Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH APLIKASI KIMIA BIOGAS ENERGI

TERBARUKAN RAMAH LINGKUNGAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Kimia Dasar Dosen :
Ir. Asep Hodijat, MT

Disusun Oleh :
Nabila Putri Azzahra
214507023

PROGAM STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MA’SOEM

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Krisis energi yang melanda negeri ini diperkirakan masih akan berlangsung
beberapa tahun ke depan. Di tengah persoalan tersebut, pengembangan energi baru
dan terbarukan menjadi solusi alternative. Pada bab ini akan dibahas tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat pennulisan, metode
penyelesaian, dan sistematika penulisan tentang penggunaan biogas sebagai pengganti
BBM untuk penghasil energi.

Dengan timbulnya kelangkaan bahan bakar minyak yang disebabkan oleh


kenaikan harga minyak dunia yang signifikan, pemerintah mengajak masyarakat
untuk mengatasi masalah energi ini secara bersama-sama karena kenaikan harga yang
mencapai 72 dolar/barel ini termasuk luar biasa ¹. Harga ini membuat harga minyak
menjadi yang tertinggi sepanjang abad 21. Masalah ini memang sulit sebagaimana
yang dikatakan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla bahwa kenaikan harga minyak akan
menyebabkan kenaikan subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada APBN 2006.
Peryataan selanjutnya dikatakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang
menyatakan bahwa masyarakat perlu untuk melakukan penghematan di segala sisi
termasuk penggunaan BBM, listrik, air, dan telepon ². Adapun hal yang menyebabkan
keharusan setiap warga untuk melakukan proses penghematan adalah karena pasokan
bahan bakar yang berasal dari minyak bumi merupakan sumber energi fosil yang tidak
dapat diperbarui (unrenewable). Salah satu jalan untuk melakukan penghematan BBM
adalah dengan mencari sumber energi alternatif terutama yang dapat diperbarui
(renewable) ³.

Sebagai contoh, potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan


menjadi sumber energi adalah batu bara, panas bumi, aliran sungai, angin, matahari,
sampah serta sumber-sumber lain yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti pohon
jarak. Energi terbarukan lain yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang
relatif lebih sederhana dan sesuai untuk daerah pedesaan adalah energi biogas dengan
memproses limbah bio atau bio massa di dalam alat kedap udara yang disebut
digester. Biomassa berupa limbah dapat berupa kotoran ternak bahkan tinja manusia,
sisa-sisa panenan seperti jerami, sekam dan daun-daunan sortiran sayur dan
sebagainya. Namun, sebagian besar terdiri atas kotoran ternak.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari biogas?


2. Efektifkah biogas sebagai pengganti BBM untuk menghasilkan energi?
3. Apa saja bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan biogas?
4. Apa saja kandungan yang dimiliki oleh biogas?
5. Apa perbedaan biogas dengan sumber bahan bakar lainnya?
6. Bagaimana cara menolah biogas?
7. Bagaimana cara pemanfaatan biogas?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian biogas.

2. Mengetahui kandungan yang terdapat dalam biogas.

3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki biogas.

4. Mengetahui cara pemanfaatan dan pengolahan biogas.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Dapat mengetahui perbedaan biogas dengan sumber enrgi bahan bakar lainnya.
2. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki biogas.
3. Dapat mengetahui cara megolah biogas.
4. Dapat menambah wawasan.
5. Dapat membantu memecahkan masalah akibat kelangkaan BBM sebagi
sumber
energi.
6. Dapat memotivasi untuk menghasilkan teknologi tepat guna dalam rangka
membantu pemerintah untuk menghemat energi.
BAB II

PENGENALAN BIOGAS

2.1 Pengertian Biogas

Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material


organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa
melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion Gas yang dihasilkan sebagian
besar (lebih 50 % ) berupa metana. material organik yang terkumpul pada
digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis
bakteri. Tahap pertama material orgranik akan didegradasi menjadi asam asam
lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan
sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian
senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein,
karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu
pembentukan asam dari senyawa sederhana.

Setelah material organik berubah menjadi asam asam, maka tahap


kedua dari proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana dengan
bantuan bakteri pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina,
methano bacterium.

Perkembangan proses Anaerobik digestion telah berhasil pada banyak


aplikasi. Proses ini memiliki kemampuan untuk mengolah sampah / limbah
yang keberadaanya melimpah dan tidak bermanfaat menjadi produk yang
lebih bernilai. Aplikasi anaerobik digestion telah berhasil pada pengolahan
limbah industri, limbah pertanian limbah peternakan dan municipal solid
waste (MSW).
2.2 Sejarah Biogas

Gas methan sudah lama digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma
kuno untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Sedangkan, proses
fermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan gas methan ini pertama kali
ditemukan oleh Alessandro Volta (1776). Hasil identifikasi gas yang dapat
terbakar ini dilakukan oleh Willam Henry pada tahun 1806. Dan Becham (1868),
murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), adalah orang pertama yang
memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.

Adapun alat penghasil biogas secara anaerobik pertama dibangun pada


tahun 1900. Pada akhir abad ke-19, riset untuk menjadikan gas methan sebagai
biogas dilakukan oleh Jerman dan Perancis pada masa antara dua Perang Dunia.
Selama Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang
membuat alat penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan
traktor. Akibat kemudahan dalam memperoleh BBM dan harganya yang murah
pada tahun 1950-an, proses pemakaian biogas ini mulai ditinggalkan. Tetapi, di
negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan
selalu tersedia selalu ada. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas
terus dilakukan semenjak abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya,
seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Nugini, telah melakukan
berbagai riset dan pengembangan alat
penghasil biogas . Selain di negara berkembang, teknologi biogas juga telah
dikembangkan di negara maju seperti Jerman .
2.3 Prinsip Teknologi

Pada prinsipnya, teknologi biogas adalah teknologi yang


memanfaatkan proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara
anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan sehingga dihasilkan gas methan.
Gas methan adalah gas yang mengandung satu atom C dan 4 atom H yang
memiliki sifat mudah terbakar. Gas methan yang dihasilkan kemudian dapat
dibakar sehingga dihasilkan energi panas. Bahan organik yang bisa digunakan
sebagai bahan baku industri ini adalah sampah organik, limbah yang sebagian
besar terdiri dari kotoran, dan potongan-potongan kecil sisa sisa tanaman,
seperti jerami dan sebagainya, serta air yang cukup banyak . Proses ini
sebetulnya terjadi secara alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas yang
terbentuk di bawah tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir
(TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat . Prinsip pembangkit
biogas, yaitu menciptakan alat yang kedap udara dengan bagian-bagian pokok
terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan pengeluaran
lumpur sisa hasil pencernaan (slurry), dan pipa penyaluran biogas yang
terbentuk.

2.4 Komposisi

Biogas sebagian besar mengandung gs metana (CH4) dan karbon


dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya
hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2),
nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Energi yang terkandung dalam
biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan
metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan
sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor.
Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa
parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon
dioksida (CO2).
2. 5 Biogas

lambat dari pada limbah organik cair,


tetapi pada akhirnya biogas yang
dihasilkan dari limbah organik padat
dapat menyusul sebagian besar biogas
dalam limbah organik cair. Limbah
organik padat berpotensi menjadi
sumber energi alternatif. Pengaruh
limbah organik dan komponen
kotoran sapi terhadap hasil biogas
Biogas merupakan campuran menunjukkan bahwa biogas yang
gas yang dibentuk dari penguraian dihasilkan dari kotoran hewan dan
berbahan organik dengan bantuan limbah organik menghasilkan jumlah
bakteri melalui proses fermentasi biogas tertinggi (Khaidir, 2016).
kedap udara sehingga menghasilkan
gas metana (CH4). Biogas diproduksi Tabel 2. 5
selama 5 hari setelah digester terisi Kandungan
Partikel-Partikel
penuh, dan akan mencapai puncaknya Padat Terlaru.
dalam 20 sampai 25 hari. Proses
produksi biogas yang harus Partikel
Padat
diperhatikan adalah subtrat yang Terlarut
digunakan karena kualitas dan Kandungan
kuantitas biogas yang dihasilkan akan
sangat berpengaruh. Biogas
diproduksi oleh fermentasi anaerob
yang memproses berbagai komponen
limbah organik, seperti limbah
organik padat dan limbah organik
cair. Jumlah biogas tergantung pada
masing-masing komponen limbah.
Pada beberapa penelitian, biogas
yaang dihasilkan limbah organik
padat proses awalnya jauh lebih
Zatorganic 70 %

Protein ± 65%

Karbohidrat ± 25%

Lemak ± 25%

Zat anorganik 30 %

(Prasetiono & Triwikantoro, 2012)

2.6 Limbah Tahu

Limbah tahu merupakan yang


terbesar berpotensi mencemari
lingkungan. Limbah tahu juga dapat
merusak lingkungan apabila
penggunaannya tidak tepat seperti
pembuangan limbah tahu ke sungai
yang mengganggu ekosistem air,
dapat menimbulkan bau tidak sedap
dan sumber penyakit (Sally, 2019). 5

2.7 Kotoran Sapi

urin atau gas. Warna kotoran


sapi berubah dari hijau menjadi
hitam tergantung dari pakannya.
Kotoran sapi cenderung
menjadi gelap jika terkena

Kotoran sapi dapat udara. Kandungan nutrisi

didefinisikan sebagai limbah tergantung pada jumlah yang

padat dari hewan ternak yang dihasilkan. Kotoran sapi

biasanya bercampur dengan menciptakan gas metan.


Kotoran sapi diperlukan untuk penghasil gas metana (CH4),
proses produksibiogas karena sehingga penggunaan feses
kotoran sapi sebagai sumber biogas dapat
banyakmengandung selulosa, mengubah gas metana menjadi
lignin dan hemiselulosa yang biogas, sehingga mengurangi
dapat menginduksi efek rumah kaca terhadap
pertumbuhan bakteri melalui lingkungan
fermentasi. Kotoran sapi juga (Andhika&Prasetya, 2019).
diketahui mengandung bakteri

2.8 Proses Pembuatan Biogas

Proses dekomposisi anaerob dalam digester yang dibantu oleh


sejumlah mikroorganisme. Pada temperatur tertentu didalam
digester. Proses anaerob dalam digester terdapat 3 tahap yaitu :
1. Hidrolisis proses penguraian senyawa melalui air,
senyawa yang terkandung didalam partikular dan limbah
nantinya akan mengalami proses hidrolisis didalam
anaerob. Reaksi : 6

2. Asetogenesis yaitu gula yang dihasilkan oleh proses hidrolisis


dimakan bakteri anaerob dan kemudian membentuk asam.
Penguraian monomer ini menghasilkan asam asetat, propionat,
asam format, dll.

3.Metanogenesis dalam tahap inilah gas metan terbentuk dibantu


oleh bakteri. Gas tercipta dari reaksi dekarboksilasi asetat dan
reduksi CO2.

2 .9 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Produksi Biogas

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses produksi


biogas antara lain:

1. Temperatur
Temperatur sangat mempengaruhi lama pembentukan biogas
umumnya makin tinggi temperatur semakin tinggi juga produksi
biogas. Suhu optimal digester berada pada kisaran 30-35 °C.
Temperatur ini merupakan syarat terbaik bagi pertumbuhan
bakteri dan pembentukan metana pada saat produksi. Sangat
penting untuk menjaga temperatur tetap stabil, agar pembentukan
biogas tidak terganggu dan proses pembentukannya bisa maksimal
(Darmanto, 2012).
2. Ketersediaan Unsur

Ketersediaan unsur sangat penting sebagai nutrisi untuk bakteri


anaerob. Kekurangan nutrisi akan menghambat pertumbuhan
bakteri didalam digester. Tambahan nutrisi dan bahan sederhana
seperti glukosa dan limbah rumah tangga mungkin akan
mendorong pertumbuhan bakteri. Namun, kekurangan gizi tidak
masalah, karena kebanyakan bahan biasanya memberikan nutrisi
yang cukup.

3. Pengadukan Bahan Organik

Pengadukan ini berguna untuk mencampurkan secara merata


subtrat yang digunakan yang terdapat dalam digester dan untuk
menjaga temperatur tetap merata didalam digester. Dengan
pengadukan juga dapat meminimalisisr terjadinya pengendapan
subtrat agar seluruh subtrat mengalami proses fermentasi secara
sempurna.

2.10 Ampas Tahu


Limbah tahu merupakan limbah terbesar didapatkan melalui
proses yang panjang seperti pengendapan protein susu Kedelai.
Pada umumnya dalam proses pembuatan tahu yaitu perendaman,
Penggilingan, pemasakan, penyaringan, pembekuan, pembentukan
dan pemotongan (Sani, 2006).

Tabel 2.10 Komposisi Tahu

Parameter Hasil Analisis


Kadar Air 82 69%

Kadar Abu 0 55%

Kadar Lemak 0 62%

Kadar Protein 2 42%

Karbohidrat 13 71%
(Sani, 2006)

2. 11 Rasio (C/N)
Rasio (C/N) adalah jumlah rasio jumlah atom karbon dibagi
atom nitrogen. Didalam reaktor terdapat populasi mikroba yang
membutuhkan karbon dan nitrogen. Tanpa nitrogen yang cukup,
mikroba tidak dapat menghasilkan enzim yang berguna untuk
mencerna karbon. Terlalu banyak nitrogen menghentikan
pertumbuhan mikroba, terutama bila kandungan amonia dari
substrat sangat tinggi. Persyaratan atom karbon per atom nitrogen
selama pembentukan untuk setiap 1 atom nitrogen adalah 30 atom
karbon. Jadi nilai C / N yang baik adalah sekitar 30.

2.12 Klasifikasi Digester


Digester memiliki fungsi sebagai wadah dari limbah kotoran
sapi selama proses anaerob berlangsung. Limbah kotoran sapi pada
umumnya memiliki aroma yang kurang mengenakan, maka gas
yang dihasilkan bisa dalam keadaan bersih dan dapat mengurangi
bau dari limbah kotoran sapi dengan adanya digester ini. Setelah
gas yang dihasilkan telah habis kemudian limbah kotoran sapi dapat
digunakan untuk pupuk organik dan juga limbahnya lebih bersih
serta mengurangi patogen atau lebih dikenal mikroorganisme
parasit yang berkaitan dengan sampah organik. Kotoran sapi serta
mikro organisme dalam menghasilkan gas yang lebih 8

cepat tergantung pada digesternya. Perlu diketahui untuk skala kecil


mengenai posisi digesternya bisa dalam keadaan Blanket Upflow
Anaerobic Sludge atau lebih umumnya dalam keadaan posisi vertikal
ataupun Horizontal Baffled Digester yang dapat dikatakan dalam keadaan
posisi horizontal. Kedua posisi ini sebenarnya sama sama menghasilkan
gas hanya saja ada kekurangan dan kelebihannya. Untuk Blanket Upflow
Anaerobic Sludge posisi ini memiliki kelebihan yaitu proses
mikroorganismenya dalam pecernaan limbah sangat efektik namun pada
limbah sapi memakan waktu yang lebih lama untuk mengubah massa
padatan menjadi gas, sedangkan Horizontal Baffled Digester memiliki
keuntungan dimana massa padatan kotoran sapi lebih cepat bereaksi
menjadi gas namun mikroorganismenya membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk mencerna kotoran sapi tersebut dan dapat kita lihat pada
Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 dibawah ini mengenai skema antara posisi
vertikal dan horizontal.

Gambar 2. 1 Posisi Blanket Upflow Anaerobic


Sludge Digester (Dennis et al., 2014)

Gambar 2. 2 Posisi Horizontal Baffled Digester.


(Dennis et al., 2014)

Umumnya penempatan digester dapat dibedakan menjadi dua yaitu


penempatan diatas permukaan tanah dan dibawah permukaan tanah.
Untuk penempatan diatas permukaan tanah sangat dikhusukan digester
dengan keadaan
9
skala kecil maka dari itu penggunaannya hanya dapat diaplikasikan
dalam rumah tangga serta material yang tidak begitu tahan lama,
sedangkan dibawah permukaan tanah lebih dikhususkan biogas
memiliki kapasitas digester skala besar. Selain karena menampung
tekanan dengan kapasitas yang besar juga menghindari adanya
kebocoran pada digester. Optimalnya pada perencanaan mengenai
klasifikasi digester ini dapat dilakukan dengan teori permukaan
diatas tanah dan apabila telah mengetahui optimalisasi dari skala
kecil serta faktor pendukungnya yang memadai maka dapat
diterapkan dengan penempatan permukaan digester bawah tanah
(Irtas D., 2016).

2.13 Bahan Baku Biogas


Bahan baku biogas terdiri dari limbah organik, limbah dari
sayuran, hewan, dan manusia yang dapat dijadikan subtrat organik
pada biogas. Adapun acuan yang lebih diperhatikan mengenai
perbandingan unsur carbon (C) dan nitrogen (N) akan
menghasilkan gas yang tinggi untuk biogas. Nilai dari perbandingan
umumnya menyentuh angka rasio (C/N) 20-30. Unsur dari reaktor
pada biodigester juga dapat mempegaruhi hasil gas dari biogas
(Khaerunnisa & Rahmawati, 2013).
Terdapat beberapa standar dalam pembuatan biogas termasuk
produksi dari biomassa yang terdapat disekitar instalasi biogas. Hal
ini berpacu agar kondisi dari subtrat masih dapat memiliki
mikroorganisme agar tetap hidup, sayangnya negara Indonesia
memiliki iklim tropis yang cenderung perkembangan pada
peternakan lumayan lama, ditambah dengan siklus yang dialami
pertanian juga harus sebanding, cenderung semakin lama area yang
terus berkurang dan juga lahan subur yang semakin langka, tetapi
saat ini tidak menutup kemungkinan dalam pemanfaatan limbah
yang dijadikan sebagai energi terbarukan. Saat ini di Indonesia
pengolahan biogas dalam skala kecil sudah mulai digunakan pada
rumah tangga. Adapun efektifitas biomassa terhadap biogas yang
ideal berbobot 20-40 Kg dengan jumlah 3-5 ekor sapi, 8-12 ekor
babi, dan 16-20 ekor kambing, dengan jumlah ekor yang sudah
tertera harus stabil sepanjang waktu.

2.14 Karakteristik Api


Dengan campuran bahan bakar dan udara selama pembakaran
dapat terjadi dua hal berdasarkan buku an introduction to
combustion concept and application. Warna api dipengaruhi oleh
dua hal yaitu kandungan bahan bakar dan campuran udara yang
ikut terbakar. Ketika api memiliki warna cenderung merah hal
tersebut dapat diartikan bahwa bahan bakar api memiliki nilai kalor
yang relatif rendah, atau udara yang mencampuri proses
pembakaran hanya sedikit sehingga campuran menjadi banyak.
Pada saat api berwarna kebiruan maka sebaliknya yang
mempresentasikan nilai kalor bahan bakar yang tinggi atau
campurannya lebih sedikit (Sya’roni, 2016).

2.15 Syarat – Syarat Kondisi Operasi


Operasi mengacu pada perbandingan unsur C (karbon) dan N
(nitrogen) yang biasa disebut rasio (C/N). Hal lain yang harus
diperhatikan adalah rasio (C/N) yang sangat tinggi atau sangat
rendah membentuk biogas, adalah proses biologis yang, seperti
halnya manusia, menuntut kebutuhan hidup yang spesifik. Satu studi
menunjukkan bahwa aktivitas metabolisme bakteri metabolik
optimal pada rasio (C/N) sekitar 8-20. Kadar air yang terdapat pada
bahan yang digunakan, memegang peranan yang sangat penting
dalam proses biologis produksi biogas. Ini berarti terlalu banyak
atau terlalu sedikit. Hal ini dikarenakan temperatur selama proses
termasuk “kenikmatan” hidup bakteri pemroses biogas antara 28 dan
35°C. Dengan temperatur tersebut, proses produksi biogas
dilakukan seiring waktu. Namun jika nilai temperatur sangat rendah,
maka waktu untuk menyalakan biogas akan lebih lama. Adanya
mikroorganisme pendegradasi Untuk memastikan keberadaan
biogas atau mikroorganisme penghasil mikroba (biasa disebut
sebagai bakteri metana), starter (misalnya, substrat yang didapat
disertifikasi mengandung mikroorganisme metana jika perlu) harus
digunakan. Aerasi atau adanya udara (oksigen) selama proses
berlangsung. Untuk produksi biogas, tidak diperlukan udara di
dalam bejana karena gas tidak terbentuk apabila ada udara.

2.16 Bahan Baku Biogas Dari Limbah Ampas Tahu

Limbah tahu adalah limbah yang berpotensi mencemari


lingkungan. Limbah tahu dapat merusak lingkungan apabila
penggunaannya tidak tepat seperti pembuangan limbah cair ke
sungai yang mengganggu ekosistem air, dapat menimbulkan bau
tidak sedap dan sumber penyakit (Sally, 2019). Kandunga biogas
dapat menghasilkan gas seperti (CH4) (CO2), dan (H2S) karena
proses anaerobik yang dilakukan oleh bakteri metana. Dalam hal
ini (CH4) memiliki nilai kalori yang tinggi, sehingga gas metan
(CH4) dapat digunakan sebagai bahan bakar. Biogas yang
dihasilkan dari dekomposisi anaerobik terdiri dari metana 55%
sampai 70%, karbondioksida 30% sampai 45%, dan beberapa
kandungan air. Ampas tahu memiliki nutrisi yang bisa dikelola
dengan baik. Contohnya adalah dengan meningkatkan rasio C/N
sebagai pengisi biogas. Limbah ampas tahu memiliki kandungan
air sebesar 82,69%, lemak 0,62%, protein 2,42%, karbohidrat
13,71%, dan rasio (C/N) 12% (Nurhilal, 2020).
2.17 Penelitian Terdahulu
Dibawah ini merupakan tabel penelitian terdahulu yang
memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

Tabel 2. 3
Penelitian
Terdahulu 1 M.Rusdi Hidayat, dkk Hasil Metode : Dengan Produksi
Biogas pada penelitian ini
(2012)
menggunakan subtrat Kotoran
kuda dan EM-4 sebagai starter
terhadap kualitas bakan bakar
biogas limbah cair tahu. Hasil :
Dari hasil pengujian ini didapatkan
kenaikan rasio C/N sebesar 1,555
ditandai dengan meningkatnya
kandungan CH4 sebesar 68%.

Pada penelitian ini digunakan


2 Rr Dewi Artanti Putri,
beberapa metode, meliputi
Sunar Tejo Tsani ( 2015) preparasi bahan baku, proses
fermentasi, dan aplikasi
perhitungan biogas dengan

menggunakanb metode water


displacement technique. Hasil :
Dalam penelitian ini didapat hasil
bahwa konsentrasi inokulum
memilki peranan

penting dalam pembuatan biogas


berbahan vinase dari industri
alkohol. Volume biogas tertinggi
diperoleh dari konsentrasi rumen
15% pada suhu ruang yaitu

sebanyak 370 ml.


BAB III

PENGOLAHAN, JENIS REAKTOR DAN PROSES KERJA BIOGAS

3.1 Pengolahan Biogas

Pengolahan biogas banyak macamnya, di antaranya dengan skala


besar atau skala kecil. Keduanya membutuhkan bahan baku yang sama yaitu
kotoran atau sampah organik. Perbedaannya untuk skala besar digunakan
untuk menampung energi bagi masyarakat luas dengan kegiatan atau
pekerjaan yang lebih banyak. Contohnya, pembangkit listrik di pedesaan.
Sedangkan skala kecil digunakan untuk menampung energi bagi usaha atau
kegiatan yang lebih personal. Contohnya, salah satu bahan bakar untuk
memproduksi kue donat di pabrik donat. Berikut contoh cara pembuatan
biogas:
1. Kotoran sapi kira-kira 1kg atau berapalah dibungkus plastik
kemudian di kubur dalam tanah selama kurang lebih 1-3 bulan
2. Buat wadah untuk tempatnya misalnya gali tanah atau di tong
sampah jangan lupa buat lubang atau apalah untuk nyalurin gas
yang dihasilkannya melalui selang
3. Masukkan kotoran sapi tadi ke dalam tempat yang sudah disediakan
tadi kemudian tambahkan kotoran sapi atau sampah organik lain
tutup tempatnya tunggu sampai kotoran sapi tadi diuraikan bakteri.
3.2 Reaktor Biogas

Ada beberapa jenis reaktor biogas yang dikembangkan diantaranya adalah


reaktor jenis kubah tetap (Fixed-dome), reaktor terapung (Floating drum),
reaktor jenis balon, jenis horizontal, jenis lubang tanah, jenis ferrocement.
Dari keenam jenis digester biogas yang sering digunakan adalah jenis kubah
tetap (Fixed-dome) dan jenis Drum mengambang (Floating drum). Beberapa
tahun terakhi ini dikembangkan jenis reaktor balon yang banyak digunakan
sebagai reaktor sedehana dalam skala kecil.

3.2.1 Reaktor kubah tetap (Fixed-dome)

Reaktor ini disebut juga reaktor china. Dinamakan demikian karena


reaktor ini dibuat pertama kali di chini sekitar tahun 1930 an, kemudian sejak
saat itu reaktor ini berkembang dengan berbagai model. Pada reaktor ini
memiliki dua bagian yaitu digester sebagai tempat pencerna material biogas
dan sebagai rumah bagi bakteri,baik bakteri pembentuk asam ataupun bakteri
pembentu gas metana. bagian ini dapat dibuat dengan kedalaman tertentu
menggunakan batu, batu bata atau beton. Strukturnya harus kuat karna
menahan gas aga tidak terjadi kebocoran. Bagian yang kedua adalah kubah
tetap (fixed-dome). Dinamakan kubah tetap karena bentunknya menyerupai
kubah dan bagian ini merupakan pengumpul gas yang tidak bergerak (fixed).
Gas yang dihasilkan dari material organik pada digester akan mengalir dan
disimpan di bagian kubah.

Keuntungan dari reaktor ini adalah biaya konstruksi lebih murah daripada
menggunaka reaktor terapung, karena tidak memiliki bagian yang bergerak
menggunakan besi yang tentunya harganya relatif lebih mahal dan
perawatannya lebih mudah. Sedangkan kerugian dari reaktor ini adalah
seringnya terjadi kehilangan gas pada bagian kubah karena konstruksi tetapnya.

3.2.2 Reaktor floating drum

Reaktor jenis terapung pertama kali dikembangkan di india pada tahun


1937 sehingga dinamakan dengan reaktor India. Memiliki bagian digester yang
sama dengan reaktor kubah, perbedaannya terletak pada bagian penampung gas
menggunakan peralatan bergerak menggunakan drum. Drum ini dapat bergerak
naik turun yang berfungsi untuk menyimpan gas hasil fermentasi dalam
digester. Pergerakan drum mengapung pada cairan dan tergantung dari jumlah
gas yang dihasilkan.

Keuntungan dari reaktor ini adalah dapat melihat secara langsung


volume gas yang tersimpan . Karena tempat penyimpanan yang terapung
sehingga tekanan gas konstan. Sedangkan kerugiannya adalah biaya material
konstruksi dari drum lebih mahal. faktor korosi pada drum juga menjadi
masalah sehingga bagian pengumpul gas pada reaktor ini memiliki umur yang
lebih pendek dibandingkan menggunakan tipe kubah tetap.

3.2.3 Reaktor balon

Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan pada


skala rumah tangga yang menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien
dalam penanganan dan perubahan tempat biogas. reaktor ini terdiri dari satu
bagian yang berfungsi sebagai digester dan penyimpan gas masing masing
bercampur dalam satu ruangan tanpa sekat. Material organik terletak dibagian
bawah karena memiliki berat yang lebih besar dibandingkan gas yang akan
mengisi pada rongga atas.

3.3 Proses Kerja Biogas

Di dalam digester bakteri-bakteri methan mengolah limbah bio atau


biomassa dan menghasilkan biogas methan. Dengan pipa yang didesain
sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di
dapur. Gas tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak
dan lain-lain. Biogas dihasilkan dengan mencampur limbah yang sebagian
besar terdiri atas kotoran ternak dengan potongan-potongan kecil sisa-sisa
tanaman, seperti jerami dan sebagainya, dengan air yang cukup banyak.

Untuk pertama kali dibutuhkan waktu lebih kurang dua minggu sampai
satu bulan sebelum dihasilkan gas awal. Campuran tersebut selalu ditambah
setiap hari dan sesekali diaduk, sedangkan yang sudah diolah dikeluarkan
melalui saluran pengeluaran. Sisa dari limbah yang telah dicerna oleh bakteri
methan atau bakteri biogas, yang disebut slurry atau lumpur, mempunyai
kandungan hara yang sama dengan pupuk organik yang telah matang
sebagaimana halnya kompos sehingga dapat langsung digunakan untuk
memupuk tanaman, atau jika akan disimpan atau diperjualbelikan dapat
dikeringkan di bawah sinar matahari sebelum dimasukkan ke dalam karung.

BAB IV

MANFAAT DAN KELEBIHAN BIOGAS

4.1 Manfaat dan Kelebihan yang dimiliki Biogas

- Biogas merupakan energi tanpa menggunakan material yang masih memiliki


manfaat termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan
karbondioksida yang diakibatkan oleh penggundulan hutan (deforestation) dan
perusakan tanah.

- Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil sehingga
akan menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya.

- Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya duatmosfer
akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas sebagai bahan
bakar maka akan mengurangi gas metana di udara.

- Limbah berupa sampah kotoran hewan dan manusia merupakan material yang
tidak bermanfaaat, bahkan bisa menngakibatkan racun yang sangat berbahaya.
Aplikasi anaerobik digestion akan meminimalkan efek tersebut dan
meningkatkan nilai manfaat dari limbah.

- Selain keuntungan energi yang didapat dari proses anaerobik digestion dengan
menghasilkan gas bio, produk samping seperti sludge. Meterial ini diperoleh dari
sisa proses anaerobik digestion yang berupa padat dan cair. Masing-masing
dapat digunakan sebagai pupuk berupa pupuk cair dan pupuk padat.
4.2 Perhitungan Peluang Pemanfaatan Biogas dalam Mengatasi Masalah BBM di
Indonesia

Program penghapusan BBM yang dilaksanakan pada tahun 2005 akan menjadi
momentum yang tepat dalam penggunaan energi alternatif seperti biogas. Hal ini bisa
dihitung dengan adanya jumlah bahan baku biogas yang melimpah dan rasio antara
energi biogas dan energi minyak bumi yang menjanjikan (8900 kkal/m3 gas methan
murni) .

Hal yang pertama harus diperhitungkan dalam menghitung jumlah energi yang
dihasilkan adalah berapa banyak jumlah bahan baku yang dihasilkan. Jumlah bahan
baku gas ini didapatkan dengan menjumlahkan jumlah feses dan sampah organik yang
dihasilkan setiap hari. Jumlah bahan baku ini akan menentukan berapa jumlah energi
dan volume alat pembentuk biogas .

Sebagai pertimbangan, telah diketahui di China dan India, dalam 1 hari jumlah
feses yang dihasilkan 1 ekor sapi adalah 5 kg dan 80 kilogram kotoran sapi yang
dicampur 80 liter air dan potongan limbah lainnya dapat menghasilkan 1 meter kubik
biogas . Jika diasumsikan bahwa jumlah feses manusia yang dihasilkan sebanyak 0.5
kg/hari/orang, 1 keluarga terdiri dari 5 orang, dan setiap keluarga memelihara 1 ekor
sapi, serta 1 desa terdiri dari 40 orang, maka akan didapatkan hasil perhitungan jumlah
feses yang dihasilkan sebanyak 140 kg feses/ hari. Dengan jumlah ini, maka biogas
yang dihasilkan setiap hari sebanyak 1,75 m3/hari atau sebesar 15.575 kkal/hari.

Hal ini akan semakin mengejutkan dengan adanya perhitungan bahwa jumlah
penduduk indonesia berdasarkan data statistik pada tahun 2000 sebanyak lebih dari 200
juta jiwa . Dengan hanya mengandalkan asumsi perhitungan jumlah kotoran manusia
tanpa memperhitungan sampah organik dan feses hewan ternak, akan didapatkan hasil
feses sebanyak 100 juta kg feses/hari atau 1,25 juta m3/hari atau 11.125 juta kkal/hari.
Apabila dengan asumsi konversi 1 J = 4.2 kal maka akan didapatkan hasil total energi
yang dihasilkan hanya dari jumlah penduduk adalah sebesar 30.66 MW.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dengan adanya global warming (pemanasan global), berkurang sumber daya


alam yang tidak dapat diperbarui seperti BBM, biogas dapat membantu
menyelesaikan permasalahan yang muncul tentang itu. Biogas merupakan sistem
teknologi penghasil energi dengan menggunakan bahan baku kotoran atau sampah
organik. Menerapkan sistem fermentasi bakteri diciptakanlah alat biogas yang dapat
dipergunakan sebagai penghasil energi dan pembangkit listrik. Bahan yang mudah
didapatkan dan biaya yang tidak mahal sangat membantu masyarakat dalam
menyelasaikan permasalahan ekonomi khususnya dengan naiknya harga BBM.

5.2 Saran

Dari uraian dan kesimpulan yang telah disusun maka penyusun ingin memberikan

saran:

1. Semoga masyarakat luas dapat mempraktikan teknologi ini secara langsung.

2. Teknologi terus dikaji lebih dalam agar dapat menarik masyarakat untuk
menggunakannya.

3. Adanya sosialisasi dan penyuluhan dari para peneliti ilmuan atau pemerintah terhadap
masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Asep Bayu, dkk. Biogas sebagai Peluang Pengembangan Energi Alternatif.


http://megtech.net/?P=80

2. Burhani Rahman. Biogas Sumber Energi Alternatif.


http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1123717100
3. Franky, dkk. Contoh Karya Ilmiah Kelas X. http://binacc.blogspot.com/2008/06/contoh-
karya ilmiah-kelas-x.html

4. Agung Pambudi. Pemanfaatan Biogas sebagai Energi Alternatif. http://www.dikti.go.id


http://ditnaga-dikti.org-admin@dikti.org

5. Agus Mardiansyah. Re: Cara membuat Biogas? bagaimana???. http://www.blogspot.com


admin@blogsspot.com

6. Juanda, Asep dkk. 2006. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA. Bandung:
Pustaka Setia
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................................................................3
1.2. Rumusan masalah.................................................................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................................................................3
1.4 Manfaat...............................................................................................................................................................................3
BAB II..............................................................................................................................................................................................4
PENGENALAN BIOGAS...............................................................................................................................................................4
2.1 Pengertian Biogas..................................................................................................................................................................4

2. 2 Sejarah Biogas…………………………………………………………………………………………………….……... 5
2.3 Prinsip Teknologi…………………………………………………………………….........................................................6
2.4 Komposisi…………………………………………………………………………………………………………………6
2.5 Biogas……………………………………………………………………………….…………………………………….7
2.6 Limbah Tahu…………………………………………………………………………........................................................8
2.7 Kotoran sapi……………………………………………………………………………………………………………….8
2.8 Proses Pembuatan Biogas……………………………………………………………........................................................9
2.9 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Proses Produksi Biogas…………………………………………………………...9
2.10 Ampas Tahu………………………………………………………………………………………………………………10
2.11 Rasio (C/N)………………………………………………………………………….........................................................11
2.12 Klasifikasi Digester…………………………………………………………………………………………………….... 11
2.13 Bahan Baku Biogas………………………………………………………………….........................................................12
2.14 Karakteristik Api…………………………………………………………………….........................................................13
2.15 Syaratv - Syarat Kondisi Operasi…………………………………………………………………………………………13
2.16 Bahan Baku Biogas Dari Limbah Ampas Tahu…………………………………………………………………..………14
2.17 Penelitian Terdahulu………………………………………………………………………………………………………15
BAB III.....................................................................................................................................................................................…..16

Pengolahan Jenis Reaktor Dan Proses Kerja Biogas......................................................................................................................16

3.1    Pengolahan Biogas...........................................................................................................................................................17

3.2    Reaktor Biogas.................................................................................................................................................................17

3.2.1 Reaktor Kubah Tetap (Fixed - dome)…………………………………..............................................................18


3.2.2 Reaktor Floating Drum…………………………………………………………………………………………18
3.3 Proses Kerja Biogas………………………………………………………………………………………………………19
BAB IV…………………………………………………………………………………………………………………………..20
MANFAAT DAN KELEBIHAN BIOGAS……………………………………………………………………………………...20
4.1 Manfaat dan kelebihan yang dimiliki biogas………………………………………………………………………………21
4.2 Perhitungan Peluang Pemanfaatan Biogas dalam Mengatasi
Masalah BBM di Indonesia……………………………………………………………………………………………….21
BAB V……………………………………………………………………………………………………………...……………..22
PENUTUP………………………………………………………………………………………………………………………..22
5.1Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………..22
5.2 Saran………………………………………………………………………………………………………………………..22
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………………………………..23

Anda mungkin juga menyukai