Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PENGARUH PEMULSAAN TERHADAP EROSI


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konservasi Tanah dan Air

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Raditya Christ Adiprasetya (150510200226)

Muhammad Rizky Surya Pratama (150510200250)

Rossita Fauziah (150510200244)

Abdullah Mar’ie (150510200251)

Yusti (150510200261)

Linda Mora Margaretha (150510200234)

Fadlan Atalla Muhammad (150510200228)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah tentang “Pengaruh Pemulsaan terhadap Erosi” disusun sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan tugas Mata Kuliah Konservasi Tanah dan Air.
Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa. Namun, kami tetap
berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari penulisan makalah ini sangat kami harapkan dengan harapan sebagai masukan dalam
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah kami berikutnya. Untuk itu kami ucapkan
terimakasih.

Jatinangor, 19 Oktober 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Erosi merupakan proses hilangnya bagian-bagian tanah dari suatu tempat, yang terangkut
oleh air, angin, ataupun gravitasi ke tempat lain. Pada umumnya terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi besarnya erosi, menurut Hardjowigeno (1995), ada 5 faktor yang mempengaruhi
besarnya erosi tersebut antara lain : (1) curah hujan/ iklim, (2) kepekaan tanah, (3) lereng, (4)
vegetasi, dan (5) manusia. Di Indonesia erosi yang paling sering terjadi adalah erosi karena
faktor curah hujan/iklim dan juga manusia, seperti penebangan pohon tanpa reboisasi. Selain itu
faktor buruknya bercocok tanam pada sistem pertanian juga dapat meningkatkan terjadinya erosi.
Curah hujan di Indonesia sendiri terbilang tinggi sekitar 2000-3000 mm per tahun serta terdapat
banyak lahan berlereng yang membuat erosi di Indonesia semakin sering terjadi.
Terdapat berbagai alternatif yang dapat dilakukan untuk mencegah erosi ini, salah satu
yang paling sederhana adalah melalui pemulsaan. Mulsa terbagi menjadi dua, yaitu mulsa
organik dan anorganik. Mulsa organik sendiri merupakan sisa tanaman (crop residues) yang
ditaburkan atau disimpan diatas permukaan tanah. Mulsa memiliki peran tersendiri untuk
mengurangi laju erosi tanah, penggunaan mulsa dapat menciptakan kondisi yang baik bagi
aktivitas mikroorganisme tanah dan dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Selain
itu mulsa juga dapat meredam energi hujan yang jatuh sehingga tidak merusak struktur tanah,
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan sehingga mempercepat daya resap aliran
permukaan.
Manfaat lain dari penggunaan mulsa adalah dapat mengurangi penguapan air dari tanah,
sehingga meningkatkan kandungan air tanah. Jadi pada musim hujan mulsa digunakan untuk
mengurangi laju erosi, sedangkan pada musim kemarau digunakan untuk mengurangi penguapan
air dalam tanah. Di Indonesia sendiri peran mulsa sebagai pencegah erosi sudah banyak
dilakukan, terbukti dengan adanya berbagai penelitian mengenai fungsi mulsa sebagai pencegah
erosi. Penggunaan mulsa ini dianggap menjadi salah satu solusi dikarenakan memiliki manfaat
lain pada bidang pertanian seperti menghambat tumbuhnya gulma, menjaga struktur tanah agar
tetap baik, serta menjaga kelembaban tanah.
BAB II
ISI

2.1. Mulsa Anorganik


Mulsa anorganik adalah mulsa yang terbuat dari bahan - bahan non
organik atau bahan sintetis yang sukar atau tidak dapat terurai. Mulsa
anorganik dipasang sebelum tanaman atau bibit ditanam, kemudian mulsa
dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Contoh mulsa anorganik adalah mulsa
plastik, mulsa plastik hitam perak (MPHP), dan karung.

2.1.1 Kelebihan dan Kekurangan Mulsa Anorganik


A. Kelebihan
○ Meningkatkan produktivitas hasil panen yaitu produksi
tanaman jauh lebih baik. Peningkatan suhu tanah akan memicu
laju laju pertumbuhan tanaman serta mempercepat masa panen
dibanding dengan penggunaan mulsa lainnya.
○ Dapat mencegah hilangnya unsur hara di dalam tanah. Sebab,
biasanya ketika hujan dengan intensitas tinggi, maka unsur
hara dapat terbawa bersama air hujan. Dengan memanfaatkan
mulsa, maka akan mencegah terjadinya erosi hara akibat air
hujan tersebut.
○ Mampu mengurangi evaporasi (penguapan air) sebab dengan
tertutupnya tanah oleh mulsa plastik dapat mencegah
kehilangan air di dalam tanah secara berlebihan.
○ Menjaga kelembaban tanah sehingga lahan bedengan tidak
mudah kering.
○ Menekan pertumbuhan gulma
○ Mencegah benih hanyut terbawa air
○ Meminimalisir serangan hama dan penyakit
B. Kekurangan
○ Harga mulsa anorganik/mulsa plastik relatif lebih mahal
dibandingkan mulsa jenis lainnya
○ Mulsa plastik yang sudah tidak terpakai akan menjadi limbah
pertanian jika tidak ditangani secara baik dan benar.

2.2. Mulsa Organik


Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti
sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan setelah
tanaman atau bibit ditanam. Beberapa contoh mulsa organik adalah jerami, potongan
rumput, kompos, sekam mentah, alang-alang, dan daun pisang. Mulsa organik
bersifat ekonomis dan mudah diperoleh. Mulsa organik banyak sekali dipakai oleh
para petani terutama para petani di area perkebunan lada, cabai, tomat, semangka,
pisang, salak, pepaya, dan lain-lain.

2.2.1 Kelebihan dan Kekurangan mulsa organik


A. Kelebihan
● Mampu menekan erosi tanah;
● Mampu menurunkan suhu tanah sehingga baik untuk tanaman budidaya;
● Menekan pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu);
● Biaya lebih murah dan ekonomis;
● Pemakaian mulsa organik dapat menambah bahan organic yang berguna
untuk tanah agar tanah tidak lapuk. Sebab, pada beberapa kali tanam, tanah
dapat lapuk sehingga membahayakan tanaman.

B. Kekurangan
● Umumnya hanya bersifat sekali pakai saja (untuk 1 kali musim tanam)
sehingga untuk masa tanam berikutnya diperlukan aplikasi mulsa lagi (tidak
bisa dilakukan berulang-ulang)
● Bahan-bahan yang digunakan tidak selalu tersedia di alam karena bergantung
pada sisa hasil pertanian yang tidak terpakai, sehingga hanya tersedia pada
saat panen tiba
● Memerlukan energi/tenaga lebih untuk mengumpulkan bahan bahan organik
yang digunakan untuk mulsa nantinya.

2.2.2 Pengaruh Mulsa Organik pada Erosi

Penggunaan mulsa organik akan membantu mengurangi erosi, mempertahankan


kelembaban tanah, mengendalikan pH, memperbaiki drainase, mengurangi
pemadatan tanah, meningkatkan kapasitas pertukaran ion, dan meningkatkan aktivitas
biologi tanah (Subowo et al., 1990). Mulsa digunakan untuk menutup permukaan
tanah untuk mengurangi laju erosi dengan cara meredam energi hujan yang jatuh
sehingga tidak merusak struktur tanah, mengurangi kecepatan dan jumlah aliran
permukaan sehingga mempercepat daya resap aliran permukaan. Pemberian bahan
organik pada tanah akan menyebabkan kondisi tanah menjadi sarang, karena bahan
organik yang diberikan akan menempati ruang diantara partikel tanah sehingga tanah
menjadi porous (Baver, 1956). Bahan organik yang diberikan berupa mulsa sisa
tanaman mengandung berbagai macam senyawa yang akan diuraikan oleh
mikroorganisme, dan membantu merekatkan partikel partikel tanah membentuk
agregat. Sehingga tanah menjadi berpori-pori, gembur, dapat menyimpan, dan
mengalirkan udara dan air.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kegunaan antara mulsa organik dengan mulsa anorganik hampir sama.
Mulsa organik diberikan setelah tanaman atau bibit ditanam yang biasanya
diberikan hanya satu kali pakai saja karena mulsa organik dapat terurai dan
menyuburkan tanah sehingga membutuhkan pengaplikasian kembali. Mulsa
organik juga bergantung pada sisa-sisa hasil pertanian, sehingga lebih tersedia
pada saat panen tiba. Mulsa anorganik biasanya dilakukan sebelum penanaman,
mulsa ini khususnya mulsa hitam perak dapat menekan OPT pada bagian bawah
daun tanaman. Selain itu, mulsa anorganik dapat digunakan lebih lama atau bisa
lebih dari satu musim tanam.
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, K., Masrukhi, M., Kuncoro, P. H., Sudarmaji, A., Sulistyo, S. B., & Syariffianto, A.
(2020). Pengaruh Kombinasi Mulsa-Pupuk Terhadap Erosi Tanah pada Lahan Kentang
dengan Aplikasi Bio-Arang dan Guludan Horizontal. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem, 8(2), 189-199.
Parhadi, P. (2016). Pengaruh Mulsa Jerami Terhadap Laju Erosi Pada Tanah Mediteran.
Wahana Teknik Sipil: Jurnal Pengembangan Teknik Sipil, 20(1).

Anda mungkin juga menyukai