id
BAB II
LANDASAN TEORI
Tinjauan Pustaka
1. Limbah
dan cair dalam jumlah yang besar dengan konsentrasi karbon antara 8000-10000
Limbah peternakan babi merupakan salah satu sumber bahan yang dapat
sludge dan sisa-sisa makanan ternak dengan pencucian kandang berupa slury.
Slury adalah buangan yang berasal dari peternakan babi yang berupa sisa-sisa
adalah kotoran ternak babi itu sendiri. Oleh sebagian peternak, limbah cair (slury
dan badan air tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu (Tjokrokusumo,
1998). Polutan yang dihasilkan dari limbah peternakan babi adalah senyawa
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Limbah rumah makan bisa berasal dari dapur, yakni bagian dari sayuran
dan bahan makanan lain yang tidak termasak dan memang harus dibuang. Limbah
bisa juga dari sisa makanan yang tidak habis disantap para tamu. Limbah seperti
sayuran, tepung ikan, dan bungkil memiliki kandungan energi dan nitrogen tinggi
(Nugroho, 2007).
buah-buahan adalah substrat terbaik untuk produksi biogas. Limbah sayuran dapat
(Haryati, 2006). Dari 1,5 kg limbah makanan dapat diproduksi 500 m3 gas metana
dan reaksi ini berjalan sempurna dalam waktu 48 jam. Sedangkan dalam system
gas metana yang sama, yaitu 500 m3 gas metana. Waktu yang dibutuhkan dalam
dari limbah dapur di dunia 25% atau kurang lebih 300 milyar kg dalam setahun.
Dari jumlah tersebut dapat dibuat 150 milyar meter kubik biogas. Dengan
demikian penggunaan biogas dari limbah dapur ini akan be rarti suatu
pengurangan konsumsi 150 milyar kg LPG, 210 milyar liter minyak tanah, 510
milyar kg arang dan 1.220 milyar kg kayu. Energi panas yang dihasilkan dari
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Proses daur hidup di alam oleh semua makhluk hidup berlangsung melalui
berbagai tahapan panjang yang dapat dibedakan menjadi dua arah, yaitu
istilah biokonversi.
merupakan energi matahari yang diikat oleh tanaman melalui proses fotosintesis.
Sangat dimungkinkan jika di dalam limbah tersebut masih terkandung energi yang
masih diikat oleh biomassa selama proses daur hidupnya. Dengan teknologi
merupakan proses pemecahan bahan organik oleh aktivitas metanogen dan bakteri
tersebut sebagai sumber karbon atau energi. Produk akhir biokonversi anaerob
bawah kondisi lingkungan yang luas meskipun proses yang optimal hanya terjadi
pada kondisi yang terbatas (de Mez et.al., 2003 dan Haryati, 2006).
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan beban organik dan berat molekul tinggi, mampu mereduksi energi
oleh bakteri di dalam proses metabolismenya karena membran sel bakteri hanya
dapat dilewati oleh senyawa organik sederhana seperti glukosa, asam amino dan
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menjadi senyawa sederhana agar dapat diserap membran sel mikroba, dilakukan
monomernya, protein menjadi asam-asam amino, dan lemak atau minyak menjadi
kinetika proses keseluruhan karena tahap yang berlangsung paling lambat dapat
bakteri menghasilkan asam dengan mengubah senyawa rantai pendek hasil proses
pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen (H2) dan karbondioksida.
Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh dan berkembang
pada keadaan asam. Pembentukan asam pada kondisi anaerob penting untuk
tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol, asam
organik, asam amino, karbondioksida, H2S dan sedikit gas metana (tahap
asetogenesis).
rendah menjadi senyawa dengan berat molekul tinggi. Sebagai contoh kelompok
archaea ini menggunakan hidrogen, CO2, dan asam asetat untuk membentuk
metana dan CO2. Bakteri asam dan metan bekerjasama secara simbiosis. Bakteri
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Menurut Suyati (2006), tiga kelompok bakteri yang berperan dalam proses
yaitu sistem pengisian curah (batch) dan kontinyu (Loebis & Tobing, 1992 :
dilakukan dengan mengeluarkan sisa bahan yang sudah dicerna dari biodigester
setelah produksi biogas terhenti dan selanjutnya dilakukan pengisian bahan baku
yang baru. Umumnya, sistem ini didesain untuk limbah padatan seperti sayuran
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sebelum unit yang dibangun (Meynell, 1976). Sistem ini terdiri dari dua
komponen, yaitu tangki pencerna dan tangki pengumpul gas. Tangki dapat dibuka
dan slurry buangan proses dapat dikeluarkan dan digunakan sebagai pupuk
kemudian bahan baku yang baru dimasukkan lagi. Tangki ditutup dan proses
Tergantung dari jenis bahan limbah dan temperatur yang dipakai, sistem
batch akan mulai berproduksi setelah minggu kedua sampai minggu keempat.
Sistem batch biasanya dibuat dalam beberapa set sekaligus sehingga paling tidak
ada yang beroperasi dengan baik (Haryati, 2006). Untuk memperoleh biogas yang
banyak, sistem ini perlu dibuat dalam jumlah yang banyak agar kecukupan dan
kontinyuitas hasil biogas tercapai (Abdullah, 1991; GTZ, 1997; Widodo, 2005;
Sistem pengisian curah (batch) memiliki konstruksi yang lebih sederhana namun
Keuntungan lain dari tipe batch adalah bila bahan berserat atau sulit diproses, tipe
batch akan lebih cocok dibanding tipe aliran kontinyu. Bila selama proses terjadi
kesalahan, misalnya karena bahan beracun maka proses dapat dihentikan dan
dimulai dengan yang baru (Meynell, 1976). Sedangkan sistem kontinyu, sifatnya
lebih efisien, lumpur dihasilkan setiap hari karena selalu diisi dengan substrat
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang baru (kontinyu), laju produksi gas lebih tinggi per volume bahan atau
substrat, namun desain digester lebih kompleks. Potensi biogas yang dihasilkan
hingga 3/4 volume tangki utama. Volume sisa di bagian atas tangki utama
metan mengolah limbah bio atau biomassa dan menghasilkan biogas metan. Pada
umumnya, produksi gas metana yang optimum akan terjadi pada HTR 20-30 hari
(Garcelon et al. -). Hal ini berarti harus diperkirakan bahwa slurry akan berada
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu biotik dan abiotik. Faktor biotik berupa
mikroorganisme dan jasad aktif, sedangkan faktor abiotik terdiri dari suhu, pH,
pengadukan (agitasi), substrat, kadar air substrat, rasio C/N dan adanya bahan
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Suhu
yaitu suhu tinggi (45 – 60o C) untuk penghancuran cepat dan produksi tinggi (m3
gas/m3 bahan per hari) serta waktu retensi pendek dan bebas dari desinfektan,
suhu sedan (27 – 40o C) (suhu kamar ruang/lingkungan), dan suhu rendah (< 22o
C) (banyak dipengaruhi udara musim sedang) (Metcalf & Eddy, 2003). Pada
kenaikan suhu, serta kondisi tinggi untuk bakteri termofil dengan perombakan
optimal pada 55o C (NAS, 1981 dan Bitton, 1999). Proses fermentasi anaerob
sangat peka terhadap perubahan suhu, umumnya suhu optimal termofil pada
kisaran 52 – 58o C, namun dampak negatif dapat terjadi pada suhu lebih tinggi
dari 60o C. Hal ini disebabkan oleh toksisitas ammonia yang semakin meninkat
Haryati (2006) bahwa temperatur yang optimal untuk biodigester adalah 30 – 35o
dan produksi metana di dalam biodigester dengan lama proses yang pendek.
Temperatur yang tinggi jarang digunakan karena sebagian besar bahan sudah
dicerna dengan baik pada range temperatur sedang, selain itu bakteri termofilik
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bakteri yang tetap aktif pada perubahan temperatur yang kecil, khususnya bila
Menurut Haryati (2006), jika temperatur turun menjadi 100C, produksi gas
akan terhenti. Produksi gas yang memuaskan berada pada daerah mesofilik yaitu
antara 25 – 350C. Biogas yang dihasilkan pada kondisi diluar temperatur tersebut
(1974), pada temperatur yang rendah 15oC laju aktivitas bakteri sekitar
setengahnya dari laju aktivitas pada temperatur 35o C. Apabila bakteri bekerja
pada temperatur 40o C produksi gas yang akan berjalan dengan cepat hanya
beberapa jam dan untuk selanjutnya hanya akan diproduksi gas yang sedikit.
Massa bahan yang sama akan dicerna dua kali lebih cepat pada suhu 35o C
dibanding pada suhu 15o C dan menghasilkan hampir 15 kali lebih banyak gas
2. pH
yang umumnya terjadi dalam suasana asam, tetapi nilai ini cenderung stabil pada
tahap selanjutnya, yaitu range 6.7 – 7.7 (Kresnawaty dkk., 2008). pH pada proses
fermentasi anaerob biasa berlangsun antara 6.7 – 7.6; bakteri metanogen tidak
dapat toleran pada pH diluar 6.7 – 7.4; sedangkan bakteri non metanogen mampu
hidup pada pH 5 - 8.5 (NAS, 1981). Nilai pH diluar interval ini dapat
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sulfida dan asam-asam organik, yang merupakan senyawa penting untuk proses
fermentasi anaerob.
nilai pH. Jika nilai pH menurun maka akumulasi asetat yang terbentuk selama
degradasi substrat dalam proses fermentasi anaerob. Karena itu, jika pH dalam
dan proses menjadi terhambat (Reith et.al., 2002). Ketika nilai pH turun, maka
maka dapat menyebabkan produk akhir yang dihasilkan adalah CO2 sebagai
3. Agitasi (pengadukan)
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Starter
antara lain : Starter alami, yaitu lumpur aktif seperti lumpur kolam ikan, ikan
selokan atau cairan septictank, sludge, timbunan kotoran, dan timbunan sampah
organik. Starter semi buatan; yaitu dari fasilitas biodigester dalam stadium aktif.
Starter buatan, yiatu bakteri yang dibiakkan secara laboratorium dengan media
Selain suhu dan pH, fermentasi anaerob juga dipengaruhi oleh kehidupan
nutrien yang akan menyediakan : a) energi, biasanya diperoleh dari substansi yang
bahan utama penyusun bahan organik b) Sulfur: kebutuhan untuk sintesis asam
kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan besi (Fe): dibutuhkan untuk aktifitas enzim
terdapat dalam konsentrasi sekitar 10-4 M. Unsur lain yang sebaiknya terdapat
dalam konsentrasi lebih kecil, misalnya Nikel (Ni) penting untuk pertumbuhan
bakteri anaerob. Konsentrasi tinggi Ca, Mg, K dan Na dapat menjadi faktor
commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tersebut dapat aktif dan meningkatkan proses perombakan (Werner et al., 1989).
molibdenum, nikel, baik secara tunggal maupun kombinasi dengan logam lain
Protokol Kyoto.
anaerob.
3. Mengurangi bau dan tidak merusak nilai estetika lingkungan. Selain itu,
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
et.al., 1989)
3. Biogas
menghasilkan suatu gas yang sebagian besar terdiri atas campuran metan dan
karbondioksida. Gas ini dikenal sebagai rawa ataupun biogas (Kadir, 1995).
Metan CH 4 55-65%
Karbondioksida CO 2 36-45%
Nirogen N2 0-3%
Hidrogen H2 0-1%
Oksigen O2 0-1%
Sumber : Energi Resources Development Series No. 19, Escap, Bangkok (Kadir, 1995)
limbah sebagai sumber penyakit, bakteri, dan polusi udara. Keunggulan biogas
adalah karena konstruksi digester sederhana, hemat ruang, awet, mudah perawatan
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(Abdullah, 1991).
Gas metana termasuk gas rumah kaca (green house gas), bersama dengan
terjadinya fenomena pemanasan global. Pengurangan gas metana secara lokal ini
gas ini adalah hasil daripada fermentasi atau peranan anaerobik yang disebabkan
sejumlah besar jenis organisme mikro, terutama bakteri metan. Suhu yang baik
1995).
bahan bakar yang berguna karena mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi (Tabel
1.3). Karena nilai kalor yang cukup tinggi itulah biogas dapat dipergunakan untuk
1991; GTZ, 1997; UN, 1980 dalam Nurhasanah dkk, 2006). Sistem produksi
gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk
dan (d) produksi daya dan panas (Koopmans, 1998; UN, 1980; Yapp et al, 2005
Energi biogas mengandung nilai kalori lebih dari bahan bakar lainnya,
artinya akan lebih banyak panas yang dihasilkan untuk memasak dan lebih cepat
proses masak tersebut. Dalam pemakaian biogas, bau akan limbah akan berkurang
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
karena proses penguraian bahan organik yang berlangsung. Selain itu pencemaran
karena asap seperti pada proses memasak dengan kayu sedikit saja terjadi.
Kayu 2.400
Arang 7.000
(Ginting, 2007).
Bahan biogas dapat diperoleh dari limbah pertanian yang basah, kotoran
ternak (manure), kotoran manusia dan campurannya. Kotoran ternak seperti sapi,
kerbau, babi dan ayam telah diteliti untuk diproses dalam alat penghasil biogas
secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan suatu gas yang
sebagian besar berupa metana (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan
karbondioksida.
terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55 0 C.
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka
menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan
Amerika Utara. Alasan penting mengapa belum tersebar luas seperti di Eropa
adalah ketidakstabilan selama permulaan dan operasi sistem biogas. Akan tetapi
Rumah Kaca (GRK) sebesar 20% pada 2012, rupanya menjadi pilihan terbaik
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Kerangka pemikiran
dibiarkan atau dibuang tanpa diolah lebih lanjut dapat melepaskan gas metana
yang berbahaya. Limbah organik yang membusuk akan dihasilkan gas metana
(CH4) dan karbondioksida (CO2). Tetapi hanya CH4 yang dapat dimanfaatkan
bakar akan mengkonversi metana menjadi bahan bakar yang lebih bermanfaat
sehingga
menjadi bahan bakar yang lebih bermanfaat sehingga potensi metana yang
tinggi. Oleh karena itu limbah kotoran harus diolah terlebih dahulu sebelum
dibuang ke perairan. Limbah cair peternakan babi dapat diolah secara biologi
pada kondisi anaerobik. Substrat dari limbah kotoran babi dan limbah makanan
dengan inokulum lumpur aktif limbah kotoran babi akan mengalami proses
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
rendah untuk mengubah bahan organik dari berbagai jenis air limbah, buangan
komplek menjadi bahan organik yang lebih sederhana secara alami. Pada
Potensi gas metan yang besar bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti
bahan bakar fosil (Singgih dan Mera, 2008). Biogas memberikan solusi terhadap
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
inokulum
Variasi pengenceran
Biodigester Limbah aktif kotoran
dan Substrat
anaerob babi
Perombakan
anaerob
Hidrolisis
Asidogenesis
Asetogenesis
Asam asetat
Metanogenesis
CH4 CO2
Biogas
commit to user
26