Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air pada
sebagian besar waktu dalam setahun atau sepanjang waktu. Status penggunaan lahan kering
dapat berupa tegalan, perkebunan, pekarangan, tanah beras, padang alang-alang, semak belukar,
hutan sekunder, atau hutan primer. lahan yang tidak sesuai untuk budidaya pertanian karena
berbagai faktor pembatas seperti tingkat kelerengan yang sangat curam dengan bentuk wilayah
bergunung dan solum tanah dangkal, sehingga diarahkan menjadi kawasan hutan. Lahan kering
yang sesuai untuk budidaya pertanian, apabila dilakukan reklamasi dan rehabilitasi, dapat
dimanfaatkan untuk memproduksi berbagai komoditas pertanian, baik untuk komoditi
perkebunan seperti sawit, karet, kelapa, kopi, kakao, teh, dan lada maupun komoditi tanaman
pangan.
Tingginya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia berakibat pada tingginya pencucian hara,
terutama basa-basa dapat tukar sehingga tanah menjadi masam, kapasitas tukar kation (KTK),
kejenuhan basa (KB) dan C-organik rendah, kejenuhan Al dan fiksasi P tinggi, kandungan besi
dan mangan mendekati batas meracuni tanaman, peka erosi, dan miskin unsur biotik. Hal ini
mengakibatkan produktivitas berbagai tanaman penghasil bahan pangan di lahan kering sukar
mencapai tingkat produktivitas optimalnya. Kondisi lahan seperti ini memerlukan input pupuk
yang cukup besar, berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. Untuk memanfaatkan tanah
masam dengan baik diperlukan pengapuran untuk meningkatkan pH tanah agar unsur hara
tersedia bagi tanaman. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman adalah dengan menerapakan
system tumpang sari, memilih waktu tanam yang tepat, mengatur pola tanam, menggunakan
varietas yang tepat, dan menggunakan mikoriza dan dolomit.
Ketersediaan air di lahan kering hanya mengandalkan air hujan, sehingga lahan tidak dapat
dimanfaatkan sepanjang tahun Distribusi dan pola hujan yang fluktuatif erratik juga berakibat
tanaman sering tercekam kekeringan. Oleh karena itu, berbagai teknologi pengelolaan air dan
iklim sangat diperlukan, meliputi teknik panen hujan (water harvesting), irigasi suplemen,
prediksi iklim, serta penentuan masa dan pola tanam. Irigasi suplemen merupakan istilah yang
digunakan dalam pemberian dan pendistribusian air pada lahan kering, yang mencakup dua
aspek penting, yaitu besarnya air yang diberikan dan interval pemberiannya. Jumlah air yang
diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah memegang air, dan
sarana irigasi yang tersedia. Irigasi suplemen dapat berupa irigasi permukaan, irigasi bawah
permukaaan, irigasi sprinkle, irigasi tetes, dan kombinasi dari dua atau lebih system. Dengan
teknologi pengelolaan air, indeks pertanaman dan produktivitas lahan kering dapat ditingkatkan.