Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI PERTANIAN

ACARA 11
INOKULASI MIKORIZA PADA BENIH JAGUNG

Oleh:
Nama : Afri Setyawan
NIM : A1D019117
Kelas :E
PJ Asisten : Gayuh Lestari

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Praktikum
Mikrobiologi Pertanian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun
laporan ini saya susun sebagai bagian dari penilaian mata kuliah Mikrobiologi
Pertanian. Penulisan laporan praktikum ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak.
Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Seluruh dosen pengampu mata kuliah Mikrobiologi Pertanian.
2. Asisten praktikum Mikrobiologi Pertanian.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini tentu tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan dalam penulisannya. Maka dari itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan penulisan laporan ke
depannya. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Wonosobo, November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ..................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
III. METODE PRAKTIKUM ....................................................................... 6
A. Bahan dan Alat ........................................................................................ 6
B. Prosedur Kerja ........................................................................................ 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 7
A. Hasil ......................................................................................................... 7
B. Pembahasan ........................................................................................... 11
V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 17
A. Kesimpulan ............................................................................................ 17
B. Saran ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18
LAMPIRAN ..................................................................................................... 21
BIODATA ........................................................................................................ 22

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengamatan Pertumbuhan ...................................................................... 7


Tabel 2. Pengamatan Setelah Destruksi .............................................................. 10

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Link Youtube ................................................................................. 21


Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum ................................................................. 21

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepadatan tanah berhubungan dengan penetrasi akar dan produksi tanaman.


Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara akan sulit untuk disimpan,
sehingga ketersediaan air dan udara dalam tanah dapat menyebabkan terhambatnya
pernapasan akar dan penyerapan air. Tanah ultisol memiliki unsur hara yang rendah
karena pencucian hara yang intensif dalam waktu yang lama dan memiliki aktivitas
organisme yang rendah. Rendahnya kandungan bahan organik pada tanah ultisol
mengakibatkan menurunnya aktivitas dan jumlah organisme dalam tanah karena
bahan organik merupakan sumber karbon dan energi dari organisme tanah. Kadar
bahan organik tanah yang rendah juga akan menyebabkan perkembangan
organisme tanah yang menguntungkan menjadi terhambat. Menurunnya kadar
bahan organik tanah akan mempengaruhi kelangsungan hidup dari organisme.
Organisme dalam tanah dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah karena
organisme berperan dalam proses pelapukan bahan organik dalam tanah sehingga
unsur hara menjadi lebih tersedia bagi tanaman.
Status hara dan populasi organisme tanah yang rendah pada tanah ultisol,
mengakibatkan kesuburan tanahnya menurun sehingga perlu dilakukan perbaikan
agar menjadi produktif. Salah satu upaya untuk meningkat produktifitas ultisol
adalah dengan memanfaatkan jasad renik tanah, antara lain menggunakan Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA). Simbiosis FMA dengan tanaman inang mampu
meningkatkan penyerapan hara dan air bagi tanaman. Fungi Mikoriza Arbuskular
(FMA) adalah asosiasi mutualistis antara jamur dan akar tanaman dalam
meningkatkan serapan hara dengan cara memperluas jangkauan serapan akar
tanaman. Hubungan simbiosis antara jamur mikoriza dan akar bersifat parasitisme
yang tidak berbahaya tetapi memberikan keuntungan kepada tanaman inang. Jamur
mendapatkan karbohidrat dan energi dari tanaman, sedangkan tanaman
mendapatkan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Penggunaan

1
mikoriza mampu meningkatkan unsur hara baik makro maupun mikro dan dapat
menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman seperti
P. Mikoriza mempunyai kemampuan untuk berasosiasi dengan hampir 90% jenis
tanaman dan membantu dalam meningkatkan efisiensi penyerapan unsur hara
terutama fosfor pada lahan marjinal.

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk:


1. Mengetahui pertumbuhan tanaman jagung pada tanah rendah fosfat (Ultisol)
dan pengaruh mikoriza.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Jagung merupakan tanaman berumah satu monoecious dimana letak bunga


jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman (Fitrianti, 2016).
Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea
mays L. Secara umum klasifikasi tanaman jagung menurut Tjitrosoepomo
(2013) adalah sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledone
Ordo : Poales
Familia : Poaceae/Gramineae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Tanaman jagung adalah tanaman multifungsi yang memiliki banyak
kegunaan dan hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk
berbagai macam keperluan, oleh karena itu jagung mempunyai arti penting
dalam pengembangan industri di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk
industri pangan (Bakhri, 2013). Biji jagung sebagai hasil utama digunakan
sebagai bahan pangan, bahan pakan ternak, bahan baku penunjang industri dan
bahan baku bioetanol. Adapun batang jagung merupakan bahan pakan ternak
yang sangat potensial (Paeru dan Dewi, 2017).
Menurut Hadi (2006), secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan
yang sama, namun interval waktu antar tahap pertumbuhan dan jumlah daun
yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke
dalam tiga tahap, yaitu:
1. Fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan
pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama.

3
2. Fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang
terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina
(silking), fase ini di identifikasi dengan jumlah daun yang terbentuk.
3. Fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak
fisiologis.
Jagung dinilai memiliki responsifitas yang tinggi terhadap beberapa jenis
unsur hara karena aktivitas fotosintesisnya yang melalui jalur C4, jalur C4
memerlukan unsur hara yang lebih tinggi untuk mengimbangi aktivitas fisiologis
dan metabolismenya yang tinggi. Jagung membutuhkan unsur hara nitrogen,
posfor dan kalium dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan tanaman C3.
Kekhasan jalur C4 dalam menggunakan nutrisi menjadikan jagung sangat
direkomendasikan dalam pendugaan kesuburan tanah secara biologis (Sinaga
dan Ma’ruf, 2016). Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas penting yang
setiap tahun mengalami peningkatan produksi mencapai 10-11% (Akhsan,
2012).
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagung adalah dengan
pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam
budidaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemberian pupuk
berperan dalam menambah atau mempertahankan kesuburan tanah. Kesuburan
tanah dinilai berdasarkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, baik hara
makro maupun hara mikro secara berkecukupan dan berimbang (Bustami et al.,
2012). Pemakaian pupuk kimia secara terus-menerus ternyata memberikan
dampak negatif seperti merusak struktur tanah, meningkatkan keasaman tanah
(Yusnaini, 2019) dan menurunkan jumlah populasi mikroorganisme tanah
(Suratmi, 2019). Dampak negatif tersebut dapat dihindari dengan penggunaan
pupuk hayati, salah satunya adalah dengan pengaplikasian Cendawan Mikoriza
Arbuskula (CMA).
Mikoriza merupakan salah satu bentuk simbiosis mutualisme antara jamur
dan sistem akar tanaman tingkat tinggi. Jamur mikoriza arbuskular (JMA)
sendiri merupakan salah satu kelompok jamur tanah biotrof obligat yang tidak
dapat tumbuh bila terpisah dari tanaman inang (Balai Besar Litbang Sumberdaya

4
Lahan Pertanian, 2006) dan termasuk agens pengendali hayati yang cukup
potensial. JMA menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, membentuk
jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang bermikoriza tersebut mampu
meningkatkan kapasitas dalam penyerapan hara dan air (Rungkat, 2009). Selain
berperan dalam pertumbuhan, JMA juga dilaporkan dapat menjadi agens
pengendalian hayati (Biological Control) yang potensial (Suharti et al., 2011).
JMA tidak hanya berasosiasi pada satu jenis tanaman akan tetapi dapat
menginfeksi atau berasosiasi pada semua tanaman (Nurbaity dkk., 2009).
Pemberian JMA dengan dosis tertentu dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman (Musfal, 2010). Inokulasi JMA pada fase pembibitan akan
menghasilkan simbiosis yang lebih baik antara tanaman dengan JMA.

5
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu benih jagung, air, kemasan
air minum gelas (KAMG) bekas, tanah ultisol, dan tanah perakaran jagung. Alat
yang digunakan pada praktikum ini yaitu presto, gelas ukur, mortar dan pestle.

B. Prosedur Kerja

Praktikum ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:


KAMG 1 (Kontrol)
1. Tanah ultisol disiapkan secukupnya dan kemudian dipanaskan (kukus) selama
5 menit lalu didinginkan, kemudian tanah dimasukkan ke KAMG.
2. Biji jagung disiapkan, kemudian disterilkan dengan alkohol 70% dan dibilas
dengan air steril 3 kali, selanjutnya biji ditanam dalam KAMG.
KAMG II (Inokulasi Mikoriza dengan Pemanasan)
1. Tanah ultisol disiapkan secukupnya dan kemudian dipanaskan (kukus) selama
5 menit lalu didinginkan, kemudian tanah dimasukkan ke KAMG.
2. Biji jagung disiapkan, kemudian disterilkan dengan alkohol 70% dan dibilas
dengan air steril 3 kali, selanjutnya biji ditanam dalam KAMG.
3. Suspensi tanah perakaran jagung diinokulasikan sebanyak 10 cc perKAMG.
KAMG III (Inokulasi BPF tanpa pemanasan)
1. Tanah ultisol disiapkan secukupnya, kemudian dimasukkan ke dalam KAMG.
2. Biji jagung disiapkan, kemudian disterilkan dengan alkohol 70% dan dibilas
dengan air steril 3 kali, selanjutnya biji ditanam dalam KAMG.
3. Suspensi tanah perakaran jagung diinokulasikan sebanyak 10 cc perKAMG.

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Pengamatan Pertumbuhan


No Pengamatan ke Perlakuan Foto Variabel Pengamatan
1 Minggu ke 1 KAMG 1 Tinggi tanaman =
11/11/2020 13,025 cm
Warna daun = Hijau
Kekuningan
Jumlah daun = 2

2 Minggu ke 1 KAMG 2 Tinggi tanaman =


11/11/2020 11,55 cm
Warna daun = Hijau
Kekuningan dan Pink
Jumlah daun = 2

7
3 Minggu ke 1 KAMG 3 Tinggi tanaman =
11/11/2020 11,57 cm
Warna daun = Hijau
Kekuningan
Jumlah daun = 1

4 Minggu ke 2 KAMG 1 Tinggi tanaman =


18/11/2020 36,62 cm
Warna daun = Hijau
Jumlah daun = 4

5 Minggu ke 2 KAMG 2 Tinggi tanaman =


18/11/2020 33,75 cm
Warna daun = Hijau
dan Putih
Jumlah daun = 4

8
6 Minggu ke 2 KAMG 3 Tinggi tanaman = 40
18/11/2020 cm
Warna daun = Hijau
Jumlah daun = 4

7 Minggu ke 3 KAMG 1 Tinggi tanaman =


25/11/2020 44,12 cm
Warna daun = Hijau
Kemerahan
Jumlah daun = 4

8 Minggu ke 3 KAMG 2 Tinggi tanaman =


25/11/2020 45,67 cm
Warna daun = Hijau
Jumlah daun = 4

9
9 Minggu ke 3 KAMG 3 Tinggi tanaman =
25/11/2020 49,87 cm
Warna daun = Hijau
Jumlah daun = 4

Tabel 2. Pengamatan Setelah Destruksi


No Pengamatan ke Perlakuan Foto Variabel Pengamatan
1 Minggu ke 4 KAMG 1 Panjang akar = 51,5
2/12/2020 cm

10
2 Minggu ke 4 KAMG 2 Panjang akar = 57 cm
2/12/2020

3 Minggu ke 4 KAMG 3 Panjang akar = 55 cm


2/12/2020

Kesimpulan = inokulasi mikoriza berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman


jagung dan pada panjang akar tanaman tetapi tidak mempengaruhi jumlah dan
warna daun tanaman jagung.

B. Pembahasan

Salah satu jamur yang dapat digunakan dan efektif dalam memenuhi
kebutuhan unsur hara bagi tanaman adalah mikoriza. Mikoriza merupakan suatu
bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan akar tanaman. Struktur yang
terbentuk dari asosiasi ini tersusun secara beraturan dan memperlihatkan

11
spektrum yang sangat luas, baik dalam hal tanaman inang, jenis cendawan
maupun penyebarannya. Umumya mikoriza dibedakan dalam tiga kelompok,
yaitu endomikoriza (pada jenis tanaman pertanian), ektomikoriza (pada jenis
tanaman kehutanan), dan ektendomikoriza. Ektomikoriza menjajah akar dan
tumbuh ke dalam akar tetapi tidak tumbuh ke dalam sel-sel akar. Ektomikoriza
tinggal di luar dan itulah mengapa jamur ini disebut sebagai ektomikoriza.
Sedangkan endomikoriza merupakan jamur yang tumbuh ke dalam akar dan di
dalam sel-sel individu dari akar. Endomikroiza merupakan jenis mikoriza yang
paling umum dan banyak ditemukan di alam sehingga jamur ini sering disebut
juga sebagai mikoriza arbuskula.
Setiadi (2003), menyebutkan bahwa mikoriza sangat berperan dalam
meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi lahan kritis yang berupa
kekeringan dan banyak terdapatnya logam-logam berat sehingga dapat
meningkatkan penyerapan jumlah P yang tersedia bagi tanaman. Menurut
Wicaksono dkk. (2014), cendawan mikoriza merupakan cendawan obligat,
dimana kelangsungan hidupnya berasosiasi dengan akar tanaman melalui spora.
Bentuk asosiasi antara cendawan mikoriza dan akar, sebenarnya adalah suatu
bentuk parasit dimana cendawan menyerang sistem perakaran, tetapi tidak
sebagaimana halnya parasit yang berbahaya (patogen). Dalam hal ini cendawan
tidak merusak atau tidak membunuh tanaman inangnya tetapi memberikan suatu
keuntungan kepada tanaman inangnya dan sebaliknya cendawan dapat
memperoleh karbohidrat dan faktor pertumbuhan lainya dari tanaman inang.
Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) termasuk ke dalam golongan
endomikoriza yang bermanfaat bagi tanaman terutama dalam meningkatkan
penyerapan unsur hara. CMA memproduksi enzim fosfatase yang dapat
menguraikan ikatan P, sehingga unsur P yang berasal dari dalam tanah mudah
diserap oleh tanaman. Selain dapat menyediakan unsur hara, CMA juga dapat
menjadikan tanah lebih gembur serta menghindari serangan patogen pada akar.
Produktivitas tanaman jagung akan meningkat jika hasil fotosintesis atau
fotosintat yang disebarkan ke bagian tongkol jagung semakin tinggi. Fotosintat
meningkat apabila penyerapan unsur hara optimal. Penyerapan unsur hara

12
tersebut dapat dioptimalkan dengan pemberian mikoriza (Utomo dkk., 2017).
Mikoriza memiliki dosis optimal, sehingga jika dosis ditingkatkan maka akan
menyebabkan penurunan derajat infeksi. Inokulan mikoriza yang terlalu banyak
di daerah perakaran akan menimbulkan persaingan interspesifik dalam
memperoleh energi (Novi, 2011).
Pada praktikum kali ini, dilakukan penanaman benih jagung dengan 3
perlakuan berbeda yang diberikan. Pertama, yaitu KAMG 1 dengan perlakuan
tanah dikukus dan tanpa inokulasi mikoriza, kedua yaitu KAMG 2 dengan
perlakuan tanah dikukus dan dengan inokulasi mikoriza, ketiga yaitu KAMG 3
dengan perlakuan tanah tanpa dikukus dan dengan inokulasi mikoriza.
Pengamatan dilakukan selama 3 minggu dengan variabel yang diamati meliputi
tinggi tanaman, warna daun, dan jumlah daun. Pada minggu ke 4, dilakukan
destruksi tanaman untuk mengetahui pertumbuhan panjang akar pada tanaman
jagung.
Dari Tabel 1 tampak bahwa faktor inokulasi mikoriza dalam hal ini pada
perlakuan KAMG 2 dan KAMG 3 menunjukkan pengaruh yang lebih dominan
dibandingkan dengan pengaruh perlakuan tanpa inokulasi pada KAMG 1.
Kedua faktor perlakuan baik KAMG 1 maupun KAMG 3 menunjukkan interaksi
yang signifikan terhadap tinggi tanaman jagung. Inokulasi CMA (Cendawan
Mikoriza Arbuskula) dapat menghasilkan beberapa hormon yang bisa
digunakan untuk pertumbuhan tanaman, diantaranya yaitu hormon auksin,
giberelin, sitokinin yang dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Hal ini didukung oleh penelitian Hakiki (2013) terhadap
CMA yang terbukti dapat menghasilkan hormon seperti sitokinin, auksin, dan
giberelin.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa pemberian inokulasi mikoriza
mempengaruhi tinggi tanaman jagung. Tinggi tanaman merupakan dasar
pengukuran dari pertumbuhan tanaman. Sebagaimana dinyatakan oleh Harjanti
dkk (2014) bahwa tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan maupun
sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui pengaruh
perlakuan yang diterapkan dalam percobaan atau sebagai indikator untuk

13
mengetahui pengaruh lingkungan. Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian
inokulasi mikoriza pada perlakuan KAMG 2 minggu ketiga sudah meningkatkan
tinggi tanaman sebesar 45,67 cm atau lebih tinggi 1,55 cm dibanding dengan
tanpa pemberian inokulasi mikoriza pada KAMG 1 (44,12 cm). Begitupun pada
perlakuan KAMG 3 minggu ketiga sudah meningkatkan tinggi tanaman sebesar
49,87 cm atau lebih tinggi 5,75 cm dibanding dengan tanpa pemberian inokulasi
mikoriza pada KAMG 1 (44,12 cm). Muis dkk (2016) menyatakan bahwa salah
satu manfaat CMA yaitu dapat membantu penyerapan P organik di dalam tanah
dan merubahnya menjadi P anorganik yang dapat diserap oleh tanaman serta
membantu meningkatkan enzim fosfatase yang dihasilkan oleh CMA untuk
pemanjangan sel-sel tanaman.
Peningkatan tinggi tanaman pada KAMG 2 dan KAMG 3 dengan
perlakuan inokulasi disebabkan keberadaan mikoriza yang mampu menguraikan
unsur yang terikat terutama unsur P, sehingga penyerapan terhadap unsur
tersebut lebih maksimal. Penyerapan yang lebih maksimal menyebabkan proses
pertumbuhan tanaman berjalan lebih optimal (Utomo dkk., 2017). Tanaman
yang kekurangan P ditandai dengan tinggi tanaman relatif kerdil (Ainun dkk.,
2019). Perlakuan CMA dapat meningkatkan tinggi tanaman karena CMA dapat
menstimulus pembentukan hormon auksin pada tanaman yang berfungsi sebagai
pembelahan dan pemanjangan sel (Talanca, 2010).
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang,
umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai
penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan
organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena
tumbuhan adalah organisme autotrof obligat yang harus memasok energinya
sendiri melalui konservasi energi cahaya menjadi energi kimia (Nurjanah,
2017). Tingkat kehijauan daun merupakan indikator banyaknya klorofil daun
yang akan digunakan untuk fotosintesis.
Hasil pengamatan pada warna daun menunjukkan rata-rata warna daun
yang tumbuh pada awal pertumbuhan berwarna hijau kekuningan. Baru pada
minggu selanjutnya daun berwarna hijau segar. Keseragaman warna daun yang

14
ada menunjukkan bahwa pemberian inokulasi mikoriza tidak berpengaruh
secara nyata pada warna daun tanaman. Kandungan klorofil pada tanaman
sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Daun tanaman yang ternaungi
mempunyai klorofil yang lebih banyak, sedangkan daun yang terkena sinar atau
cahaya matahari yang kuat akan tampak berkurang warna hijaunya atau tampak
berwarna kekuning-kuningan. Hal ini didukung oleh Suharni (2004) yang
menyatakan bahwa warna daun pada tanaman jagung dipengaruhi oleh
banyaknya klorofil, kandungan unsur N dan sinar atau cahaya matahari. Jika
sinar atau cahaya matahari yang diterima lebih banyak maka menyebabkan
klorofil berkurang warna hijaunya, klorofil menjadi hijau kekuning-kuningan
dan kepekaan setiap spesies tanaman akan berbeda.
Hasil pengamatan pada rerata jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil pengamatan pada minggu kedua dan ketiga menunjukkan jumlah daun
yang sama pada ketiga perlakuan yang diberikan yaitu sebanyak 4 helai.
Menurut hasil penelitian Masfufah (2015) beberapa pemberian CMA tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun khususnya pada tanaman yang masih
muda. Pemberian CMA yang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun ini
juga diduga karena jumlah daun lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dari
tanaman jagung sehingga menyebabkan jumlah daun tidak berbeda. Hal ini
sesuai dengan pendapat Martoyo (2001) bahwa respon terhadap jumlah daun
pada umumnya kurang memberikan gambaran yang jelas karena pertumbuhan
daun mempunyai hubungan yang erat dengan faktor genetik. Tinggi tanaman
yang rendah juga dapat mempengaruhi jumlah helain daun, hal ini dikuatkan
oleh oleh Bara (2010) dalam penelitiannya bahwa tinggi tanaman
mempengaruhi jumlah daun, artinya semakin tinggi tanaman maka semakin
banyak juga jumlah daunnya. Oleh karena itu, jumlah daun jagung ini masih
dapat bertambah jika tinggi tanaman dapat lebih tinggi.
Pada minggu ke 4 pengamatan, dilakukan destruksi tanaman guna melihat
pengaruh inokulasi terhadap panjang perakaran tanaman jagung. Panjang akar
merupakan variabel yang mempengaruhi serapan nutrisi oleh akar, semakin
panjang ukuran akar maka semakin besar kemungkinan hara diserap (Sinaga dan

15
Ma’ruf, 2016). Assosiasi akar tanaman dengan CMA dimulai sejak CMA
menghasilkan hifa yang dapat berassosiasi dengan akar tanaman. Hifa tersebut
berperan sebagai media pertukaran fotosintat dari tanaman dan unsur hara
terutama P dari lingkungan (Parapasan dan Adryadi, 2014). Pemberian CMA
pada tanaman cukup satu kali karena CMA akan berasosiasi pada akar tanaman
sampai tanaman tersebut mati (Anggarini dkk., 2012)
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanaman dengan perlakuan
inokualsi CMA yaitu pada KAMG 2 dan KAMG 3 memiliki perakaran yang
lebih panjang. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza
menyebabkan akar tanaman jagung lebih panjang, yaitu 57 cm pada perlakuan
kukus dan inokulasi (KAMG 2) serta 55 cm pada perlakuan non kukus dan
inokulasi (KAMG 3). Adetya (2019) menyatakan bahwa pemberian mikoriza
dapat mengemburkan tanah disekitar perakaran sehingga perakaran lebih mudah
berkembang dan memanjang. Berdasarkan penelitian Quilambo (2003) efisiensi
penyerapan hara pada akar yang bermikoriza meningkat lebih baik diandingkan
dengan tanaman tanpa mikoriza. Hal ini disebabkan oleh pengambilan dan
pengangkutan hara oleh mikoriza. Mikoriza secara efektif dapat meningkatkan
penyerapan unsur hara makro (N,P, K, Ca, Mg dan fe) dan unsur mikro (Cu, Mn
dan Zn). Selain itu akar bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk
terikat dan tidak tersedia untuk tanaman (Permanasari et al., 2016).
Dalam kaitan dengan main effect pengaruh inokulasi mikoriza, dapat
dilihat dari Tabel 2 dan Tabel 3 bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa
inokulasi mikoriza berpengaruh positif terhadap komponen hasil tanaman
jagung, yaitu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun satuan, dan pada
panjang akar tanaman.

16
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu:


1. Tanaman jagung yang diberi perlakuan inokulasi mikoriza dapat meningkatkan
tinggi tanaman dan panjang akar, tetapi tidak mempengaruhi jumlah dan warna
daun tanaman jagung.
2. Cendawan mikoriza termasuk ke dalam golongan endomikoriza yang
bermanfaat bagi tanaman terutama dalam meningkatkan penyerapan unsur
hara, menjadikan tanah lebih gembur serta menghindari serangan patogen pada
akar.

B. Saran

Sebaiknya video yang dilampirkan berbahasa Indonesia sehingga dapat lebih


mudah dipahami oleh praktikan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adetya, S. Nurhatika, & A., Muhibuddin. 2019. Pengaruh Pupuk Mikoriza


Terhadap Pertumbuhan Cabai Rawit (Capsicum frutescens) di Tanah Pasir. J.
Sains dan Seni ITS, 7(2): 75–79.
Ainun, S.M, Safruddin, & Syafrizal. 2019. Pengaruh Dosis Mikoriza dan Pupuk
Phonska NPK 15-15-15 terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis
(Zea mays saccharata Sturt). BERNAS Agricultural Research Journal, 15(2):
35-43.
Anggraini, AM., Tohari & D. Kastono. 2012. Pengaruh Mikoriza terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) pada
Tunggul Pertama dan Kedua. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bakhri, Syamsul. 2013. Budidaya Jagung Dengan Konsep Pengelolaan Tanaman
Terpadu. Sulawesi Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk
Hayati. (R. D. M. Simanungkalit, D. A. Suriadikarta, R. Saraswati, D.
Setyorini, & W. Hartatik, Eds.). Bogor, Jawa Barat: Balai BesarLitbang
Sumberdaya Lahan Pertanian.
Bara Aria. 2010. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Dan Frekuensi Pemberian Pupuk
Urea Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea Mays L.) di Lahan
Kering. [Skripsi] Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Bustami, Sufardi, & Bakhtiar. 2012. Serapan Hara dan Efisiensi Pemupukan
Phosfat serta Pertumbuhan Padi Varietas Lokal. Jurnal manajemen
sumberdaya lahan, 1(2): 159-170.
Harjanti R.A, Tohari, Utami Sri Nurhayani Hidayah. 2014. Pengaruh Takaran
Pupuk Nitrogen dan Silika terhadap Pertumbuhan Awal (Saccharum
officinarum L.) pada Inceptisol. Jurnal Vegetalika, 3(2): 35-44.
Hakiki, T. N. 2013. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L.)
Merrill) yang Diberi Fungi Mikoriza Arbuskular pada Tanah Salin. Jurnal
Online Agroekoteknologi 1(2): 421-427.

18
Masfufah, R. 2015. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Indigenus
Bali pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.). [Skripsi] Universitas Udayana,
Bali.
Muis, R, M. Ghulamahdi, M. Melati, Purwono, & I. Mansur. 2016. Kompatibilitas
Funfi Mikoriza Arbukular dengan Tanaman Kedelai pada Budi Daya Jenuh
Air. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 35(3): 229-237.
Novi. 2011.Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula pada beberapa Taraf Dosis dan
Variasi Waktu Pemberian Fosfat terhadap Bibit Pisang Kultivar Jantan.
Paeru, R. H., & Trias Qurnia Dewi, S. P. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung.
Penebar Swadaya Grup.
Parapasan, Y. & Adryade, R.G. 2014. Waktu dan Cara Aplikasi Cendawan
Mikoriza Arbuskula (CMA) pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Kopi. Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan, 13(3): 203-208.
Permanasari, I., Dewi, K., Irfan, M. & Arminudin, A. 2016. Peningkatan Efisiensi
Pupuk Fosfat Melalui Aplikasi Mikoriza Pada Kedelai. J. Agroteknologi,
6(2): 23–30.
Quilambo, O. 2003. Simbiosis Mikoriza Vesikular Arbuskula. African J.
Biotechnol, 2: 539–546.
Setiadi Y. 2003. Arbuscular Mycorrhizal Inoculum Production. Program dan
Abstrak Seminar dan Pameran. Teknologi Produksi dan Pemanfaatan
Inokulan Endo-ektomikoriza untuk pertanian, perkebunan dan kehutanan.
Bandung. p.10.
Sinaga, A., & Ma'ruf, A. 2016. Tanggapan hasil pertumbuhan tanaman jagung
akibat pemberian pupuk urea, SP-36 dan KCl. Bernas, 12(3): 51-58.
Suharti, N., Habazar, T., Nasir, N., Dachryanus, & Jamsari. 2011. Induksi
Ketahanan Tanaman Jahe Terhadap Penyakit Layu Ralstonia solanacearum
Ras 4 Menggunakan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) Indigenus. Jurnal
HPT Tropika, 11(1): 102–111.
Talanca, H. 2010. Status Cendawan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) pada
Tanaman.Prosiding Pekan Serealia Nasional. Balai Penelitian Tanaman
Serealia, Sulawesi Selatan.

19
Tjitrosoepomo, G. 2013. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Utomo, W, Murti A, Yulia, E.S. 2017. Pengaruh Mikoriza dan Jarak Tanam
terhadap Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. saccharata Sturt). J.
Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika, 2(1): 28-33.
Wicaksono, M.I. Rahayu, M. & Samanhudi. 2014. Pengaruh Pemberian dan Pupuk
Organik Terhadap Pertumbuhan Bawang Putih. Jurnal ilmu-ilmu pertanian,
29(1).

20
LAMPIRAN

Lampiran 1. Link Youtube


https://youtu.be/GPEOcy_I1OM
Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum

Alat dan Bahan Pengamatan Minggu 1

Pengukuran Panjang Akar Proses Destruksi

Hasil Destruksi Perakaran Jagung Proses Pembersihan Tanah Perakaran

21
BIODATA

Afri Setyawan dilahirkan di Dusun Sitikan, Desa Ropoh,


Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonososbo, Jawa Tengah
pada tanggal 22 April 2001. Penulis merupakan anak kedua
dari dua bersaudara pasangan dari Bapak Romelan dan Ibu
Kusmiyati. Penulis menyelesaikan pendidikan taman
kanak-kanak di RA Masyitoh 2 Ropoh pada tahun 2007.
Pada tahun itu juga penulis melanjutkan pendidikan sekolah
dasar di SD Negeri 1 Ropoh dan menamatkan pendidikan dasar pada tahun 2013.
Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP
Negeri 5 Kepil dan lulus pada tahun 2016. Setelah itu, penulis melanjutkan
pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Wonosobo dan lulus pada
tahun 2019. Tahun 2019 Alhamdulillah penulis diterima di Universitas Jenderal
Soedirman Fakultas Pertanian pada program studi Agroteknologi.

22

Anda mungkin juga menyukai