Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENGADUKAN DAN VARIASI FEEDING PADA SAMPAH DAPUR

RUMAH MAKAN TERHADAP LAJU PRODUKSI BIOGAS DENGAN


PENAMBAHAN RUMEN SAPI (BOS TAURUS) SEBAGAI AKTIVATOR

Irawati, M. D. F., Sudarno )*, Hadiwidodo, M )*


* Dosen Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro

ABSTRACT
In the increasing of human necessity for energy, renewable resources will be needed to replace
the role of fossil fuels which was limited. One of the alternative energy which it could be
selected is biogas. Biogas is a gas which is formed from organic material reshuffle in anaerobic
condition. One of the material which it could be produced into biogas is domestic garbage
which has a high organic matter content. Stirring treatments and feeding could be increase the
production of biogas. This study used 2 large reactors and 3 small reactors. The amount of
waste for each large reactor waste is 2.5 kg of wastes, 1.3 L cow’s rumen, and 12.3 L additional
water. The first reactor used a batch system, whereas the second reactor used a semi-
continuous system. It takes 32 days to observed of biogas production. Overall, the volume of
biogas which is obtained from the second reactor is greater than the first reactor. The volume
which is resulted from the second reactor is 9.29 L, whereas from the first reactor is 8.38 L.
Additional sample in variation of feeding is 60 grams for 2a reactor, 180 grams for 2b reactor,
and 240 grams for 2c reactor. The results which is obtained from the feeding variation showed
that the volume of biogas which produced by 2c reactor is greater than 2a and 2b reactor, 2c
reactor obtained 337 ml, 2a reactor obtained 233 ml, and 2b reactor obtained 313 ml.

Keywords : biogas, domestic garbage, stirring , variations of feeding

PENDAHULUAN sebagai bahan bakar alternatif pengganti


Latar Belakang minyak tanah dan elpiji untuk rumah tangga.
Salah satu permasalahan serius yang Seperti yang kita ketahui beberapa
dihadapi oleh kota-kota besar dan harus tahun terakhir ini energi merupakan
dipecahkan serta dicarikan jalan keluarnya persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan
pada saat ini adalah masalah sampah rumah permintaan energi yang disebabkan oleh
tangga. Tidak hanya sampah anorganik, pertumbuhan populasi penduduk dan
sampah organik pun sangat mengganggu menipisnya sumber cadangan minyak dunia
lingkungan apabila tidak dikelola. Sampah serta permasalahan emisi dari bahan bakar
organik yang membusuk dapat fosil memberikan tekanan kepada setiap
menyebabkan timbulnya bau yang tidak negara untuk segera memproduksi dan
sedap terhadap lingkungan dan secara menggunakan energi terbarukan (renewable
estetika tidak sedap dipandang. Untuk resource). Pemerintah telah menerbitkan
mengurangi berbagai dampak merugikan Peraturan Presiden Republik Indonesia No.
dari keberadaan sampah organik tersebut, 5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi
upaya alternatif yang dapat dilakukan ialah nasional untuk mengembangkan sumber
memanfaatkannya serta mengonversi gas energi alternatif sebagai pengganti bahan
yang terkandung di dalam sampah organik, bakar minyak. Salah satu sumber energi
salah satunya ialah gas metana (CH4) terbarukan dan menjadi alternatif tersebut
menjadi biogas, sehingga mampu digunakan adalah biogas.

1
Biogas adalah hasil proses penguraian METODOLOGI PENELITIAN
bahan-bahan organik oleh mikroorganisme Penelitian yang dilakukan bersifat
dalam kondisi tanpa udara (anaerob) mampu eksperimen dengan memanfaatkan sampah
menghasilkan gas-gas seperti CH4, CO2, dari dapur rumah makan di jalan Sirojudin,
H2S, nitrogen, dan hidrogen. Dimana CH4 Tembalang, Semarang. Dalam
memiliki nilai kalor/panas yang dapat pelaksanaannya ditambahkan rumen sapi
digunakan sebagai bahan bakar. (Bos Taurus) ke dalam sampel sebagai
Dekomposisi anaerob menghasilkan biogas aktivator dan dilakukan variasi pengadukan
yang terdiri dari metana (50 – 70%), serta variasi feeding (penambahan jumlah
karbondioksida (25 – 45%) dan sejumlah sampah).
kecil hidrogen, nitrogen, hydrogen sulfide Penelitian ini terbagi menjadi tiga
(Price dan Cheremisinoff, 1981). tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
Teknologi biogas ini sangat pelaksanaan penelitian dan tahap analisis
sederhana, karena itu bisa dibuat dan data. Tahap persiapan meliputi persiapan
dimanfaatkan oleh siapa saja dan dimana alat dan bahan yang akan digunakan dalam
saja. Disamping itu pembuatannya pun tidak penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan
sulit. Dengan demikian kita dapat tahap pelaksanaan penelitian yaitu tahap
memanfaatkan potensi sampah dapur rumah dimulainya penelitian. Penelitian ini
makan yang merupakan sampah organik dilakukan selama 32 hari dengan melakukan
sebagai penghasil biogas. Seperti yang pengujian parameter COD, temperatur
diketahui bahwa biogas mempunyai (suhu), pH dan produksi biogas yang
berbagai manfaat, diantaranya sebagai dihasilkan. Setelah data hasil pengujian di
sumber energi alternatif pengganti bahan laboratorium diperoleh selanjutnya
bakar minyak, mengurangi polusi, serta ikut dilakukan tahap analisis data. Tahap analisis
menjaga kesehatan lingkungan. data yaitu tahap yang terdiri dari pengolahan
data, analisis data, pembahasan serta
Tujuan membuat kesimpulan dan saran.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh pengadukan HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap laju produksi biogas dari Karakteristik Limbah
sampah dapur rumah makan yang Limbah yang digunakan dalam
ditambahkan dengan rumen sapi (Bos penelitian ini adalah limbah rumah makan
Taurus) sebagai aktivator. terdiri dari sisa nasi, sayuran, dan ikan
2. Menganalisis laju produksi biogas dari dengan rumen sapi sebagai aktivator.
sampah dapur rumah makan yang Karakteristik dari limbah serta rumen sapi
ditambahkan dengan rumen sapi (Bos yang digunakan disajikan pada tabel 4.1.
Taurus) sebagai aktivator pada tahap Tabel 4.1
awal (start up) sistem batch dan aliran Karakteristik Sampah Dan Rumen Sapi
kontinyu. Temperatur COD Rasio
Jenis pH
3. Menganalisis laju produksi biogas dari (°C) (mg/l) C/N
sampah dapur rumah makan yang Sampah 28 4,61 6820 10,55
ditambahkan dengan rumen sapi (Bos
Rumen
Taurus) sebagai aktivator pada saat 28 6,57 - -
Sapi
terjadi penambahan jumlah sampah
(feeding).

2
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan sampah adalah 6820 mg/l. Sehingga hal ini
bahwa temperatur sampah maupun rumen menunjukan sampah dapat diolah secara
sapi adalah 28°C. Hasil pengukuran tersebut anaerob.
menunjukkan bahwa temperatur sampah Analisis rasio C/N dilakukan untuk
maupun rumen sapi berada pada suhu ruang mengetahui jumlah nutrisi yang tersedia
yang baik untuk perkembangan bakteri untuk perkembangbiakan mikroorganisme.
anaerob. terdapat dua kisaran temperatur Rasio C/N sampel menunjukkan hasil 10,55.
yang terdapat pada produksi metan, yaitu Hasil tersebut menunjukkan bahwa rasio
mesofilik (25 - 44°C) dan termofilik (50 - C/N sampel terlalu rendah. Kisaran rasio
65°C) (Hobson et al., 1984). C/N yang optimal menurut Deublein et al.,
Berdasarkan pengukuran pH sampah (2008) adalah 16:1 – 25:1. Sampel dengan
diperoleh hasil yakni 4,61. Hasil tersebut rasio C/N yang terlalu rendah akan
menunjukkan bahwa pH sampah bersifat mengakibatkan peningkatan kadar ammonia
asam. Hal ini dikarenakan sampah yang yang dapat menghambat produksi metana.
digunakan merupakan sampah pada hari Oleh karena itu diperlukan keseimbangan
sebelumnya. Sehingga kondisi sampah rasio C/N agar produksi gas lebih optimal.
sudah mengalami proses fermentasi terlebih Keseimbangan rasio C/N dilakukan dengan
dahulu. Sedangkan untuk rumen sapi yang melakukan penambahan bahan yang
digunakan memiliki pH 6,57. Hasil tersebut memiliki unsur C organik yang tinggi.
menunjukkan bahwa pH rumen sapi ini baik
untuk pertumbuhan bakteri pada proses Pengaruh Pengadukan Terhadap
anaerobik. pH pada proses anaerobik yang Pembentukan Biogas
ideal berjalan sekitar 6,5 – 7,6 (Rittman dan Pada tahap ini penelitian dilakukan
McCarty, 2001). dengan sistem batch, yakni membandingkan
Analisis COD ini dilakukan untuk laju pembentukan biogas dari reaktor 1 dan
mengetahui sifat biodegradabilitas limbah 2. Pada reaktor 1 dilakukan pengadukan,
organik. Bila limbah bersifat biodegradable sedangkan reaktor 2 tanpa pengadukan.
dengan konsentrasi yang cukup tinggi (lebih Hasil pengukuran pH pada reaktor 1 dan 2
dari 1000 mg/l), maka dapat dilakukan dengan sistem batch di setiap harinya
proses anaerob. Untuk kandungan COD disajikan dalam gambar 4.1.
5.5
Reaktor 1
5
Reaktor 2
4.5
4
pH

3.5
3
2.5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Hari Ke-
Gambar 4.1
Grafik Fluktuasi pH Pada Reaktor 1 Dan 2 Dengan Sistem Batch

3
Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa penururnan pH sampai mencapai
bahwa pH awal reaktor 1 adalah 5,34 terendah (asam) menunjukkan bahwa sedang
kemudian pada hari ke-1 dan ke-2 terjadi terjadi proses asidifikasi dalam prosses
penurunan pH secara signifikan hingga 3,84. dekomposisi bahan organik. Proses
Hal yang sama juga terjadi pada reaktor 2, dekomposisi ini mengubah bahan organik
dimana pH awalnya adalah 5,21 kemudian menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana
terjadi penurunan nilai pH secara signifikan berupa asam asetat, asam butirat, asam
pada hari ke-1 dan ke-2 hingga 3,86. Hasil propionat, dll.
pengukuran pH tersebut menunjukkan Gambar 4.1 juga menunjukkan bahwa
bahwa kondisi sampel dalam reaktor 1 performa pH pada reaktor 2 lebih stabil jika
maupun reaktor 2 berada pada kondisi asam. dibandingkan dengan reaktor 1. Hal ini
Hal ini memungkinkan terjadi karena sedang dimungkinkan karena pada reaktor 1
berlangsung proses asidifikasi dalam dilakukan pengadukan, sehingga sebaran
mendekomposisi bahan organik yang substrat dan bakteri fermentasi dapat
terdapat dalam sampel. Proses dekomposisi tercampur secara homogen dan proses
terhadap bahan organik menghasilkan asam- fermentasi substrat pun dapat terjadi secara
asam organik dalam bentuk yang lebih merata.
sederhana berupa asam asetat, butirat, dan Hasil pengukuran kandungan COD
asam-asam organik lainnya oleh bakteri pada reaktor 1 dan 2 dengan sistem batch
asidogen. El haq (2010) menyebutkan disajikan dalam gambar 4.2.
13000
Reaktor 1
Kandungan COD (mg/l)

12000
Reaktor 2
11000

10000

9000

8000
0 2 4 6 8 10
Hari Ke-

Gambar 4.2
Grafik Penyisihan Kandungan COD Pada Reaktor 1 Dan 2 Dengan Sistem Batch

Berdasarkan gambar 4.2 diketahui mengalami penurunan hingga hari ke-10,


bahwa kandungan COD awal untuk reaktor pada reaktor 1 turun hingga 8716,67 mg/l
1 dan 2 adalah 12383,33 mg/l. Kemudian dan reaktor 2 turun hingga 9366,67 mg/l.
terjadi penurunan kandungan COD cukup Penurunan kandungan COD pada reaktor 1
signifikan di reaktor 1 pada hari ke-3, yaitu dan 2 menunjukkan bahwa tahap hidrolisis
10550 mg/l. Hal yang sama juga terjadi pada sedang berlangsung. Dimana penurunan
reaktor 2, dimana terjadi penurunan COD juga berarti bahwa penurunan bahan
kandungan COD cukup signifikan pada hari organik yang menandakan adanya
ke-3, yaitu 10883,33 mg/l. Kemudian pada pengurangan/ penguraian bahan organik dan
reaktor 1 dan 2 secara terus menerus dikonversi untuk produksi total biogas.

4
Gambar 4.2 juga menunjukkan bahwa beda tinggi antara tingkat tekanan di suatu
performa penurunan kandungan COD pada titik dan tekanan atmosfer (Munson et al.,
reaktor 1 lebih baik jika dibandingkan 2002). Kemudian hasil beda tinggi yang
dengan reaktor 2. Hal tersebut dikarenakan diperoleh tersebut dikonversikan menjadi
pada reaktor 1 dilakukan pengadukan di volume biogas dengan menggunakan
setiap harinya, sehingga bakteri pengurai Persamaan Hukum Boyle. Persamaan
dapat tercampur secara homogen dengan Hukum Boyle dapat dilihat pada persamaan
substrat dan proses hidrolisis substrat pun 4.1.
dapat berlangsung lebih merata dan optimal. P1 x V1 = P2 x (V2 – V1).............Pers 4.1
Sedangkan pada reaktor 2 tidak dilakukan (P1 + ρ g h) xV1 = P2 x (V2 – V1)
pengadukan, sehingga proses hidrolisis
substrat berlangsung kurang optimal. Keterangan:
Polprasert, (1989) menyebutkan bahawa P1, P2 : Tekanan gas (1 atm = 101.325 Pa)
penurunan COD pada reaktor dengan V1 : Volume sisa ruang gas pada reaktor (L)
pengadukan relatif lebih besar dari pada V2 : Volume biogas yang dicari (L)
reaktor yang lain karena dengan pengadukan ρ : Massa jenis air (kg/m3)
membuat kemungkinan terjadinya kontak g : Gravitasi (9,81 m/s2)
antara mikroorganisme dengan nutrien h : Beda tinggi (meter)
menjadi lebih besar. Hasil volume biogas pada reaktor 1
Pengukuran volume biogas dilakukan dan 2 dengan sistem batch setelah
setiap hari dengan metode Manometer U. dimasukkan ke dalam persamaan 4.1 dapat
Manometer U digunakan untuk mengukur dilihat pada gambar 4.3.
0.25

0.20
Volume Biogas (Liter)

0.15

0.10

0.05 Reaktor 1
Reaktor 2
0.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Hari Ke-

Gambar 4.3
Grafik Volume Biogas Pada Reaktor 1 Dan 2 Dengan Sistem Batch

Berdasarkan gambar 4.3 diketahui maksimum pada reaktor 1 terbentuk pada


bahwa produksi biogas pada reaktor 1 dan hari ke-11, yaitu sebesar 0,22 liter.
reaktor 2 relatif stabil, meskipun terjadi Sedangkan volume biogas maksimum pada
kenaikan dan penurunan volume biogas. reaktor 2 terbentuk pada hari ke-4, yaitu
Volume biogas reaktor 1 dan 2 pada hari ke- sebesar 0,21 liter. Laju kenaikan dan
1 adalah 0,18 liter. Kemudian terjadi penurunan produksi biogas pada reaktor 1
kenaikan dan penurunan volume biogas dan 2 ini dimungkinkan akibat proses
hingga hari ke-12. Volume biogas anaerob yang sangat tergantung oleh

5
aktivitas mikroorganisme dan rentan ringan. Hal ini disebabkan karena pada
terhadap terjadinya fluktuasi kondisi reaktor 2 ini tidak dilakukan pengadukan
lingkungan. Hernandes Berriel, et al., (2008) sehingga memungkinkan gas yang telah
menyebutkan bahwa faktor primer yang terbentuk sulit untuk keluar secara optimal.
mempengaruhi pembentukan biogas adalah
komposisi substrat, keasaman (pH), suhu, Pengaruh Sistem Semi Kontinyu
dan kelembaban. Terhadap Laju Pembentukan Biogas
Gambar 4.3 juga menunjukkan bahwa Pada tahap ini, untuk reaktor 2
hasil keseluruhan produksi biogas pada dilanjutkan dengan sistem semi kontinyu
reaktor 1 dengan pengadukan lebih besar sedangkan reaktor 1 tetap dilanjutkan
daripada reaktor 2 tanpa pengadukan. dengan sistem batch. Sistem semi kontinyu
Polprasert, (1989) menyebutkan bahwa dilakukan dengan cara menambahkan
pengadukan membuat kondisi menjadi sampel ke dalam reaktor 2 sebanyak 500
bagus bagi pertumbuhan mikroorganisme gram. Sampel ini dibuat artificial agar
karena dengan pengadukan lebih diharapkan sampel yang dimasukkan setiap
memungkinkan terjadinya kontak antara harinya memiliki karakteristik yang sama.
mikroorganisme dengan penyediaan Hasil pengukuran pH pada reaktor 1
makanan, sehingga produksi biogas terus dan 2 dengan sistem batch dan semi
meningkat. Sedangkan pada reaktor 2 telah kontinyu di setiap harinya disajikan dalam
terbentuk scum dan pengapungan sampah gambar 4.4.
5.5
5 Reaktor 1
Reaktor 2
4.5
pH

4
3.5
3
2.5
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Hari Ke-

Gambar 4.4
Grafik Fluktuasi pH Pada Reaktor 1 dan 2 Dengan Sistem Batch dan Semi Kontinyu

Keterangan gambar:
 Pada reaktor 1 : Hari ke-0 hingga hari ke-32 dilakukan sistem batch
 Pada reaktor 2 : hari ke-0 hingga hari ke-12 dilakukan sistem batch
 Pada reaktor 2 : hari ke-13 hingga hari ke-22 dilakukan sistem kontinyu
 Pada reaktor 2 : hari ke-23 hingga hari ke-32 dilakukan sistem batch kembali

Berdasarkan gambar 4.4 diketahui proses berlangsung, terjadi kenaikan pH


bahwa pH sampel hari ke-13 pada reaktor 1 yang signifikan pada hari ke-19, yaitu 5,03.
dengan sistem batch 2 adalah 3,63. Kenaikan pH secara signifikan tersebut
Kemudian kondisi pH relatif stabil dalam kemungkinan terbentuk akibat terjadinya
kisaran nilai 3,55 – 4,43. Tetapi selama akumulasi asam. Ketika pH mulai turun

6
akibat akumulasi VFA (Volatile Fatty Acid), 10 hari ke dalam reaktor 2, sehingga terjadi
alkalinitas yang ada dalam sistem akan proses asidifikasi kembali dalam
menetralkan asam dan menghambat mendekomposisi bahan organik yang
penurunan pH lebih lanjut. Sehingga akan terdapat dalam sampel. Pada proses
terjadi kenaikan nilai pH. Akan tetapi asidifikasi ini terjadi dekomposisi terhadap
kenaikan pH tersebut tidak berlangsung bahan organik menghasilkan asam-asam
lama. Dimana nilai pH pada hari ke-20 organik dalam bentuk yang lebih sederhana
kembali mengalami penurunan hingga 4,09. berupa asam asetat, butirat, dan asam-asam
Penurunan nilai pH ini dimungkinkan akibat organik lainnya oleh bakteri asidogen.
alkalinitas yang terdapat dalam sampel tidak Terbentuknya asam-asam organik tersebut
cukup untuk menyangga pH sampel, menjadikan pH sampel dalam reaktor
sehingga pH kembali turun. menurun (bersifat asam).
Pada tahap ini penelitian pada reaktor Hasil dari proses asidifikasi ini sangat
2 dilakukan dengan sistem semi kontinyu. penting untuk kelanjutan proses pada tahap
Dimana pada hari ke-13 hingga hari ke-22 asetogenesis dan methanogenesis. Dimana
dilakukan penambahan sampel ke dalam hasil dari proses asidifikasi akan dikonversi
reaktor 2 (sistem kontinyu), kemudian pada menjadi hasil akhir berupa asam asetat,
hari ke-23 hingga hari ke-32 dilanjutkan karbondioksida dan hidrogen oleh bakteri
dengan sistem batch kembali. Berdasarkan asetogenik. Ketiga bahan tersebut yang akan
gambar 4.7 diketahui bahwa pH hari ke-13 digunakan oleh bakteri metana untuk
(hari pertama sistem kontinyu) pada reaktor menghasilkan metan. dalam proses
2 mengalami kenaikan pH, yaitu 4,48. metanogenesis pada tahap selanjutnya.
Kemudian pada hari ke-14 hingga hari ke-32 Untuk hasil pengukuran kandungan
nilai pH cenderung mengalami penurunan. COD pada reaktor 1 dan 2 dengan sistem
Hal ini memungkinkan terjadi karena adanya batch dan semi kontinyu disajikan dalam
penambahan sampel secara kontinyu selama gambar 4.5.
35000
Kandungan COD (mg/l)

30000
Reaktor 1
25000
Reaktor 2
20000
15000
10000
5000
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Hari Ke-
Gambar 4.5
Grafik Penyisihan Kandungan COD Pada Reaktor 1 dan 2 Dengan
Sistem Batch dan Semi Kontinyu

Keterangan gambar:
 Pada reaktor 1 : Hari ke-0 hingga hari ke-32 dilakukan sistem batch
 Pada reaktor 2 : hari ke-0 hingga hari ke-12 dilakukan sistem batch
 Pada reaktor 2 : hari ke-13 hingga hari ke-22 dilakukan sistem kontinyu
 Pada reaktor 2 : hari ke-23 hingga hari ke-32 dilakukan sistem batch kembali

7
Berdasarkan gambar 4.5 diketahui adalah 10953,33 mg/l, kemudian pada hari
bahwa kandungan COD pada reaktor 1 hari ke-19 sampai hari ke-26 kandungan COD
ke-16 adalah 8550 mg/l. Kemudian COD cenderung mengalami kenaikan hingga
mengalami penurunan hingga 3286,67 mg/l 33373,33 mg/l. Kenaikan kandungan COD
pada hari ke-32. Penurunan kandungan COD ini disebabkan karena pada hari ke-13
tersebut menunjukkan bahwa tahap hingga hari ke-22 dilakukan penambahan
hidrolisis sedang berlangsung. Barlaz (1996) sampel setiap hari (sistem kontinyu),
menyebutkan bahwa penurunan COD sehingga beban organik tinggi.
menandakan adanya konsumsi asam untuk Setelah dilakukan sistem kontinyu
produksi metan. Sehingga memungkinkan selama 10 hari, penelitian dilanjutkan
pada tahap ini gas metan mulai terbentuk. dengan sistem batch kembali. Pengukuran
Tetapi pada hari ke-22 kandungan COD kandungan COD selama sistem batch
mengalami kenaikan yaitu 11050 mg/l. mengalami penurunan hingga 23733,33 mg/l
Kenaikan COD ini dimungkinkan karen pada hari ke-32. Hal ini menunjukkan bahwa
adanya perbedaan aktivitas mikroorganisme proses hidrolisis sedang berlangsung.
pengurai dan pengadukan yang dilakukan Sehingga dapat dikatakan bahwa proses
secara manual. Sehingga dimungkinkan penguraian bahan organik kompleks menjadi
kecepatan pengadukan dan homogenitas total biogas berjalan cukup efektif. Untuk
sampel yang dihasilkan tidak sama. hasil pengukuran volume biogas pada
Pada gambar 4.5 juga diketahui reaktor 1 dan 2 dengan sistem batch dan
bahwa kandungan COD reaktor 2 hari ke-16 semi kontinyu disajikan dalam gambar 4.6.

1.80
Volume Biogas (Liter)

1.50 Reaktor 1
Reaktor 2
1.20
0.90
0.60
0.30
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Hari Ke-

Gambar 4.6
Grafik Volume Biogas Pada Reaktor 1 dan 2 Dengan Sistem Batch dan Semi Kontinyu

Keterangan gambar:
 Pada reaktor 1 : Hari ke-0 hingga hari ke-32 dilakukan sistem batch
 Pada reaktor 2 : hari ke-0 hingga hari ke-12 dilakukan sistem batch
 Pada reaktor 2 : hari ke-13 hingga hari ke-22 dilakukan sistem kontinyu
 Pada reaktor 2 : hari ke-23 hingga hari ke-32 dilakukan sistem batch kembali

Berdasarkan gambar 4.6 diketahui penurunan. Pada hari ke-18 hingga hari ke-
bahwa produksi biogas pada reaktor 1 21 terjadi kenaikan volume biogas secara
dengan sistem batch terjadi kenaikan dan signifikan. Dimana volume tertinggi pada
reaktor 1 terjadi pada hari ke-20, yaitu 1,46

8
liter. Kemudian volume biogas kembali peningkatan pH paling tinggi akan terjadi
turun secara signifikan pada hari ke-22, pada tahap metanogenesis, dimana bakteri
yaitu 0,05 liter. Sama halnya dengan reaktor akan tumbuh optimal pada kondisi pH
1, pada reaktor 2 dengan sistem semi tersebut. Akan tetapi, terdapat satu jenis
kontinyu juga mengalami kenaikan dan bakteri pembentuk metana yang dapat hidup
penurunan. Pada hari ke-13 hingga hari ke- pada pH rendah yaitu < 6,5, bkateri tersebut
16 terjadi kenaikan volume biogas yang adalah Methanosarcina.
signifikan, dimana volume biogas tertinggi
terjadi pada hari ke-16 yaitu 1,66 liter. Pengaruh Variasi Feeding Teerhadap
Tetapi pada hari ke-17 volume biogas Pembentukan Biogas
kembali menurun secara signifikan hingga Variasi lain dalam penelitian ini
0,21 liter. Kenaikan volume biogas yang adalah variasi feeding. Jumlah reaktor yang
signifikan pada reaktor 2 tersebut digunakan dalam variasi feeding adalah 3
memungkinkan terjadi akibat gelembung gas buah reaktor yang dibuat dari botol air
yang sudah terbentuk tetapi masih mineral 600 ml. Variasi feeding dilakukan
terperangkap dalam substrat sudah dapat dengan menambahkan sampel ke dalam
keluar akibat dilakukan pengadukan. Jika reaktor yang sudah diiisi dengan substrat
dibandingkan volume biogas secara dari reaktor 2 sebanyak 300 ml (50% dari
keseluruhan dari reaktor 2 lebih besar jika volume total reaktor). Penambahan sampel
dibandingkan dengan reaktor 1. Hal ini pada reaktor 2a adalah 80 gram, reaktor 2b
disebabkan karena pada reaktor 2 dilakukan sebanyak 160 gram, dan reaktor 2c sebanyak
sistem kontinyu. Sehingga terdapat supply 240 gram. Variasi feeding ini bertujuan
bahan organik dan nutrien untuk proses untuk mengetahui pengaruh penambahan
pembentukan biogas di setiap harinya. feeding (sampel) terhadap laju pembentukan
Gas yang terbentuk pada reaktor 1 biogas. Penelitian variasi feeding dilakukan
kemungkinan sudah mengandung metan, dengan sistem batch.
karena terdapat satu jenis bakteri pembentuk Hasil pengukuran pH pada reaktor 2a,
metan yang dapat hidup pada pH rendah. 2b, dan 2c di setiap harinya disajikan dalam
Deublein et al., (2008) menyebutkan gambar 4.7.

3.5

3.3 Reaktor 2a
Reaktor 2b
3.1 Reaktor 2c
pH

2.9

2.7

2.5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari Ke-
Gambar 4.7
Grafik Fluktuasi pH Pada Reaktor Variasi Feeding

Berdasarkan gambar 4.7 diketahui pada hari ke-10. Hal yang sama juga terjadi
bahwa pH awal reaktor 2a adalah 3,39 pada reaktor 2b dan 2c. Dimana pH awal
kemudian terjadi penurunan pH hingga 2,81 reaktor 2b adalah 3,33 kemudian mengalami

9
penurunan pH hingga 2,81. Sedangkan dekomposisi terhadap bahan organik
untuk reaktor 2c memiliki pH awal 3,35 dan menghasilkan asam-asam organik dalam
pH akhir 2,78. Hasil pengukuran pH tersebut bentuk yang lebih sederhana berupa asam
menunjukkan bahwa kondisi sampel dalam asetat, butirat, dan asam-asam organik
reaktor 2a, 2b dan 2c berada pada kondisi lainnya oleh bakteri asidogen. Terbentuknya
asam. Hal ini dikarenakan pH substrat yang asam-asam organik tersebut menjadikan pH
diambil dari reaktor 2 sudah bersifat asam, sampel dalam reaktor menurun (bersifat
yaitu 3,32. Selain itu adanya penambahan asam).
sampel ke dalam reaktor memungkinkan Hasil pengukuran kandungan COD
terjadinya proses asidifikasi dalam pada reaktor 2a, 2b, dan 2c disajikan dalam
mendekomposisi bahan organik. Proses gambar 4.8.
35000

30000
Kandungan COD (mg/l)

25000

20000

15000 Reaktor 2a
Reaktor 2b
10000 Reaktor 2c
5000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari Ke-

Gambar 4.8
Grafik Penyisihan Kandungan COD Pada Reaktor Variasi Feeding

Berdasarkan gambar 4.8 diketahui yang terdapat dalam reaktor 2c lebih besar
bahwa kandungan COD awal reaktor 2a dan aktivitas bakteri pengurai dalam
adalah 23640 mg/l kemudian terjadi menghidrolisis bahan organik pun juga
penurunan hingga 17906,67 mg/l pada hari semakin besar.
ke-10. Hal yang sama juga terjadi pada Penurunan kandungan COD yang
reaktor 2b dan 2c. Dimana kandungan COD terjadi pada reaktor 2a, 2b, dan 2c
awal reaktor 2b adalah 29773,33 mg/l menunjukkan bahwa proses hidrolisis
kemudian mengalami penurunan hingga sedang berlangsung. Dimana proses
17640 mg/l. Sedangkan untuk reaktor 2c hidrolisis ini penting untuk kelanjutan proses
memiliki kandungan COD awal 31106,67 pada tahap selanjutnya. Penurunan COD ini
mg/l dan COD akhir 8306,67 mg/l. Hasil berarti bahwa penurunan bahan organik
pengukuran kandungan COD tersebut yang menandakan adanya pengurangan
menunjukkan bahwa pada reaktor 2c bahan organik dan dikonversi untuk
memiliki kandungan COD awal lebih besar produksi total biogas. Penurunan COD
dibandingkan dengan rekator 2a dan 2b. Hal menandakan adanya konsumsi asam untuk
ini dimungkinkan karena jumlah produksi metan (Barlaz, 1996).
sampel/feeding yang ditambahkan ke dalam Hasil pengukuran volume biogas yang
reaktor 2c lebih besar dibandingkan dengan dihasilkan pada reaktor 2a, 2b, dan 2c
reaktor 2a dan 2b, sehingga beban organik disajikan dalam gambar 4.9.

10
100

Volume Biogas (ml) 80 Reaktor 2a


Reaktor 2b
60 Reaktor 2c

40

20

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari Ke-

Gambar 4.9
Grafik Volume Biogas Pada Reaktor Variasi Feeding

Berdasarkan gambar 4.9 diketahui dihasilkan secara keseluruhan diperoleh


bahwa volume biogas awal reaktor 2a adalah hasil bahwa volume biogas pada reaktor
10 ml kemudian terjadi kenaikan hingga 62 1 lebih besar jika dibandingkan dengan
ml pada hari ke-10. Hal yang sama juga reaktor 2, dimana volume biogas
terjadi pada reaktor 2b dan 2c. Dimana keseluruhan yang dihasilkan pada reaktor
volume biogas awal reaktor 2b adalah 11 ml 1 adalah 2,04 liter dan reaktor 2 sebanyak
kemudian mengalami kenaikan hingga 88 ml 1,92 liter.
pada hari ke-10. Sedangkan untuk volume 2. Laju produksi biogas dari sampah dapur
biogas awal reaktor 2c adalah 12 ml dan rumah tangga yang ditambahkan dengan
volume biogas akhirnya adalah 83 ml. rumen sapi sebagai aktivator pada tahap
Secara keseluruhan hasil pengukuran awal (start up) sistem batch relatif stabil.
volume biogas tersebut menunjukkan bahwa Tetapi produksi biogas mengalami
reaktor 2c menghasilkan volume biogas peningkatan yang cukup signifikan pada
lebih banyak dibandingkan dengan rekator hari ke-18 hingga hari ke-21. Hal yang
2a dan 2b. Hal ini dikarenakan jumlah serupa juga terjadi pada laju
sampel/feeding yang ditambahkan ke dalam pembentukan biogas sistem semi
reaktor 2c lebih banyak dibandingkan kontinyu, dimana pola pembentukan
dengan reaktor 2a dan 2b, sehingga jumlah biogas relatif stabil. Tetapi produksi
gas yang dihasilkan pun juga lebih banyak. biogas mengalami peningkatan yang
cukup signifikan pada hari ke-13 hingga
PENUTUP hari ke-16.
Kesimpulan 3. Laju produksi biogas pada reaktor variasi
Berdasarkan hasil penelitian dan feeding (reaktor 2a, 2b, dan 2c)
pembahsan yang telah dilakukan, maka cenderung mengalami kenaikan. Tetapi
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: jika ditinjau dari dari volume biogas
1. Laju produksi biogas pada reaktor 1 secara keseluruhan diperoleh hasil bahwa
(dengan pengadukan) dan reaktor 2 volume biogas pada reaktor 2c lebih
(tanpa pengadukan) relatif stabil. Tetapi besar jika dibandingkan dengan reaktor
jika ditinjau dari volume biogas yang 2a dan 2b. Volume biogas keseluruhan

11
yang dihasilkan pada reaktor 2a adalah Munson, B.R., Young, D.F., and Okiishi,
233 ml; reaktor 2b sebanyak 313 ml; dan T.H., 2002. Fundamentals of Fluid
reaktor 2c sebanyak 323 ml. Mechanics, 4th Edition. John Willey
& Sons, Inc. New York, USA.
Saran Polprasert, Chongrak. 1989. Organic Waste
1. Pengadukan sampel pada reaktor biogas – Recycling Great. Britain: John
sebaiknya menggunakan pengadukan Willey & Sons Ltd.
mekanis, sehingga kecepatan Price, E. C and P. N Cheremisinoff. 1981.
pengadukannya sama/konstan dan Biogas. Production. And Utilization.
menghasilkan homogenitas yang sama Michigan: Ann Arbor Science
pula. Publisher. Inc.
2. Penambahan larutan buffer basa Rittman, B.E and P.L McCarty. 2001.
sebaiknya perlu dilakukan, karena Environmental Biotechnology:
kondisi sampel yang selalu berada pada Principles and Applications. New
kondisi asam. Larutan buffer basa yang York: The McGraw-Hill Companies,
dapat digunakan seperti: larutan kapur, Inc.
NaOH, NaHCO3, CaCO3, dll.
3. Reaktor yang digunakan sebaiknya
dirancang sedemikian rupa, sehingga
dapat mencegah terjadinya kebocoran
gas. Yaitu dengan melakukan
pengeleman secara berkala pada
sambungan pipa pada reaktor.

DAFTAR PUSTAKA
Barlaz, M.A. 1996. Microbiology of solid
waste landfills. In : Microbiology of
Solid Waste. A.C. Palmisano, and
M.A. Barlaz (eds.). CRC Press, Inc.
Boca Raton, Florida, USA.
Deublein, D dan A, Steinhauser. 2008.
Biogas from Waste and Renewable
Resources, An Introduction. German:
Wiley-VCH Verlag, Weinheim.
El haq, P.S. 2010. Tugas Akhir: Potensi
Lunpur Tinja Manusia Sebagai
Penghasil Biogas. Surabaya: Jurusan
Teknik Lingkungan FTSP-ITS.
Hobson, P.N., R. Summers, and C. Harries.
1984. Single- and multi-stage
fermenters for treament of
agricultural wastes. In : Micro-
biological Methods for Environmental
Bio-technology. J.M. Grainger, and
J.M. Lynch (eds.). USA: Academic
Press Inc., Florida.

12

Anda mungkin juga menyukai