TINJAUAN PUSTAKA
1
2.2. Pengolahan Limbah Peternakan Sapi Menjadi Biogas
Pengolahan limbah peternakan sapi menjadi biogas pada
prinsipnya menggunakan metode dan peralatan yang sama dengan
pengolahan biogas dari biomassa yang lain. Adapun alat penghasil biogas
secara anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. Pada akhir abad ke-
19, riset untuk menjadikan gas metan sebagai biogas dilakukan oleh
Jerman dan Perancis pada masa antara dua Perang Dunia. Selama Perang
Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat
penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor.
Akibat kemudahan dalam memperoleh BBM dan harganya yang murah
pada tahun 1950-an, proses pemakaian biogas ini mulai ditinggalkan.
Tetapi, di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang
murah dan selalu tersedia selalu ada. Oleh karena itu, di India kegiatan
produksi biogas terus dilakukan semenjak abad ke-19. Saat ini, negara
berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua
Nugini telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat penghasil
biogas. Selain di negara berkembang, teknologi biogas juga telah
dikembangkan di negara maju seperti Jerman.
Pada prinsipnya teknologi biogas adalah teknologi yang
memanfaatkan proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik
secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri metan sehingga dihasilkan gas
metan (Nandiyanto, 2007). Menurut Haryati (2006), proses pencernaan
anaerobik merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu proses pemecahan
bahan organik oleh aktivitas bakteri metanogenik dan bakteri asidogenik
pada kondisi tanpa udara, bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah
yang mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang, manusia, dan
sampah organik rumah tangga. Gas metan adalah gas yang mengandung
satu atom C dan 4 atom H yang memiliki sifat mudah terbakar. Gas metan
yang dihasilkan kemudian dapat dibakar sehingga dihasilkan energi panas.
Bahan
2
organik yang bisa digunakan sebagai bahan baku industri ini adalah
sampah organik, limbah yang sebagian besar terdiri dari kotoran dan
potongan - potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan sebagainya
serta air yang cukup banyak.
Proses fermentasi memerlukan kondisi tertentu seperti rasio C : N,
temperatur, keasaman juga jenis digester yang dipergunakan. Kondisi
optimum yaitu pada temperatur sekitar 32 – 35°C atau 50 – 55°C dan pH
antara 6,8 – 8 . Pada kondisi ini proses pencernaan mengubah bahan
organik dengan adanya air menjadi energi gas. Jika dilihat dari segi
pengolahan limbah, proses anaerobik juga memberikan beberapa
keuntungan lain yaitu menurunkan nilai COD dan BOD, total solid,
volatile solid, nitrogen nitrat dan nitrogen organic, bakteri coliform dan
patogen lainnya, telur insek, parasit, dan bau.
Proses pencernaan anaerobik, yang merupakan dasar dari reaktor
biogas yaitu proses pemecahan bahan organik oleh aktifitas bakteri
metanogenik dan bakteri asidogenik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini
secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik,
seperti kotoran binatang, manusia, dan sampah organik rumah tangga.
Menurut Haryati (2006), pembentukan biogas meliputi tiga tahap
proses yaitu:
1. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik
mudah larut dan pemecahan bahan organik yang komplek menjadi
sederhana dengan bantuan air (perubahan struktur bentuk polimer
menjadi bentuk monomer).
2. Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula
sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan
makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari perombakan
gula-gula sederhana tadi yaitu asam asetat, propionat, format, laktat,
alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan ammonia.
3
3. Metanogenik, pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas
metan. Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini yang
akan mereduksi sulfat dan komponen sulfur lainnya menjadi hydrogen
sulfida.
berikut.
5
Biogas dengan ukuran terkecil dapat dioperasikan dengan kotoran ternak
3 ekor sapi.
Selusosa
3. Tahap Hidrolisis
Glukosa
2. Tahap Pengasaman
7
pupuk cair. Ada dua jenis digestifikasi anaerobik, yaitu alamiah dan
buatan, seperti terlihat pada Gambar 2.4.
8
Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan
bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil
seperti minyak tanah dan gas alam (Houdkova et.al., 2008). Biogas juga
sebagai salah satu jenis bioenergi yang didefinisikan sebagai gas yang
dilepaskan jika bahan-bahan organik seperti kotoran ternak, kotoran
manusia, jerami, sekam dan daun-daun hasil sortiran sayur difermentasi atau
mengalami proses metanisasi (Hambali E., 2008).
Gas metan ini sudah lama digunakan oleh warga Mesir, China, dan
Roma kuno untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas.
Sedangkan proses fermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan gas metan ini
pertama kali ditemukan oleh Alessandro Volta (1776). Hasil identifikasi gas
yang dapat terbakar ini dilakukan oleh Willam Henry pada tahun 1806. Dan
Becham (1868) murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882) adalah orang
pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan gas
metan.
Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah
biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi
energi melalui proses anaerobik digestion. Biogas yang terbentuk dapat
dijadikan bahan bakar karena mengandung gas metan (CH4) dalam
persentase yang cukup tinggi. Komponen biogas tersajikan pada Tabel 2.1.
9
Tabel 2. 1. Komposisi Penyusun Biogas
Presentase
Jenis Gas
30-40%
Korbondioksida (CO2)
0,3%
Air (H2O)
Sedikit sekali
Hidrogen Sulfide (H2S)
5-10%
Hidrogen
10
2.4.2. Nutrisi dan Penghambat bagi Bakteri Anaerob.
Bakteri Anaerobik membutuhkan nutrisi sebagai sumber
energi untuk proses reaksi anaerob seperti mineral-mineral yang
mengadung Nitrogen, Fosfor, Magnesium, Sodium, Mangan, Kalsium,
Kobalt. Nutrisi ini dapat bersifat toxic (racun) apabila konsentrasi di
dalam bahan terlalu banyak. Ion mineral, logam berat dan detergen
adalah beberapa material racun yang mempengaruhi pertumbuhan
normal bakteri patogen didalam reactor pencerna. Ion mineral dalam
jumlah kecil (sodium, potasium, kalsium, amonium dan belerang) juga
merangsang pertumbuhan bakteri, namun bila ion-ion ini dalam
konsentrasi yang tinggi akan berakibat meracuni. Sebagai contoh,
NH4 pada konsentrasi 50 hingga 200 mg/l merangsang pertumbuhan
mikroba, namun bila konsentrasinya diatas 1500 mg/l akan
mengakibatkan keracunan. Di bawah ini table konsentrasi kandungan
kimia mineral-mineral atau Tingkatan racun dari beberapa zat
penghambat yang terdapat dalam proses pencernaan/digestion limbah
organik, yaitu:
11
Nikel (Ni+3) 200-500 mg/l
12
metanogenik. Bila proses anaerob sudah berjalan menuju pembentukan
biogas, pH berkisar 7-7,8. (Craig, F., et al.2005)
13
Kotoran ayam 10
Kotoran kambing 12
Kotoran babi 18
Kotoran domba 19
Kotoran kerbau/sapi 24
Enceng Gondok (water hyacinth) 25
Kotoran gajah 43
Jerami (jagung) 60
Jerami (padi) 70
Jerami (gandum) 90
Sisa gergajian diatas 200
Kotoran hewan terutama sapi, memiliki nilai C/N rata-rata berkisar 24.
Material dari tumbuhan seperti serbuk gergaji dan jerami mengandung
persentase C/N yang lebih tinggi, sedangkan kotoran manusia memiliki
nilai rasio C/N 8. Limbah organik yang bernilai C/N tinggi dapat
dicampur dengan yang lebih rendah sehingga diperoleh nilai rasio C/N
yang ideal, seperti pencampuran limbah jerami (straw) kedalam limbah
toilet (latrine waste) untuk mencapai kadar C/N yang ideal atau
mencampurkan kotoran gajah dengan kotoran manusia sehingga
mendapat jumlah rasio C/N yang seimbang dan produksi biogas dapat
berjalan optimum.
14
2.4.7. Volatile Solid ( VS )
Merupakan bagian padatan (total solid-TS) yang berubah
menjadi fase gas pada tahapan asidifikasi dan metanogenesis
sebagaimana dalam proses fermentasi limbah organik. Dalam pengujian
skala laboratorium, berat saat bagian padatan bahan organik yang hilang
terbakar (menguap dan mengalami proses gasifikasi) dengan
pembakaran pada suhu 538º C, disebut sebagai volatile solid. Atau
Potensi produksi biogas atau disebut juga persentase volatile solid
untuk beberapa bahan organik yang berbeda seperti diperlihatkan pada
tabel di bawah ini. (Craig, F., et al.2005)
15
2.4.9. Pengaturan Tekanan
Semakin tinggi tekanan di dalam digester, semakin rendah
produksi biogas di dalam digester terutama pada proses hidrolisis dan
acydifikasi. Selalu pertahankan tekanan diantara 1,15-1,2 bar di dalam
digester. (Craig, F., et al.2005)
16
seperti mengurangi pengaruh gas rumah kaca, mengurangi polusi bau
yang tidak sedap, sebagai pupuk dan produksi daya dan panas.
(Wahyuni, 2009).
Secara teoritis merupakan waktu material organik berada di
dalam tangki digester. Selama proses ini terjadi pertumbuhan bakteri
anaerob pengurai, proses penguraian matrial organic, dan stabilasi
pembentukan biogas menuju kepada kondisi optimumnya. Secara
keseluruhan, lama waktu penguraian (Hydraulic Retention Time-HRT)
mencakup 70%-80% dari keseluruhan waktu proses pembentukan
biogas bila siklus pembentukan biogas berjalan ideal yakni 1 kali proses
pemasukan matrial organik langsung mendapatkan biogas sebagai
proses akhirnya. HRT dapat dirumuskan menjadi persamaan berikut:
17
Bahan Organik yang di tambahkan (kg ODM/day)
SLR = Rumus 2. 3.
......
Volume Digester (m )
3
18
kWh/m3 energi listrik atau 0,61 L bensin, 0,58 L minyak tanah, 0,55 L
diesel, 0,45 L LPG (Natural Gas), 1,50 Kg kayu bakar, 0,79 L bioethanol.
(Craig, F., et al.2005)
19
Mulai Data Potensi BahanPerhitungan
Baku Biogasjumlah
(Kotoran
Total
sapi)
Solid (TS) Volatile Solid (VS) dalam prose
E = Vgm x FK kWh..................................Rumus 2. 9.
E = Produksi Energi Listrik (kWh)
20
Vgm = Jumlah volume gas Metan (m3) FK = Faktor Konversi ( kWh/
m3)
Gambar 2. 6. Sistem Penyaluran Tenaga Listrik dari PLTBi ogas (Craig, F.,2005)
a.Feedstock, b. Digester, c. Biogas Tank,
d. Engine-Generator (Microturbines)
21
(mixing) dan pengenceran untuk mempermudah penyaluran ke tangki
digester. (Craig, F., et al.2005)
22
ulang, Digester pengadukan penuh (CFSTR), dan digester Anaerob dengan
pengadukan berkala (CSTR), seperti ditunjukkan gambar 2.8.
Proses pengolahan limbah organic dengan digester tipe batch
dilakukan sekali proses yakni pemasukan limbah organik, digestion dan
penghasilan biogas dan slury (lumpur) kompos yang kaya nutrisi bagi
tanah. Digester tipe plug flow dapat melakukan proses digestion
(pencernaan limbah organik) beberapa kali.
Biogas Biogas
Effluent Inffluent
Inffluent Effluent
Plug
Biogas Biogas
Sludge recycle
(c) CFSTR
23
Katub Penampung Gas (Biogas Tank)
3
Siklus kombinasi daya dan panas merupakan proses pemanfaatan
energy yang dihasilkan dari pembakaran biogas. Dalam siklus
sebagaimana gambar di atas terlihat bahwa panas yang dihasilkan dari
membakar biogas digunakan untuk memutar turbin dan turbin dikopel
dengan generator untuk menghasilkan energy listrik yang dialirkan ke
beban. Panas sisa yang dihasilkan setelah dimanfaatkan turbin digunakan
kembali oleh recuperator dan exhaust heat recovery sebagai pemanas air.
2.7.Digester Biogas
Digester merupakan komponen utama dalam produksi biogas.
Digester merupakan tempat dimana bahan organik diurai oleh bakteri
secara anaerob (tanpa udara) menjadi gas CH4 dan CO2. Digester harus
dirancang sedemikian rupa sehingga proses fermentasi anaerob dapat
berjalan dengan baik. Pada umumnya produksi biogas terbentuk pada 4-5
hari setelah digester diisi. Produksi biogas menjadi banyak pada 20-35
hari. (Wenner, K., 1999)
32
2.7.1. Jenis-jenis Digester Biogas
Terdapat beberapa jenis digester yang dapat dilihat berdasarkan
konstruksi, jenis aliran, dan posisinya terhadap permukaan tana. Jenis
digester yang dipilih dapat didasarkan pada tujuan pembuatan digester
tersebut. Hal yang penting adalah apapun yang dipilih jenisnya, tujuan
utama adalah mengurangi kotoran dan menghasilkan biogas yang
mempunyai kandungan CH4 tinggi. Dari segi konstruksi, digester
dibedakan menjadi :
33
Kelebihan Kekurangan
Pada digester tipe ini terdapat bagian yang reaktor yang dapat
bergerak seiring dengan kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan bagian
kubah dapat dijadikan indikasi bahwa produksi biogas sudah mulai
atau sudah terjadi. Bagian yang bergerak juga berfungsi sebagai
pengumpul biogas. Dengan model ini, kelemahan tekanan gas yang
berfluktuasi pada reaktor biodigester jenis kubah tetap dapat diatasi
sehingga tekanan gas menjadi konstan. Kelemahannya adalah
membutuhkan teknik khusus untuk membuat tampungan gas bergerak
seiring naik atau turunnya produksi biogas. Kelemahan lainnya adalah
material dari tampungan gas yang dapat bergerak harus dipilih yang
mempunyai sifat tahan korosi, hal tersebut menyebabkan harganya
relatif lebih mahal.
34
Gambar 2. 12. Digester Tipe Floating Dome (Wenner, K., 1999)
35
skala yang besar, digester jenis ini juga memerlukan luas lahan yang
besar juga.
b. Sebagian tangki biogas diletakkan dibawah permukaan tanah.
Digester ini terbuat dari campuran semen, pasir, kerikil dan kapur
yang dibentuk seperti sumur dan ditutup dari plat baja atau konstruksi
semen. Volume tangki dapat dibuat untuk skala besar ataupun skala
kecil sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Kelemahan pada
sistem ini jika ditempatkan pada daerah yang memiliki suhu dingin
(rendah) suhu dingin yang diterima oleh plat baja merambat ke bahan
baku biogas, sehingga memperlambat proses bekerjanya bakteri,
seperti diketahui bakteri akan bekerja optimum pada rentang
temperatur tertentu saja.
c. Seluruh tangki digester diletakkan dibawah permukaan tanah.
Model ini merupakan model yang paling populer di Indonesia, dimana
seluruh instalasi digester dibuat di dalam tanah dengan konstruksi
permanen. Selain dapat menghemat tempat lahan, pembuatan digester
di dalam tanah juga berguna mempertahankan suhu digester stabil dan
mendukung pertumbuhan bakteri methanogen. Kekurangannya jika
terjadi kebocoran gas dapat menyulitkan untuk memperbaikinya.
36
Ruangan digestion berfungsi sebagai tempat terjadinya fermentasi
anaerobik dan dibuat kedap udara. Ruangan ini dapat juga dilengkapi
dengan penampung biogas.
3. Saluran keluar residu (sludge)
Fungsi saluran ini adalah untuk mengeluarkan kotoran (sludge) yang
telah mengalami fermentasi anaerobik oleh bakteri. Saluran ini bekerja
berdasarkan prinsip kesetimbangan hidrostatik. Residu yang keluar
pertama kali merupakan slurry masukan yang pertama setelah waktu
retensi. Slurry yang keluar sangat baik untuk pupuk karena
mengandung kadar nutrisi yang tinggi.
4. Tangki penyimpanan biogas
Tujuan dari tangki penyimpan biogas adalah untuk menyimpan biogas
yang dihasilkan dari proses fermentasi anaerobik. Jenis tangki
penyimpan biogas ada dua, yaitu tangki bersatu dengan unit reaktor
(fixed dome) dan terpisah dengan reaktor (floated dome). Untuk tangki
terpisah, konstruksi dibuat khusus sehingga tidak bocor dan tekanan
yang dihasilkan dalam tangki seragam.
37
dibuat dari material yang tidak tahan tekanan yang tinggi supaya
biaya konstruksi digester tidak mahal. Semakin tinggi tekanan di
dalam digester, semakin rendah produksi biogas di dalam digester
terutama pada proses hidrolisis dan acydifikasi. Selalu pertahankan
tekanan diantara 1,15-1,2 bar di dalam digester.
2. Sistem pengaduk
Pada digester yang besar sistem pengaduk menjadi sangat penting.
Tujuan dari pengadukan adalah untuk menjaga material padat tidak
mengendap pada dasar digester. Pengadukan sangat bermanfaat bagi
bahan yang berada di dalam digester anaerobik karena memberikan
peluang material tetap tercampur dengan bakteri dan temperatur
terjaga merata diseluruh bagian. Dengan pengadukan potensi material
mengendap di dasar digester semakin kecil, konsentrasi merata dan
memberikan kemungkinan seluruh material mengalami proses
fermentasi anaerob secara merata. Selain itu dengan pengadukan dapat
mempermudah pelepasan gas yang dihasilkan oleh bakteri
menuju ke bagian penampung biogas. Pengadukan dapat dilakukan
dengan :
a. Pengadukan mekanis, yaitu dengan menggunakan poros yang
dibawahnya terdapat semacam baling-baling dan digerakkan
dengan motor listrik secara berkala.
b. Mensirkulasi bahan dalam digester dengan menggunakan pompa
dan dialirkan kembali melalui bagian atas digester.
38
3. Saluran biogas
Tujuan dari saluran biogas adalah untuk mengalirkan biogas yang
dihasilkan digester. Bahan untuk saluran gas disarankan terbuat dari
polimer untuk menghindari korosi. Untuk pemanfaatan biogas sebagai
bahan bakar masak, pada ujung saluran pipa dapat disambung dengan
pipa yang terbuat dari logam supaya tahan terhadap temperatur
pembakaran yang tinggi.
39
biogas keluar
Silika gel
biogas masuk
Regenerasi silika gel
40
Biogas yang sudah dicuci
Air Masuk
Kompresor
Biogas Masuk
Air ke Generasi
Gambar 2. 14. Teknik Pencucian Biogas dari H2S dengan Scrubber Air
(Zicari, 2003)
41
pengoperasian juga sangat mahal. Metode ini juga dapat menambah
jumlah oksigen dalam biogas.
Pemurnian biogas dari kandungan H2S yang sering dilakukan
adalah diserap secara kimiawi. Pada metode ini H2S berekasi dengan
larutan absorben. Selanjutnya absorben yang kaya H2S diregenerasi untuk
kembali melepas H2S- nya dalam bentuk gas atau sulfur padat (Kohl,
1985). Absorben yang digunakan pada umunya adalah larutan nitrit,
larutan garam alkali, slurry besi oksida atau seng oksida dan iron chelated
solution (Zicari, 2003; Wellinger, 2001).
42
Gambar 2. 15. Penampang Digester Silinder (Klaus V.M., 1998)
Keterangan:
Vc – Volume Ruangan penampungan gas (gas collecting chamber)
Vgs – Volume Ruangan Penyimpanan Gas (gas storage chamber)
Vf – Volume Ruangan Fermentasi (fermentation chamber)
VH – Volume Ruangan Hidrolik (hydraulic chamber)
Vs – Volume lapisan penampungan lumpur (sludge layer)
43
Untuk mendisain tangki digester biogas, dapat dilihat pada gambar
dimensi geometrikal tangki digester di bawah ini:
44