Anda di halaman 1dari 3

Biogas Adalah

Melansir dari jurnal UNDIP, biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme

pada kondisi langka oksigen (anaerob). Biogas bisa dibakar seperti elpiji. Dalam skala besar biogas dapat dijadikan sumber energi

listrik alternatif ramah lingkungan dan terbarukan.

Selanjutnya dikutip dari homebiogas, biogas adalah salah satu jenis bahan bakar nabati yang dihasilkan secara alami dari

penguraian sampah organik.

Bahan organik, seperti sisa makanan dan kotoran hewan, terurai dalam lingkungan anaerobik atau lingkungan tanpa oksigen.

Kemudian melepaskan campuran gas, terutama metana dan karbondioksida. Pencernaan anaerobik tersebut merupakan bentuk

alami dari limbah menjadi energi, menggunakan proses fermentasi.

Komposisi Biogas
Kembali melansir dari jurnal UNDIP, komposisi biogas tergantung pada jenis bahan baku yang akan digunakan. Paling umum
terdapat gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2) dengan sedikit hidrogen sulfida (H2S).
Komponen lain yang ditemukan dalam biogas, hanya kisaran konsentrasi kecil, di antaranya senyawa sulfur organik, senyawa
hidrokarbon terhalogenasi, gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2), gas karbon monoksida (CO) dan gas oksigen (O2
iogas adalah gas alami yang dihasilkan oleh pemecahan bahan organik oleh bakteri anaerob. Digunakan dalam produksi energi.
Dikutip dari Britannica, biogas berbeda dengan gas alam. Karena merupakan sumber energi terbarukan yang diproduksi secara
biologis melalui pencernaan anaerobik daripada bahan bakar fosil yang dihasilkan oleh proses geologi. Berikut bahan bakar
pembuatan biogas:
Hasil pencernaan sapi ini secara alami telah menggunakan mikroorganisme dalam sistem pencernaan. Berfungsi dalam mencerna
selulosa dan lignin dari rumput berserat tinggi. Oleh sebab itu kotoran sapi memiliki kandungan selulosa yang tinggi.
Kotoran sapi sangat cocok menjadi bahan baku pembuatan biogas, maupun sebagai biostarter dalam proses fermentasi. Setiap 1
kilogram kotoran sapi berpotensi menghasilkan 36 liter biogas.

Manfaat Biogas
Secara umum lebih mengenal biogas untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi, baik panas maupun listrik. Namun di balik itu,
ternyata memberi manfaat lain pula bagi kelangsungan makhluk hidup, dilansir dari Britannica seperti:
 Mengingat metana hampir 21 kali lebih efektif dalam memerangkap panas di atmosfer daripada karbon dioksida.
 Pembakaran biogas menghasilkan pengurangan bersih emisi gas rumah kaca.
 Produksi biogas di peternakan mampu mengurangi polusi bau, serangga, dan patogen yang berasal dari timbunan kotoran
tradisional.
 Limbah hewan dan tumbuhan bisa digunakan untuk menghasilkan biogas.
 Bahan bakar memasak atau penerangan listrik di rumah.
 Biogas dapat diproduksi dengan berbagai jenis bahan organik. Terdapat beberapa jenis model reaktor biogas yang mampu
mengolah air limbah kota, air limbah industri, limbah padat kota, dan limbah pertanian.

 Biogas yang dihasilkan bisa digunakan sebagai bahan bakar transportasi. Ini telah banyak dipraktikan di Swedia.

Cara Pembuatan Biogas


Mengutip dari jurnal UNDIP, bahan baku untuk pembuatan biogas, harus banyak mengandung selulosa. Karena lebih mudah
dicerna oleh bakteri anaerob.
Tetap mengandalkan teknologi terbaru. Secara biologis, pembentukan biogas memanfaatkan sejumlah mikroorganisme anaerob
meliputi tiga tahap, yakni:
1. Tahap Hidrolisis
Langkah pertama ialah tahap pelarutan atau hirolisis. Bahan yang tidak larut seperti selulosa, polisakarida dan lemak akan diubah
menjadi bahan yang larut dalam air seperti glukosa.
Selanjutnya peran bakteri akan mendekomposisi rantai panjang karbohidrat, protein dan lemak menjadi bagian yang lebih pendek.
Sebagai contoh, polisakarida diubah menjadi monosakarida. Tahap pelarutan ini berlangsung pada suhu 25 serajat celcius di
digester.

2. Tahap Asidogenesis
Cara pembuatan biogas selanjutnya masuk tahap pengasaman atau tahap asidogenesis. Terjadi proses bakteri asam
menghasilkan asam asetat dalam suasana anaerob. Bakteri akan menghasilkan asam yang berfungsi mengubah senyawa pendek
hasil hidrolisis menjadi asam organik sederhana, seperti asam asetat, H2 dan CO2.

3. Tahap Metanogenesis
Cara pembuatan biogas terakhir masuk tahap pembentukan gas metana atau tahap metanogenesis. Bakteri metana membentuk
gas metana secara perlahan secara anaerob.
Tahap ini berlangsung selama 14 hari dengan suhu 25 derajat celcius di dalam digester. Proses ini akan menghasilkan 70 persen
CH4, 30 persen CO2, sedikit H2 dan H2S.
Sumber ; merdeka.com/trending/biogas-adalah-gas-hasil-fermentasi-kenali-manfaat-dan-cara-pembuatan.html

Sudah menjadi rahasia umum bahwa bumi pertiwi menyimpan kekayaan gas alam dan minyak bumi. Akan tetapi, kita tidak bisa terus menerus
menggunakannya tanpa ada usaha untuk berinovasi dengan energi alternatif yang menjanjikan. Salah satu energi alternatif yang bisa menjamin kebutuhan
energi masyarakat Indonesia adalah energi biogas.
Energi biogas adalah energi yang dihasilkan dari limbah organik seperti kotoran ternak, atau limbah dapur seperti sayuran yang sudah digunakan. Limbah-
limbah tersebut akan melalui proses urai yang dinamakan anaerobik digester di ruang kedap udara. Komponen utama dari energi biogas ini adalah gas
metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Kedua gas tersebut dapat dibakar atau dioksidasi dan melepas energi, dan energi tersebutlah yang dapat
dimanfaatkan manusia untuk kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi, besarnya komponen gas tersebut tergantung pada proses anaerobik dan komposisi dari
bahan dasar pembuatan energi biogas. Semakin besar kandungan metana dari energi biogas, maka akan semakin besar juga energi yang bisa dihasilkan dari
biogas tersebut.
Biogas sendiri dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai energi alternatif pengganti LPG untuk memasak dan bahan bakar generator untuk menghasilkan
listrik. Selain itu, biogas dinilai lebih aman untuk bumi karena pembakaran biogas mampu mengurangi emisi gas kaca. Biogas juga dapat mengurangi bau,
serangga, dan patogen yang berasal dari timbunan kotoran tradisional.
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pengembangan biogas di Indonesia merupakan tantangan sekaligus peluang bagi
Indonesia. Ada beberapa aspek yang masih perlu ditinjau ulang seperti, akses pendanaan, pemanfaatan langsung, teknologi, koordinasi, pengembangan
berkelanjutan, tata kelola, investasi dan kebijakan. Kementerian ESDM mencatat biogas rumah tangga yang sudah terpasang mencapai 47.505 unit di
seluruh wilayah Indonesia dengan menghasilkan biogas sebanyak 75.044,2 m3/hari atau sekitar 26,72 juta m3/tahun.
Meskipun pemanfaatan biogas belum maksimal dan masih banyak hal yang perlu dibenahi, namun Kementerian ESDM akan terus mengejar target
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) mencapai 5.5 GW pada tahun 2025. Harapannya biogas akan menjadi salah satu energi alternatif utama bagi
masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang, dan dapat menjadi salah satu upaya untuk menjaga bumi dari pemanasan global.
Source:
https://ebtke.esdm.go.id/post/2020/07/06/2579/strategi.pengembangan.biogas.kejar.target.bauran.energi
https://environment-indonesia.com/articles/energi-biogas-alternatif-ramah-lingkungan/

Perjalanan Biogas dari Eropa Hingga Haurngombong


Selasa, 24 Agustus 2010 - Dibaca 7204 kali
JAKARTA. Sejarah awal penemuan biogas pada awalnya muncul di benua Eropa. Biogas yang merupakan hasil dari
proses anaerobik digestion ditemukan seorang ilmuan bernama Alessandro Volta yang melakukan penelitian terhadap gas yang
dikeluarkan rawa-rawa pada tahun 1770. Gas dari rawa tersebut teridentifikasi sebagai gas methana.
Pada perkembangannya, pada tahun 1875 dipastikan bahwa biogas merupakan produk dari proses anaerobik digestion.
Selanjutnya, tahun 1884 seorang ilmuan lainnya bernama Pasteour melakukan penelitian tantang biogas menggunakan mediasi
kotoran hewan. Era penelitian Pasteour inilah yang menjadi landasan untuk penelitian biogas hingga saat ini.
Perkembangan biogas mengalami pasang surut, seperti pada akhir abad ke-19 tercatat Jerman dan Perancis memanfaatkan limbah
pertanian menjadi beberapa unit pembangkit yang berasal dari biogas. Selama perang dunia II banyak petani di Inggris dan benua
Eropa lainnya yang membuat digester kecil untuk menghasilkan biogas. Namun, dalam perkembangannya karena harga BBM
semakin murah dan mudah diperoleh, pada tahun 1950-an pemakaian biogas di Eropa mulai ditinggalkan.
Jika era tahun 1950-an Eropa mulai meninggalkan biogas dan beralih ke BBM, hal sebaliknya justru terjadi di negara-negara
berkembang seperti India dan Cina yang membutuhkan energi murah dan selalu tersedia. Cina menggunakan teknologi biogas
dengan skala rumah tangga yang telah dimanfaatkan oleh hampir sepertiga rumah tangga di daerah pinggiran Cina. Perkembangan
biogas di Cina bisa dikatakan mengalami perkembangan yang signifikan, pada tahun 1992 sekitar lima juta rumah tangga
menggunakan instalasi biogas sehingga biogas menjadi bahan bakar utama sebagian penduduk Cina.
Seperti yang diungkapkan Prof Li Kangmin dan Dr Mae-Wan Ho, director of the The Institute of Science in Society, biogas
merupakan jantung dari tumbuhnya eco-economi di Cina, namun beberapa kendala harus diselesaikan untuk meraih potensi yang
lebih besar.
Perkembangan yang senada juga terjadi di India, tahun 1981 mulai dikembangkan instalasi biogas di India. Teknik biogas yang
digunakan sama dengan teknik biogas yang dikembangkan di Cina yaitu menggunakan model sumur tembok dan dengan drum
serta dengan bahan baku kotoran ternak dan limbah pertanian. Tercatat sekitar tiga juta rumah tangga di India menggunakan
instalasi biogas pada tahun 1999.
Menginjak abad ke 21 ketika sadar akan kebutuhan energi pengganti energi fosil, di berbagai negara mulai menggalangkan energi
baru terbarukan, salah satunya biogas. Tak ketinggalan negara adidaya seperti Amerika Serikat menunjukkan perhatian khususnya
bagi perkembangan biogas. Bahkan, Departemen Energi Amerika Serikat memberikan dana sebesar US$ 2,5 juta untuk
perkembangan biogas di California.
Sedangkan di Indonesia, teknologi biogas masuk pada 1970-an yang perkembangannya diawali di daerah perdesaan. Dewasa ini
biogas merupakan salah satu jenis energi baru terbarukan yang menjadi salah satu perhatian bagi Kementerian ESDM, seperti
yang ditunjukkan oleh Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh yang menyempatkan untuk melakukan kunjungan kerja ke Desa
Mandiri Energi di desa Haurngombong, Sumedang. Menteri ESDM menjanjikan akan memberikan bantuan untuk mengembangkan
potensi energi yang walaupun terlihat kecil, namun dampaknya sangat besar bagi pemenuhan energi di indonesia, khususnya bagi
masyarakat desa Haurngombong.
"Di saat pemerintah terus berupaya untuk menjangkau listrik ke desa-desa terpencil, diharapkan agar desa-desa yang belum dapat
menikmati aliran listrik juga dapat memanfaatkan dan menggunakan energi terbarukan seperti teknologi biogas", tutur Menteri
ESDM Darwin Zahedy Saleh. (AND)
Sumber ; https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/perjalanan-biogas-dari-eropa-hingga-haurngombong

Energi Biogas Alternatif Ramah Lingkungan


energi biogas merupakan sumber energi terbarukan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan listrik dan bahan bakar kendaraan.
Biogas ini mulai dikenal oleh masyarakat secara gencar ketika krisis energi melanda negara Indonesia, dan demikian juga dengan negara yang
lainnya. Krisis energi ini telah terjadi beberapa tahun belakangan ini dan diperkirakan akan terus terjadi untuk beberapa tahun ke depan jika tidak
diatasi dengan serius.

Padahal peningkatan permintaan kebutuhan energi seperti pada listrik dan bahan bakar minyak akan terus terjadi. Hal ini tidak bisa dipisahkan dengan
populasi penduduk yang akan semakin meningkat, sehingga kebutuhan penduduk akan listrik dan bahan bakar minyak ini akan meningkat sepanjang
masa. Sehingga hal ini membutuhkan penanganan yang bersifat segera untuk menciptakan dan memproduksi energi terbarukan.

ini merupakan alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan yang mulai dikembangkan dan diproduksi oleh beberapa negara. Selain menghasilkan
listrik, biogas juga dapat digunakan untuk kebutuhan akan bahan bakar kendaraan yang kini semakin banyak. Dan ini merupakan alternatif yang
sangat pas untuk diproduksi secara besar-besaran, karena merupakan alternatif yang sangat pas untuk mengatasi adanya krisis energi karena
memiliki sifat dapat diperbaharui. Namun sayang, hingga saat ini pemanfaatan biogas belum maksimal karena adanya beberapa hal.

Biogas sendiri merupakan gas dari produk akhir pencernaan atau degradasi anaerobik dari bahan-bahan organik yang dilakukan oleh bakteri
anaerobik yang terdapat dalam lingkungan bebas. Dan ini bisa kita lihat dalam kotoran manusia, kotoran hewan, limbah dari rumah tangga, dan
sampah biodegradable dalam kondisi anaerobik.

Adapun komponen terbesar yang ada pada energi biogas ini adalah metana dan karbon dioksida. Namun demikian, tergantung juga terhadap proses
anaerobik yang terjadi sehingga komposisi bisa biogas bervariasi. Namun dari semua kandungannya, metana merupakan unsur penting karena dapat
menjadi tolak ukur energi atau nilai kalor yang terdapat pada biogas tersebut. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi nilai metana dalam biogas, maka
akan semakin tinggi juga energi yang dimiliki biogas tersebut, dan semakin rendah nilai metana maka semakin kecil juga nilai kalor yang ada.

Energi biogas dapat diperbaiki kualitasnya dengan melakukan beberapa cara yaitu dengan menghilangkan hidrogen sulphur, atau kandungan karbon
dioksida dan air. Hidrogen sulfur ini justru dapat membahayakan apabila biogas mengandungnya, karena justru akan menyebabkan gas berbahaya.
Selain itu, hidrogen sulphur ini mengandung zat yang menyebabkan korosi dan juga racun.

Gas methan ini sebenarnya bukan sebuah penemuan baru di dunia ini, karena orang-orang Mesir telah menggunakannya sejak jaman dahulu yaitu
digunakan sebagai penghasil panas. Dan alat penghasil biogas ini telah dibangun sejak tahun 1900, sehingga kemunculan gas methan ini bukan
sesuatu yang baru, hanya saja mungkin masih memerlukan pengembangan untuk hasil yang lebih baik.

Proses pembuatan biogas ini terjadi dengan cara dekomposisi dengan tanpa menggunakan udara. Dan tingkat keberhasilannya sangat ditentukan
pada proses dekomposisi ini. Dan proses dekomposisi ini sangat memerlukan kehadiran mikroorganisme, yang bisa kita dapatkan dari perpaduan
kerja yang dilakukan oleh mikroorganisme anaerob. Setelah terjadi hidrolisis, fermentasi dan proses metanogen yang dilakukan oleh mikroorganisme
maka akan dihasilkan biogas.

Untuk melakukan proses metanogen, maka diperlukan kotoran sapi. Hal ini karena perkembangan metanogen sangat cocok jika berada di dalam
lambung sapi. Namun demikian, kondisi lingkungan yang optimal sangat diperlukan untuk membentuk metanogen sehingga didapatkan energi biogas.

sumber : benergi.com

Anda mungkin juga menyukai