Anda di halaman 1dari 5

Nama : Annisa Putri Berliana

NPM : 18025010038
Kelas : Agroteknologi – A
REVIEW JURNAL TANAH

Jurnal 1 : IDENTIFIKASI SIFAT FISIKA TANAH ULTISOLS PADA DUA TIPE


PENGGUNAAN LAHAN DI DESA BETENUNG KECAMATAN NANGA TAYAP
KABUPATEN KETAPANG
Jurnal 2 : STUDI SIFAT FISIK TANAH PADA KEBUN KARET DAN KELAPA SAWIT DI
DESA RASAN KECAMATAN NGABANG KABUPATEN LANDAK
Jurnal 3 : KAJIAN BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA TIGA PENGGUNAAN
LAHAN DI BUKIT BATABUH
Konversi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan akan menimbulkan berbagai
dampak negatif, salah satunya pemadatan permukaan tanah. Pembukaan lahan hutan menjadi
lahan pertanian atau perkebunan umumnya dilakukan dengan alat berat dan pembersihan
permukaan tanah. Kegiatan ini diduga sebagai penyebab rusaknya struktur tanah baik di lapisan
atas maupun lapisan bawah. Kerusakan struktur tanah akan berdampak terhadap penurunan
porositas tanah dan lebih lanjut akan diikuti penurunan laju infiltrasi permukaan tanah dan
peningkatan limpasan permukaan. Penggunaan lahan berpengaruh terhadap sifat fisika tanah, hal
ini berhubungan dengan sumbangan bahan organik yang diberikan ke tanah. Setiap penggunaan
lahan memberikan sumbangan bahan organik yang berbeda beda ke dalam tanah kerena
berhubungan dengan cara pengelolaannya. Pada review jurnal ini membahas pengaruh
penggunaan lahan terhadap sifat fisika tanah yaitu pada lahan perkebunan kelapa sawit dan lahan
perkebunan karet.
 Kandungan Bahan Organik
Pada Jurnal 1, kandungan C-organik tanah pada kedua lokasi penelitian tergolong rendah,
baik pada areal kelapa sawit maupun karet. Rendahnya kandungan C-organik pada areal kelapa
sawit disebabkan oleh sistem yang dilakukan secara intensif karena dapat meningkatkan
dekomposisi bahan organik sehingga mempercepat penurunan kandungan bahan organik tanah,
sedangkan pada lokasi hutan karet diakibatkan tidak adanya perawatan tanaman secara khusus.
Pada Jurnal 2 kebun kelapa sawit mempunyai persentase kandungan bahan organik lebih
tinggi dibandingkan kebun karet, namun tanah dilokasi penelitian kurng subur karena kandungan
C organic berkisar dari sangat rendah dan rendah. Hal ini karena curah hujan tinggi sehingga
mengakibatkan terjadinya pencucian bahan organik dan unsur hara di dalam tanah oleh air
Pada Jurnal 3 Kandungan bahan organik tanah tertinggi yaitu pada lahan hutan, lalu lahan
karet dan yang terendah pada lahan kelapa sawit. Hal ini karena keberadaan bermacam vegetasi
yang tumbuh pada lahan hutan. Tingginya bahan organik pada lahan kebun karet jika
dibandingkan dengan lahan kelapa sawit disebabkan tanaman karet lebih sering mengugurkan
daun, terutama pada musim kemarau. Peningkatan kandungan bahan organik juga berpengaruh
nyata terhadap Total Ruang Pori Tanah (TRP), Stabilitas Agregat, Pori drainase cepat, pori
drainase lambat dan Pori air tersedia. Namun berbanding terbalik dengan Berat Volume (BV)
Kandungan bahan organic juga berpengaruh terhadap total ruang pori tanah (TRP)
tertinggi yaitu pada lahan hutan. Pengolahan tanah pada lahan hutan menjadi perkebunan
menyebabkan tanah menjadi lebih padat karena kehilangan bahan organik. Kondisi tersebut jelas
terlihat pada lahan hutan sebelum dialihfungsikan menjadi perkebunan hutan yang memiliki
bahan organik yang sangat tinggi, tetapi setelah diolah menjadi perkebunan bahan organiknya
menurun.
Kandungan bahan organik yang tinggi menunjukkan hubungan yang searah dengan
jumlah pori drainase lambat, pori drainase cepat dan pori air tersedia (PAT) yaitu semakin tinggi.
Tanah yang memiliki kandungan bahan organik tinggi lebih mampu bertahan karena memiliki
daya ikat yang kuat terhadap daya perusak butir hujan yang jatuh ke tanah dan tidak mudah
terbawa oleh air hujan menjadi erosi, sehingga kemantapan agregatnya lebih mantap. Lahan
hutan memiliki persentase pori drainase cepat yang lebih tinggi, karena memiliki tanah yang
lebih sarang, yang disebabkan oleh adanya berbagai jenis tanaman yang tumbuh diatasnya.
 Warna Tanah
Pada Jurnal 1 Kandungan bahan organik mempengaruhi warna tanah yaitu, Makin tinggi
kandungan bahan organik, maka warna tanah akan semakin gelap. Pada lapisan I terdapat
perbedaan warna tanah yaitu coklat terang pada lokasi Kelapa sawit dan coklat gelap pada lokasi
karet. Sedangkan pada lapisan ke II dan ke III pada kelapa sawit dan kebun karet memiliki
persamaan warna yaitu kuning kemerahan.
Pada Jurnal 2 Warna tanah cenderung beragam menurut posisi topografi. Warna terang
kerap kali merupakan hasil intensifnya pelindian besi dari tanah, yang umumnya bersamaan
dengan hilangnya berbagai unsur hara, sehingga tanah berwarna terang sering di kaitkan dengan
rendahnya produktivitas. Hal ini disebabkan makin tinggi kandungan bahan organiknya, maka
warna tanah akan semakin gelap dan sebaliknya
Pada Jurnal 3 tidak membahas warna tanah

 Struktur Tanah
Pada jurnal 1 Struktur tanah berpengaruh terhadap kondisi drainase atau aerasi tanah.
Struktur tanah pada hutan karet berbentuk gumpal membulat dengan termasuk tekstur lempung
berliat karena didominasi fraksi pasir. Pada kelapa sawit bentuk struktur tanah gumpal bersudut
dan gumpal membulat dengan tekstur tanah lempung liat berdebu didominasi liat. semakin
dominan fraksi liat akan makin besar kapasitas penyerapan unsur hara sehingga memudahkan
sistem perakaran untuk menyerap hara dan air akibatnya pertumbuhan dan produksi menjadi
lebih baik.
Pada jurnal 2 struktur tanah pada kebun karet yaitu gumpal membulat dan butir
(Granular). Pada kebun kelapa sawit memiliki bentuk struktur tanah yang sama yaitu gumpal
bersudut sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal dan sisi-sisi membentuk sudut tajam.
Tanah dengan struktur baik (granuler, remah) mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara
lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya
membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat

 Berat Isi Tanah


Pada Jurnal 1 Peningkatan nilai bobot isi tanah dapat menyebabkan ruang pori tanah
menurun sehingga dapat berpengaruh terhadap aerasi tanah akan terhambat demikian juga
dengan peredaran air tanah akan terhambat. Nilai rerata bobot isi tanah menunjukan bahwa
kebun kelapa sawit mempunyai bobot isi tanah lebih tinggi dibandingkan dengan kebun karet.
Akibatnya kadar air pada kebun kelapa sawit lebih rendah daripada kebun karet.
Pada Jurnal 2 Nilai rerata bobot isi tanah menunjukan bahwa kebun kelapa sawit
mempunyai bobot isi tanah lebih tinggi dibandingkan dengan kebun karet baik pada kedalaman
0-30 cm maupun pada kedalaman 30-60 cm. Hal ini disebabkan karena nilai tekstur tanah fraksi
liat lebih tinggi pada kebun kelapa sawit dibandingkan dengan tekstur tanah fraksi liat pada
kebun karet sehingga dapat mengakibatkan proses pemadatan tanah lebih tinggi pada kebun
kelapa sawit. Namun pada kedalaman tanah 30-60cm bert isinya lebih tinggi daripada 0-30cm
baik pada kebun kelapa sawit maupun kebun karet. Dengan meningkatnya nilai bobot isi tanah
maka dapat menyebabkan ruang pori tanah menurun sehingga dapat berpengaruh terhadap aerasi
tanah akan terhambat.
Pada Jurnal 3 Berat volume tanah berbanding terbalik dengan kandungan bahan organik.
Semakin tinggi bahan organic maka berat volumenya semakin rendah. Hal ini ditunjukkan
dengan berat volume tanah pada lahan hutan lebih rendah dibandingkan lahan karet dan kelapa
sawit karena bahan organiknya lebih tinggi daripada lainnya.

 Tekstur Tanah
Pada jurnal 1 tekstur tanah pada kebun karet dengan kedalaman 0 – 30 cm memiliki
kandungan pasir lebih besar dibandingkan dengan debu dan terendah liat. Sedangkan tekstur
tanah pada kebun kelapa sawit pada kedalaman 0 – 30 cm memiliki kandungan debu lebih besar
dibandingkan liat dan terendah pasir. Untuk kedalaman 30 – 60 cm pada kebun karet nilai rata-
rata tekstur tanah fraksi debu lebih besar dibandingkan pasir dan pasir lebih besar dari liat.
Sedangkan untuk tekstur tanah pada kebun kelapa sawit dengan kedalaman 30 – 60 cm dimana
nilai fraksi debu lebih besar dibandingkan liat dan liat lebih besar dari pasir. Tanah yang di
dominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) di sebut lebih poreus, tanah
yang di dominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) agak poreus, sedangkan
yang di dominasi liat akan banyak mempunyai poripori mikro (kecil) atau tidak poreus.
Pada Jurnal 2 tekstur tanah lahan karet dan lahan kelapa sawit dengan kedalaman 0-30cm
memiliki fraksi pasir lebih tinggi dibandingkan kedalaman 30-60cm, sedangkan fraksi debu dan
lianya lebih rendah dibandingkan kedalaman 30-60cm. Hal ini disebabkan semakin dalam suatu
tanah maka fraksi litanya makin tinggi sehingga kandungan bahan organiknya juga tinggi.
Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butiran-butiran fraksi pasir, debu dan liat, maka
bentuk struktur tanah pada kebun karet dan kelapa sawit memiliki kriteria tekstur tanah lempung
liat berpasir, lempung berliat dan liat.
Pada jurnal 3 ketiga penggunaan lahan sama- sama memiliki tekstur lempung berliat.
Sehingga tidak memperlihatkan adanya perubahan tekstur tanah baik pada kedalaman 0 – 20 cm
maupun pada kedalaman 20 – 40 cm. Hal ini disebabkan oleh sifat fisik tanah yang tidak mudah
berubah.
 Permeabilitas Tanah
Pada jurnal 1 Kebun karet mempunyai nilai permeabilitas tanah yang lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai permeabilitas tanah pada kelapa sawit. Hal ini karena kebun karet
didominasi oleh pasir dibandingkan dengan kebun kelapa sawit yang didominasi liat.
Permeabilitas tanah atau kecepatan air menembus tanah sangat bergantung pada tekstur tanah,
apabila tanah yang bertekstur fraksi pasir lebih tinggi maka akan mudah melewatkan air dalam
tanah.
Pada jurnal 2 kebun karet mempunyai nilai permeabilitas tanah lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai permeabilitas tanah pada kebun kelapa sawit baik itu kedalaman 0-30 cm maupun
30-60 cm. Hal ini disebabkan pada kebun karet mempunyai tekstur tanah fraksi pasir lebih tinggi
 Kemantapan Agregat Tanah
Pada jurnal 1 Agregat tanah merupakan kumpulan partikel-partikel tanah yang terbentuk
secara alami. Nilai rata-rata kemantapan agregat tanah lebih tinggi pada kebun kelapa sawit
dibandingkan dengan kebun karet. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah fraksi liat lebih tinggi
pada kebun kelapa sawit
Pada jurnal 2 nilai rata-rata kemantapan agregat tanah lebih tinggi pada kebun kelapa
sawit dibandingkan dengan kebun karet baik itu pda kedalaman 0-30 cm maupun 30-60 cm. Hal
ini disebabkan karena tekstur tanah fraksi liat lebih tinggi pada kebun kelapa sawit, Selain itu
nilai bobot isi tanah pada kebun kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan dengan kebun karet
berpengaruh terhadap kualitas agregat tanah akan lebih baik pada kebun kelapa sawit
dibandingkan dengan kebun karet.
 Kadar Air Lapang
Pada jurnal 1 kebun karet memiliki kadar air kapasitas lapangan lebih tinggi
dibandingkan dengan kebun kelapa sawit baik itu pada kedalaman 0-30 cm maupun 30-60 cm.
Hal ini disebabkan karena tanah tersebut memiliki tekstur yang halus, dimana tekstur tanah halus
akan banyak menampung air atau daya menahan airnya tinggi.
Pada Jurnal 2 Nilai rerata kadar air kapasitas lapangan menunjukan bahwa kebun karet
memiliki kadar air kapasitas lapangan lebih tinggi dibandingkan dengan kebun kelapa sawit baik
itu pada kedalaman 0-30 cm maupun 30-60 cm, hal ini karena tanah yang mengandung liat lebih
banyak maka kemampuan menyimpan air oleh tanah kuat.
 Porositas Tanah
Pada jurnal 1 Porositas tanah lebih besar terjadi pada kebun karet dibandingkan dengan
kebun kelapa sawit, karena struktur tanah yang kasar (pasir) biasanya sulit untuk menahan air
sehingga dapat menyebabkan aliran air dalam tanah semakin porus.
Pada jurnal 2 Porositas tanah lebih besar terjadi pada kebun karet dibandingkan dengan
kebun kelapa sawit baik itu pada kedalaman 0-30 cm maupun 30-60 cm. Hal ini dikarenakan
nilai bobot isi tanah pada kebun karet rendah dan nilai kadar air kapasitas lapang pada kebun
karet lebih tinggi. Kandungan bahan organik tanah juga dapat mempengaruhi nilai porositas
tanah semakin tinggi kandungan bahan organik di dalam tanah maka nilai porositas semakin
tinggi. Porositas juga dapat di pengaruhi oleh keadaan struktur tanah. Struktur tanah yang kasar
biasanya sulit untuk menahan air sehingga dapat menyebabkan aliran air dalam tanah semakin
porus.
KESIMPULAN
Peningkatan kandungan bahan organik juga berpengaruh nyata terhadap Total Ruang Pori
Tanah (TRP), Stabilitas Agregat, Pori drainase cepat, pori drainase lambat dan Pori air tersedia.
Namun berbanding terbalik dengan Berat Volume (BV). Peningkatan bahan organik berpengaruh
terhadap kedalaman tanah dan warna tanah, semakin dalam suatu tanah maka warnanya semakin
coklat atau kehitaman yang disebabkan oleh banyaknya kandungan bahan organik.
Tanah yang baik adalah tanah yang memiliki kandungan liat karena semakin dominan
fraksi liat akan makin besar kapasitas penyerapan unsur hara sehingga memudahkan sistem
perakaran untuk menyerap hara dan air akibatnya pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik.
Tekstur fraksi liat lebih tinggi sebanding dengan kemantapan agregatnya yang tinggi pula, Selain
itu nilai bobot isi tanah yang tinggi berpengaruh juga terhadap tingginya kualitas agregat tanah.
Namun berbanding terbalik dengan permeabilitas, semakin tinggi fraksi litanya maka
permeabilitasnya makin rendah. Tanah yang mengandung liat lebih banyak maka kadar air
lapang nya juga tinggi, hal ini disebabkan karena liat mampu menyimpan dan menahan air
dengan baik. Struktur tanah yang kasar biasanya sulit untuk menahan air sehingga dapat menyebabkan
aliran air dalam tanah semakin porus. Sehingga pentingnya dilakukan pengolahan tanah adalah untuk
memperbesar porositas. Porositas juga berpengaruh terhadap permeabilitas tanah, semakin besar pori
dalam tanah maka semakin cepat pula permeabilitas tanah tersebut. Berdasarkan pernyataan diatas
maka tanah yang lebih baik kualitas sifat fisiknya yaitu tanah yang belum mengalami alih fungsi lahan
(lahan hutan), lalu yang kedua adalah lahan yang digunakan untuk tanaman karet karena tanaman karet
lebih sering menggugurkan daunnya yang baik untuk peningkatan bahan organik. Sedangkan yang
terendah adalah lahan yang digunakan untuk tanaman kelapa sawit.

Anda mungkin juga menyukai