MIKROBIOLOGI PERTANIAN
ACARA 11
INOKULASI MIKORIZA PADA BENIH JAGUNG
Oleh:
Nama : Afri Setyawan
NIM : A1D019117
Kelas :E
PJ Asisten : Gayuh Lestari
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Praktikum
Mikrobiologi Pertanian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun
laporan ini saya susun sebagai bagian dari penilaian mata kuliah Mikrobiologi
Pertanian. Penulisan laporan praktikum ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak.
Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Seluruh dosen pengampu mata kuliah Mikrobiologi Pertanian.
2. Asisten praktikum Mikrobiologi Pertanian.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini tentu tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan dalam penulisannya. Maka dari itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan penulisan laporan ke
depannya. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ..................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
III. METODE PRAKTIKUM ....................................................................... 6
A. Bahan dan Alat ........................................................................................ 6
B. Prosedur Kerja ........................................................................................ 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 7
A. Hasil ......................................................................................................... 7
B. Pembahasan ........................................................................................... 11
V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 17
A. Kesimpulan ............................................................................................ 17
B. Saran ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18
LAMPIRAN ..................................................................................................... 21
BIODATA ........................................................................................................ 22
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
mikoriza mampu meningkatkan unsur hara baik makro maupun mikro dan dapat
menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman seperti
P. Mikoriza mempunyai kemampuan untuk berasosiasi dengan hampir 90% jenis
tanaman dan membantu dalam meningkatkan efisiensi penyerapan unsur hara
terutama fosfor pada lahan marjinal.
B. Tujuan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
2. Fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang
terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina
(silking), fase ini di identifikasi dengan jumlah daun yang terbentuk.
3. Fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak
fisiologis.
Jagung dinilai memiliki responsifitas yang tinggi terhadap beberapa jenis
unsur hara karena aktivitas fotosintesisnya yang melalui jalur C4, jalur C4
memerlukan unsur hara yang lebih tinggi untuk mengimbangi aktivitas fisiologis
dan metabolismenya yang tinggi. Jagung membutuhkan unsur hara nitrogen,
posfor dan kalium dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan tanaman C3.
Kekhasan jalur C4 dalam menggunakan nutrisi menjadikan jagung sangat
direkomendasikan dalam pendugaan kesuburan tanah secara biologis (Sinaga
dan Ma’ruf, 2016). Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas penting yang
setiap tahun mengalami peningkatan produksi mencapai 10-11% (Akhsan,
2012).
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagung adalah dengan
pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam
budidaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemberian pupuk
berperan dalam menambah atau mempertahankan kesuburan tanah. Kesuburan
tanah dinilai berdasarkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, baik hara
makro maupun hara mikro secara berkecukupan dan berimbang (Bustami et al.,
2012). Pemakaian pupuk kimia secara terus-menerus ternyata memberikan
dampak negatif seperti merusak struktur tanah, meningkatkan keasaman tanah
(Yusnaini, 2019) dan menurunkan jumlah populasi mikroorganisme tanah
(Suratmi, 2019). Dampak negatif tersebut dapat dihindari dengan penggunaan
pupuk hayati, salah satunya adalah dengan pengaplikasian Cendawan Mikoriza
Arbuskula (CMA).
Mikoriza merupakan salah satu bentuk simbiosis mutualisme antara jamur
dan sistem akar tanaman tingkat tinggi. Jamur mikoriza arbuskular (JMA)
sendiri merupakan salah satu kelompok jamur tanah biotrof obligat yang tidak
dapat tumbuh bila terpisah dari tanaman inang (Balai Besar Litbang Sumberdaya
4
Lahan Pertanian, 2006) dan termasuk agens pengendali hayati yang cukup
potensial. JMA menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, membentuk
jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang bermikoriza tersebut mampu
meningkatkan kapasitas dalam penyerapan hara dan air (Rungkat, 2009). Selain
berperan dalam pertumbuhan, JMA juga dilaporkan dapat menjadi agens
pengendalian hayati (Biological Control) yang potensial (Suharti et al., 2011).
JMA tidak hanya berasosiasi pada satu jenis tanaman akan tetapi dapat
menginfeksi atau berasosiasi pada semua tanaman (Nurbaity dkk., 2009).
Pemberian JMA dengan dosis tertentu dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman (Musfal, 2010). Inokulasi JMA pada fase pembibitan akan
menghasilkan simbiosis yang lebih baik antara tanaman dengan JMA.
5
III. METODE PRAKTIKUM
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu benih jagung, air, kemasan
air minum gelas (KAMG) bekas, tanah ultisol, dan tanah perakaran jagung. Alat
yang digunakan pada praktikum ini yaitu presto, gelas ukur, mortar dan pestle.
B. Prosedur Kerja
6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
7
3 Minggu ke 1 KAMG 3 Tinggi tanaman =
11/11/2020 11,57 cm
Warna daun = Hijau
Kekuningan
Jumlah daun = 1
8
6 Minggu ke 2 KAMG 3 Tinggi tanaman = 40
18/11/2020 cm
Warna daun = Hijau
Jumlah daun = 4
9
9 Minggu ke 3 KAMG 3 Tinggi tanaman =
25/11/2020 49,87 cm
Warna daun = Hijau
Jumlah daun = 4
10
2 Minggu ke 4 KAMG 2 Panjang akar = 57 cm
2/12/2020
B. Pembahasan
Salah satu jamur yang dapat digunakan dan efektif dalam memenuhi
kebutuhan unsur hara bagi tanaman adalah mikoriza. Mikoriza merupakan suatu
bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan akar tanaman. Struktur yang
terbentuk dari asosiasi ini tersusun secara beraturan dan memperlihatkan
11
spektrum yang sangat luas, baik dalam hal tanaman inang, jenis cendawan
maupun penyebarannya. Umumya mikoriza dibedakan dalam tiga kelompok,
yaitu endomikoriza (pada jenis tanaman pertanian), ektomikoriza (pada jenis
tanaman kehutanan), dan ektendomikoriza. Ektomikoriza menjajah akar dan
tumbuh ke dalam akar tetapi tidak tumbuh ke dalam sel-sel akar. Ektomikoriza
tinggal di luar dan itulah mengapa jamur ini disebut sebagai ektomikoriza.
Sedangkan endomikoriza merupakan jamur yang tumbuh ke dalam akar dan di
dalam sel-sel individu dari akar. Endomikroiza merupakan jenis mikoriza yang
paling umum dan banyak ditemukan di alam sehingga jamur ini sering disebut
juga sebagai mikoriza arbuskula.
Setiadi (2003), menyebutkan bahwa mikoriza sangat berperan dalam
meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi lahan kritis yang berupa
kekeringan dan banyak terdapatnya logam-logam berat sehingga dapat
meningkatkan penyerapan jumlah P yang tersedia bagi tanaman. Menurut
Wicaksono dkk. (2014), cendawan mikoriza merupakan cendawan obligat,
dimana kelangsungan hidupnya berasosiasi dengan akar tanaman melalui spora.
Bentuk asosiasi antara cendawan mikoriza dan akar, sebenarnya adalah suatu
bentuk parasit dimana cendawan menyerang sistem perakaran, tetapi tidak
sebagaimana halnya parasit yang berbahaya (patogen). Dalam hal ini cendawan
tidak merusak atau tidak membunuh tanaman inangnya tetapi memberikan suatu
keuntungan kepada tanaman inangnya dan sebaliknya cendawan dapat
memperoleh karbohidrat dan faktor pertumbuhan lainya dari tanaman inang.
Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) termasuk ke dalam golongan
endomikoriza yang bermanfaat bagi tanaman terutama dalam meningkatkan
penyerapan unsur hara. CMA memproduksi enzim fosfatase yang dapat
menguraikan ikatan P, sehingga unsur P yang berasal dari dalam tanah mudah
diserap oleh tanaman. Selain dapat menyediakan unsur hara, CMA juga dapat
menjadikan tanah lebih gembur serta menghindari serangan patogen pada akar.
Produktivitas tanaman jagung akan meningkat jika hasil fotosintesis atau
fotosintat yang disebarkan ke bagian tongkol jagung semakin tinggi. Fotosintat
meningkat apabila penyerapan unsur hara optimal. Penyerapan unsur hara
12
tersebut dapat dioptimalkan dengan pemberian mikoriza (Utomo dkk., 2017).
Mikoriza memiliki dosis optimal, sehingga jika dosis ditingkatkan maka akan
menyebabkan penurunan derajat infeksi. Inokulan mikoriza yang terlalu banyak
di daerah perakaran akan menimbulkan persaingan interspesifik dalam
memperoleh energi (Novi, 2011).
Pada praktikum kali ini, dilakukan penanaman benih jagung dengan 3
perlakuan berbeda yang diberikan. Pertama, yaitu KAMG 1 dengan perlakuan
tanah dikukus dan tanpa inokulasi mikoriza, kedua yaitu KAMG 2 dengan
perlakuan tanah dikukus dan dengan inokulasi mikoriza, ketiga yaitu KAMG 3
dengan perlakuan tanah tanpa dikukus dan dengan inokulasi mikoriza.
Pengamatan dilakukan selama 3 minggu dengan variabel yang diamati meliputi
tinggi tanaman, warna daun, dan jumlah daun. Pada minggu ke 4, dilakukan
destruksi tanaman untuk mengetahui pertumbuhan panjang akar pada tanaman
jagung.
Dari Tabel 1 tampak bahwa faktor inokulasi mikoriza dalam hal ini pada
perlakuan KAMG 2 dan KAMG 3 menunjukkan pengaruh yang lebih dominan
dibandingkan dengan pengaruh perlakuan tanpa inokulasi pada KAMG 1.
Kedua faktor perlakuan baik KAMG 1 maupun KAMG 3 menunjukkan interaksi
yang signifikan terhadap tinggi tanaman jagung. Inokulasi CMA (Cendawan
Mikoriza Arbuskula) dapat menghasilkan beberapa hormon yang bisa
digunakan untuk pertumbuhan tanaman, diantaranya yaitu hormon auksin,
giberelin, sitokinin yang dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Hal ini didukung oleh penelitian Hakiki (2013) terhadap
CMA yang terbukti dapat menghasilkan hormon seperti sitokinin, auksin, dan
giberelin.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa pemberian inokulasi mikoriza
mempengaruhi tinggi tanaman jagung. Tinggi tanaman merupakan dasar
pengukuran dari pertumbuhan tanaman. Sebagaimana dinyatakan oleh Harjanti
dkk (2014) bahwa tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan maupun
sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui pengaruh
perlakuan yang diterapkan dalam percobaan atau sebagai indikator untuk
13
mengetahui pengaruh lingkungan. Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian
inokulasi mikoriza pada perlakuan KAMG 2 minggu ketiga sudah meningkatkan
tinggi tanaman sebesar 45,67 cm atau lebih tinggi 1,55 cm dibanding dengan
tanpa pemberian inokulasi mikoriza pada KAMG 1 (44,12 cm). Begitupun pada
perlakuan KAMG 3 minggu ketiga sudah meningkatkan tinggi tanaman sebesar
49,87 cm atau lebih tinggi 5,75 cm dibanding dengan tanpa pemberian inokulasi
mikoriza pada KAMG 1 (44,12 cm). Muis dkk (2016) menyatakan bahwa salah
satu manfaat CMA yaitu dapat membantu penyerapan P organik di dalam tanah
dan merubahnya menjadi P anorganik yang dapat diserap oleh tanaman serta
membantu meningkatkan enzim fosfatase yang dihasilkan oleh CMA untuk
pemanjangan sel-sel tanaman.
Peningkatan tinggi tanaman pada KAMG 2 dan KAMG 3 dengan
perlakuan inokulasi disebabkan keberadaan mikoriza yang mampu menguraikan
unsur yang terikat terutama unsur P, sehingga penyerapan terhadap unsur
tersebut lebih maksimal. Penyerapan yang lebih maksimal menyebabkan proses
pertumbuhan tanaman berjalan lebih optimal (Utomo dkk., 2017). Tanaman
yang kekurangan P ditandai dengan tinggi tanaman relatif kerdil (Ainun dkk.,
2019). Perlakuan CMA dapat meningkatkan tinggi tanaman karena CMA dapat
menstimulus pembentukan hormon auksin pada tanaman yang berfungsi sebagai
pembelahan dan pemanjangan sel (Talanca, 2010).
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang,
umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai
penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan
organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena
tumbuhan adalah organisme autotrof obligat yang harus memasok energinya
sendiri melalui konservasi energi cahaya menjadi energi kimia (Nurjanah,
2017). Tingkat kehijauan daun merupakan indikator banyaknya klorofil daun
yang akan digunakan untuk fotosintesis.
Hasil pengamatan pada warna daun menunjukkan rata-rata warna daun
yang tumbuh pada awal pertumbuhan berwarna hijau kekuningan. Baru pada
minggu selanjutnya daun berwarna hijau segar. Keseragaman warna daun yang
14
ada menunjukkan bahwa pemberian inokulasi mikoriza tidak berpengaruh
secara nyata pada warna daun tanaman. Kandungan klorofil pada tanaman
sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Daun tanaman yang ternaungi
mempunyai klorofil yang lebih banyak, sedangkan daun yang terkena sinar atau
cahaya matahari yang kuat akan tampak berkurang warna hijaunya atau tampak
berwarna kekuning-kuningan. Hal ini didukung oleh Suharni (2004) yang
menyatakan bahwa warna daun pada tanaman jagung dipengaruhi oleh
banyaknya klorofil, kandungan unsur N dan sinar atau cahaya matahari. Jika
sinar atau cahaya matahari yang diterima lebih banyak maka menyebabkan
klorofil berkurang warna hijaunya, klorofil menjadi hijau kekuning-kuningan
dan kepekaan setiap spesies tanaman akan berbeda.
Hasil pengamatan pada rerata jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil pengamatan pada minggu kedua dan ketiga menunjukkan jumlah daun
yang sama pada ketiga perlakuan yang diberikan yaitu sebanyak 4 helai.
Menurut hasil penelitian Masfufah (2015) beberapa pemberian CMA tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun khususnya pada tanaman yang masih
muda. Pemberian CMA yang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun ini
juga diduga karena jumlah daun lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dari
tanaman jagung sehingga menyebabkan jumlah daun tidak berbeda. Hal ini
sesuai dengan pendapat Martoyo (2001) bahwa respon terhadap jumlah daun
pada umumnya kurang memberikan gambaran yang jelas karena pertumbuhan
daun mempunyai hubungan yang erat dengan faktor genetik. Tinggi tanaman
yang rendah juga dapat mempengaruhi jumlah helain daun, hal ini dikuatkan
oleh oleh Bara (2010) dalam penelitiannya bahwa tinggi tanaman
mempengaruhi jumlah daun, artinya semakin tinggi tanaman maka semakin
banyak juga jumlah daunnya. Oleh karena itu, jumlah daun jagung ini masih
dapat bertambah jika tinggi tanaman dapat lebih tinggi.
Pada minggu ke 4 pengamatan, dilakukan destruksi tanaman guna melihat
pengaruh inokulasi terhadap panjang perakaran tanaman jagung. Panjang akar
merupakan variabel yang mempengaruhi serapan nutrisi oleh akar, semakin
panjang ukuran akar maka semakin besar kemungkinan hara diserap (Sinaga dan
15
Ma’ruf, 2016). Assosiasi akar tanaman dengan CMA dimulai sejak CMA
menghasilkan hifa yang dapat berassosiasi dengan akar tanaman. Hifa tersebut
berperan sebagai media pertukaran fotosintat dari tanaman dan unsur hara
terutama P dari lingkungan (Parapasan dan Adryadi, 2014). Pemberian CMA
pada tanaman cukup satu kali karena CMA akan berasosiasi pada akar tanaman
sampai tanaman tersebut mati (Anggarini dkk., 2012)
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanaman dengan perlakuan
inokualsi CMA yaitu pada KAMG 2 dan KAMG 3 memiliki perakaran yang
lebih panjang. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza
menyebabkan akar tanaman jagung lebih panjang, yaitu 57 cm pada perlakuan
kukus dan inokulasi (KAMG 2) serta 55 cm pada perlakuan non kukus dan
inokulasi (KAMG 3). Adetya (2019) menyatakan bahwa pemberian mikoriza
dapat mengemburkan tanah disekitar perakaran sehingga perakaran lebih mudah
berkembang dan memanjang. Berdasarkan penelitian Quilambo (2003) efisiensi
penyerapan hara pada akar yang bermikoriza meningkat lebih baik diandingkan
dengan tanaman tanpa mikoriza. Hal ini disebabkan oleh pengambilan dan
pengangkutan hara oleh mikoriza. Mikoriza secara efektif dapat meningkatkan
penyerapan unsur hara makro (N,P, K, Ca, Mg dan fe) dan unsur mikro (Cu, Mn
dan Zn). Selain itu akar bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk
terikat dan tidak tersedia untuk tanaman (Permanasari et al., 2016).
Dalam kaitan dengan main effect pengaruh inokulasi mikoriza, dapat
dilihat dari Tabel 2 dan Tabel 3 bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa
inokulasi mikoriza berpengaruh positif terhadap komponen hasil tanaman
jagung, yaitu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun satuan, dan pada
panjang akar tanaman.
16
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Masfufah, R. 2015. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Indigenus
Bali pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.). [Skripsi] Universitas Udayana,
Bali.
Muis, R, M. Ghulamahdi, M. Melati, Purwono, & I. Mansur. 2016. Kompatibilitas
Funfi Mikoriza Arbukular dengan Tanaman Kedelai pada Budi Daya Jenuh
Air. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 35(3): 229-237.
Novi. 2011.Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula pada beberapa Taraf Dosis dan
Variasi Waktu Pemberian Fosfat terhadap Bibit Pisang Kultivar Jantan.
Paeru, R. H., & Trias Qurnia Dewi, S. P. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung.
Penebar Swadaya Grup.
Parapasan, Y. & Adryade, R.G. 2014. Waktu dan Cara Aplikasi Cendawan
Mikoriza Arbuskula (CMA) pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Kopi. Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan, 13(3): 203-208.
Permanasari, I., Dewi, K., Irfan, M. & Arminudin, A. 2016. Peningkatan Efisiensi
Pupuk Fosfat Melalui Aplikasi Mikoriza Pada Kedelai. J. Agroteknologi,
6(2): 23–30.
Quilambo, O. 2003. Simbiosis Mikoriza Vesikular Arbuskula. African J.
Biotechnol, 2: 539–546.
Setiadi Y. 2003. Arbuscular Mycorrhizal Inoculum Production. Program dan
Abstrak Seminar dan Pameran. Teknologi Produksi dan Pemanfaatan
Inokulan Endo-ektomikoriza untuk pertanian, perkebunan dan kehutanan.
Bandung. p.10.
Sinaga, A., & Ma'ruf, A. 2016. Tanggapan hasil pertumbuhan tanaman jagung
akibat pemberian pupuk urea, SP-36 dan KCl. Bernas, 12(3): 51-58.
Suharti, N., Habazar, T., Nasir, N., Dachryanus, & Jamsari. 2011. Induksi
Ketahanan Tanaman Jahe Terhadap Penyakit Layu Ralstonia solanacearum
Ras 4 Menggunakan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) Indigenus. Jurnal
HPT Tropika, 11(1): 102–111.
Talanca, H. 2010. Status Cendawan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) pada
Tanaman.Prosiding Pekan Serealia Nasional. Balai Penelitian Tanaman
Serealia, Sulawesi Selatan.
19
Tjitrosoepomo, G. 2013. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Utomo, W, Murti A, Yulia, E.S. 2017. Pengaruh Mikoriza dan Jarak Tanam
terhadap Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. saccharata Sturt). J.
Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika, 2(1): 28-33.
Wicaksono, M.I. Rahayu, M. & Samanhudi. 2014. Pengaruh Pemberian dan Pupuk
Organik Terhadap Pertumbuhan Bawang Putih. Jurnal ilmu-ilmu pertanian,
29(1).
20
LAMPIRAN
21
BIODATA
22