Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PROSES PEMBENTUKAN DAN


PERKEMBANGAN TANAH

2.1. Pendahuluan
Tanah yang terbentuk di permukaan bumi secara langsung ataupun tidak
langsung berkembang dari bahan mineral dari batu-batuan. Melalui proses pelapukan,
baik secara fisis maupun kimia dibantu oleh pengaruh atmosfer, maka batu-batuan
berdisintegrasi dan terdisintegrasi menghasilkan bahan induk lepas dan selanjutnya
dibawah pengaruh proses-proses pedogenik berkembang menjadi tanah. Proses
pembentukan tanah dibawah kondisi tropis dimana suhu tinggi dan curah hujan besar,
berlangsung cepat dan berbeda dengan pembentukan tanah di daerah temperate
Dalam bab 2 mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah, akan dipelajari proses
pembentukan tanah termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi serta perkembangan
tanah. Pembahasan dalam bab 2 ini antara lain: profil & solum tanah, pedon &
polipedon, proses pelapukan batuan & mineral, pembentukan profil tanah, disintegrasi
& sintesis, serta faktor - faktor pembentukan tanah.
Setiap pokok bahasan (bab) dijabarkan kedalam sub pokok bahasan (sub bab).
Semua bab dan sub bab merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan satu sama
lain. Oleh sebab itu mahasiswa diminta untuk memahami terlebih dahulu bab 2 agar
dapat memahami bab berikutnya.
Setelah mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan tugas-tugas untuk pokok
bahasan ini, mahasiswa akan mampu:
1. Menjelaskan profil, solum tanah, pedon dan polipedon
2. Menjelaskan proses pelapukan batuan dan mineral
3. Menjelaskan faktor-faktor pembentukan tanah

2.2. Proses pelapukan batuan Induk Tanah dan mineral


Tanah dapat berasal dari batuan yang keras (batuan beku, batu sedimen tua,
batuan metamorfosa) yang melapuk atau dari bahan-bahan yang lebih lunak dan lepas
seperti abu volkan, bahan endapan baru dan lain-lain. Dengan proses pelapukan maka
permukaan batuan yang keras menjadi hancur dan berubah menjadi bahan yang lunak
yang disebut regolit. Selanjutnya melalui proses pembentukan tanah, bagian atas
regolit berubah menjadi tanah. Proses pelapukan mencakup beberapa hal yaitu
pelapukan secara fisik, biologi-mekanik dan kimia.

11
1. Pelapukan secara fisik
Pelapukan secara fisik yang terpenting adalah akibat naik turunnya suhu dan
perbedaan kemampuan memuai (mengembang) dan mengerut dari masing-masing
mineral. Karena masing-masing mineral akibat perubahan suhu mengembang dan
mengerut dengan kekuatan yang berbeda-beda, maka batuan menjadi rapuh dan
mudah hancur. Pada daerah dinging, bila air masuk dalam batuan berubah menjadi es
akibat suhu yang sangat rendah, maka karena volume es lebih besar dari volume air,
juga dapat menyebabkan pecahnya batu-batuan. Pengangkutan batuan dari satu
tempat ke tempat lain oleh air juga dapat menyebabkan pelapukan batuan secara fisik.
2. Pelapukan secara biologi-mekanik
Batuan dapat hancur akibat adanya aktivitas akar-akar yang masuk ke dalam
batuan melalui retakan-retakan batuan dan terus berkembang dengan kekekuatan yang
sangat tinggi. Sel-sel akar yang berkembang dapat menimbulkan keluatan lebih dari
10 atmosfir sehingga batuan dapat menjadi hancur akibat perkembangan akar
tersebut.
3. Pelapukan Secara Kimia
a. Hidrasi dan dehidrasi
Hidrasi (hidration) adalah reaksi kimia dimana molekul air terikat oleh
senyawa-senyawa tertentu, sedang dehidrasi adalah hilangnya molekul air dari
senyawa-senyawa tersebut. Hidrasi ini menyebabkan terbentuknya mantel air/hidart
pada permukaan bebatuan induk. Mantel hidarat ini kemudian akan berperan sebagai
isolator mineral terhadap pengaruh gaya-gaya dari luar. Mantel hidrat ini
meneyababkan rusaknya bentuk dan kisi-kisi kristal dan melepaskan enenrgi
pengikatnya sehingga kristal menjadi apabila pelapisan ini meluas permukaan nya.
Hidrasi dapat menyebabkan mineral menjadi lebih lunak dan meningkat daya
larutnya. Disamping itu hidrasi dan dehidrasi dapat menyebabkan perubahan volume
mineral sehingga mempercepat proses disintegrasi.
b. Hidrolisis
Proses hidrolisis bebatuan diperantarai oleh hasil ionisasi air yang berfungsi
selaku asam lemah menjadi ion H dan OH, namun terhadap mineral silika yang aktif
adalah ion-ion H. Hidrolisis terjadi karena adanya penggantian kation-kation dalam
struktur kristal oleh hidrogen sehingga struktur kristal rusak dan hancur. Hidrolisis
merupakan pelapukan kimia yang terpenting, karena dapat menghasilkan

12
penghancuran yang sempurna atau modifikasi drastis terhadap mineral-mineral mudah
lapuk.
c. Pelarutan (solution)
Pelarutan terjadi pada garam-garam sederhana seperti karbonat, klorida dan
lain-lain.
d. Oksidasi dan reduksi
Oksidasi adalah suatu proses dimana elektron-elektron atau muatan listrik
negatif menjadi berkurang. Reduksi berarti penambahan elektron. Oksidasi
berlangsung baik bila oksigen cukup tersedia, sedang reduksi akan berjalan bila tidak
ada oksigen (pada tanah yang tergenang). Oksidasi merupakan proses disintegrasi
yang penting pada mineral-mineral yang mengandung besi ferro seperti biotit,
glaukonit, hornblende, piroksin, dan lain-lain. Karena perubahan unkuran muatan dari
fero (Fe++) ke feri (Fe +++
) maka mineral-mineral menjadi mudah hancur. Reduksi
dapat mengubah besi feri menjadi fero yang sangat mudah bergerak (mobile). Dalam
bentuk ini besi dapat hilang dari tanah kalau pencucian air terjadi. Bila tidak tercuci
besi fero dan akan bereaksi dengan sulfur membentuk sulfida atau senyawa-senyawa
lain sehingga terjadi warna kebiru-biruan yang khas untuk tereduksi.

2.2. Faktor-faktor pembentukan tanah


Secara umum tanah dikelompokkan menjadi dua golongan besar yaitu:
1). Tanah Endodinamomorf yaitu tanah yang mempunyai sifat-sifat terutama sifat
kimiawinya identik dengan bahan induknya atau terbentuk dari bahan induk residual
contoh tanah andosol, organosol, grumosol
2). Tanah Ektodinamomorf yaitu tanah yang mempunyai sifat-sifat tidak identik
dengan bahan induknya contoh tanah aluvial.
Ganesa tanah merupakan ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan
tanah. Kedua kelompok tanah ini baik pembentukannya (genesesis) maupun
perkembangannya (differensiasi horizon) dipengaruhi faktor-faktor yang bekerja
secara integral dan kontinyu melalui mekanisme secara fisik, kimiawi mapun biologis.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, tetapi hanya lima
faktor yang dianggap paling penting, yaitu:
1. Iklim
Iklim merupakan faktor yang amat penting dalam proses pembentukan tanah.
Unsur iklim yang paling berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Suhu dan curah

13
hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika di dalam tanah.
Setiap suhu naik 10 oC maka kecepatan reaksi menjadi dua kali lipat. Reaksi-reaksi
oleh mikroorganisme juga sangat dipengaruhi oleh suhu tanah. Air hujan akan
berperan sebagai pelarut dan pengangkut sehingga akan mempengaruhi 1). Komposisi
kimiawi mineral-mineral penyusun tanah, 2). Kedalaman dan diferensiasi profil tanah,
dan 3). Sifat fisik tanah
Adanya curah hujan dan suhu tinggi didaerah tropika menyebabkan reaksi
kimia berjalan cepat sehingga proses pelapukan dan pencucian berjalan cepat.
Akibatnya banyak tanah di Indonesia telah mengalami pelapukan lanjut, rendah kadar
unsur hara dan bereaksi masam.
Di daerah - daerah yang beriklim lebih kering seperti di Indonesia bagian
timur pencucian tidak berjalan intensif sehingga tanahnya kurang masam dan lebih
tinggi kadar basa - basanya.
2. Organisme
Pengaruh organisme dalam proses pembentukan tanah tidaklah kecil.
Akumulasi bahan organik, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur tanah yang
stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah. Di samping itu unsur
nitrogen dapat diikat ke dalam tanah dari udara oleh mikroorganisme, baik yang hidup
sendiri di dalam tanah maupun yang bersimbiose dengan tanaman. Demikian juga
vegetasi yang tumbuh di tanah tersebut dapat merupakan penghalang untuk terjadinya
erosi, sehingga mengurangi jumlah tanah permukaan yang hilang.
Di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika pengaruh jenis
vegetasi terhadap sifat tanah adalah sangat nyata. Vegetasi hutan membentuk tanah-
tanah hutan berwarna merah sedang vegetasi rumput-rumput membentuk tanah
berwarna hitam karena banyaknya sisa-sisa bahan organik yang tertinggal dari akar-
akar dan sisa rumput.
Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman juga sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Jenis-jenis cemara akan memberi kation-kation
logam seperti Ca, Mg dan K yang rendah. Siklus unsur hara di bawah tanaman-
tanaman tersebut adalah rendah dibanding dengan tanaman berdaun lebar, di mana
serasahnya lebih banyak mengandung basa-basa. Akibatnya tanah di bawah pohon
pinus biasanya lebih masam daripada tanah di bawah pohon jati dan sebagainya.
Pencucian basa-basa biasanya juga lebih intensif pada tanah-tanah di bawah pohon
pinus.

14
3. Bahan Induk
Jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah yang
terbentuk secara endodinamomorf tetapi dapat juga menjadi tidak jelas pada tanah
yang erbentuk secara endodinamomorf. Pengaruh ini sangat jelas pada tanah tanah
yang baru terbentuk atau tanah muda.
Pengaruh bahan induk terhadap sifat-sifat tanah terutama terhadap siafat fisik
dan kimia. Contohnya tanah-tanah yang terbentuk dari bahan induk batuan beku asam
sperti quarsit dan batu-pasir yang lambat lapuk akan mempunyai tekstur berpasir
kasar, bertipe liat kaolinit (1:1) dan berkejenuhan basa rendah dan tergolong tanah
miskin. Jika berasal dari batuan sedimen atau batuan beku basa yang umumnya
mudah lapuk maka tanah akan bertekstur lebih halus, bertipe mineral monmorilonit
(2:1), berkejenuhan basa tinggi dan relatif subur. Jika berasal dari pasir kuarsa yang
sukar lapuk maka tekstur tanah akan tetap kasar meskipun tanah sudah tergolong tua.
Jika berasal dari bahan induk batu kapur murni yang keras akan terbentuk tanah-
tanah berpasir dangkal (Terra Rosa). Sebaliknya bila berbahan induk batu kapur tak
murni yang mudah lapuk tanah yang terbentuk akan bersolum agak dalam dabn
bertekstur halus. Bila bahan induk berasal dari debu vulkanik yang terdapat pada
dataran tinggi atau pegunungan dengan kelembaban tinggi akan terbentuk tanah
Andosol yang bersolum dalam dan didominasi liat amorf alofan serta relatif subur.
Dengan demikian susunan kimia dan mineral bahan induk tidak hanya
mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan, tetapi kadang-kadang menentukan jenis
vegetasi alami yang tumbuh di atasnya. Terdapatnya batu kapur di daerah humid akan
menghambat tingkat pemasaman tanah. Disamping itu, vegetasi yang hidup diatas
tanah berasal dari batu kapur biasanya banyak mengandung basa-basa. Dengan
adanya pengembalian basa-basa lapisan tanah atas melalui serasah dari vegetasi
tersebut maka proses pengasaman tanah menjadi lebih lambat.
Batu-batuan di mana bahan induk tanah berasal dapat dibedakan menjadi:
batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorfosa (malihan) dan bahan induk
organik.
4. Topograf (Relief)
Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk di
dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief menpengaruhi proses

15
pembentukan tanah dengan cara: (1) mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap
atau ditahan masa tanah, (2) mempengaruhi dalamnya air tanah, (3) mempengaruhi
besarnya erosi, dan (4) mengarahkan gerakan berikut bahan-bahan yang terlarut
didalamnya.
Topografi (bentuk wilayah atau relief) suatu daerah dapat menghambat atau
mempercepat pengaruh iklim. Di daerah yang datar atau cekung dimana air tidak
mudah hilang dari tanah atau menggenang, pengaruh iklim menjadi tidak jelas dan
terbentuklah tanah berwarna kelabu atau banyak mengandung karatan sebagai akibat
genangan air tersebut.
Di daerah bergelombang, drainase tanah lebih baik sehingga pengaruh iklim
(curah hujan,suhu) lebih jelas dan pelapukan serta pencucian berjalan lebih cepat. Di
daerah-daerah yang berlereng curam kadang-kadang terjadi terus-menerus erosi
permukaan sehingga terbentuklah tanah-tanah dangkal. Sebaliknya pada kaki-kaki
lereng tersebut sering ditemukan tanah dengan profil dalam akibat penimbunan
bahan-bahan yang dihanyutkan dari lereng atas tersebut.
Sifat-sifat tanah yang umumnya berhubungan dengan relief adalah tebal
solum, tebal dan kandungan bahan organik horison A, kandungan air tanah (relative
wetness), warna tanah, tingkat perkembangan horison, reaksi tanah (pH), kejenuhan
basa, kandunagn garam mudah larut dan lain-lain.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah (dinamis) sehingga
akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka tanah-tanah yang semakin
tua juga semakin kurus. Mineral yang mengandung unsur hara telah habis mengalami
pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Profil tanah juga
semakin berkembang dengan meningkatnay umur. Karena proses pembentukan tanah
yang terus berjalan maka bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi: tanah
muda (immature atau young soil), tanah dewasa (mature soil) dan tanah tua (old soil).

16
Process of SOIL GENESIS
Top Cl Tim

Factor P. M Flora-
Fauna

Weth Decom Desintegrasi

Mineral Soil Organic Soil Transformation

Process Structure Aggregation

Soil Body

Clay Cat BO Si, Al Translocation

Pedon Properties

Gambar 2.3. Proses pembentukan tanah

2.4. Pembentukan Profil Tanah


Dalam pembentukan tanah selanjutnya terjadilah proses pembentukan tanah
yang menyangkut beberapa hal, antara lain:
1. Penambahan bahan – bahan dari tempat lain ke tanah, misalnya:
 Penambahan air hujan, embun dan lain-lain
 Penambahan O2 dan CO2 dari atmosfir
 Penambahan N, Cl, S dari atmosfir dan curah hujan
 Penambahan bahan organik dari sisa tanaman dan hewan
 Bahan endapan

17
 Energi dan sinar matahari
2. Kehilangan bahan – bahan yang ada di tanah, misalnya:
 Kehilangan air melalui penguapan (evapotranpirasi)
 Kehilangan N melalui proses denitrifikasi
 Kehilangan C (bahan organik) sebagai CO2 karena dekomposisi bahan
organik (dalam keadaan oksidatif/kering)
 Kehilangan tanah karena erosi
 Kehilangan energi, karena radiasi
3. Perubahan bentuk (transformation), misalnya:
 Perubahan bahan organik kasar menjadi humus
 Penghancuran pasir menjadi debu, lalu menjadi liat
 Pembentukan struktur tanah
 Pelapukan mineral dan pembentukan mineral liat
 Pembentukan konkresi
4. Pemindahan dalam solum, misalnya:
 Pemindahan liat, bahan organik, Fe, Al dari lapisan atas ke lapisan bawah
 Pemindahan unsur hara dari lapisan bawah ke lapisan atas melalui siklus
kegiatan vegetasi
 Pemindahan tanah dari lapisan bawah ke lapisan atas atau sebaliknya melalui
kegiatan hewan seperti tikus, rayap dan sebagainya.
 Pemindahan garam-garam dari lapisan bawah ke lapisan atas melalui air
kapiler

Tanah dikatakan sebagai sistem terbuka, artinya sewaktu-waktu tanah itu


dapat menerima tambahan bahan dari luar, atau kehilangan bahan-bahan yang telah
dimilikinya; jadi tanah memiliki input dan output. Sebagai sistem terbuka tanah
merupakan bagian dari ekosistem di mana komponen-komponen ekosistem (tanah,
vegetasi, manusia, hewan dan lain-lain) saling memberi dan menerima bahan-bahan
yang diperlukan.

18
Soil as an Open System
Energy losses
Energy gains Biocycling of
Materials Losses of water
Gain of Water

Surficial gains Erosion

Solum Intersolum
Translocations  Intersolum
Transformations

Geochemical
Weathering Leaching

Gambar 2.2. Tanah sebagai sistem terbuka


Jenis-jenis input antara lain hasil pelapukan bahan induk, endapan baru, air
hujan/pengairan, sisa-sisa tanaman, energi (sinar matahari) dan sebagainya. Jenis-
jenis output antara lain erosi tanah, penguapan air, penyerapan unsur hara oleh
tanaman, pencucian (leaching), pancaran panas/emisi dan sebagainya.
Selain itu di dalam tanah sering terjadi pemindahan bahan tanah dari lapisan atas ke
lapisan bawah atau sebaliknya (inter solum translocation). Secara ringkas hal-hal
tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2.

Tabel 2.1 Beberapa contoh proses pembentukan profil tanah


No Proses Keterangan
1 a. Eluviasi (4)* Pemindahan bahan-bahan tanah dari satu horison ke
horison lain.
b. Illuviasi (4) Penimbunan bahan-bahan tanah dalam suatu
horison
2 Leaching (2) Pencucian basa-basa (unsur hara) dari tanah
(1) Penambahan basa-basa (unsur hara) dari tempat lain
Enrichment
3 a. Dekalsifikasi (4) Pemindahan CaCO3 dari tanah atau suatu horison
tanah
b. Kalsifikasi (4) Penimbunan CaCO3 dalam suatu horison tanah
4 a. Desalinisasi (4) Pemindahan garam-garam mudah larut suatu
horison tanah
b. Salinisasi (4) Penimbunan garam-garam mudah larut dalam suatu
horison tanah
5 a. Dealkalinisasi (4) Pencucian ion-ion Na dari tanah atau horison tanah
(Solodisasi)
b. Alkalinisasi (4) Akumulasi ion-ion Na dalam suatu horison tanah
(Solonisasi)
6 a. Lessivage (4) Pencucian (pemindahan) liat dari suatu horison ke

19
horison lain dalam bentuk suspensi (secara
mekanik). Dapat terbentuk tanah Ultisol (Podsolik)
atau Alfisol
b. Pedoturbasi (4) Pencampuran secara fisik atau biologik beberapa
horison tanah tanah sehingga horison-horison tanah
yang telah terbentuk menjadi hilang. Terjadi pada
tanah Vertisol (Grumosol)
7 a. Podzolisasi (3, Pemindahan Al dan Fe dan atau bahan organik dari
(Silikasi) 4) suatu horison ke horison lain secara kimia. Si tidak
ikut tercuci sehingga pada horison yang tercuci
meningkat konsentrasinya. Dapat terbentuk tanah
Spodosol (Podzol).
b. Desilikasi (3, Pemindahan silika secara kimia keluar dari solum
(Feralisasi, 4) tanah sehingga konsentrasi Fe dan Al meningkat
Laterisasi, secara relatif. Terjadi di daerah tropika dimana
Latosolisasi) curah hujan dan suhu tinggi sehingga Si mudah
larut. Dapat terbentuk tanah Oxisol (laterit, Latosol)
8 a. Melanisasi (1, Pembentukan warna hitam (gelap) pada tanah
4) karena pencampuran bahan organik dengan bahan
mineral. Dapat terbentuk tanah Mollisol
(4) Pembentukan horison pucat karena pencucian
b. Leusinisasi bahan organik
9 a. Braunifikasi, (3, Pelepasan besi dari mineral primer dan dispersi
Rubifikasi, 4) partikel-partikel besi oksida yang makin meningkat.
Feruginasi Berdasar besarnya oksidasi dan hidrasi dari besi-
oksida tersebut maka tanah dapat menjadi berwarna
coklat (braunifikasi), coklat kemerahan (rubifikasi)
atau merah (feruginasi).
b. Gleisasi (3, Reduksi besi karena keadaan anaerobik (tergenang
4) air) sehingga terbentuk warna kebiruan atau kelabu
kehijauan.
10 a. Littering (1) Akumulasi bahan organik setebal kurang dari 30
cm dipermukaan tanah mineral.
b. Huminifikasi (3) Perubahan bahan organik kasar menjadi humus.
*) (1) Penambahan bahan ke tanah; (2) Kehilangan bahan dari tanah
(3) Perubahan bentuk (transformasi); (4) Pemindahan dalam solum

2.5. Disintegrasi dan Sintesis


Dalam proses pembentukan tanah terjadi juga proses disintegrasi dan sintesis.
Disintegrasi terjadi dalam proses pelapukan mineral dalam batuan sehingga mineral
dan batuannya hancur dan unsur-unsur penyusunnya terlepas dari mineral tersebut.
Selanjutnya terjadilan proses sintesis (pembentukan) mineral baru (mineral sekunder)
yang berupa mineral liat dari senyawa-senyawa hasil disintegrasi tersebut. Proses
disintegrasi terjadi juga pada pelapukan bahan organik, dimana senyawa-senyawa
hasil disintegrasi dapat bereaksi kembali membentuk (sintesis) senyawa organik baru
yang lebih stabil yang disebut humus.

20
Dengan adanya pelapukan (disitegrasi) batuan maka tersedialah unsur-unsur
hara dari mineral yang lapuk sehingga tanaman dan hewan-hewan sederhana mulai
tumbuh. Pelapukan mineral-mineral primer juga menghasilkan mineral-mineral liat
(suatu proses sintesis) yang mampu menahan unsur hara dan air yang amat penting
bagi pertumbuhan tanaman. Sisa-sisa tanaman kembali ke tanah dan berubah menjadi
humus yang lebih besar kemampuannya untuk mengikat unsur hara dan air. Dengan
demikian, liat, humus, organisme hidup dan air merupaka bahan utama yang
berpengaruh pada tanah yang berkembang kemudian. Proses sintesis di dalam tanah
dapat terjadi bersamaan waktunya dengan proses disintegrasi bahan – bahan lain yang
ada dalam tanah tersebut.

2.6. Profil dan solum tanah


Morfologi tanah merupakan sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari
di lapang. Pengamatan dilakukan pada profil tanah yang baru dibuat. Pengamatan di
lapang biasanya dimulai dengan membedakan lapisan-lapisan tanah atau horison-
horison. Horison adalan lapisan dalam tanah yang lebih kurang sejajar dengan
permukaan tanah dan terbentuk karena proses pembentukkan tanah. Di lapang
masing-masing horison dipelajari sifat-sifatnya yang meliputi; warna, tekstur,
konsistensi, struktur, kutan, konkresi dan nodul, pori-pori. Lapisan yang terbentuk
dikarenakan dua hal antara lain pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air
dan proses pembentukan tanah.
Proses pembentukan horison-horison tersebut akan menghasilkan benda alam
baru yang disebut tanah. Penampang melintang (vertikal) tanah yang menunjukkan
susunan horison tanah disebut profil tanah.
Terdapat 6 horison utama yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas
ke bawah yaitu horison (O), A, E, B, C dan R. Sedangkan horison yang menyusun
solum tanah hanya horison A, E dan B.

1. Horison O
Horison atau lapisan yang
didominasi oleh lapisan organik.
Horison ini di lahan kering
ditemukan terutama pada tanah-
tanah hutan yang belum terganggu.

21
Merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral. Di darah
rawa-rawa horison O merupakan horison utama pada tanah gambut (Histosol).
2. Horison A
Horison mineral di permukaan tanah atau di bawah horison O dan mempunyai
salah satu atau kedua sifat berikut:
 Merupakan akumulasi bahan organik halus yang tercampur dengan bahan
mineral dan tidak didominasi oleh sifat horison E dan B.
 Menunjukkan sifat sebagai hasil pengolahan tanah.
3. Horison E
Horison di mana terjadi pencucian (eluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, Al,
bahan organik. Berwarna pucat.
4. Horison B
Horison yang terbentuk di bawah horison A, E atau O dan mempunyai salah satu
atau lebih sifat berikut:
 Terdapat penimbunan (illuviasi) liat, besi, alumunium, humus, karbonat,
gipsum atau silika (salah satu atau kombinasinya);
 Ada bukti terjadinya pemindahan karbonat;
 Penimbunan relatif residual seskuioksida (Fe2O3 dan Al2O3) akibat
pencucian silika;
 Selaput seskuioksida sehingga mempunyai warna dengan value lebih rendah,
kroma lebih tinggi dan hue lebih merah daripada horison di atas atau di
bawahnya, tanpa adanya illuviasi besi.
5. Horison C
Bahan induk, sedikit terlapuk, sehingga lunak dan dapat ditembus akar tanaman.
6. Horison R
Batuan keras yang belum dilapuk. Tidak dapat ditembus akar tanaman.

2.7. Pedon dan polipedon


Pedon adalah volume tanah terkecil yang dapat disebut tanah. Pedon
mempunyai ukuran tiga dimensi. Batas bawahnya merupakan batas antara tanah dan
bukan tanah sedangkan batas lateralnya (panjang dan lebar) cukup luas untuk
mempelajari sifat-sifat horison tanah yang ada. Luasnya berkisar antara 1-10 m2
tergantung dari sifat keragaman horison dalam tanah.

22
Pedon (Properties) = f (Factor + Process)….

Gambar 2.1. Pedon


Polipedon adalah kumpulan lebih dari satu pedon yang sama atau hampir sama
yaitu yang semuanya mempunyai sifat yang memenuhi syarat untuk dikelompokkan
menjadi satu seri tanah. Luas polipedon minimum 2 m2 (dua pedon) sedang luas
maksimum tidak terbatas.

2.8. Latihan
1. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah!
2. Jelaskan proses pelapukan batuan dan mineral!

2.9. Rangkuman
Morfologi tanah merupakan sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari
di lapang yang biasanya dimulai dengan membedakan lapisan-lapisan tanah atau

23
horison-horison. Penampang melintang (vertikal) tanah yang menunjukkan susunan
horison tanah disebut profil tanah. Terdapat 6 horison utama yang menyusun profil
tanah berturut-turut dari atas ke bawah yaitu horison (O), A, E, B, C dan R.
Sedangkan horison yang menyusun solum tanah hanya horison A, E dan B.
Pedon adalah volume tanah terkecil yang dapat disebut tanah. Pedon
mempunyai ukuran tiga dimensi. Batas bawahnya merupakan batas antara tanah dan
bukan tanah sedangkan batas lateralnya (panjang dan lebar) cukup luas untuk
mempelajari sifat-sifat horison tanah yang ada. Luasnya berkisar antara 1-10 m2
tergantung dari keragaman horison. Polipedon adalah kumpulan lebih dari satu pedon
yang sama atau hampir sama yaitu yang semuanya mempunyai sifat yang memenuhi
syarat untuk dikelompokkan menjadi satu seri tanah.
Tanah dapat berasal dari batuan yang keras (batuan beku, batu sedimen tua,
batuan metamorfosa) yang melapuk atau dari bahan-bahan yang lebih lunak dan lepas
seperti abu volkan, bahan endapan baru dan lain-lain. Dengan proses pelapukan maka
permukaan batuan yang keras menjadi hancur dan berubah menjadi bahan yang lunak
yang disebut regolit. Selanjutnya melalui proses pembentukan tanah, bagian atas
regolit berubah menjadi tanah. Proses pelapukan mencakup beberapa hal yaitu
pelapukan secara fisik, biologi-mekanik dan kimia.
Dalam pembentukan tanah selanjutnya terjadilah proses pembentukan tanah
yang menyangkut beberapa hal, antara lain: penambahan bahan – bahan dari tempat
lain ke tanah, kehilangan bahan – bahan yang ada di tanah, perubahan bentuk
(transformation), pemindahan dalam solum. Tanah dikatakan sebagai sistem terbuka,
artinya sewaktu-waktu tanah itu dapat menerima tambahan bahan dari luar, atau
kehilangan bahan-bahan yang telah dimilikinya; jadi tanah memiliki input dan output.
Selain itu di dalam tanah sering terjadi pemindahan bahan tanah dari lapisan atas ke
lapisan bawah atau sebaliknya (inter solum translocation).
Ganesa tanah merupakan ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan
tanah. Dalam proses pembentukan tanah terjadi juga proses disintegrasi dan sintesis.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, tetapi hanya lima
faktor yang dianggap paling penting, yaitu: iklim, organisme, bahan induk, topografi
(relief), waktu
2.10. Latihan

24
Setelah mempelajari secara intensif materi pada bab 2, kerjakan soal-soal
berikut pada lembaran kertas tersendiri! Jika mengalami kesulitan, maka
konsultasikan dengan pembimbing
1. Apa yang dimaksud dengan profil tanah!
2. Sebut dan jelaskan 6 horison utama yang menyusun profil tanah!
3. Jelaskan proses pelapukan batuan secara fisik!
4. Mengapa tanah dikatakan sebagai sistem yang terbuka?

2.11. Umpan Balik


Setelah anda mengerjakan soal latihan, sebaiknya hasilnya dapat anda
cocokkan dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian 2.13. Selanjutnya
hitunglah jumlah jawaban yang benar dengan rumus di bawah ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda dalam bab ini. Namun jika mengalami kesuliatan, maka
konsultasikan dengan pembimbing.
Rumus:
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban benar x 100%
4
Kriteria yang digunakan adalah:
90% - 100% artinya sangat baik
80% - 89 % artinya baik
70% - 79% artinya sedang
< 70% artinya kurang

2.12. Tindak Lanjut


Apabila kriteria penguasaan anda di atas 80%, maka anda dapat melanjutkan
ke bab berikutnya, namun jika penguasaan anda kurang dari 80%, silahkan anda
pelajarai lagi bab ini agar penguasaan anda menjadi lebih baik lagi untuk dapat
melanjutkan ke bab berikutnya.

2.13. Kunci Jawaban Soal Latihan


1. Profil tanah adalah penampang melintang (vertikal) tanah yang menunjukkan
susunan horison tanah .

2. Enam horison utama yang menyusun profil tanah :


 Horison O ,horison atau lapisan yang didominasi oleh lapisan organik.
Horison ini di lahan kering ditemukan terutama pada tanah-tanah hutan yang

25
belum terganggu. Merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan
tanah mineral. Di darah rawa-rawa horison O merupakan horison utama pada
tanah gambut (Histosol).
 Horison A, horison mineral di permukaan tanah atau di bawah horison O
 Horison E, horison di mana terjadi pencucian (eluviasi) maksimum terhadap
liat, Fe, Al, bahan organik. Berwarna pucat.
 Horison B, horison yang terbentuk di bawah horison A, E atau O
 Horison C, bahan induk, sedikit terlapuk, sehingga lunak dan dapat ditembus
akar tanaman.
 Horison R, batuan keras yang belum dilapuk. Tidak dapat ditembus akar
tanaman.
3. Pelapukan secara fisik yang terpenting adalah akibat naik turunnya suhu dan
perbedaan kemampuan memuai (mengembang) dan mengerut dari masing-masing
mineral. Karena masing-masing mineral akibat perubahan suhu mengembang dan
mengerut dengan kekuatan yang berbeda-beda, maka batuan menjadi rapuh dan
mudah hancur. Pada daerah dinging, bila air masuk dalam batuan berubah menjadi
es akibat suhu yang sangat rendah, maka karena volume es lebih besar dari
volume air, juga dapat menyebabkan pecahnya batu-batuan. Pengangkutan batuan
dari satu tempat ke tempat lain oleh air juga dapat menyebabkan pelapukan batuan
secara fisik.
4. Tanah dikatakan sebagai sistem terbuka, artinya sewaktu-waktu tanah itu dapat
menerima tambahan bahan dari luar, atau kehilangan bahan-bahan yang telah
dimilikinya; jadi tanah memiliki input dan output. Sebagai sistem terbuka tanah
merupakan bagian dari ekosistem di mana komponen-komponen ekosistem
(tanah,vegetasi,manusia,hewan dan lain-lain) saling memberi dan menerima
bahan-bahan yang diperlukan.

2.12. Daftar Pustaka

Brady and Weil. 2002. The Nature and Properties of Soils. Prentice Hall, New Jersey.

Hardjowigeno,S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.


Kartasapoetra,A.G dan Mul Mulyani Sutedjo. 2002. Pengantar Ilmu Tanah;
Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Rineka Cipta, Jakarta.

Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah; Proses Genesa dan Morfologi. IPB, Bogor.

26
Wilding,L.P., N.E Smeck and G.F.Hall. 1983. Pedogenesis and Taxonomy. Elseveir,
Newyork.

27

Anda mungkin juga menyukai