I.PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Energi merupakan salah satu kebutuhan paling esensial bagi manusia. Berbagai
pabrik, rumah tangga dan lain lain. Sumber energi yang dikembangkang saat ini bersumber
dari energi yang tidak dapat diperbaharui yaitu minyak/gas bumi. Ketersediaan sumber
daya alam tersebut sangat terbatas. Sering bertambahnya jumlah penduduk energi global
yang semakin tinggi. Pemanfaatan energi yang berdampak secara sistematik kepada semua
aspek. Salah satu gejala yang dapat dirasakan adalah kelangkaan bahan bakar minyak. Oleh
karena itu, diperlukan energi alternatif atau energi terbarukan yang bersumber dari proses
Biogas merupakan salah satu energi terbarukan yang terbentuk melalui fermentasi
bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran sapi. Secara umum, teknologi biogas dapat
mengatasi permasalahan melimpahnya kotoran ternak yang tidak dapat dikelola. Biogas
sangat potensial sebagai sumber energi terbaru karena kandungan methana (CH4) yang
tinggi dan nilai kalornya cukup tinggi, CH4 mempunyai nilai kalor 50mj/kg. Methana (CH4)
memiliki satu karbon dalam setiap rantainya sehinga dapat menghasilkan pembakaran yang
Sekolah sukma bangsa Bireuen, salah satu sekolah ramah lingkungan. Ini diterapkan
pada pengolahan kotoran sapi dari perternakan sekolah. Dengan harapan kotoran sapi dari
perternakan dapat menjadi produk yang menjadi ramah lingkungan. Produk yang
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas
metan yang memiliki sifat mudah terbakar dan karbon dioksida. Gas- gas ini lah yang
3. Untuk mengetahui dan memahami cara penggunaan biogas sebagai bahan bakar
alternatif.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fermentasi
Biogas dihasilkan oleh aktifitas anaerobic atau fermentasi dari bahan-bahan organik
termasuk diantaranya, kotoran sapi, limbah domestik (rumah tangga). Produksi biogas dari
limbah kotoran pada umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik fermentasi anaerob
satu tahap (di dalam satu digester). Bakteri pendegrasian senyawa organik komplek yang
membutuhkan suasana lingkungan lebih asam, berada pada satu digester dengan bakteri
penghasil metana yang membutuhkan suasana PH yang lebih netral. (Iriani dan Supriyanti,
2017).
Kotoran hewan lebih sering dipilih sebagai bahan pembuat biogas karena banyak
tersedia dan mudah diperoleh. Bahan ini memiliki keseimbangan nutrisi, mudah
diencerkan, dan relative dapat diproses secara biologi. Selain itu kotoran sapi yang masih
segar mudah diproses dibandingkan dengan kotoran yang sudah lama dan mengering.
(Pambudi, A. 2008).
Kotoran sapi merupakan subtrak yang paling cocok sebagai sumber penghasil biogas,
karena mengandung bakteri penghasil gas metana yang terdapat dalam perut ruminansia.
mikroba asam.
b. Asidifikasi adalah perubahan organik cair menjadi asam - asam organik oleh mikroba
asam.
c. metanasi adalah perubahan asam organik menjadi metana, karbon dioksida, asam
Ada beberapa golongan bakteri yang memagang perana penting dalam proses
Bakteri - bakteri ini akan mengubah selulosa menjadi gula. Selulosa merupa
kompenen terbesar penyusun bahan bahan organik. Pada kondisi anaerob akan
menghasilkan karbondioksida, air dan panas. Sedangkan pada kondisi anaerob akan
Bakteri pembentuk asam ini aktif menguraikan subtrak - subrak polimer kompleks,
yaitu: protein, karbon hidrat dan lemak - lemak menjadi asam - asam organik
sederhana, yaitu asam - asam butirat, propinat, laktat, asetat, dikohol. Pada kondisi
anaerob, bakteri ini masih dapat berkembang biak dan aktif menguraikan bahan
pembentukan biogas, proses ini disebut juga methanogenik. Bakteri yang aktif dan
endoteren sebagai reaksi yang menyerap kalor. Pada reaksi endoteren, sistem menyerap
energi. Oleh karena itu, entalphi sistem akan bertambah, artinya entalphi produk (Hb)
lebih besar daripada entalphi preaksi (Hg). Akibatnya, perubahan entalphi, yaitu selisih
antara entalphi produk dengan entalphi pereaksi (Hp – Hg) bertanda positif.
Biogas adalah gas produk akhir pencernaan atau degradasi anaerobic dari bahan-
bahan organic oleh bakteri-bakteri anaerobic, termasuk diantaranya kotoran manusia dan
hewan, limbah domestic (rumah tangga). Sampah biodegradable atau setiap limah organik
yang biogradable dalam kondisi anaerobic. Komponen terbesar (penyusun utama) biogas
adalah metana (CH4, 50-70%) dan karbondioksida (CO2, 30-40%). Namun komposisi biogas
bervariasi tergantung dengan nasal proses anaerobic yang terjadi. Beberapa kandungan
Komponen Persentasi %
Metan (CH4) 50 – 70 %
Karbondioksida (CO2) 30 – 40 %
Hidrogen 5 – 10 %
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4).
Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada
biogas, dan sebaiknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil kandungan metana
semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan
karbondioksida (CO2). Hidrogen Sulphur mengandung racun dan zat yang menyebabkan
korosi, bila biogas mengandung senyawa ini makan akan menyebabkan gas yang berbahaya
sehingga konsentrasi yang diijinkan maksimal 5 ppm. Bila gas dibakar, maka hidrogen Sulphur
akan lebih berbahaya karena akan membentuk senyawa baru bersama sama oksigen ,yaitu
Sulphur dioksida/ Sulphur trioksida (SO2/SO3). Senyawa ini lebih beratun, padasaat yang sama
akan membentuk asam sulfat (H2SO3) suatu senyawa yang lebih korosif. Parameter kedua
adalah menghilangkan kandungan karbin dioksida yang memiliki tujuan untuk meningkatkan
kualitas , sehingga gas dapat digunakan untuk bahan bakar kendaraan, kandungan air dalam
biogas akan menurunkan titik penyalaan, kandungan air dalam biogas akan menurunkan titik
Pada penerapan biogas, konversi energi pada teknik biogas dapat menggunkan mesin
penggerak dengan melalukan pergerakan energi primer menjadi energi mekanik. Biogas
dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk mengerakkan generator pembangkit kesetaraan
ikaki kubik (0,028 m3), biogas menghasilkan energi panas sebesar 10BBtu (2,25 kal). (suyitno,
2009)
III.METODEOLOGI PENELITIAN
1. EM4.
4. Cairan EM4
5. Air
6. Ember
7. Gayung
8. Tabung instalasi.
5. Setelah itu, aduklah kotoran sapi tersebut yang telah tercampur dengan M4 sehingga
tercampur rata .
7. Setelah itu, larutan gula merah dicampurkan dengan kotoran sapi tersebut
8. Setelah tercampur semuanya, ambilah rumput rumput yang tersisa di kotoran dan
buang.
Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian tentang biogas ini, kelompok kami
melakukan penelitian dari tanggal 16 November 2021. Tahap pertama yang kami lakukan
adalah pembuatan instalasinya. Untuk penempatan kotoran sapi dilakukan pada tanggal 23
November 2021. Kotoran sapi diletakan di dalam ember sebanyak 10 kg. Kemudian kotoran
sapi tersebut dicampurkan dengan M4 (M4 telah dicampur air sebanyak ¾ ember). Kotoran
sapi yang telah dicampur dengan M4 tersebut diaduk sampai rata, kemudian ditambahkan
gula areng (gula areng telah dicampur air sebanyak 750 gr. Diaduk sambil dibersihkan dari
rumput-rumput yang masih terdapat dalam kotoran sapi tersebut. Kotoran sapi tersebut
dituangkan dalam instalasi sambal disaring, ditutup kemudian di tunggu sampai kurang lebih
2 minggu.
Tanggal 30 November 2021, tabung di instalasi sudah mulai bengkak dan
mengeluarkan bunyi berdesis spt bunyi gas. Pembengkakan pada tabung instalasi tersebut di
sebabkan karena ada tekanan udara dari dalam tabung tersebut. Bunyi berdesis pada tabung
tersebut menandakan adanya gas (walau dalam jumlah sedikit). Energi yang terkandung di
dalam biogas tersebut, tergantung dari gas metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana,
maka akan semakin besar kandungan energy (nilai kalor) pada biogas tersebut, dan begitu
juga sebaliknya, semakin kecil kandungan metana, maka semakin kecil nilai kalor.
Kotoran sapi cepat menghasilk biogas, karena pada dasarnya fermentasi anaerobic
telah terjadi dalam sistem pencernaan sapi, karena adanya bakteri Methanosarcina sp.
Dengan demikian selulosa yang terdapat dalam kotoran sapi sudah setengah matang dan
mudah diuraikan. Rata-rata produksi biogas pada kotoran sapi terbentuk pada hari ke-4 atau
ke-5, dan akan mencapai puncaknya pada hari ke-20 sampai ke-25. Dari praktikum yang
telah dilakukan, adanya penambahan gula aren pada kotoran sapi sangat membantu dalam
mempercepat laju reaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah. Sulaiman Barahima, M. Lubis. 2017. Pemanfaatan Kotoran Sapi Menjadi Biogas.
Fakultas Tekhnik Mesin. UMI (Universitas Muhammadiah Indonesia). Yogyakarta.
Anggito, T. 2014. Studi Pembangkit Listrik Berbasis Biogas. Program Pasca Sarjana. UPI
(Universitas Pendidikan Indonesia). Bandung.
Erlita, Y. 2016. Cara Membuat Biogas Dari Kotoran Ternak (artikel). Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan. Sumatera Barat.
Pertiwiningrum, A. 2016. Instalasi Biogas Pada Kotoran Ternak Ayam Dan Sapi. Fakultas
Peternakan. Universitas Gajah Mada (UGM). Yogyakarta.