Anda di halaman 1dari 4

RESUME JURNAL

Jurnal 1

Usaha peternakan sapi menghasilkan produk bawaan lainnya (by product) dan limbah
(waste). Hasil usaha lainnya berupa limbah tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap,
timbulnya bau pada lingkungan, dan dapat menjadi timbulnya berbagai penyakit. Salah satu
alternatif penanganan limbah kotoran sapi sekaligus dapat memberikan nilai tambah yang
bermanfaat khususnya bagi peternak dan umumnya bagi lingkungan sekitar adalah dengan
mengolah limbah kotoran sapi tersebut menjadi biogas. Pengolahan limbah kotoran ternak
melalui proses biogas dapat dilaksanakan melalui pendirian instalasi unit produksi biogas.

Jurnal 2

Salah satu sumber energi biomassa adalah biogas, hal ini dikarenakan biogas
tergolong ke dalam energi yang berasal dari bahan-bahan organik (bahan non fosil) yang
umumnya berasal dari berbagai limbah organik seperti kotoran ternak, kotoran manusia, sisa-
sisa tumbuhan, dan lain sebagainya. Keberadaan limbah- limbah organik tersebut mudah
didapat dan terjamin kontinuitasnya, selain itu yang terpenting adalah limbah- limbah organik
tersebut ramah lingkungan. Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan- bahan organik
oleh bakteri- bakteri anaerob. Gas yang dihasilkan sebagian besar gas metana (CH4) dan
karbondioksida (CO2), dan beberapa kandungan gas yang jumlahnya kecil. Energi yang
terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi CH4. Semakin tinggi kandungan CH4
maka semakin besar kandungan energi pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan
CH4, semakin kecil energi pada biogas.

Jurnal 3

Jenis kotoran ternak mempengaruhi biogas yang dihasilkan. Hal ini terkait dengan
hubungan antara jumlah karbon dan nitrogen dinyatakan dengan rasio karbon/nitrogen (C/N),
rasio optimum untuk digester anaerobik berkisar 25–30. Jika C/N terlalu tinggi, nitrogen akan
dikonsumsi dengan cepat oleh bakteri metanogen untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhannya dan hanya sedikit yang bereaksi dengan karbon akibatnya gas yang
dihasilkan menjadi rendah. Sebaliknya jika C/N rendah, nitrogen akan dibebaskan dan
berakumulasi dalam bentuk amonia (NH4). Kotoran ternak sapi mempunyai rasio C/N sekitar
24. Sedangkan kotoran kambing memiliki rasio C/N yang lebih rendah yaitu 12.

Jurnal 2
Faktor yang mempengaruhi pembentukan biogas:

1. Perbandingan C-N
Bahan Isian Rasio C-N adalah perbandingan kadar karbon(C) dan kadar Nitrogen
(N) dalam satuan bahan. Semua mahluk hidup terbuat dari sejumlah besar bahan
Karbon (C) dan Nitrogen (N) dalam jumlah kecil. Untuk menjamin semuanya
berjalan lancar, unsur-unsur nutrisi yang dibutuhkan mikroba harus tersedia secara
seimbang. Ternak ruminansia seperti sapi, kambing dan domba rata-rata lebih
lama dalam menghasilkan biogas dibandingkan dengan ternak non ruminansia.
Lamanya produksi biogas disebabkan oleh mutu pakan yang lebih rendah,
sehingga rasio C-N-nya tinggi akibatnya perkembangan mikroba pembentuk gas
lebih lama dibandingkan yang bermutu tinggi. Tinggi rendahnya mutu ini
tergantung pada nilai N (nitrogen) di dalam ransum. Namun demikian nilai N juga
tergantung pada C (karbon). Jadi, perbandingan C dan N akan menentukan lama
tidaknya proses pembentukan biogas (Yunus, 1995).
2. Lama Fermentasi
Secara umum proses fermentasi/pencernaan limbah ternak di dalam tangki
pencerna dapat berlangsung 60-90 hari. Dalam penelitian yang lain hanya
berlangsung 60 hari saja dengan terbentuknya biogas pada hari ke-5 sampai ke-10
dengan suhu pencernaan 280C.
3. Temperatur
Tempertur yang tinggi akan memberikan hasil biogas yang baik. Namun suhu
tersebut sebaiknya tidak boleh melebihi suhu kamar.Bakteri ini hanya dapat subur
bila suhu disekitarnya berada pada suhu kamar.Suhu yang baik untuk proses
pembentukan biogas berkisar antara 20-400C dan suhu optimum antara 28-300C.
Temperatur selama proses berlangsung sangat penting karena hal ini berkaitan
dengan kemampuan hidup bakteri pemroses biogas, yaitu berkisar 27 0C-280C.
Dengan temperatur itu proses pembuatan biogas akan berjalan sesuai dengan
waktunya. Tetapi berbeda bila temperatur terlalu rendah (dingin), maka waktu
untuk membentuk biogas akan lebih lama.
4. Kandungan Bahan Kering
Bahan isian dalam pembuatan bio gas harus berupa bubur. Bentuk bubur ini dapat
diperoleh bila bahan bakunya mempunyai kandungan air yang tinggi. Bahan baku
dengan kadar air yang rendah dapat dijadikan berkadar air tinggi dengan
menambahkan air ke dalamnya dengan perbandingan tertentu sesuai dengan kadar
bahan kering bahan tersebut. Bahan baku yang paling baik mengandung 7-9 %
bahan kering. Aktivitas normal dari mikroba metan membutuhkan sekitar 90% air
dan 7- 10% bahan kering dari bahan masukan untuk fermentasi. Dengan demikian
isian yang paling banyak menghasilkan biogas adalah yang mengandung 7-9%
bahan kering. Untuk kandungan kering sejumlah tersebut bahan baku isian
biasanya dicampur dengan air dengan perbandingan tertentu.

Jurnal 3

Perbedaan jenis kotoran yang digunakan dapat menghasilkan biogas dengan kuantitas
yang berbeda – beda. Hal ini dikarenakan oleh rasio C/N yang dimiliki masing – masing
kotoran ternak. Kotoran sapi memiliki rasio jumlah C/N 24, sedangkan kotoran kambing
memiliki jumlah rasio 12. Rasio C/N yang bagus untuk pembuatan biogas adalah kotoran
yang memiliki rasio C/N sebesar 25 – 30. Untuk campuran antara kotoran sapi dengan
kotoran kambing, imbangan C/N belum diketahui. Jumlah imbangan C/N antara ketiga jenis
kotoran seharusnya disesuaikan atau disamakan dahulu untuk menekan variabel pengganggu.
Dari ketiga jenis kotoran ternak yang digunakan, setiap bahan baku memiliki sifat fisik yang
berbeda sehingga mempengaruhi produktifitas bakteri pembentuk biogas dan mempengaruhi
volume total biogas yang dihasilkan.

Jurnal 2

Berdasarkan dari data hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa produksi biogas tertinggi yang dihasilkan sebesar 0,059698 kg dari
komposisi 79 % kotoran sapi dan 21 % sekam padi dan memiliki rasio karbon/ nitrogen
(C/N) sebesar: 27,835 : 1. Selain itu, nilai kalor eksperimental dan teoritis biogas yang
tertinggi dihasilkan dengan nilai kalor eksperimental sebesar 55,017 kJ, nilai kalor bawah
sebesar 75,034 kJ.

Jurnal 3

Dari hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh jenis kotoran ternak terhadap
kuantitas biogas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa rata - rata kuantitas biogas pada
kotoran sapi sebesar 2,295 liter dengan persentase sebesar 34%, rata - rata kuantitas biogas
pada kotoran kambing sebesar 1,063 liter dengan persentase sebesar 16%, dan rata - rata
kuantitas biogas pada campuran antara kotoran sapi dengan kotoran kambing sebesar 3,399
liter dengan persentase sebesar 50%. Selain itu setelah diuji statistik dengan menggunakan
Uji One Way Anova, jenis kotoran ternak berpengaruh terhadap kuantitas biogas.

Jurnal 1

Pengolahan kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas yang ramah lingkungan
merupakan cara yang sangat menguntungkan, karena mampu memanfaatkan alam tanpa
merusaknya sihingga siklus ekologi tetap terjaga. Manfaat lain mengolah kotoran sapi
menjadi energi alternatif biogas adalah dihasilkannya pupuk organik untuk tanaman,
sehingga keuntungan yang dapat diperoleh adalah:

1. Meningkatnya pendapatan dengan pengurangan biaya kebutuhan pupuk dan


pestisida.
2. Menghemat energi, pengurangan biaya energi untuk memasak dan pengurangan
konsumsi energi tak terbarukan yaitu BBM.
3. Mampu melakukan pertanian yang berkelanjutan, penggunaan pupuk dan
pestisida organik mampu menjaga kemampuan tanah dan keseimbangan
ekosistem untuk menjamin kegiatan pertanian berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai