MATA KULIAH
PENYEHATAN TANAH
Kelompok 4 :
PROGRAM STUDI
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nyalah,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sifat-Sifat Kimia Tanah” sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa yang diungkapkan dalam
makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang
dimiliki oleh penulis, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun makalah ini sehingga selanjutnya akan lebih
baik dan sempurna.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan sebagai media pembelajaran Penyehatan Tanah khususnya dalam segi teoritis sehingga
dapat membuka wawasan ilmu pengetahuan serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa
yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan
oleh berbagai pihak sampai tersusunnya makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan peranan sifat kimia tanah
4
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam sifat kimia tanah
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pengambilan sampel kimia tanah
4. Untuk mengetahui bagaimana cara pengukuran sifat kimia tanah
5
BAB II
PEMBAHASAN
Selain ketiga definisi diatas, definisi tanah yang lebih rinci diungkapkan ahli ilmu tanah
sebagai berikut:
"Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan
menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai
gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik maupun
anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe,
Mn, B, Cl); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang
turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman;
yang ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara integral mampu menunjang
produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan,
6
tanaman sayur-sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, tanaman
perkebunan, dan tanaman kehutanan.
Kimia Tanah studi terutama yang terlibat reaksi dalam larutan tanah dan antarmuka cair-
padat.
1. Tanah-ion interaksi.
Ada banyak mechnisms yang dapat mengontrol gizi konsentrasi dalam larutan
tanah, sehingga gizi ketersediaan untuk tanaman.
7
3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat.
Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih
dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na (Anonim 1991).
2. C-Organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini
dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun
biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan
jumlah C-Organik (Anonim 1991).
Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan
biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus
dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, Agar kandungan bahan organik dalam
tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka
sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan
setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan
KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa
pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan
biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya
pemadatan tanah (Anonim 1991).
3. N-Total
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot
tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005).
Menurut Hardjowigeno (2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari :
Bahan Organik Tanah : Bahan organik halus dan bahan organik kasar
a. Pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara
b. Pupuk
c. Air Hujan
8
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari
aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik
khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu.
Bahan organik juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami
proses dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah.
Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau
mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000
kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 %
dari jumlah tersebut (Hardjowigeno 2003). Manfaat dari Nitrogen adalah untuk
memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam
pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain
(RAM 2007). Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan
anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N.
Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun bentuk lain
yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam bentuk
NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organik di dalam tanah mengalami
mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi. Sebagian N
terangkut, sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan
kembali lagi, hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan.
Ada yang hilang atau bertambah karena pengendapan.
d. P-Bray
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan
mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman
pada pH sekitar 6-7 (Hardjowigeno 2003). Siklus Fosfor sendiri dapat dilihat
pada Gambar 2.
Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil keseimbangan
antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) P-
terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh
tanaman fiksasi dan pelindian (Hanafiah 2005).
9
Menurut Leiwakabessy (1988) di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor yaitu
fosfor organik dan fosfor anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat
banyak di lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik. Kadar P organik
dalam bahan organik kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 – 0,5
%. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya berkadar alami
P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa memperhatikan
suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah 2005).
Menurut Foth (1994) jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman
terhambat dan pertumbuhannya kerdil.
e. Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap
oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu
menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat,
atau unsur lainnya. Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa ketersediaan
Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman
yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya
penambahan dari kaliumnya sendiri.
Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang
mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad
renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar
kalium tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini
akan dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah
mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan
dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion
adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-
tanah organik mengandung sedikit Kalium.
f. Natrium (Na)
Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75%
yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan
10
tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan
pantai, karena tingginya kadar Na di laut, suatu tanah disebut tanah alkali jika
KTK atau muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh ≥ 15% Na, yang
mencerminkan unsur ini merupakan komponen dominan dari garam-garam larut
yang ada. Pada tanah-tanah ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl).
Kelompok tanah alkalin ini disebut tanah halomorfik, yang umumnya terbentuk
di daerah pesisir pantai iklim kering dan berdrainase buruk. Sebagaimana unsur
mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat dalam tanah dalam
jumlah yang sedikit berlebihan (Hanafiah, 2005).
g. Kalsium (Ca)
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti
Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap
tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap
kembali sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy 1988).
Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar
dan biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan,
membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (RAM 2007).
h. Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan
beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan
warna yang khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum
waktunya merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Hanafiah 2005).
11
(Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada
sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh :
1. Reaksi tanah
2. Tekstur atau jumlah liat
3. Jenis mineral liat
4. Bahan organik dan,
5. Pengapuran serta pemupukan.
Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar kation tanah sangat beragam,
karena jumlah humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah
berbeda-beda pula.
12
pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah
tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan
rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan sampel
tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
Sampel tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam
namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat
pengambilan sampel tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang
(kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan
tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah.
Peralatan untuk pengambilan contoh sampel tanah:
1. Alat untuk mengambil contoh tanah seperti bor tanah (auger, tabung), cangkul,
sekop.
2. Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop seperti pisau dan sendok tanah
untuk mencampur atau mengaduk
3. Ember plastic untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu
4. Kantong plastic agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong plastic
untuk label.
5. Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label luar
6. Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.
13
Cara Pengambilan contoh Sampel Tanah:
1. Sampel Sesaat (Grab Sample) : Sampel yng diambil secara langsung dr badan
tanah yang sedang dipantau. Sampel ini hanya menggmbarkan karakteritik tanah
pada saat pengambilan sampel.
2. Sampel komposit (Compsite sample) : Sampel campuran dari beberapa waktu
pengambilan. Pengambilan sampel komposit dapat dilakukan secara manual
ataupun secara otomatis dgn menggunakan peralatan yang dapat mengambil air
pada waktu-waktu tertentu. Pengambilan sampel scara otomatis hanya dilakukan
jika ingi mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas tanah secara terus-
menerus
3. Sampel gambungan tempat (integrated sample) : sampel gabungan yang diambil
secara terpisah dari beberpa tempat, dengan volume yang sama. Selain itu ada
juga satu metode yang biasa digunakan dalam pengammbilan sampel penelitian
yaitu:
4. Automatic Sampling (Pengambilan Contoh Otomatis), Cara ini dikembangkan
untuk memenuhi program pengamatan kualias sampel secara penyeluruh.
Peralatan memerlukan bangunan khusus dengan penampungan dan pemeliharaan
yang baik alat mengambil contoh otomatis biasanya bekerja dalam 24 jam.
Contoh tanah yang diambil dapat berbentuk contoh tanah terganggu
(disturb soil samples)
Contoh tanah utuh atau tidak terganggu (undisturb soil samples).
Contoh tanah utuh biasanya diperlukan untuk analisis sifat fisik tanah
(bobot isi, porisitas dan permeabilitas tanah), sedangkan contoh tanah
terganggu diperlukan untuk analisis sifat kimia tanah dan sifat fisik tanah
lainnya (tekstur, kadar air tanah/pF).
Pengambilan contoh tanah utuh (undisturb soil samples) harus
menggunakan “ring samples”, sedangkan contoh tanah terganggu dapat
diambil dengan menggunakan alat cangkul, sekop, atau auger (bor
tanah).
14
Untuk keperluan evaluasi status kesuburan tanah, sebaiknya contoh yang
diambil merupakan contoh komposit yaitu contoh tanah campuran dari
contoh-contoh tanah individu (sub amples).
Suatu contoh komposit harus mewakili suatu bentuk/unit lahan yang
akan dikembangkan atau digunakan untuk tujuan pertanian.
Satu contoh komposit mewakili suatu hamparan lahan yang homogen (10
– 15 Ha).
Untuk lahan miring dan bergelombang satu contoh komposit dapat
mewakili tidak kurang dari 5 hektar.
Satu contoh komposit terdiri dari campuran 15 contoh tanah individu
(sub samples).
Untuk pengambilan sampel fisik tanah ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, yaitu:
1. Alat dan Bahan
a. Sekop/auger
b. Ember/plastik/baskom/tabung(ring), tembaga
c. Alat tulis kantor (buku, label, pulpen)
d. Soil tester
e. Termometer batang
f. Meteran
g. Tanah
h. Air
15
e. Diamkan selama 2 menit, biarkan sensor alat pada soil tester bekerja
f. Tekan tombol pH pada alat soil tester tersebut, amati jarum yang terdapat
dalam soil tester, tunggu sampai jarum penunjuk pH berhenti
g. Setelah jarum penunjuk pH berhenti, catat hasilnya pada lembar kerja
16
Untuk tanah yang digunakan secara intensif untuk budidaya pertanian, contoh
tanah diambil paling sedikit sekali dalam setahun.
Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan diambil
setiap 5 tahun sekali.
17
diberi keterangan mengenai kode pengambilan, nomor sampel tanah, asal dari
(desa/kecamatan/kabupaten), tanggal pengambilan, nama dan alamat pemohon.
Selain label yang diberi keterangan, akan lebih baik jika sampel tanah yang
dikirim dilengkapi dengan peta situasi atau peta lokasi.
18
1. Lakukan pengambilan sampel tanah dengan menggunakan auger / bor tangan
dengan kedalaman 15 – 25 cm
2. Lakukan pengambilan tanah yang ada pada auger / bor tangan dengan
mengunakan sekop kecil
Lakukan pelabelan pada kemasan sampel, dengan rincian:
a. Tanggal pengambilan sampel : ………………..
b. Lokasi pengambilan sampel : ………………..
c. Jenis sampel : Padatan / sampah / tanah *)
d. Jenis pemeriksaan : Fisik / kimia / mikrobiologi
dan parasitologi*)
e. Nama petugas : .................... Tanda Tangan :
….................
Masukan kemasan sampel yang sudah diberi label ke box sampel
19
c. Gali tanah yang akan dijadikan sampel dengan menggunakan sekop atau
auger sedalam 10 cm – 20 cm d. Siapkan soil tester, masukan Soil tester
ke dalam tanah yang sudah digali, pastikan sensor pada alat soil tester
masuk ke dalm tanah.
d. Diamkan selama 2 menit, biarkan sensor alat pada soil tester bekerja.
e. Tekan tombol pH pada alat soil tester tersebut, amati jarum yang terdapat
dalam soil tester, tunggu sampai jarum penunjuk pH berhenti .
f. Setelah jarum penunjuk pH berhenti, catat hasilnya pada lembar kerja.
20
c. Pada labu Erlenmeyer (bawah) memasukkan larutan asam H2SO4
sebanyak 20 ml kemudian mentetesi dengan indikator asam metil merah
sebanyak 5 tetes.
d. Menunggu hasil destilasi sampai larutan pada labu erlenmeyer mencapai
50 ml.
e. Kemudian mentitrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai larutan yang
semula berwarna merah muda menjadi warna kuning bening.
21
d. Menyaring lalu memipet 5 ml kedalam tabung reaksi.
e. Menambakan 5 ml larutan PB (NH4-Heptamolybdat+H3BO3+HCl).
f. Menambahkan 5 tetes larutan PC (L-aminoz-napthol-4 Sulfuric
acid+Na2S2O5).
g. Menunggu selama 15 menit.
h. Mengukur menggunakan alat spektrofotometer dengan panjang
gelombang 660 nm.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen
padat, cairan, dan gas, mempunyai sifat serta prilaku yang dinamik. Sifat dinamik tanah
tersebut karena tanah merupakan system yang terbuka dengan terjadinya proses
pertukaran bahan dan energy secara berkesinambungan.
Definisi tanah secara mendasar dikelompokkan dalam tiga definisi, yaitu:
berdasarkan pandangan ahli geologi, berdasarkan pandangan ahli ilmu alam murni, dan
berdasarkan pandangan ilmu pertanian.
Macam-macam sifat-sifat kimia tanah, yaitu: Derajat Kemasaman Tanah (pH), C-
Organik, N-Total, P-Bray, Kalium (K), Natrium (Na), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg),
Kapasitas Tukar Kation (KTK), Kejenuhan Basa (KB).
Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji
tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar
hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan
pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah
tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan
rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan sampel
tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
23
DAFTAR PUSTAKA
Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya. Http://dasar2ilmutanah.blogspot.com
http://datafilecom.blogspot.com/2010/06/makalah-sifat-kimia-tanah.html
http://youda.wordpress.com/2008/11/13/teknik-pengambilan-sampel/
http://www.batan.go.id/datalingkungan/index.php?id=9.
http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=138:cara-
pengambilan-contoh-tanah-untuk-analisis-uji-tanah-&catid=48:panduanpetunjuk-teknis-
leaflet&Itemid=53
http://riskirana.blogspot.com/2011/10/teknik-pengambilan-sampel-tanah.html
Utomo Muhajir, Ilmu Tanah Dasar-Dasar Pengelolaan Tanah, Prenadamedia Group, Jakarta:
2018.
Puspawati, Catur dan Haryono, P. 2018. Modul Penyehatan Tanah. Jakarta: Kemenkes.
24