Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PEMBUATAN KOMPOS

Oleh :

AL FIKRI HIDAYATULLAH (21058)

MATA KULIAH : PENGELOLAAN SAMPAH


DOSEN PEMBIMBING : PRIYADI,SKM., M.KES

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat

Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas laporan tentang “ praktikum pembuatan

kompos”. Kami akan menyajikan makalah kami secara sederhana agar dapat mudah di

pahami.

Kami menyadari walaupun bagaimana kami berusaha menyajikan makalah ini

dengan maksimal akan tetapi pasti ada kekurangan. Jadi kami harapkan kritik dan saran

dari Bapak, teman-teman, dan siapapun yang membaca makalah ini, sehingga dengan

saran dan kritiknya kami dapat menjadi lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya

dan dalam kehidupan kami agar tetap terus barusaha untuk lebih baik.

Sekian kata pengantar dari kami apabila ada kata yang salah kami mohon maaf.

Sekali lagi saya mengatakan saya sangat berharap saran dan kritik agar kami dapat

menjadi lebih baik lagi.

Terima Kasih.

Palembang, 06 Mei 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengomposan merupakan proses dimana bahan- bahan organic mengalami

penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba- mikroba yang dapat

memanfaatkan bahan organic sebagai sumber energy. Menurut J.H.Crawford (2003),

kompos adalah hasil penguraian tidak lengkap dan dapat dipercepat secara artificial

oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat,

lembab, dan aerobik atau an aerobic (Nyoman P. Aryantha.dkk,2010).

Secara alami bahan-bahan organic yang berada di alam akan mengalami

proses penguraian (dekomposisi) dengan bantuan mikroba maupun biota yang ada

didalam tanah. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung

lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak

dikembangkan teknologi•teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan

teknologi sederhana, sedang dan teknologi tinggi (canggih).

Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan ini meniru

berdasarkan pada proses penguraian yang terjadi secara alami. Hanya saja pada saat

proses penguraianya dioptimalkan dengan sedemikian rupa sehingga proses

penggomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efesien.


Teknologi pengomposan pada saat ini menjadi sangat penting terutama dalam

mengatasi permasalahan limbah organic, seperti sampah dikota-kota besar, limbah

organik industry, serta limbah pertanian dan perkebunan.

Pemanfaatan pupuk organik merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

kelangkaan dan kenaikan harga pupuk anorganik yang terus melambung. Disamping

itu pemakaian pupuk kimia yang terus menerus membuat tanah menjadi keras dan

tandus, sehingga keseimbangan Ekosistem mikroorganisme dan cacing tanah

terganggu bahkan akan menyebabkan mati (punah). Penggunakan pupuk organik

(berupa kompos) mendapat perhatian dari semua kalangan karena bahan baku

pembuatan kompos ini selalu tersedia secara berlimpah di alam. Selain itu pupuk

kompos mampu memperbaiki sifat fisik, kimiawi, dan biologi tanah.

B. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah tersebut, yaitu :

1. Apa pengertian dari kompos dan pengomposan ?

2. Apa saja Manfaat Pengomposan ?

3. Apa saja Prinsip Pengomposan ?

4. Bagaimana cara Proses Pengomposan ?

C. Tujuan

1. Untuk menjelaskan pengertian kompos dan pengomposan

2. Untuk mengetahui manfaat pengomposan

3. Untuk mengetahui prinsip pengomposan

4. Untuk mengetahui bagaimana cara Proses Pengomposan


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kompos dan Pengomposan

Kompos adalah hasil akhir suatu proses dekomposisi tumpukan

sampah/serasah tanaman dan bahan organik lainnya. Keberlangsungan proses

dekomposisi ditandai dengan nisbah C/N bahan yang menurun sejalan dengan waktu.

Bahan mentah yang biasa digunakan seperti : daun, sampah dapur, sampah kota dan

lain-lain dan pada umumnya mempunyai nisbah C/N yang melebihi 30 (Sutedjo,

2002).

Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian

secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik

sebagai sumber energi.

Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih mentah

apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak bisa diserap

haranya oleh tanaman. Apalagi sisa anaman yang masih segar bugar juga tidak dapat

diserap haranya oleh tanaman. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh

masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik

demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005)

B. Prinsip Pengomposan

Pada dasarnya proses pengomposan adalah suatu proses biologis. Hal ini

berarti bahwa peran mikroorganisme pengurai sangat besar. (Tchobanoglous et

al.1993).
Prinsip-prinsip proses biologis yang terjadi pada proses pengomposan

meliputi:

a. Kebutuhan Nutrisi

Untuk perkembangbiakan dan pertumbuhannya, mikroorganisme

memerlukan sumber energi, yaitu karbon untuk proses sintesa jaringan baru dan

elemen-elemen anorganik seperti nitrogen, fosfor, kapur, belerang dan magnesium

sebagai bahan makanan untuk membentuk sel-sel tubuhnya. Selain itu, untukmemacu

pertumbuhannya, mikroorganisme juga memerlukan nutrien organik yang tidak dapat

disintesa dari sumber-sumber karbon lain. Nutrien organik tersebut antara lain asam

amino, purin/pirimidin, dan vitamin.

b. Mikroorganisme

Mikroorganisme pengurai dapat dibedakan antara lain berdasarkan kepada

struktur dan fungsi sel, yaitu:

1. Eucaryotes, termasuk dalam dekomposer adalah eucaryotes bersel tunggal, antara

lain: ganggang, jamur, protozoa.

2. Eubacteria, bersel tunggal dan tidak mempunyai membran inti, contoh: bakteri.

Beberapa hewan invertebrata (tidak bertulang belakang) seperti cacing tanah, kutu

juga berperan dalam pengurai sampah. Sesuai dengan peranannya dalam rantai

makanan, mikroorganisme pengurai dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu

a) Kelompok I (Konsumen tingkat I) yang mengkonsumsi langsung bahan organik

dalam sampah, yaitu : jamur, bakteri, actinomycetes.


b) Kelompok II (Konsumen tingkat II) mengkonsumsi jasad kelompok I, dan;

c) Kelompok III (Konsumen tingkat III), akan mengkonsumsi jasad kelompok I dan

Kelompok I. Kondisi Lingkungan Ideal Efektivitas proses pembuatan kompos

sangat tergantung kepada mikroorganisme pengurai.

Apabila mereka hidup dalam lingkungan yang ideal, maka mereka akan

tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Kondisi lingkungan yang ideal mencakup

1. Keseimbangan Nutrien (Rasio C/N).

Parameter nutrien yang paling penting dalam proses pembuatan kompos

adalah unsur karbon dan nitrogen. Dalam proses pengurai terjadi reaksi antara karbon

dan oksigen sehingga menimbulkan panas (CO2). Nitrogen akan ditangkap oleh

mikroorganisme sebagai sumber makanan. Apabila mikroorganisme tersebut mati,

maka nitrogen akan tetap tinggal dalam kompos sebagai sumber nutrisi bagi makanan.

Besarnya perbandingan antara unsur karbon dengan nitrogen tergantung pada jenis

sampah sebagai bahan baku. Perbandingan C dan N yang ideal dalam proses

pengomposan yang optimum berkisar antara 20 : 1 sampai dengan 40 : 1, dengan rasio

terbaik adalah 30 : 1.

2. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) ideal dalam proses pembuatan kompos secara aerobik

berkisar pada pH netral (6 – 8,5), sesuai dengan pH yang dibutuhkan tanaman. Pada

proses awal, sejumlah mikroorganisme akan mengubah sampah organik menjadi

asam-asam organik, sehingga derajat keasaman akan selalu


menurun. Pada proses selanjutnya derajat keasaman akan meningkat secara bertahap

yaitu pada masa pematangan, karena beberapa jenis mikroorganisme memakan asam-

asam organik yang terbentuk tersebut.

Derajat keasaman dapat menjadi faktor penghambat dalam proses pembuatan

kompos, yaitu dapat terjadi apabila :

• pH terlalu tinggi (di atas 8) , unsur N akan menguap menjadi NH3. NH3 yang

terbentuk akan sangat mengganggu proses karena bau yang menyengat. Senyawa

ini dalam kadar yang berlebihan dapat memusnahkan mikroorganisme.

• pH terlalu rendah (di bawah 6), kondisi menjadi asam dan dapat menyebabkan

kematian jasad renik.

3. Suhu (Temperatur)

Proses biokimia dalam proses pengomposan menghasilkan panas yang sangat

penting bagi mengoptimumkan laju penguraian dan dalam menghasilkan produk yang

secara mikroorganisme aman digunakan. Pola perubahan temperature dalam

tumpukan sampah bervariasi sesuai dengan tipe dan jenis mikroorganisme.

a) Pada awal pengomposan, temperatur mesofilik, yaitu antara 25 – 45 C akan terjadi

dan segera diikuti oleh temperatur termofilik antara 50 - 65 C. Temperatur

termofilik dapat berfungsi untuk : a) mematikan bakteri/bibit penyakit baik

patogen maupun bibit vector penyakit seperti lalat;

b) mematikan bibit gulma. Tabel 1 menunjukkan suhu dan waktu yang dibutuhkan

untuk mematikan beberapa organisme patogen dan parasit. Kondisi termofilik,

kemudian berangsur-angsur akan menurun mendekati tingkat ambien.


4. Ukuran Partikel Sampah

Ukuran partikel sampah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan

kompos harus sekecil mungkin untuk mencapai efisiensi aerasi dan supaya lebih

mudah dicerna atau diuraikan oleh mikroorganisme. Semakin kecil partikel, semakin

luas permukaan yang dicerna sehingga pengurai dapat berlangsung dengan cepat.

5. Kelembaban Udara

Kandungan kelembaban udara optimum sangat diperlukan dalam proses

pengomposan. Kisaran kelembaban yang ideal adalah 40 – 60 % dengan nilai yang

paling baik adalah 50 %. Kelembaban yang optimum harus terus dijaga untuk

memperoleh jumlah mikroorganisme yang maksimal sehingga prosespengomposan

dapat berjalan dengan cepat. Apabila kondisi tumpukan terlalu lembab, tentu dapat

menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena molekul air akan mengisi rongga

udara sehingga terjadi kondisi anaerobik yang akan menimbulkan bau. Bila tumpukan

terlalu kering (kelembaban kurang dari 40%), dapat mengakibatkan berkurangnya

populasi mikroorganisme pengurai karena terbatasnya habitat yang ada.

6. Homogenitas Campuran Sampah

Komponen sampah organik sebagai bahan baku pembuatan kompos perlu

dicampur menjadi homogen atau seragam jenisnya, sehingga diperoleh pemerataan


oksigen dan kelembaban. Oleh karena itu kecepatan pengurai di setiap tumpukan

akan berlangsung secara seragam.

C. Proses Pengomposan

Proses pengomposan akan segera terjadi dan berlangsung setelah bahan-

bahan mentah tercampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi

dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap awal, oksigen dan

senyawa-senyawa lainnya yang muda terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh

mikroba mesofik, sehingga suhu pada tumpukan kompos akan meningkat dengan

cepat, diikuti dengan meningakatnya pH pada kompos. Pada saat proses dekomposisi

berlangsung maka suhu akan meningkat diatas 500-70oC. Suhu ini akan tetap tinggi

selama waktu tertentu, dan mikroba yang aktif pada kondisi suhu tinggi ini adalah

mikroba Termofik. Pada saat inilah terjadi proses dekomposisi/penguraian bahan-

bahan organic sangat aktif oleh mikroba. Dengan bantuan oksigen mikroba•mikroba

yang berada didalam tumpukan kompos menguraikan bahan organic menjadi CO2,

uap air sehingga tumpukan kompos menjadi panas.

Setelah sebagian besar bahan terurai, maka suhu secara berangsur-angsur akan

mengalami penurunan, dan pada saat inilah terjadi proses pematangan kompos.

Pematangan kompos tingkat lanjut akan membentuk kompleks liat humus.

Selama proses pengomposan, bahan-bahan organic yang digunakan dalam

pembuatan kompos akan mengalami penyusutan volume maupun biomassa bahan.

Penyusutan volume ini bisa mencapai 30-40% dari volume bobot awal bahan.
Pada dasarnya semua bahan•bahan organik padat dapat dikomposkan,

misalnya : limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas,

dan limbah-limbah pabrik/industry.

Proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama hingga 3

bulan. Sehingga di akhir-akhir ini banyak dikembangkan pupuk organik yang dibuat

secara cepat dengan sengaja menambahkan mikroba dekomposer yang telah diketahui

sifat-sifatnya. Mikroba tanah juga berperan penting dalam proses pelarutan mineral-

mineral yang tadinya berada dalam bentuk senyawa kompleks menjadi bentuk ion,

maupun garam-garam yang dapat diserap oleh akar. Sebagai contoh unsur fosfor

dalam senyawa kompleks batuan akan terlarutkan oleh kelompok pelarut fosfat

sehingga menjadi tersedia bagi tanaman (Nyoman P. Aryantha.dkk,2010).

Penggunakan EM4 dalam pengomposan memiliki keunggulan antara lain

cepat masa fermentasinya , irit biaya dan kompos yang dihasilkan memiliki karakter

kompos yang baik misalnya bau warna dan C/N ratio kompos. Dari hasil percobaan

kompos yang menggunakan bahan baku limbah tumbuhan kacang tanah

menghasilkan kompos dengan mutu yang baik, jika dilihat dari tekstur, warna, bau,

C/N ratio dan hasil uji coba pada tanaman (Siti Umniyatie,dkk, 1999).

Manfaat dari pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara makro dan

mikro, mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar

kation tanah, meningkatkan aktivitas bahan mikroorganisme tanah, pada tanah masam

penambahan bahan organik dapat membantu meningkatkan pH tanah, dan


penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi air (Novizan,

2007).

D. Definisi Sampah

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang/dibuang dari sumber hasil aktivitas

manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah juga

dapat diartikan dengan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu

proses. Sampah berdasarkan bentuknya dapat diartikan dengan bahan, baik padat atau

cair yang tidak dipergunakan lagi dan telah dibuang.

Sampah manusia istilah yang digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan

manusia, seperti feses dan urine. Sampah manusa dapat menjadi bahaya serius bagi

kesehatan, karena dapat digunakan sebagai faktor (sarana perkembangan) penyakit

yang disebabkan virus dan bakteri salah satu perkembangan utama pada dialekta

manusia. Penguraian penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang

higenis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran

pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya

melalui sistem urinoir tanpa air.

Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia)

pengguna barang. Dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat

sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikiran manusia. meskipun demikian,

jumlah sampah kategori inipun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah

yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.

Limbah radio aktif sampah nuklir merupakan hasil dari fusi dan fisi nuklir

yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan
hidup dan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan di tempat-tempat

yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas, tempat-tempat yang dituju

biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih

dilakukan). sampah plastik dibuat dari bahan sintetis umumnya menggunakan bahan

minyak bumi, sehingga bahan dasar, ditambah bahan tambahan yang umumnya

merupakan logam berat(kadnium,timbal&nikel) atau bahan beracun lainnya seperti

chlor. Racun dari plastik ini terlepas pada saat terurai atau terbakar. (European

Environmental Agency, 2005/01/05 di URI ybs.)

Menurut Undang-Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No.4 Tahun

1982, polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan atau

berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga

kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan

menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Segala sesuatu yang dapat menimbulkan pencemaran dinamakan bahan

pencemar atau polutan. Syarat-syarat suatu zat atau bahan dapat disebut polutan

adalah jika keberadaannya dapat merugikan makhluk hidup karena jumlahnya

melebihi batas normal, berada pada waktu yang tidak tepat, atau berada pada tempat

yang tidak tepat (Witoelar, 1990)

E. Jenis-jenis Sampah

1. Berdasarkan sumbernya :

a. sampah alam
b. sampah manusia

c. sampah konsumsi

d. sampah nuklir

e. sampah industri

f. sampah pertambangan

2. Berdasarkan sifatnya :

a. Sampah organik adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan di buang

oleh pemilik atau pemakai sebelumnya,tetapi masih bisa di pakai kalau dikelola

dengan prosedur yang benar. Sampah organik adalah sampah yang bisa

mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil

dan tidak berbau(sering disebut dengan kompos)kompos merupakan hasil

pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang,

sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya

dipercepat oleh bantuan oleh manusia.

• Jenis sampah organik :

sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun

tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi :

a) Sampah organik basah. istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah

mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya : kulit buah dan sisa

sayuran.
b) Sampah organik kering. Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering

adalah bahan organik-organik lain yang kandungan airnya kecil. Contohnya :

kertas, kayu, atau ranting pohon, dan dedaunan kering.

• Kelebihan Mengolah Sampah Organik :

Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan sampah

rumah tangga.

1. Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan.

2. Mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan disekitar tempat kita.

3. Membantu pengelolahan sampah secara dini dan cepat.

4. Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA)

5. Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuangan akhir (TPA)

6. Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan

macet, banjir, tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan

binatang pengerat.

• Kekurangan Mengolah Sampah Organik :

Setelah menjadi pupuk kompos, pupuk siap digunakan sebagai penyubur

tanah. Adapun kekurangan pupuk kompos adalah unsur hara relatif lama diserap

tumbuhan, dan pembuatannya lama, sulit dibuat dalam sekala besar. Oleh karena itu,

mendukung peningkatan hasil pertanian diperlukan pupuk buatan.


b. Sampah anorganik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai

secara biologis, sehingga penggancurannya membutuhkan waktu yang sangat

lama. Sampah anorganik berasal dari Sumber Daya Alam tak terbarui seperti

mineral dan minyak bumi, atau proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak

terdapat dialam seperti plastik dan alumunium. Sebagian zat organik secara

keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedangkan sebagian lainnya hanya

dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat

rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik,tas plastik dan kaleng.
BAB III

PROSEDUR KERJA

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan :

1. Sampah rumah tangga seperti sisa sayuran buah-buahan dan daun kering

2. Pupuk Kandang

3. Tanah

4. Air

5. Sarung tangan

6. Wadah ember berukuran 10 liter

B. Cara Kerja :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Siapkan sampah rumah tangga yang akan di olah menjadi pupuk kompos

3. Campurkan pupuk kandang dan tanah sampai merata

4. Siapkan wadah seperti ember berukuran 10 liter untuk membuat pupuk kompos,

serta siapkan penutupnya agar pupuk dibuat tidak terkontaminasi.

5. Masukkan sampah organic tadi seperti sisa sayuran dan daun kering

6. Masukkan tanah dan pupuk kandang yang sudah dicampur tadi kedalam ember

yang sudah di isi oleh sampah organic seperti sisa sayuran dan daun kering tadi.

7. Siram permukaan tanah tersebut menggunakan air secukupnya

8. Pastikan sampah disimpan secara merata, sebisa mungkin ketebalan sampah

setara dengan ketebalan tanah dan pupuk kandang

9. Tutup wadah dengan rap`at dan biarkan selama 3 minggu


BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

Pengamatan pada praktikum ini dilakukan pada minggu ke 1 hingga minggu ke

3, adapun hasil pengamatan yang di peroleh selama 3 minggu adalah sebagai berikut :

No Waktu Aroma Warna Tekstur


1 Rabu, 22 April 2020 Berbau Coklat Potongan
Sampah Masih
Terlihat Jelas
2 Rabu, 29 April 2020 Tidak terlalu Coklat Tua Potongan
berbau Sampah Masih
Terlihat Jelas
Namun Sudah
Menyatu
Dengan Tanah
3 Rabu, 06 Mei 2020 Tidak berbau Coklat Kehitaman Tanah Menjadi
namun aroma Gumpalan
bau seperti Kering, Sampah
tanah Tidak Terlihat
Lagi

B. Pembahasan

Kompos adalah hasil penguraian parsial campuran bahan-bahan organik yang

dapat dipercepat secara artifikal oleh populasi berbagai macam mikroba dalam

kondisi lingkungan tertentu (hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik).

Pada pembuatan kompos ini melalui metode Komposter (ember plastik) dan

menggunakan bahan baku dari sampah dapur (Sayuran dan buah-buahan), Tanah dan

Pupuk kandang.

Persiapan awal yang dilakukan dalam pembuatan kompos ini adalah

menyiapkan bahan-bahan, kemudian bahan bahan tersebut yang berukuran besar


seperti daun-daunan dan sisa sayuran di potong menjadi kecil, agar bentuk bahan
menjadi lebih kecil dan mudah hancur. Setelah bahan dicacah dan di campurkan,

bahan-bahan tersebut dimasukan kedalam komposter (ember plastic), dan diberikan

tanah dan pupuk kandang yang sudah di campurkan tadi dan setelah itu kasih air

kedalam nya.

Aroma awal dari pembuatan kompos yang tercium adalah berbau khas dari

bahan-bahan seperti daun-daunan, warnanya coklat dan sayur-sayuran berwarna hijau

dan sudah layu.

Pengamatan kompos dilakukan seminggu sekali selama tiga minggu, dan hasil

pengamatan pada minggu pertama ketika di buka tutupnya terdapat uap,yang tercium

adalah berbau menyengat, warnanya coklat, teksturnya kasar (potongan sampah

masih terlihat jelas), hal ini menunjukkan bahwa kompos belum matang.

Sedangkan pada minggu kedua saat tutup dibuka masih ada uap air, bau sudah

tidak terlalu menyengat, warnanya menjadi coklat tua, teksturnya kasar (potongan

sampah agak hancur), lebih mudah hancur ketika diaduk,. Dilihat dari tektur dan suhu

hal ini menujukan bahwa kompos masih belum matang juga.

Pada minggu ketiga, pada saat tutup dibuka masih beruap, aroma kompos bau

seperti tanah, warnanya menjadi coklat kehitaman, dan teksturnya semakin mudah

hancur dan agak kering hal ini menujukan proses pematangan dan kompos mengalami

penyusutan atau berkurang.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembuatan kompos yang berasal dari sampah sayuran dan daun kering

dipengaruhi oleh faktor, suhu, sumber karbon dan nitrogen, kelembaban, aerasi dan

ukuran partikel dan penambahan aktivator yang digunakan. Kompos yang telah

matang ditandai dengan warnanya yang berubah menjadi coklat kehitaman

menyerupai tanah, teksturnya menyerupai tanah (remah).

Namun hasil dari praktikum yang dilakukan hasil akhir dalam pembuatan

kompos ini adalah aroma berbau seperti tanah, teksturnya Kering dan Mudah hancur.

B. Saran

Bagi masyarakat, sebaiknya perlu meningkatkan kepedulian terhadap

kesehatan dan kelestarian lingkungan yaitu dengan cara mengolah sampah organik

dan anorganik menjadi barang yang berguna.


DAFTAR PUSTAKA

http://mysyekhermaniablogaddress.blogspot.com/2016/10/makalah-sampah-dan-

penanggulangannya.html?m=1

http://sarahyustiani.blogspot.com/2013/06/laporan-tetap-pembuatan-kompos.html?m=l
LAMPIRAN
Dokumentasi Pembuatan Pupuk Kompos

Gambar 1.1 Gambar 1.2


Pembuatan kompos pada minggu ke 1 Pembuatan Kompos pada minggu ke 1

Gambar 1.3 Gambar 1.4


Hasil pembuatan kompos pada minggu ke 2 Hasil Pembuatan kompos pada minggu ke 2

Gambar 1.5 Gambar 1.6


Hasil pembuatan kompos pada minggu ke 3 Hasil pembuatan kompos pada minggu ke 3

Anda mungkin juga menyukai