Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SIFAT BIOLOGI TANAH

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Konservasi Tanah dan Air
Dosen Pengampu: Hendri Hendra Bayu,S.P,M.si

Disusun oleh:
Kelompok : 3
Nama Kelompok:1.Zikri Alamsyah(200641009)
2.Fika Wulandari(200641011)
3.Lilis Karsina(200641013)
4.Fahri Dipa Saputra(200641006)
5.Abdul Kamal(200641001)
6.Elvan Hatta Mahatir(200641002)
7.Astau Piryandani(200641019)

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM


FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan pada saya
untuk menyelesaikan makalah ini.Atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ” Sifat Biologi Tanah” tepat waktu.Makalah “Sifat Biologi Tanah”ini
disusun guna memenuhi tugas dari Bapak Hendi Hendra Bayu , SP,M.Si pada mata kuliah
Konservasi Tanah dan Air di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung.Selain itu ,saya
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai sifat
biologi tanah.

Dengan kerendahan hati , saya memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat
dan kesalahan.Meskipun demikian, kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah.

Pangkalpinang , 2 November 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Biologi Tanah...................................................................................................................6
2.2 Organisme Tanah..............................................................................................................6
2.3 Jenis dan Klasifikasi Organisme Tanah...........................................................................7
2.4 Bahan Organik Tanah.......................................................................................................9
2.5 Sumber Bahan Oganik....................................................................................................10
2.6 Proses Dekomposisi Bahan Organik..............................................................................11
2.7 Fungsi Bahan Organik Terhadap Biologi Tanah............................................................12
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan medium alami tempat tanaman hidup, berkembang biak dan mati, karena
itu tanah mampu menyediakan sumber bahan organik selama bertahun-tahun yang dapat
didaur ulang untuk nutrisi tanaman. Tanah juga menyediakan dukungan fisik yang diperlukan
untuk berpegang bagi sistem perakaran dan juga berfungsi sebagai reservoir udara, air, dan
nutrisi yang juga penting bagi pertumbuhan tanaman. Bagian dari kerak bumi di bawah tanah
dikenal sebagai lapisan dan tidak langsung memberikan sumbangan bagi pertumbuhan
tanaman.

Tanah sebagai suatu pedosistem dengan tanaman tingkat tinggi tumbuh diatasnya membentuk
ekosistem yang terbuka dan dinamis sehingga terdapat aliran energi dan bahan (panas, air,
hara, bahan mineral dan organik, organisme). Sifat tanah yang penting dalam mempengaruhi
pertumbuhan tanaman adalah kesesuaiannya sebagai media pertumbuhan akar tanaman: air,
udara, penyerapan panas dan pasokan unsur hara. Keadaan tersebut bersama-sama
menentukan tingkat kesuburan tanah.

Kemampuan tanah sebagai habitat tanaman dan menghasilkan bahan yang dapat dipanen
sangat ditentukan oleh tingkat kesuburan atau sebagai alternatif kapasitas berproduksi atau
berproduktivitas. Hasil akhir dari kesuburan tanah adalah hasil tanaman yang diukur
berdasarkan keadaan asli tanah, produksi berat kering tanaman setiap tahun, setelah deskripsi
keragaman tanaman dan variasi produktivitas musiman; total hasil tertinggi, keragaman
vegetasi terbesar, dan adanya variasi terkecil dari tahun ke tahun yang menunjukkan keadaan
kesuburan tanah yang tinggi.

Sejumlah besar organisme tanah hidup di dalam tanah. Bagian terbesar organisme tanah
terdiri dari kehidupan tumbuhan. Hal ini tidaklah berarti memperkecil arti hewan-hewan
terutama dalam tahap permulaan dekomposisi organik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang kita ambil adalah:

1. Apa yang dimaksud biologi tanah?

2. Apa yang dimaksud dengan organisme tanah?

3. Bagaimana klasifikasi dan jenis organisme tanah?

4. Apa yang dimaksud dengan bahan organik?

5. Darimana sumber-sumber bahan organik?

6. Bagaimana proses dekomposisi bahan organik?

7. Bagaimana fungsi biologi tanah terhadap sifat, biologi dan kimia?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang kita ambil adalah Untuk mengetahui apa
itu biologi tanah, organisme tanah,Klasifikasi dan jenis organisme tanah, Pengertian bahan
organik,Sumber-sumber bahan organik bagaimana Proses dekomposisi bahan organik dan
Fungsi bahan organik terhadap sifat, biologi dan kimia.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Biologi Tanah
Tanah merupakan suatu komponen penting dalam modal dasar pertanian. Sifat, ciri dan
tingkat kesuburan (produktivitas) nya, tanah sangat dipengaruhi oleh sifat kimia,fisika dan
biologi tanah.

Biologi tanah adalah ilmu yang mempelajari mahluk-mahluk hidup didalam tanah. Karena
ada bagian-bagian hidup di dalam tanah, maka tanah itu disebut sebagai “Living System”
contohnya akar tanaman dan organisme lainnya di dalam tanah.
2.2 Organisme Tanah
Organisme tanah atau disebut juga biota tanah merupakan semua makhluk hidup baik hewan
(fauna) maupun tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari fase hidupnya berada
dalam sistem tanah.

2.3 Jenis dan Klasifikasi Organisme Tanah


Di dalam tanah, berdasarkan fungsinya dalam budidaya pertanian, secara umum terdapat dua
golongan jasad hayati tanah, yaitu yang menguntungkan dan yang merugikan. Jasad hayati
yang menguntungkan ini, yaitu yang terlibat dalam proses dekomposisi bahan organik,
pengikat/penyediaan unsur hara dan atau pembentukan serta perbaikan struktur tanah.
Sedangkan jasad yang merugikan adalah yang memanfaatkan tanaman hidup, baik sebagai
sumber pangan atau sebagai inangnya, yang disebut sebagai hama atau penyakit tanaman
maupun sebagai kompetitor dalam penyerapan hara dalam tanah.

Secara umum biota (jasad hayati) tanah dikelompokkan menjadi dua.

1.) Fauna, meliputi:

a. Makro fauna, terdiri dari herbivora (pemakan tanaman) dan karnivora (pemangsa hewan-
hewan kecil). Herbivora meliputi cacing (Annelida), bekicot (Mollusca), Arthopoda, yaitu
Crustacea seperti kepiting,Chilopoda seperti kelabang, Diplopoda seperti kaki seribu,
Arachnidaseperti kutu dan kalajengking, dan serangga (Insecta); seperti belalang, kumbang,
rayap, jangkrik dan semut; serta hewan-hewan kecil lain yang bersarang dalam tanah, seperti
ular, tikus, kadal dan lain-lain; kanivora meliputi serangga, rayap, dan laba-laba.

b. Mikro fauna berupa pemangsa parasit, meliputi nematoda, protozoa, dan rotifera.

2. ) Mikroflora meliputi:

a. Ganggang, terdiri dari ganggang hijau dan hijau-biru.

b. Cendawan, meliputi jamur, ragi, dan kapang.

c. Bakteri, aerobik dan anaerobik. Bakteri aerobik meliputiAzotobakter, Beijerinkia,


Rhizobium dan Azospirillum. Bakteri anaerobik meliputi Desulfovibrio.

Jasad hayati tanah ini berdasarkan ukurannya dipilih menjadi tiga

a. Makrobia : jika berukuran di atas 10 mm.

b. Mesobia : berukuran 0,2-10 mm.

c. Mikrobia : berukuran < 0,2 mm (200 mm) (Hanafiah, 2005).

Berdasarkan cara memperoleh energi, mikrobia tanah dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu:

(1) kelompok yang memperoleh energi dari sinar matahari, dikenal sebagai kelompok
fototrof, dan
(2) kelompok yang memperoleh energi dari oksidasi senyawa anorganik, seperti senyawa N
(amonia dan nitrit), sulfur, zat besi atau senyawa karbon sederhana, dan metana. Kelompok
kedua ini dikenal sebagai kelompok kemotrof.

Selain itu berdasarkan sumber karbon yang digunakannya, mikrobia tanah dapat digolongkan
menjadi dua kelompok yaitu:

(1) kelompok yang menggunakan CO2, HCO3, CO3 sebagai sumber carbon yang
dikelompokkan dalam ototrof (litotrof), dan

(2) kelompok yang menggunakan C organik sebagai sumber karbon dan dikelompokkan
dalam heterotrof (organotrof).

Mikroflora yang tergolong fototrof meliputi alga, sianobakter, bakteri lembayung dan hijau.
Mikroflora yang tergolong fotohetotrof adalah bakteri lembayung non sulfur, dan
heliobakteri (bakteri pembentuk endospora, Bascillus dan Closdtridium). Mikroflora yang
tergolong kemotrof antara lain bakteri pengoksidasi NH4+ (Nitrobacter), dan pengoksidasi
nitrit.

Kelompok mikroflora kemoototrof dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

1. kelompok yang menggunakan CO2 antara lain bakteriNitrosomonas, bakteri pengoksidasi


sulfur (Thiobacillus thiooxidans), bakteri pengoksidasi Fe (Thiobacillus ferrooxidans) dan

2. kelompok yang menggunakan HCO3, contoh Pseudomonas sp. Mikroflora yang termasuk
kelompok kemoheterotrof adalah bakteri perombak selulosa.

Berdasarkan keberadaannya dalam tanah, dibagi dalam dua kelompok besar yaitu:

1. mikrobia otokton (autochtonous), yakni mikrobia setempat pada tanah-tanah tertentu dan
atau bersifat endemik, contohnya bakteri Azospirillum halopraeferen yang selalu ditemukan
di tanah salin;

2. mikrobia zymogen, yaitu mikrobia yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh adanya


perlakuan khusus seperti penambahan pupuk, bahan organik dan pengelolaan tanah. Selain
itu dikenal juga mikrobia trasien, yaitu mikrobia yang keberadaannya di dalam tanah bersifat
sebagai penetap sementara. Mikrobia trasien umumnya merupakan mikrobia yang
diintrodusir ke dalam tanah baik disengaja ataupun tidak disengaja (Ma’shum, 2003).

Berdasarkan spesifikasi fungsinya, jasad hayati tanah digolongkan menjadi jasad spesifik
fungsional jika fungsinya dalam tanah bersifat spesifik, misalnya bakteri nitrosomonas dan
nitrobacteryang berperan dalam nitrifikasi, bakteri rhizobium yang berperan dalam fiksasi N
bebas, endomikoriza yang berperan dalam penyediaan dan penyerapan hara P oleh tanaman.
Serta jasad nonspesifik fungsional jika berperan tidak spesifik, misalnya mikrobia
dekomposer bahan organik.

Apabila dikaitkan dengan pertumbuhan tanaman, biota tanah dikelompokkan menjadi tiga.
1. Biota yang menguntungkan.

2. Biota yang merugikan.

3. Biota tanpa pengaruh.

Jika kelompok (1) yang dominan maka pertumbuhan tanaman menjadi baik, sedangkan jika
kelompok (2) yang dominan maka pertumbuhan tanaman akan jelek. Dengan tujuan agar
biota tanah yang menguntungkan ini dapat dimaksimalkan dan yang merugikan dapat
diminimalkan, yang tanpa pengaruh dapat dimanfaatkan, sehingga pertumbuhan dan produksi
tanaman dapat dioptimalkan, maka pengembangan biologis dan bioteknologi tanah menjadi
penting untuk dikembangkan sebagai dasar pertanian organik tersebut.

 Aktivitas Organisme Tanah


 Faktor yang mempengaruhi aktivitas organisme tanah meliputi :
 Vegetasi (Hutan, padang rumput, rawa, belukar)
 Iklim (curah hujan, suhu, kelembaban)
 Tanah (unsur hara, kemasaman, kelengasan, toxisitas)

Parameter aktivitas organisme tanah meliputi :

 Jumlahnya di dalam tanah


 Biomassa
 Aktivitas metabolik
 Peranan Organisme Tanah Positif
 Penyedia unsur hara
 Penghasil enzim dan auksin
 pelindung tanaman dari stres air
 pelindung tanaman dari patogen
 Perombakan organik menjadi senyawa sederhana Negatif
 Patogen tumbuhan

2.4 Bahan Organik Tanah


Tanah tersusun dari: (a) bahan padatan, (b) air, dan (c) udara. Bahan padatan tersebut dapat
berupa: (a) bahan mineral, dan (b) bahan organik. Bahan mineral terdiri dari partikel pasir,
debu dan liat. Ketiga partikel ini menyusun tekstur tanah. Bahan organik dari tanah mineral
berkisar 5% dari bobot total tanah. Meskipun kandungan bahan organik tanah mineral sedikit
(+5%) tetapi memegang peranan penting dalam menentukan Kesuburan Tanah.

Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang
atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun
senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan
ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya.

Faktor yang Mempengaruhi Bahan Organik Tanah:


Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan nitrogen tanah,
faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase.

Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak
ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke bawah kadar bahan organik
semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di
lapisan atas.

Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin, kadar
bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan organik dan N
bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata turun 100C. bila kelembaban efektif
meningkat, kadar bahan organik dan N juga bertambah. Hal itu menunjukkan suatu hambatan
kegiatan organisme tanah.

Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar bahan
organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan oksidasi yang
baik sehingga bahan organik cepat habis.

Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi
aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah
berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga
mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang
rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan, sehingga sukar menilainya
sendiri (Hakim et al, 1986).

2.5 Sumber Bahan Oganik


Bahan organik tanah umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya
sekitar 3 – 5 % tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan tanaman besar
sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya terhadap
pertumbuhan tanaman adalah :

 Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah


 Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain
 Menambah kemampuan tanah untuk menahan air
 Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (Kapasitas
Pertukaran Kation tanah menjadi lebih tinggi)
 Sumber energi bagi mikroorganisme.

Bahan organik memiliki peranan sangat penting di dalam tanah. Bahan organik tanah juga
merupakan salah satu indikator kesehatan tanah. Tanah yang sehat memiliki kandungan
bahan organik tinggi, sekitar 5%. Sedangkan tanah yang tidak sehat memiliki kandungan
bahan organik yang rendah. Kesehatan tanah penting untuk menyamin produktivitas
pertanian.

Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun,
dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga
unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini
berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan
bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak
terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba
yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan
mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan
tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh
makhluk hidup.

Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus menggunakan
bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan organik. Bahan
organik tanah selain dapat berasal dari jaringan asli juga dapat berasal dari bagian batuan.

Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan pengaruh yang
disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari
bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal
ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi
mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi
atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya
jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan
sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian
padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%.
Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh
oksigen (40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri
dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.

2.6 Proses Dekomposisi Bahan Organik


Proses dekomposisi Bahan Organik memiliki urutan sebagai berikut:

1. Fase perombakan bahan organik segar. Proses ini akan merubah ukuran bahan menjadi
lebih kecil.

2. Fase perombakan lanjutan, yang melibatkan kegiatan enzim mikroorganisme tanah. Fase
ini dibagi lagi menjadi beberapa tahapan. Pada tahapan awal dicirikan oleh kehilangan secara
cepat bahan-bahan yang mudah terdekomposisi sebagai akibat pembafaatan BO sebagai
sumber karbon dan energi oleh mikro organisme tanah, terutama bakteri. Dihasilkan sejumlah
senyawa sampingan seperti: NH3, H2S, CO2, asam organik dll. Selanjutnya, pada tahapan
tengah, terbentuk senyawa organik tengahan/antara (intermediate products) dan biomasa baru
sel organisme).Lalu tahapan akhir dicirikan oleh terjadinya dekomposisi secara berangsur
bagian jaringan tanaman/hewan yang lebih resisten (mis: lignin). Peran fungi dan
Actinomycetes pada tahapan ini sangat dominan

3. Fase perombakan dan sintesis ulang senyawa-senyawa organik (humifikasi) yang akan
membentuk humus.
Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan
atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami serangan-serangan jasad mikro
yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya. Hasil
pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus.Humus biasanya
berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan tanah atas. Definisi humus yaitu fraksi
bahan organik tanah yang kurang lebih stabil, sisa dari sebagian besar residu tanaman serta
binatang yang telah terdekomposisikan.

Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk inilah bahan
organik banyak terakumulasi dalam tanah. Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap
durabilitas dan kesuburan tanah. Humuslah yang aktif dan bersifat menyerupai liat, yaitu
bermuatan negatif. Tetapi tidak seperti liat yang kebanyakan kristalin, humus selalu amorf
(tidak beraturan bentuknya).

Humus merupakan senyawa rumit yang agak tahan lapuk (resisten), berwarna coklat, amorf,
bersifat koloidal dan berasal dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah diubah atau
dibentuk oleh berbagai jasad mikro. Humus tidaklah resisten sama sekali terhadap kerja
bakteri. Mereka tidak stabil terutama apabial terjadi perubahan regim suhu, kelembapan dan
aerasi.Adanya humus pada tanah sangat membantu mengurangi pengaruh buruk liat terhadap
struktur tanah, dalam hal ini humus merangsang granulasi agregat tanah. Kemampuan humus
menahan air dan ion hara melebihi kemampuan liat. Tinggi daya menahan (menyimpan)
unsur hara adalah akibat tingginya kapasitas tukar kation dari humus, karena humus
mempunyai beberapa gugus yang aktif terutama gugus karboksil. Dengan sifat demikian
keberadaan humus dalam tanah akan membantu meningkatkan produktivitas tanah.

Sifat dan Ciri Humus:

 Bersifat koloidal seperti liat tetapi amorfous.


 Luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat.
 Kapasitas tukar kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g.
 Daya jerap air 80-90% dari bobotnya, liat hanya 15-20%.
 Daya kohesi dan plastisitasnya rendah sehingga mengurangi sifat lekat dari liat dan
membantu granulasi agregat tanah.
 Misel humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein liat yang didampingi oleh
C, H, O, N, S, P dan unsur lainnya.
 Muatan negatif berasal dari gugus -COOH dan -OH yang tersembul di pinggiran
dimana ion H dapat digantikan oleh kation lain.
 Mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, Mg, dan K.
 Merupakan sumber energi jasad mikro.
 Memberikan warna gelap pada tanah.

2.7 Fungsi Bahan Organik Terhadap Biologi Tanah


Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik
bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik,
biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah
dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah
bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah
yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara
vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga
aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih
baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.

Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya
sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Sekitar setengah dari
kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman.
Disamping itu bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian besar organisme tanah.
Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan
susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dari dekomposisi itu sendiri.

Salah satu peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah.
Menurut Arsyad (1989) peranan bahan organik dalam pembentukan agregat yang stabil
terjadi karena mudahnya tanah membentuk kompleks dengan bahan organik. Hai ini
berlangsung melalui mekanisme:

 Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah,


diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan oleh
mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Miselia atau
hifa cendawan tersebut mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat, sedangkan
bakteri berfungsi seperti semen yang menyatukan agregat.
 Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan aktinomisetes.
Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat dapat terjadi dalam
tanah.
 Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian pada senyawa
organik yang berbentuk rantai panjang.
 Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian negatif liat
dengan bagian negatif (karbosil) dari senyawa organik dengan perantara basa dan
ikatan hidrogen.
 Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian negatif liat dan
bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai polimer.

Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Biologi Tanah:

Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat. Secara umum, pemberian bahan
organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Bahan organik
merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup di dalam
tanah. Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik
karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh.

Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik meningkat. Bahan
organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik yang
ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor lingkungan mendukung
terjadinya proses tersebut. Dekomposisi berarti perombakan yang dilakukan oleh sejumlah
mikroorganisme (unsur biologi dalam tanah) dari senyawa kompleks menjadi senyawa
sederhana. Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus. Makin
banyak bahan organik maka makin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah.

Peranan Bahan Organik Bagi Tanaman:

Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal
dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga
menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung
terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan
ciri tanah.

Pengaruh Langsung Bahan Organik pada Tanaman:

Melalui penelitian ditemukan bahwa beberapa zat tumbuh dan vitamin dapat diserap
langsung dari bahan organik dan dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Dulu dianggap
orang bahwa hanya asam amino, alanin, dan glisin yang diserap tanaman. Serapan senyawa N
tersebut ternyata relatif rendah daripada bentuk N lainnya. Tidak dapat disangkal lagi bahwa
bahan organik mengandung sejumlah zat tumbuh dan vitamin serta pada waktu-waktu
tertentu dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan jasad mikro.

Bahan organik ini merupakan sumber nutrien inorganik bagi tanaman. Jadi tingkat
pertumbuhan tanaman untuk periode yang lama sebanding dengan suplai nutrien organik dan
inorganik. Hal ini mengindikasikan bahwa peranan langsung utama bahan organik adalah
untuk menyuplai nutrien bagi tanaman. Penambahan bahan organik kedalam tanah akan
menambahkan unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tumbuhan,
sehingga pemupukan dengan pupuk anorganik yang biasa dilakukan oleh para petani dapat
dikurangi kuantitasnya karena tumbuhan sudah mendapatkan unsur-unsur hara dari bahan
organik yang ditambahkan kedalam tanah tersebut. Efisiensi nutrisi tanaman meningkat
apabila pememukaan tanah dilindungi dengan bahan organik.

Pengaruh Tidak Langsung Bahan Organik pada Tanaman

Sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap


sifat-sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah. Bahan organik tanah mempengaruhi sebagian
besar proses fisika, biologi dan kimia dalam tanah. Bahan organik memiliki peranan kimia di
dalam menyediakan N, P dan S untuk tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi
aktifitas organisme mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki
struktur tanah dan lainnya.

Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Besarnya
pengaruh ini bervariasi tergantung perubahan pada setiap faktor utama lingkungan.
Sehubungan dengan hasil-hasil dekomposisi bahan organik dan sifat-sifat humus maka dapat
dikatakan bahwa bahan organik akan sangat mempengaruhi sifat dan ciri tanah.
Peranan tidak langsung bahan organik bagi tanaman meliputi :

 Meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman.

Bahan organik dapat meningkatkan kemampuan tanah menahan air karena bahan organik,
terutama yang telah menjadi humus dengan ratio C/N 20 dan kadar C 57% dapat menyerap
air 2-4 kali lipat dari bobotnya. Karena kandungan air tersebut, maka bahan organik terutama
yang sudah menjadi humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air.

 Membentuk kompleks dengan unsur mikro sehingga melindungi unsur-unsur tersebut


dari pencucian.

Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga
terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali.

 Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah Peningkatan KTK menambah


kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
 Memperbaiki struktur tanah Tanah yang mengandung bahan organik berstruktur
gembur, dan apabila dicampurkan dengan bahan mineral akan memberikan struktur
remah dan mudah untuk dilakukan pengolahan.

Struktur tanah yang demikian merupakan sifat fisik tanah yang baik untuk media
pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir, atau gumpal akan memberikan sifat
fisik yang lebih baik bila tercampur dengan bahan organik.

 Mengurangi erosi
 Memperbaiki agregasi tanah.

Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam
pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah
yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi
berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat
diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi
diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori
tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.

 Menstabilkan temperatur.

Bahan organik dapat menyerap panas tinggi dan dapat juga menjadi isolator panas karena
mempunyai daya hantar panas yang rendah, sehingga temperatur optimum yang dibutuhkan
oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya dapat terpenuhi dengan baik.

 Meningkatkan efisiensi pemupukan

Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman. Demikian pula dengan peranannya dalam menanggulangi erosi dan produktivitas
lahan. Penambahan bahan organik akan lebih baik jika diiringi dengan pola penanaman yang
sesuai, misalnya dengan pola tanaman sela pada sistem tumpangsari. Pengelolaan tanah atau
lahan yang sesuai akan mendukung terciptanya suatu konservasi bagi tanah dan air serta
memberikan keuntungan tersendiri bagi manusia.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biologi tanah adalah sebuah studi mengenai aktivitas mikro badan fauna beserta ekologinya
di dalam tanah.Fauna tanah, biota tanah,atau edafon adalah istilah yang biasanya
digunakan untuk menyebut organisme yang menghabiskan sebagian besar siklus
hidupnya di dalam tanah atau sedimen organik diatasnya. Fauna tanah mencakup cacing
tanah,nematoda,fungi,bakteri, dan berbagai arthropoda. Dekomposisi materi organik oleh
organimse memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat kesuburan dan struktur tanah
sehingga biologi tanah berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Ghazali Ritonga. Abdul Rauf. (2016). Karakteristik Biologi Tanah pada,USU, Medan.
Jurnal Agroekoteknologi . Vol.4. No.3 pp. 1983 – 1988.

Anas, I. 1989. Petunjuk Laboratorium Biologi Tanah dalam Praktek. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi. IPB. 126 hal

Hakim, N. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung. Universitas Lampung. 488 hal

Anda mungkin juga menyukai