghasil asam. Metana diproduksi dari asam asetat,

hidrogen dan karbon dioksida.Pada tahap ini juga, bakteri metana membentuk

gas metana secara perlahan secara anaerob. Proses ini berlangsung selama 14

hari dengan suhu 25˚ C di dalam digester. Pada proses ini akan dihasilkan 70%

CH4, 30 % CO2, sedikit H2 dan H2S (Price dan Cheremisinoff, 1981) sesuai

dengan reaksi dibawah ini :

2n (CH3COOH) 2n CH4(g) + 2n CO2(g)

asam asetat gas metan gas karbondioksida

Gambar. Proses pembentukan biogas


Sumber: Hardyanti (2007)

Faktor yang berpengaruh terhadap proses pencernaan anaerob :

a. Faktor biotik
17

Faktor biotik berupa mikroorganisme dan jasad aktif di dalam proses

fermentasi anaerob. Semakin banyak simbiosis yang terjadi akan semakin baik

daya dukung terhadap lingkungan hidup baketri penghasil metan.

b. Faktor abiotik

1. Bahan baku

Pembentukan biogas dapat berlangsung dengan baik apabila bahan baku yang

berupa padatan sebaiknya digiling atau dirajang terlebih dahulu.

2. Kadar air

Setiap jenis mikroorganisme mempunyai kebutuhan air tertentu. Penambahan

air dapat meratakan sebaran bakteri dalam substrat, menjamin pencampuran

dan ketersediaan nutrient.

3. Rasio C/N

Mikroba yang berperan dalam proses secara anaerobik membutuhkan nutrisi

untuk tumbuh dan berkembang, berupa sumber karbon dan sumber nitrogen.

Kebutuhan unsur karbon dapat dipenuhi dari karbohidrat, lemak, dan asam-

asam organik, sedangkan kebutuhan nitrogen dipenuhi dari protein, amoniak

dan nitrat. Perbandingan C/N (C/N rasio) substrat akan berpengaruh pada

pertumbuhan mikroorganisme. Rentang rasio C/N antara 20 sampai dengan 30

merupakan rentang optimum untuk proses penguraian anaerob. Jika C/N

terlalu tinggi, nitrogen akan dikonsumsi dengan cepat oleh bakteri metanogen

untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhannya. Sehingga menghasilkan biogas

dengan kandungan CH4 rendah, CO2 tinggi, H2 tinggi dan N2 rendah.

Sebaliknya jika C/N terlalu rendah, maka akan menghasilkan biogas dengan
18

kandungan CH4 rendah, CO2 tinggi, H2 rendah, dan N2 tinggi, sehingga N2 akan

dibebaskan dan berakumulasi dalam bentuk amonia (NH4).

4. Temperatur

Temperatur 35-55oC merupakan temperatur optimum untuk perkembang

biakan bakteri metan. Temperatur efektif ditentukan dari berbagai faktor antara

lain iklim, kecepatan konversi, konversi nutrien dan pembentukan substrat

tertentu dari pemecahan substrat asal. Mikroorganisme sangat rentan terhadap

perubahan suhu sehingga berpengaruh pada perubahan laju reaksi. Perubahan

temperatur ekstrim dapat menghambat produksi gas.

Gas metana dapat diproduksi pada tiga range temperatur sesuai dengan

bakteri yang hadir. Bakteri psyhrophilic 0 – 7oC, bakteri mesophilic pada

temperatur 13 – 40 oC sedangkan thermophilic pada temperatur 55 – 60 oC.

Temperatur yang optimal untuk digester adalah temperatur 30 – 35 oC, kisaran

temperatur ini mengkombinasikan kondisi terbaik untuk pertumbuhan bakteri

dan produksi methana di dalam digester dengan lama proses yang pendek.

Temperatur yang tinggi/ range thermophilic jarang digunakan karena sebagian

besar bahan sudah dicerna dengan baik pada range temperatur mesophilic,

selain itu bakteri thermophilic mudah mati karena perubahan temperatur,

keluaran/ sludge memiliki kualitas yang rendah untuk pupuk, berbau dan tidak

ekonomis untuk mempertahankan pada temperatur yang tinggi, khususnya

pada iklim dingin. Bakteri mesophilic adalah bakteri yang mudah

dipertahankan pada kondisi buffer yang mantap (well buffered) dan dapat tetap

aktif pada perubahan temperatur yang kecil, khususnya bila perubahan berjalan

perlahan. Pada temperatur yang rendah 15oC laju aktivitas bakteri sekitar
19

setengahnya dari laju aktivitas pada temperatur 35oC. Pada temperatur 10oC –

7oC dan dibawah temperatur aktivitas, bakteri akan berhenti beraktivitas dan

pada range ini bakteri fermentasi menjadi dorman sampai temperatur naik

kembali hingga batas aktivasi. Apabila bakteri bekerja pada temperatur 40 oC

produksi gas akan berjalan dengan cepat hanya beberapa jam tetapi untuk sisa

hari itu hanya akan diproduksi gas yang sedikit.

Massa bahan yang sama akan dicerna dua kali lebih cepat pada 35°C

dibanding pada 15°C dan menghasilkan hampir 15 kali lebih banyak gas pada

waktu proses yang sama. Di dalam Gambar 2 dapat dilihat bagaimana

perbedaan jumlah gas yang diproduksi ketika digester dipertahankan pada

temperatur 15°C dibanding dipertahankan 35°C. Seperti halnya proses secara

biologi tingkat produksi metana berlipat untuk tiap peningkatan temperatur

sebesar 10 – 15 oC. Sangat penting untuk menjaga temperatur tetap stabil

apabila temperatur tersebut telah dicapai. Panas sangat penting untuk

meningkatkan temperature bahan yang masuk ke dalam biodigester dan untuk

mengganti kehilangan panas dari permukaan biodigester. Kehilangan panas

pada biodigester dapat diatasi dengan meminimalkan kehilangan panas dari

bahan. Misalnya, kotoran sapi segar memiliki temperatur 35 oC Apabila jarak

waktu antara tubuh ternak dan biodigester dapat diminimalkan, kehilangan

panas dari kotoran dapat dikurangi dan panas yang dibutuhkan untuk mencapai

35 oC lebih sedikit.
20

Gambar. Representatif grafik suhu anaerobic digestion

5. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman memiliki efek terhadap aktivasi biologi dan

mempertahankan pH agar stabil penting untuk semua kehidupan. Kebanyakan

dari proses kehidupan memiliki kisaran pH antara 5 – 9. Nilai pH yang

dibutuhkan untuk digester antara 7 – 8,5. Bila proses tidak dimulai dengan

membibitkan bakteri methana, seperti memasukkan kotoran hewan ke dalam

kolam, kondisi buffer tidak akan tercipta dan perubahan yang terjadi adalah:

selama tahap awal dari proses sekitar 2 minggu, pH akan turun hingga 6, atau

lebih rendah, ketika sejumlah CO2 diberikan. Hal ini akan terjadi selama 3

bulan dengan penurunan keasaman yang lambat (6 bulan pada cuaca yang

dingin) selama waktu itu ikatan asam volatile dan nitrogen terbentuk Seperti

pada pencernaan, karbondioksida dan metana diproduksi dan pH perlahan

meningkat hingga 7.

Ketika campuran menjadi berkurang keasamannya maka fermentasi

metanalah yang mengambil alih proses pencernaan. Sehingga nilai pH


21

meningkat diatas netral hingga 7,5 – 8,5. Setelah itu campuran menjadi buffer

yang mantap (well buffered), dimana bila dimasukkan asam/basa dalam jumlah

yang banyak, campuran akan stabil dengan sendirinya pada pH 7,5 – 8,5

Apabila campuran sudah mantap, ini memungkinkan untuk menambah

sejumlah kecil bahan secara berkala dan dapat mempertahankan secara konstan

produksi gas dan sludge (pada digester aliran kontinyu). Bila bahan

dimasukkan tidak teratur (digester tipe batch), enzim akan terakumulasi

sehingga padatan organik menjadi jelek dan produksi metana terhenti

Pertumbuhan bakteri penghasil gas metana akan baik bila pH bahannya pada

keadaan alkali (basa). Bila proses fermentasi berlangsung dalam keadaan

normal dan anaerobik, maka pH akan secara otomatis berkisar antara 7 – 8,5.

Bila derajat keasaman lebih kecil atau lebih besar dari batas, maka bahan

tersebut akan mempunyai sifat toksik terhadap bakteri metanogenik.

6. Konsentrasi substrat

Kondsi optimum dicapai jika jumlah mikroorganisme sebanding dengan

substrat. Dengan mencampur 2 atau lebih substrat akan memberikan manfaat,

pengenceran senyawa, peningkatan beban bahan organik biodegradable,

peningkatan keseimbangan nutrisi, efek sinergis dan yield metan yang

dihasilkan jauh lebih baik. Konsentrasi padatan yang ideal untuk pembentukan

biogas adalah 7-9% kandungan kering. Kondisi ini dapat membuat proses

digester berjalan dengan baik.

Walaupun tidak ada informasi yang pasti, mobilitas bakteri metanogen di

dalam bahan secara berangsur – angsur dihalangi oleh peningkatan kandungan

padatan yang berakibat terhambatnya pembentukan biogas. Selain itu yang


22

terpenting untuk proses fermentasi yang baik diperlukan pencampuran bahan

yang baik akan menjamin proses fermentasi yang stabil di dalam pencerna. Hal

yang paling penting dalam pencampuran bahan adalah :

a. Menghilangkan unsur – unsur hasil metabolisme berupa gas (metabolites)

yang dihasilkan oleh bakteri metanogen.

b. Mencampurkan bahan segar dengan populasi bakteri agar proses

fermentasi merata.

c. Menyeragamkan temperatur di seluruh bagian pencerna.

d. Menyeragamkan kerapatan sebaran populasi bakteri

e. Mencegah ruang kosong pada campuran bahan

7. Agitasi (pengadukan)

Pengadukan berpengaruh lebih baik dibandingkan tanpa pengadukan, dengan

pengadukan substrat menjadi lebih homogen dan merata sehingga perombakan

akan lebih efektif.

8. Ketersediaan Unsur Hara.

Bakteri Anaerobik membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi yang

mengandung nitrogen, fosfor, magnesium, sodium, mangan, kalsium dan

kobalt. Level nutrisi harus sekurangnya lebih dari konsentrasi optimum yang

dibutuhkan oleh bakteri metanogenik, karena apabila terjadi kekurangan

nutrisi akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan bakteri. Penambahan

nutrisi dengan bahan yang sederhana seperti glukosa, buangan industri, dan

sisa sisa tanaman terkadang diberikan dengan tujuan menambah pertumbuhan

di dalam digester. Walaupun demikian kekurangan nutrisi bukan merupakan

masalah bagi mayoritas bahan, karena biasanya bahan memberikan jumlah


23

nutrisi yang mencukupi. Nutrisi yang penting bagi pertumbuhan bakteri, dapat

bersifat toksik apabila konsentrasi di dalam bahan terlalu banyak. Pada kasus

nitrogen berlebihan, sangat penting untuk mempertahankan pada level yang

optimal untuk mencapai digester yang baik tanpa adanya efek toksik.

9. Lama Proses.

Lama proses atau jumlah hari bahan terproses didalam biodigester. Pada

digester tipe aliran kontinyu, bahan akan bergerak dari inlet menuju outlet

selama waktu tertentu akibat terdorong bahan segar yang dimasukkan, setelah

itu bahan akan keluar dengan sendirinya. Misalnya apabila lama proses atau

pengisian bahan ditetapkan selama 30 hari, maka bahan akan berada didalam

biodigester atau menuju outlet selama 30 hari. Setiap bahan mempunyai

karakteristik lama proses tertentu, sebagai contoh untuk kotoran sapi

diperlukan waktu 20 – 30 hari. Sebagian gas diproduksi pada 10 sampai dengan

20 hari pertama pada Gambar 2 ditunjukkan bahwa hari ke – 10 adalah puncak

dari jumlah relatif gas yang diproduksi, setelah hari ke-10 maka produksi gas

mulai menurun. Oleh karena itu digester harus didesain untuk mencukupi

hanya hari terbaik dari produksi dan setelah itu sludge/ lumpur dapat

dikeluarkan atau dipindahkan ke digester selanjutnya. Apabila terlalu banyak

volume bahan yang dimasukkan (overload) maka akibatnya lama pengisian

menjadi terlalu singkat. Bahan akan terdorong keluar sedangkan gas masih

diproduksi dalam jumlah yang cukup banyak.


24

Tipe Digester Biogas.

Terdapat dua tipe digester yang telah dikembangkan. Masing- masing tipe

memiliki kelebihan dan kekurangan.

1. Fixed Dome (Kubah Tetap).

Digester jenis ini mempunyai volume tetap. Seiring dengan dihasilkannya

biogas, terjadi peningkatan tekanan dalam reaktor (biodigester). Karena itu, gas

yang terbentuk akan segera dialirkan ke pengumpul gas diluar reaktor. Indikator

produksi gas dapat dilakukan dengan memasang indikator tekanan.

Gambar. Digester jenis kubah tetap/Fixed dome

2. Floating Dome (kubah apung).

Pada tipe ini terdapat bagian reaktor yang dapat bergerak seiring dengan

kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan bagian kubah dapat dijadikan indikasi

bahwa produksi biogas sudah dimulai atau sudah terjadi. Bagian yang bergerak

tadi juga berfungsi sebagai pengumpul biogas. Dengan model ini, kelemahan
25

tekanan gas dapat berfluktuasi pada reaktor jenis kubah tetap dapat diatasi

sehingga tekanan biogas dapat konstan. Kelemahannya adalah membutuhkan

ketrampilan khusus untuk membuat tampungan gas yang dapat bergerak.

Kelemahan lainnya adalah biodigester jenis ini adalah material dari tampungan

yang tahan korosi dan otomatis harganya lebih mahal.

Gambar. Digester jenis kubah apung/Floating dome

Tujuan utama dari pembuatan biodigester yang baik adalah membuat suatu tempat

kedap udara supaya bahan organik tersebut dapat teruarai secara biologi dengan

bantuan bakteri alami. Hasil dari proses penguraian bahan organik tersebut dapat

dihasilkan gas yang mengandung CH4 dengan konsentrasi tinggi. Hal yang perlu

diperhatikan dalam membuat biodigester adalah biodigester harus tetap dijaga

dalam keadaan anaerob yaitu tidak terjadi kontak langsung dengan oksigen (O2).

Bakteri alami untuk proses penguraian bahan organik membutuhkan kondisi kedap

udara, sehingga jika terdapat udara yang mengandung O2 menyebabkan bakteri


26

berkembang tidak sempurna. Disamping itu emperatur dalam biodigester. Secara

umum terdapat tiga rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu :

a. Bakteri fermentasi psycrophilic yang hidup pada temperatur 8-25 oC . Bakteri

ini biasanya berkembang pada Negara-negara subtropik atau beriklim dingin.

Kondisi optimumnya adalah pada temperaturnya 15-18 oC.

b. Bakteri fermentasi mesophilic yang hidup pada temperatur 35-37 oC. Bakteri

ini dapat berkembang pada Negara-negara tropis seperti di Indonesia. Untuk itu

kondisi biodigester di Indonesia tidak perlu dipanasi . Bakteri yang di tanam

didalam tanah juga mempunyai keuntungan tersendiri yaitu temperatur dalam

digester cenderung konstan sehingga baik dalam pertumbuhan bakteri.

Temperatur dimana bakteri ini bekerja secara optimum adalah pada 35-40 oC.

c. Bakteri fermentasi thermophilic yang hidup pada temperatur optimum 53-55


0
C. Bakteri yang berkembang pada temperatur tinggi umumnya digunakan

untuk mengurai material, bukan untuk menghasilkan biogas.

Anda mungkin juga menyukai