Anda di halaman 1dari 15

OPERASI SISTEM ENERGI II :

PRAKTIKUM BIOGAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Operasi Sistem Energi II yang
diampu oleh :
Prof. Dr., Ir. Sri Wuryanti., M.Sc

Kelompok : 8 / 3B D3-TEN
Nama Anggota Kelompok : 1. Fazrin Muhamad Prananda (191711042)
2. Muhamad Taufik Hidayat (191711049)
3. Tasya Rahmawati (191711059)

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KONVERSI ENERGI

JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biogas berasal dari kata bios yang artinya hidup, sedangkan gas adalah sesuatu yang
keluar dari tungku atau dari perapian atau lubang yang dihasilkan oleh makhluk hidup melalui
proses tertentu. Proses yang dimaksud adalah proses fermentasi bahan-bahan organik oleh
bakteri-bakteri anaerob atau bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara. Biogas mempunyai
sifat mudah terbakar, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar pengganti minyak
tanah atau LPG untuk memasak dan untuk penerangan.
Biogas merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang dihasilkan dari fermentasi
anaerobik dari bahan- bahan organik. Bahan utama dalam pembuatan biogas adalah
bahan organik terutama kotoran hewan ternak (kotoran sapi), limbah pertanian sayuran,
limbah industri tahu dan juga brem.
Selain itu dalam pembuatan biogas juga dapat memanfaatkan bahan lain selain
limbah organic yaitu Eceng gondok. Eceng gondok sendiri merupakan gulma yang memiliki
tingkat pertumbuhan yang pesat. Dikarenakan pertumbuhannya yang sangat pesat
menyebabkan jumlahnya dapt melimpah dan jumlah yang melimpah dapat mengganggu
ekosistem tempatnya berada.Di Indonesia sendiri penggunaan biogas masih terbatas, paling
sering dijumpai biogas digunakan oleh pabrik produksi tahu di mana limbah ampas dan air
tahu yang dihasilkan kemudian kembali dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Pemanfaatan kotoran ternak untuk produksi biogas dari kotoran sapi sebenarnya sudah
dikembangkan secara masif di pulau Jawa. Di tahun 2010 telah dibangun 1.300 reaktor biogas
(biodigester) tingkat rumah tangga bagi peternak sapi perah yang dilanjutkan dengan 8.000 unit
di tahun 2012 . Berbeda dengan di Pulau Jawa, di Kalimantan Selatan jumlah peternak sapi
jauh lebih sedikit dibandingkan peternak ayam. Populasi ayam yang dikembangkan di sektor
peternakan di Kalimantan Selatan di tahun 2010 saja telah mencapai 48 juta ekor.
Menurut Prasetyo (2009), kotoran ayam dapat diolah menjadi biogas selama rasio CN
dan faktor pendukungnya terpenuhi . Unsur N yang banyak terdapat dalam kotoran ayam
merupakan makanan bakteri metanogen sehingga potensinya untuk menghasilkan biogas lebih
besar. Rasio CN sendiri bisa ditingkatkan dengan penambahan bahan organik yang memiliki
rasio CN lebih tinggi seperti batang jagung, jerami, serbuk gergaji dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, berikut adalah rumusan masalah yang
dijadikan acuan dalam pembuatan laporan praktikum ini:

1. Bagaimana proses pembuatan biogas dengan kotoran ayam dan sayuran?


2. Bagaimana pengaruh cairan EM4 dan Eceng gondok terhadap pembentukan biogas?
3. Bagaimana cara mengetahui kandungan biogas yang dihasilkan?
1.3 Tujuan

Berdasarkan pemaparan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari praktikum
ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui proses pembuatan biogas dengan media kotoran ayam dan sayuran
2. Mengetahui pengaruh cairan EM4 dan eceng gondok terhadap pembentukan biogas
3. Mengetahui kandungan dari biogas yang dihasilkan
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Biogas

Biogas merupakan gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2) dan gas lainnya
yang didapat dari hasil penguraian bahan organik (seperti kotoran hewan, kotoran manusia, dan
tumbuhan) oleh bakteri metanogen. Untuk menghasilkan biogas, bahan organik yang
dibutuhkan, ditampung dalam biodigester. Proses penguraian bahan organik terjadi secara
anaerob (tanpa oksigen). Biogas terbentuk pada hari ke 4-5 sesudah biodigester terisi penuh
dan mencapai puncak pada hari ke 20-25. Biogas yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari
50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida (CO2) dan gas lainnya dalam jumlah kecil
(Fitria, B., 2009).

Biogas dihasilkan apabila bahan-bahan organik terurai menjadi senyawa-senyawa


pembentuknya dalam keadaan tanpa oksigen (anaerob). Fermentasi anaerobik ini biasa terjadi
secara alami di tanah yang basah, seperti dasar danau dan di dalam tanah pada kedalaman
tertentu. Proses fermentasi adalah penguraian bahan-bahan organik dengan bantuan
mikroorganisme. Fermentasi anaerob dapat menghasilkan gas yang mengandung sedikitnya
50% metana. Gas inilah yang biasa disebut dengan biogas. Biogas dapat dihasilkan dari
fermentasi sampah organik seperti sampah pasar, daun daunan, dan kotoran hewan yang
berasal dari sapi, babi, kambing, kuda, atau yang lainnya, bahkan kotoran manusia sekalipun.
Gas yang dihasilkan memiliki komposisi yang berbeda tergantung dari jenis hewan yang
menghasilkannya (Firdaus, U.I., 2009). Biogas dapat dijadikan sebagai bahan bakar karena
mengandung gas metana (CH4) dalam prosentase yang cukup tinggi.

Sifat–sifat kimia dan fisika dari biogas antara lain :

1. Tidak seperti LPG yang bisa dicairkan dengan tekanan tinggi pada suhu normal, biogas
hanya dapat dicairkan pada suhu –178 oC sehingga untuk menyimpannya dalam sebuah
tangki yang praktis mungkin sangat sulit. Jalan terbaik adalah menyalurkan biogas yang
dihasilkan untuk langsung dipakai baik sebagai bahan bakar untuk memasak, penerangan
dan lain–lain.
2. Biogas denganudara (oksigen) dapat membentuk campuran yang mudah meledak apabila
terkena nyala api karena flash point dari metana (CH4) yaitu sebesar -188 ºC dan
autoignition dari metana adalah sebesar 595 ºC. (www.encyclopedia.com, 2009)
3. Biogas tidak menghasilkan karbon monoksida apabila dibakar sehingga aman dipakai
untuk keperluan rumah tangga.
4. Komponen metana dalam biogas bersifat narkotika pada manusia, apabila dihirup langsung
dapat mengakibatkan kesulitan bernapas dan mengakibatkan kematian (Purnama, C.,
2009).

Kotoran hewan lebih sering dipilih sebagai bahan pembuat biogas karena banyak tersedia
dan mudah diperoleh. Bahan ini memiliki keseimbangan nutrisi, mudah diencerkan dan relatif
dapat diproses secara biologi. Selain itu kotoran yang masih segar lebih mudah diproses
dibandingkan dengan kotoran yang lama dan telah mengering (Pambudi, A., 2008).

Secara garis besar proses pembentukan biogas dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap Hidrolisis (Hydrolysis) Pada tahap ini, bakteri memutuskan rantai panjang
karbohidrat kompleks; protein dan lipida menjadi senyawa rantai pendek. Contohnya
polisakarida diubah menjadi monosakarida, sedangkan protein diubah menjadi peptide
dan asam amino.
2. Tahap Asidifikasi (Acidogenesis dan Acetogenesis) Pada tahap ini, bakteri (Acetobacter
aceti) menghasilkan asam untuk mengubah senyawa rantai pendek hasil proses hidrolisis
menjadi asam asetat, hidrogen, dan karbon dioksida. Bakteri tersebut merupakan bakteri
anaerob yang dapat tumbuh dan berkembang dalam keadaan asam. Bakteri memerlukan
oksigen dan karbondioksida yang diperoleh dari oksigen yang terlarut untuk menghasilkan
asam asetat. Pembentukan asam pada kondisi anaerobik tersebut penting untuk
pembentukan gas metana oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu bakteri
tersebut juga mengubah senyawa berantai pendek menjadi alkohol, asam organik, asam
amino, karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan sedikit gas metana.Tahap ini termasuk
reaksi eksotermis yang menghasilkan energi.

C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (-118 kJ per mol)

3. Tahap Pembentukan Gas Metana (Methanogenesis) Pada tahap ini, bakteri


Methanobacterium omelianski mengubah senyawa hasil proses asidifikasi menjadi metana
dan CO2 dalam kondisi anaerob. Proses pembentukan gas metana ini termasuk reaksi
eksotermis.

CH3COO- + H+ CH4 + CO2 (-36 Kj per mol)


Faktor yang mempengaruhi pembuatan Biogas

Terdapat beberapa factor yang memengarhui proses pembuatan biogas, diantaranya adalah :
a. Pengenceran Bahan Baku

Pembuatan Biogas Karateristik utama dari bahan baku yang dapat diolah menjadi biogas
adalah kandungan rasio C-N. Rasio C-N tersebutlah yang mempengaruhi kualitas biogas.
Bahan baku pembuatan perlu diencerkan. Umumnya pengenceran bahan baku dilakukan
dengan perbaningan 1:1 sampai 2 antara bahan baku : air.

b. Jenis Bakteri

Ada dua kelompok yang berpengaruh pada pembuatan biogas yaitu bateri-bakteri
pembentukan asam dan bakteri pembentukan gas metana. Bakteri ini memecah bahan organik
menjadi asam lemak. Asam asam lemak hasil penguraian oleh bakteri asam kemudian
diuraikan lebih lanjut menjadi biogasoleh bakteri metana jenis-jenis bakteri ini sudah terdapat
dalam kotoran-kotiran hewan yang digunakan.

c. Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman juga memengaruhi kerja dari mikroba yang ada dalam digester. pH yan
terlalu asam atau terlalu basa sangat memengaruhi kerja mikroba ini. pH antara 6,8 sampai 8
merupakan pH optimum dalam proses pembentukan biogas.

d. Temperatur

Suhu yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan kurang atau tidak aktifnya mikroba
penghasil biogas, sehingga kurang baik untuk proses pembentukan biogas. Suhu yang baik
adalah kisaran 32-37°C merupakan suhu yang baik untuk pembentukan biogas.

e. Perbandingan C dan N bahan

Perbandingan karbon (C) dan nitrogen (N) yang terkandung dalam bahan organik yang
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas sangat menentukan kehidupan dan aktivitas
mikroorganisme.

f. Eceng Gondok
Eceng gondok merupakan jenis gulma yang memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup cepat
perkembangbiakannya. Pertumbuhannya yang cepat dapat merugikan hal ini dikarenakan
eceng gondok dapat menutupi permukaan air sehingga menghalangi cahaya matahari untuk
masuk ke dalam air dan dapan mengurangi kandungan oksigen di air. Umumnya eceng
gondok bergembang secara vegetatif dengan stolon. Eceng gondok mengandung 95% air
yang membuatnya memiliki lapisan berongga, memiliki energi yang tinggi, terdiri dari bahan
yang dapat difermentasikan dan berpotensi sangat besar dalam menghasilkan biogas.

Eceng gondok dapat digunakan untuk memproduksi biogas mengingat eceng gondok dapat
digunakan untuk memproduksi metana. Metana dari eceng gondok didapatkan dari
kandungan hemiselulosa. Hemiselulosa sendiri apabila dihidrolisis dapat mneghasilkan metan
dan karbon dioksida. Eceng gondok sendiri bisa di buat menjadi biogas apabila diampurkan
dengan bahan organik lainnya. Walau biogas bias dibuat hanya dengan menggunakan eceng
gondok namun gas yang dihasilkan sangat sedikit dan akan memakan waktu yang lama

g. EM4

Dalam suatu proses fermentasi untuk pembentukan biogas di dalam digester diperlukan
media tambahan untuk membantu mempercepat proses tersebut, dan salah satu media yang
digunakan adalah Efective Microoganisme 4 (EM4). EM4 merupakan media berbentuk
cairan yang berisi mikroorganisme yang dapat memecah senyawa polimer (karbohidrak,
lemak dan protein) menjadi senyawa monomer. EM4 mengandung 90% bakteri Lactobacillus
sp., pelarut fosfat, bakteri fotosintetik, Streptomyces sp, jamur pengurai selulosa dan ragi.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan di lab. Energi Terbarukan Politeknik Negeri Bandung pada
tanggal 14 Februari – 1 Maret 2022.

3.2 Alat dan Bahan


- 1 galon air mineral
- Pisau
- Cairan EM4
- 2 pipa logam
- Timbangan
- Lakban
- Lem Tembak
- Botol Bekas 1,5 liter
- Selang plastik akuarium dengan diameter 1 cm dan panjang 1 meter
- Ember berisi air
- Enceng gondok dan sisa sayuran mentah
- kotoran ayam
- Gas Analyzer

3.3 Prosedur Percobaan

1. Siapkan alat dan bahan.


2. Timbang kotoran ayam sebanyak 1,2 kg dan campuran sayuran ditambah eceng gondok
sebanyak 1.5 kg. Potong limbah sayuran dan eceng gondok menggunakan pisau hingga
bisa masuk ke dalam galon.
3. Potong limbah sayuran dan eceng gondok menggunakan pisau hingga bisa masuk ke
dalam galon.
4. Masukkan limbah sayuran dan kotoran ayam ke dalam galon
5. Masukkan EM4 pertanian sebanyak 6 ml ke dalam galon
6. Masukkan air sebanyak 5.5 L
7. Aduk semua campuran sampai merata
8. Tutup rapat galon menggunakan lem tembak dan isolasi kembali menggunakan lakban
9. Tempatkan di tempat yang tidak terpapar sinar matahari
10. Pastikan galon tidak bocor supaya hasil fermentasi menjadi baik
11. Simpan galon selama satu minggu dengan tujuan agar bahan organik itu bisa menjadi
busuk.
12. Setelah satu minggu, cek kadar gas pada sisi selang yang dipasang keran dengan gas
analyzer.
13. Setelah itu, cek juga gas dengan menyalakan korek api di sisi tersebut.
BAB IV

HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian

Dari hasil praktikum pembuatan biogas dari campuran kotoran ayam, sayuran, dan EM4
didapatkan hasil seperti berikut :

- Praktikum tanggal 7 Februari 2022

- Pengecekan Minggu ke 1 tanggal 14 Februari 2022

(Keterangan : Terdapat embun di botol aqua


menandakan adanya kondensasi)

- Pengecekan Minggu ke 2 tanggal 21 Februari 2022


(Keterangan : alat pengujian tidak berfungsi dengan baik)

- Pengecekan minggu ke 3 tanggal 1 Maret 2022


4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, seperti yang sudah dijabarkan di sini kami menggunakan
kotoran ayam, limbah sayuran dan eceng gondok, serta EM4 dan air. Setelah praktikum pada
tanggal 7 Februari 2022, biogas sederhana dibiarkan selama 3 minggu sampai batas akhir
pengujian.Pada minggu ke 2 tanggal 14 Februari biogas mengeluarkan air kondensat hal ini
dikarenakan ada embun dan air di botol aqua, hal ini menunjukkan adanya penguapan dari
biogas yang dibuat.

Pada minggu ke 3 tanggal 21 Februari dilakukan pengujian menggunakan gas analyzer,


namun setelah dicoba alat sedang tidak bisa digunakan untuk mendeteksi kandungan gas
dikarenakan alat belum dikalibrasi dengan baik. Sehingga hanya melakukan cek
menggunakan api dan hasilnya yang keluar dari selang tidak dapat memantik api.

Pada minggu ke 4 tanggal 1 Maret dilakukan pengujian menggunakan gas analyzer dan
alat pun bisa bekerja dengan baik. Dari pengujian diperoleh nilai karbon monoksida (CO)
sebesar 0%, Hidro karbon (HC) sebesar 903 ppm, Karbondioksida (CO2) sebesar 20%, dan
Oksigen sebesar 22.76%. kemudian dilakukan pengujian yang kedua dan diperoleh data nilai
karbon monoksida (CO) sebesar 0.02 %, Hidro karbon (HC) sebesar 960 ppm,
Karbondioksida (CO2) sebesar 20%, dan Oksigen sebesar 24.25%.

Penggunaan EM4 dapat mempercepat proses pembentukan atau pembuatan biogas


sederhana, hal ini dikarenakan kandungan EM4 mengandung bakteri antara lain decomposer,
lactobacillus sp, bakteri asam laktat, bakteri fotosintetik, Streptomyces, jamur pengurai
selulosa, bakteri pelarut fosfor yang berfungsi sebagai pengurai bahan organik secara alami.
Dan hal ini dibuktikan dengan pada minggu ke 2, terlihat bahwa campuran limbah sudah
terurai dan mengapung di atas cairan.
Dari hasil yang diperoleh dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan api namun gas
yang dihasilkan belum cukup untuk membuat lidah api pada ujung keluaran dari pipa besi
yang dipasang pada galon/digester. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor antara:

1. Campuran kotoran ayam dan sayuran tidak cukup baik untuk dibuat biogas hal ini
sesuai dengan jurnal jurnal di internet bahwa yang paling cocok untuk digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan biogas adalah kotoran sapi
2. Adanya kebocoran yang terjadi pada digester atau dari selang yang menghubungkan
antara galon/digester dengan keluaran atau antara digester dengan ruang kondensat
sehingga menyebabkan menurunnya kandungan dan tekanan gas di dalam digester
3. Gas yang dihasilkan gas metana tidak banyak sehingga menyebabkan hasil pengujian
api tidak berhasil

4. Tekanan gas di dalam digester lemah terjadi juga karena bisa jadi bakteri yang
membantu dalam proses pembuatan biogas sedikit dan waktu pembentukan tidak cukup
lama

Faktor-faktor di atas merupakan alasan kuat mengapa pada saat uji api biogas tidak menyala.
Meski terdapat gas yang terbaca pada gas analyzer tetap saja hal tersebut belum cukup untuk
membuat api menyala.
BAB V

KESIMPULAN

1. Pembuatan biogas sederhana dapat dilakukan dengan campuran kotoran hewan (ayam)
dicampur sayuran dan cairan EM4. Pada hasil percobaan biogas yang dihasilkan masih
belum cuckup baik dengan perbandingan 70:30 dengan perbandingan sayuran yang
lebih banyak sehingga waktu pembentukan biogas semakin lama.
2. EM4 Berfungsi untuk mempercepat proses pembentukan biogas, sedangkan eceng
gondok berfungsi untuk menghasilkan gas metana
3. Umumnya biogas terdiri atas gas metan (CH4) sebesar 50-70%, gas karbondioksida
(CO2) sebesar 30-40%, hydrogen 5-10% dan gas-gas lainnya dalam jumlah yang
sedikit.Terlihat bahwa setelah dilakukan pengujian kandungan gas yang keluar dari
dalam galon memiliki kandungan HC sebesar 960ppm, O2 sebesar 24.25%, CO sebesar
0.02%, CO2 sebesar 20.0%, dan dengan lamda sebesar 1.696, serta AFR sebesar 26.2

4. Namun, biogas belum dapat menghasilkan gas metana yang dapat menyalakan api.
Sehingga percobaan biogas ini dinyatakan kurang berhasil karena beberapa faktor
diantara lain : Terjadinya kebocoran pada digester yang disebabkan karena kurang
baiknya perekatan setiap komponen sehingga digester tidak terioslasi secara sempurna.
Terjadi kerusakan pada botol, serta Kandungan C/N ratio masih belum memenuhi
standar pembentukan biogas
DAFTAR PUSTAKA

Fildianita, dkk. 2019.Biogas Berbahan Eceng Gondok. Fakultas Teknik:Universitas


Hassanudin

Herlina, dkk. 2010. Pembuatan BioDigester Dengan Uji Coba Kotoran Sapi Sebagai Bahan
Baku. JurusanTeknik Kimia:Universitas Sebelas Maret

Fitria, B., 2009, “Biogas”, http://biobakteri.wordpress.com/2009/06/07/8-biogas

Sufyandi, A., 2001, “Informasi Teknologi Tepat Guna untuk Pedesaan Biogas”, Bandung

Firdaus, I.U., 2009, “Energi Alternatif Biogas”, http://www.migasindonesia.com/index.php

Purnama, C., 2009, “Penelitian Pembuatan Prototipe Pengolahan Limbah Menjadi Biogas”,
http://www.sttal.ac.id/index.php/lppm/64-biogas

Anda mungkin juga menyukai