Anda di halaman 1dari 25

NEMATODA AKAR (Helicotylenchus multicinctus)

PADA TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca L.)


Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Nematoda Tumbuhan

Dosen :
Ir. Lilis Irmawatie, M.Mpd.

Disusun Oleh :
Diman Sopian sopandi
41031500161006

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2020
KATA PENGATAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah
Nemaologi Tumbuhan dengan judul “NEMATODA PARASIT (Helicotylenchus
multicinctus) PADA TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca L.)”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandung, Januari 2020


Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................4
2.1. Tanaman Pisang ................................................................................................ 4
2.1.1. Sejarah Penyebaran Tanaman ......................................................................... 4
2.1.3. Morfologi Tanaman Pisang ............................................................................. 5
2.1.4. Ekologi Tanaman Pisang ................................................................................. 8
2.1.5. Varietas Tanaman Pisang................................................................................. 8
2.2. Nematoda Helicotylenchus multicinctus ...................................................... 10
2.2.1. Klasifikasi Nematoda Helicotylenchus multicinctus .................................. 11
2.2.2. Morfologi Helicotylenchus multicinctus ...................................................... 11
2.2.3. Siklus Hidup Helicotylenchus multicinctus ................................................. 13
2.2.4. Gejala Helicotylenchus multicinctus ............................................................ 15
2.2.5. Cara Penyebaran Helicotylenchus Multicenctus ......................................... 17
2.2.6. Dampak serangan Helicotylenchus multicenctus ...................................... 17
2.2.7. Pengendalian dan Pencegahan Helicotylenchus multicenctus .................. 18
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 21

ii
DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Tanaman Pisang Perkebunan ..................................................................... 4


2. Batang Tanaman Pisang ............................................................................ 6
3. Bunga Tanaman Pisang ............................................................................. 7
4. Buah Tanaman Pisang ............................................................................... 8
5. Nematoda Helicotylenchus multicinctus ................................................ 10
6. Morfologi Helicotylenchus multicinctus ................................................ 13
7. Siklus Nematoda Helicoytlenchus multicenctus ..................................... 14
8. Gejala Akar Pisang. ................................................................................. 15
9. Gejalah pada bagian permukaan pisang(fisik pisang) ............................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman pisang merupakan tanaman buah tertua yang dibudidayakan manusia


dan menduduki peringkat pertama dari produksi buah-buahan di dunia dengan nilai
jual mencapai US$2,5 miliar per tahun (Ploetz, 2001 cit. Brook, 2004). Di
Indonesia, berbagai kultivar pisang tumbuh dan dibudidayakan mulai dari dataran
rendah sampai dataran tinggi, tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali
sampai Sulawesi, terutama pada kondisi lingkungan yang normal panas dan lembab
dengan suhu ratarata 27,5oC dan kelembaban relatif berkisar antara 60%–95%
(Hadisoeganda, 1994). Produksi pisang di Indonesia menempati urutan ketiga
terbesar dari produksi pisang dunia, yaitu sebesar 1.896.000 ton dan pada tahun
1991 produksi meningkat sampai 2.629.000 ton meskipun luas pertanaman pisang
menurun dari 319.000 ha menjadi 193.224 ha (Hadisoeganda, 1994).
Tanaman pisang merupakan tanaman tahunan yang tumbuh pada tempat yang
sama untuk beberapa musim. Kondisi yang demikian sangat mendukung kehidupan
dan perkembangan populasi nematoda parasit tumbuhan. Kerusakan akar yang
diakibatkan oleh serangan nematoda mengakibatkan inefisiensi dalam penyerapan
air dan unsur hara. Akibat lebih lanjut, tingkat pertumbuhan tanaman terhambat,
masa pertumbuhan vegetatif menjadi panjang, umur produktif tanaman pendek,
serta jumlah tandan dan berat buah berkurang (Bridge, 1988). Penyakit pada taaman
pisang Layu bakteri pada tanaman pisang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas
solanacearum. Bakteri ini menyerang akar, bonggol hingga batang pisang. Gejala
awal terlihat adanya perubahan warna pada daun muda. Pada daun terdapat garis
coklat kekuningan ke arah tepi daun, lama kelamaan seluruh daun menguning,
berwarna cklat dan akhirnya layu. Bonggol, batang, tandan dan buah pisang yang
terserang mengeluarkan lendir berbau, berwarna putih keabu-abuan hingga coklat
kemerahan.
Kehilangan hasil akibat serangan nematoda parasit pada pisang berkisar 5–
100% (Gowen & Queneherve, 1990). Beberapa spesies nematoda parasit yang
dikenal sebagai kendala dalam budidaya pisang adalah nematoda pembuat rongga

1
Radopholus similis (Cobb) Thorne, nematoda spiral Helicotylenchus multicinctus
(Cobb) Golden, nematoda puru akar Meloidogyne incognita (Kofoid and White)
Chitwood, Pratylenchus spp., Rotylenchulus sp., dan Hoplolaimus sp. (Brook,
2004). Serangan nematoda Radopholus similis dan Helicotylenchus multicinctus
pada pisang mengakibatkan kehilangan hasil 30–50% di Costa Rica dan Panama.
40% di Afrika, dan 30–60% di India (Davide, 1995 cit. Brook, 2004). Pada
pertanaman pisang di Honduras serangan Pratylenchus spp. mengakibatkan
penurunan hasil sampai 62% (Stover, 1972 cit. Pinochet, 1978).
Nematoda terutama menyerang pada akar primer, mengganggu tegak
berdirinya batang dan mengakibatkan tanaman mudah roboh. Di samping itu,
serangan nematoda parasit pada pertanaman pisang mempunyai sifat karakteristik
yaitu beberapa genera atau spesies yang berbeda dapat menyerang secara simultan
pada tanaman yang sama (Gowen & Queneherve, 1990).
Serangan nematoda parasit seringkali berasosiasi dengan patogen tular tanah.
seperti jamur, bakteri atau virus. Kondisi demikian akan semakin memperparah
tingkat kerusakan tanaman. Sebagai contoh, serangan nematoda Pratylenchus spp.
berinteraksi dengan penyebab layu Panama dan Cylindrocarpon musae pada pisang
(Roman, 1986). Adanya asosiasi serangan nematoda Radopholus similis yang
meningkatkan infeksi Fusarium pada pisang, serta kehadiran Helicotylenchus sp.
Yang meningkatkan serangan penyakit layu oleh Ralstoniasolanacearum pada
tomat (Dropkin, 1989). Untuk itu keberadaan dan sebaran nematoda parasite
tumbuhan, terutama genera yang potensial merusak pada pertanaman pisang di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) perlu diketahui lebih dini. Diharapkan
informasi ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan sebelum
mengembangkan usaha budidaya pisang sebagai komoditas unggulan daerah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana penjelaskan dari nematoda parasit terutama nematoda spiral
Helicotylenchus multicinctus?
2. Bagaimana klasifikasi nematoda helicotylenchus Helicotylenchus multicinctus?
3. Bagaimana morfologi nematoda helicotylenchus Helicotylenchus multicinctus?

2
4. Bagaimana gejala dan ciri-ciri yang ditimbulkan oleh nematoda Helicotylenchus
multicinctus?
5. Bagaimana cara mengendalikan dan mencegah penyebaran nematoda
Helicotylenchus multicinctus?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui nematoda Helicotylenchus multicinctus?


2. Mengetahui klasifikasi Helicotylenchus multicinctus?
3. Mengetahui morfologi Helicotylenchus multicinctus?
4. Mengetahui siklus hidup nematoda Helicotylenchus multicinctus?
5. Mengetahui gejala dan ciri-ciri tanaman tanaman pisang yang terserang
nematoda Helicotylenchus multicinctus?
6. Mengetahui cara mengendalikan dan mencegah penyebaran nematoda
Helicotylenchus multicinctus?

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Tanaman Pisang

2.1.1. Sejarah Penyebaran Tanaman


Pisang yang ada sekarang diduga merupakan hasil persilangan alami dari
pisang liar dan telah mengalami domestikasi. Beberapa literatur menyebutkan pusat
keanekaragaman tanaman pisang berada di kawasan Asia Tenggara (Satuhu dan
Supriyadi, 1990: 2).
Para ahli botani memastikan daerah asal tanaman pisang adalah India, jazirah
Malaya, dan Filipina. Penyebaran tanaman pisang dari daerah asal ke berbagai
wilayah negara di dunia terjadi mulai tahun 1000 SM. Penyebaran pisang di wilayah
timur antara lain melalui Samudera Pasifik dan Hawai. Sedangkan penyebaran
pisang di wilayah barat melalui Samudera Hindia, Afrika sampai pantai timur
Amerika. Sekitar tahun 500, orang-orang Indonesia berjasa menyebarkan tanaman
pisang ke pulau Madagaskar. Pada tahun 650, pahlawan-pahlawan Islam di negara
Arab telah menyebarkan tanaman pisang di sekitar laut tengah.
Inventarisasi plasma nutfah pisang di Indonesia dimulai pada abad XVIII.
Dalam buku yang berjudul Herbarium Amboninese karangan Rumphius yang
diterbitkan tahun 1750, telah dikenal beberapa jenis pisang hutan dan pisang
budidaya yang terdapat di Kepulauan Maluku (Rukmana, 1999 : 13).
Pengembangan budidaya tanaman pisang pada 8 mulanya terpusat di daerah
Banyuwangi, Palembang, dan beberapa daerah di Jawa Barat.

Gambar 1. Tanaman Pisang Perkebunan


Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Pisang

4
2.1.2. Klasifikasi Tanaman Pisang
Kedudukan tanaman pisang dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah
sebagai berikut :
Kinggdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca L. (Tjitrosoepomo, 2000)

Pisang termasuk famili Musaceae dari ordo Scitaminae dan terdiri dari dua
genus, yaitu genus Musa dan Ensete. Genus Musa terbagi dalam empat golongan,
yaitu Rhodochlamys, Callimusa, Australimusa dan Eumusa. Golongan
Australimusa dan Eumusa merupakan jenis pisang yang dapat dikonsumsi, baik
segar maupun olahan. Buah pisang yang dimakan segar sebagian besar berasal dari
golongan Emusa, yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana.

2.1.3. Morfologi Tanaman Pisang


Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan berbentuk
pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu 9 ini merupakan tumpukan
pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman bertipe
simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu buah.
Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut bonggol.
Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh
menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat
partenokarpi.

5
1. Batang
Pisang mempunyai batang semu yang tersusun atas tumpukan pelepah daun
yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga mencapai ketebalan 20-50 cm.
Daun yang paling muda terbentuk dibagian tengah tanaman, keluarnya menggulung
dan terus tumbuh memanjang, kemudian secara progresif membuka. Helaian daun
bentuknya lanset memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3 m, lebar 30-70 cm,
permukaan 10 bawah berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai tulang daun
yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, warnanya hijau.

Gambar 2. Batang Tanaman Pisang


(Sumber : https://www.google.com)

2. Bunga
Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus oleh
seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ke tanah jika
bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara normal, sedang
bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh
seludang dan disebut sebagai jantung pisang. Tiap kelompok bunga disebut sisir,
yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir betina antara 5-15 buah.

6
Gambar 3. Bunga Tanaman Pisang
(Sumber : https://www.google.com)

3. Buah
Buah pisang tersusun dalam tandan. Tiap tandan terdiri atas beberapa sisir, dan
tiap sisir terdiri dari 6-22 buah pisang atau tergantung pada varietasnya. Buah
pisang pada umumnya tidak berbiji atau disebut 3n (triploid), kecuali pada pisang
batu (klutuk) bersifat diploid (2n). Proses pembuahan tanpa menghasilkan biji
disebut partenokarpi (Rukmana, 1999 : 15).
Ukuran buah pisang bervariasi, panjangnya berkisar antara 10-18 cm dengan
diameter sekitar 2,5-4,5 cm. Buah berlingir 3-5 alur, bengkok dengan ujung
meruncing atau membentuk leher botol. Daging buah (mesokarpa) tebal dan lunak.
Kulit buah (epikarpa) yang masih muda berwarna hijau, namun setelah tua (matang)
berubah menjadi kuning dan strukturnya tebal sampai tipis (Cahyono, 2002 : 16).
Buah pisang termasuk buah buni, bulat memanjang, membengkok, tersusun
seperti sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau coklat. Tiap
kelompok buah atau sisir terdiri dari beberapa buah pisang. Berbiji atau tanpa biji.
Bijinya kecil, bulat, dan warna hitam. Buahnya dapat dipanen setelah 80-90 hari
sejak keluarnya jantung pisang

7
Gambar 4. Buah Tanaman Pisang
(Sumber: https://www.google.com)

2.1.4. Ekologi Tanaman Pisang


Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai macam
topografi tanah, baik tanah datar atau pun tanah miring. Produktivitas pisang yang
optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar pada ketinggian di
bawah 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan keasaman tanah pada pH 4,5-7,5.
Suhu harian berkisar antara 250C-280C dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun.
Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati. Tingginya
antara 2- 9 m, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bongol) yang pendek.
Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman baru.

2.1.5. Varietas Tanaman Pisang


a. Ketan 01
Perawakan tanaman ramping dan pendek, umur genjah, jumlah anakan 3-5
batang mampu berbunga dan masak serempak. Karakter-karakter itu menjamin
produktivitas yang tinggi dengan jarak tanam rapat. Buah enak dikonsumsi segar
maupun olahan. Apabila digoreng atau bentuk olahan lainnya, daging terasa pulen
agak lengket mirip nasi ketan. Karakter ini pula yang membuat buah pisang varietas
Ketan ini dapat dijadikan bahan baku nasi goreng pisang, Deskripsi :
Umur berbuah 6 bulan, umur panen 3 bulan setelah bunga. Kadar gula 24%,
kadar tepung 86,5, vitamin C (mg/ 100 g) 5 dan kadar air 59%. Citarasa sangat enak.
Daya simpan 15 hari.

8
b. Raja Siem
Perawakan tanaman tanaman ramping, berumur genjah, jumlah anakan banyak,
kadar tepung tinggi dan kandungan vitamin A serta kalori yang lebih tinggi daripada
kepok lain. Varietas ini potensial untuk dijadikan sebagai bahan baku tepung
pisang.
Varietas Kepok Tanpa Jantung ini dilepas 2007 dengan nama Kepok Tanjung,
sebagai kependekan dari tanpa jantung. Sudah dapat diterka, salah satu
keunggulannya adalah tidak mempunyai jantung. Dengan demikian tidak
diperlukan lagi pekerjaan membuang jantung seperti pada tanaman pisang pada
umumnya dalam rangka mencegah penularan penyakit layu bakteri secara alami
yang disebarkan oleh serangga. Selain itu, tidak seperti pisang kapok lainnya yang
terasa asam, varietas ini manis dengan kandungan total padatan terlarut (TSS)
sebesar 2930% Brix. Inilah, salah satu bukti, bahwa Indonesia adalah negara mega
diversity untuk buah-buahan tropika. Varietas Kepok Tanjung berasal dari Pulau
Seram, tepatnya di Desa Makariki, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku
Tengah.
Deskripsi :
Bobot buah pertandan 15-25 kg, jumlah sisir per tandan -17, jumlah buah per
sisir 13-18, jumlah buah per tandan 150-250, panjang buah 10-17 cm, diameter
buah 3,0-5,0 cm, warna kulit buah matang kuning, warna daging buah matang
kuning orange, tekstur buah kenyal, bobot satu buah 125-170 g, cita rasa daging
buah manis (pisang olah), daya simpan pada suhu kamar 15-21hari, dan potensi
hasil per ha/tahun 20-30 ton

c. Raja Kinalun
Varietas pisang Raja Kinalun, yang baru dilepas 2007, mempunyai keunggulan
spesifik lebih tahan terhadap penyakit layu bakteri dan fusarium. Dengan demikian,
jika Anda tidak atau lupa memotong jantung pisang ini, tidak beresiko terlalu tinggi
terinfeksi penyakit layu bakteri maupun fusarium. Daya simpan cukup lama (24
hari) dan potensial sebagai bahan baku industri tepung pisang.
Deskripsi :

9
Bobot buah pertandan 12-18 kg, jumlah sisir per tandan 8-9, jumlah buah per
sisir 12-14, jumlah buah per tandan 100-105, panjang buah 10-14 cm, diameter
buah 3,5-4,5 cm, tekstur buah kenyal, bobot satu buah 95-120 g, cita rasa daging
buah manis (pisang olah), TSS 23,5-24,0oBrix, dan potensi hasil per ha/tahun

2.2. Nematoda Helicotylenchus multicinctus


Helicotylenchus multicinctus Cobb (Golden), 1956 adalah parasit pisang
dengan distribusi di seluruh dunia ( McSorley dan Parrado, 1986 ). Telah ditemukan
di daerah Mediterania dalam kaitannya dengan pisang di Siprus, Lebanon, dan
Israel ( Strich-Harari et al., 1966 ; Philis, 1971 ; Sikora dan Schlosser, 1973 ). Selain
itu, beberapa populasi nematoda ditemukan di Italia terkait dengan tanaman lain di
daerah yang tidak digarap dan bukit pasir ( Vovlas, 1983 ). Pisang dibudidayakan
di Kreta (Yunani) di rumah kaca dan di luar rumah, dan nematoda ini sebelumnya
telah dilaporkan dalam beberapa kasus (Vovlas et al., 1994 ; Tzortzakakis, 2008).
Namun, karakteristik morfometrik atau data molekuler dari nematoda tidak
disediakan. Pada musim gugur 2016, spesies Helicotylenchus ditemukan pada akar
yang terinfeksi dari tanaman pisang di luar ruangan di Tertsa, Crete. Nematoda
ditemukan pada kepadatan lima nematoda per gram akar, setelah menginkubasi
potongan akar maserasi dalam corong Baerman yang dimodifikasi.

Gambar 5. Nematoda Helicotylenchus multicinctus


Sumber : https://www.agrolink.com.br/problemas/nematoide_398.html

10
2.2.1. Klasifikasi Nematoda Helicotylenchus multicinctus

Klasifikasi nematoda Helicotylenchus multicinctus (Cobb, 1893) Golden,


1956) adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Divisi : Nematoda
Kelas : Secernentea
Subkelas : Diplogasteria
Ordo : Tylenchida
Superfamili : Tylenchoidea
Keluarga : Hoplolaimidae
Subfamili : Hoplolaiminae
Genus : Helicotylenchus
Spesies : H. multicinctus L.

2.2.2. Morfologi Helicotylenchus multicinctus


Sebagian besar Helicotylenchus multicinctus adalah ektoparasit dari akar
tanaman. Mereka memasukkan stylet mereka ke epidermis akar untuk dimakan.
Beberapa spesies hidup setengah terkubur di jaringan akar, dan yang lain
menembus akar dan hidup di dalamnya. Mereka bertelur di, sekitar, atau di dalam
akar, dan dalam dua atau tiga hari remaja muncul untuk memberi makan. Genus
ditemukan pada berbagai taksa tanaman inang. Jantan bisa langka, menunjukkan
bahwa nematoda sering direproduksi secara partenogenesis.
Nematoda Betina memiliki ciri yaitu : Panjangnya 0,47-0,53 mm,tubuh
melengkung ke c berbentuk ketika santai; annule berbeda, sekitar 1,5 μm lebarnya
di midbody. Bidang lateral tidak terisolasi, dengan 4 sayatan, sekitar seperempat
dari lebar tubuh. Hemispherical daerah bibir, sedikit diimbangi, dengan 3-5
(biasanya 4) annula dan depresi oral yang menonjol secara terminal; kerangka kerja
sangat sclerotized, dengan margin luar yang mencolok membentang posterior
melalui 3 sampai 4 annula tubuh, yang jauh lebih sempit di wilayah itu daripada di
yang lain. Cephalid anterior dan posterior biasanya tidak jelas, masing-masing 0
sampai 1 dan 4 sampai 6 annula posterior ke cephalic framework. Tabung penuntun
stylet menonjol, bulat. Stylet berkembang dengan baik, panjang 21-24 μm, dengan

11
kenop basal yang menonjol berukuran 5-6 μm, dan memiliki margin luar diarahkan
ke depan, sehingga permukaan anterior tampak rata atau cekung.
Procorpus biasanya meluas ke depan. Bulb bohlam esofagus rata-rata ke oval
dengan katup kecil di tengah; panjangnya sekitar 6 annula. Kelenjar
esofagus kompak, melilit ujung depan usus; kelenjar dorsal anterior ke subventral.
Tingkat pori ekskretoris dengan atau dekat dengan persimpangan esofago-
intestinal. Hemizonid biasanya berbeda, panjang 2-3 annula, 0-3 annula anterior
ke ekskresi pori Menit Hemizonion, 6-8 annula di belakang pori ekskretoris.
Ovarium berpasangan, simetris, tetapi kadang-kadang posterior berkurang.
Spermatheca e sedikit diimbangi, bulat, biasanya diisi dengan sperma. Vulva
menonjol, celah melintang yang tertekan. Usus tidak tumpang tindih rektum. Ekor
sedikit meruncing, dengan ujung anus hemispherical, biasanya dengan
kelengkungan yang lebih besar daripada bagian perut, tanpa proyeksi ventral atau
mukosa, dengan 6-13 annula. Insisura dalam bidang lateral biasanya tidak melebur
pada ekor. Phasmid seperti pori, 1-6 annules anterior hingga anus.
Nematoda Jantan memiliki ciri yaitu : panjang, jantan: 0,43-0,55 mm (0,48 mm
av.). Mirip dengan betina, kecuali untuk dimorfisme seksual . Testis tunggal,
terentang anterior; sperma kecil, bulat. Bursa pendek, tidak mencolok
memproyeksikan di luar kontur tubuh dalam tampilan lateral, crenate dan ekor
tertutup. Spicule hanya sedikit cephalated dengan distal setengah menyempit flensa
ventral kecil. Gubernaculum sederhana.

12
Gambar 6. Morfologi Helicotylenchus multicinctusCF, H & I. Topotipe;
sisa specimen dari pisang dari Pulau Samoa. A, B, C. Orang
dewasa dalam postur tubuh yang santai. D. Kepala bagian,
perempuan. E. Wilayah esofagus, perempuan. F. Wilayah
esofagus, pria. G, H. Ekor berakhir, laki-laki. IK. Ujung ekor,
betina. Diproduksi ulang dari Siddiqi MR, 1973. Deskripsi
CIH tentang Nematoda parasit-tanaman. Set 2, No. 23.
Wallingford, Inggris: CAB International. (Sumber :
https://www.cabi.org/isc/datasheet/26826)

2.2.3. Siklus Hidup Helicotylenchus multicinctus


Siklus hidup rata-rata adalah 30-45 hari. Remaja tahap pertama dan
meranggas pertama selesai di dalam telur. Remaja tahap kedua memiliki ekor
digitate. Kerongkongan mengukur 41% dari panjang tubuh dengan 14
μmlet. Setelah meranggas kedua, ekor menghilang dan ada pertumbuhan cepat di
daerah usus. Perkembangan gonad betina dimulai pada juvenil tahap ketiga
dengan kerongkongan berukuran 28% panjang tubuh dan stylet berukuran
18μ. Setelah meranggas keempat, gonad betina benar-benar berkembang tetapi
vulva dan vagina tidak terlihat sampai meranggas selesai. Betina dewasa memiliki
esofagus berukuran 22% panjang tubuh dan stilet 22,5μ. Pria lebih pendek dan
lebih tipis dari betina.
Siklus hidup dan perilaku kawin Helicotylenchus multicinctus (Nematoda:
Hoplolaimidae) diamati secara in vitro pada akar eksisi Musa cavendishii dalam
kultur gnotobiotik. Telur menetas ke remaja yang penampilan dan strukturnya mirip

13
dengan orang dewasa. Remaja tumbuh dalam ukuran dan setiap tahap remaja
diakhiri oleh ganti kulit. H. multicinctus memiliki empat tahap remaja. Meranggas
pertama terjadi di luar sel telur segera setelah menetas. Setelah meranggas terakhir,
remaja dibedakan menjadi jantan dan betina dewasa. Perkawinan diperlukan untuk
reproduksi. Setelah kawin, betina yang dibuahi mulai bertelur. Siklus hidup dari
remaja tahap kedua ke remaja tahap dua selesai dalam 39 hari.

Gambar 7.Siklus Nematoda Helicoytlenchus multicenctus


Sumber:file:///C:/Users/USER/Documents/tugasku/nematoda/nema
toda%20diman/Life_cycle_and_mating_behavior_of_Helico
tylenchus_.pdf

H. multicinctus dipandang sebagai spesies nematoda endoparasit yang mampu


menyelesaikan daur hidupnya di dalam bagian jaringan korteks akar. Nematoda
jantan dan betina serta semua stadium larva termasuk telur terdapat di dalam
jaringan akar (Zuckerman dan Strich, 1963 dalam Gowen dan Queneherve, 1995).
Diketahui bahwa empat hari setelah inokulasi akar tanaman pisang, nematode
Helicotylenchus seluruhnya tertambat di dalam korteks, kadang-kadang pada
kedalaman 4—6 sel. Nematoda tersebut memakan plasma sel yang berada di
sekitarnya di dalam korteks akar. Jaringan akar yang terinfeksi menunjukkan
berbagai tipe kerusakan sel seperti plasma sel mengalami pengerutan, dinding sel
berubah bentuk atau pecah dan membesarnya inti sel, namun hal tersebut sangat

14
berbeda dengan yang terjadi pada serangan R. similis, perubahan histologi hanya
terbatas pada sel-sel parenkhim yang letaknya dekat dengan epidermis. Sel-sel yang
rusak sering pudar dan terjadi nekrosis (Gowen dan Queneherve, 1995).
2.2.4. Gejala Helicotylenchus multicinctus
Gejala kerusakan mirip dengan yang disebabkan oleh endoparasit akar serius
lain dari keluarga Pratylenchidae, baik pada tanaman pisang dan pisang
raja. Nematoda menyerang bagian kortikal luar dari akar yang menyebabkan lesi
nekrotik yang khas, yang awalnya berwarna kuning dan kemudian berubah menjadi
coklat kemerahan menjadi hitam. Minz dkk. (1960) dan Luc dan Vilardebó (1961)
melaporkan flek akar coklat pada jaringan yang berubah warna, yang mereka
indikasikan merupakan gejala dari infestasi H. multicinctus kemudian, Zuckerman
dan Strich-Harari (1963) memperhatikan bahwa ini berhubungan dengan
bertelurnya telur di dalam korteks akar. Jarang, pada infestasi berat, lesi akar dapat
menyatu dan nekrosis menjadi luas, menyebabkan distorsi diikuti oleh pembusukan
akar. Tanaman yang terinfeksi terhambat dan dapat tumbang.

Gambar 8.Gejala Akar Pisang.


Sumber:https://abgc.org.au/2018/09/05/plant-parasitic
nema todas-impacting australian-banana-produtionc)

Gejala kerusakan yang disebabkan oleh masing-masing jenis nematoda parasit


akar pisang sulit dibedakan, karena serangannya serentak dan sehingga kerusakan
akar menjadi lebih cepat. Pada umumnya nematoda masuk melalui ujung akar,
Luka yang disebabkan oleh H. multicinctus pada umumnya terbatas pada sel luar
dari korteks akar dan menyebabkan luka nekrosis yang kecil. Gowen dan
Queneherve (1995) menyatakan ada beberapa spesies nematoda parasite yang
diketahui paling merusak tanaman pisang. Nematoda ini merusak akar primer

15
sehingga mengganggu batang tanaman pisang untuk dapat berdiri tegak dan bahkan
30 batang pisang dapat roboh.

Gambar 9. Gejalah pada bagian permukaan pisang(fisik pisang)


Sumber:http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/index.php?option=c
om_content&view=article&id=128&Itemid=110

Gejala kerusakan pada pertanaman pisang dan plantain yang disebabkan olehH.
multicinctus sangat mirip dengan yang disebabkan oleh nematoda parasit akar yang
lain seperti R. similis yaitu tanaman menjadi kerdil, stadium pertumbuhan
vegetative bertambah lama, berkurangnya ukuran tanaman dan berat tandan serta
berkurangnya umur produktif perkebunan. Tumbangnya batang tanaman pisang
dapat juga terjadi apabila ada serangan berat (Gowen dan Queneherve, 1995).
Nematoda Helicotylenchus merusak sel-sel bagian luar korteks akar dan
menimbulkan luka nekrosis kecil yang khas. Perkembangan luka akar yang
disebabkan oleh H.multicinctus relatif lambat apabila dibandingkan dengan yang
disebabkan oleh R.similis. Luka pada akar primer sangat dangkal dan hanya pada
permukaan seperti bintik kecil yang jumlahnya banyak, berwarna coklat kemerahan
sampai hitam. Walaupun demikian, dalam keadaan serangan berat, maka luka-luka
tersebut dapat menjadi satu, sehingga menimbulkan nekrosis akar yang ekstensif di
dalam bagian luar jaringan korteks dan mati ujung, luka tersebut dapat juga
dijumpai pada kormus (Queneherve dan Cadet, 1985a dalam Gowen
danQueneherve, 1995).

16
2.2.5. Cara Penyebaran Helicotylenchus Multicenctus
Spesies ini biseksual dan berkembang biak dengan fertilisasi silang
atau amfimixis. Nematoda dengan mudah diperkenalkan ke tanah asli yang belum
di olah dengan tanah pisang dan rimpang, biasanya dibawa dari perkebunan tua
yang terinfestasi. Nematoda dapat bertahan 4 bulan tanpa tanaman inang, tetapi
kurang tahan terhadap pengeringan daripada H. dihystera (Baujard dan Martin,
1995). Semua tahap nematoda dapat ditemukan di dalam akar dan, mungkin,
seluruh siklus hidup diselesaikan di sana, tetapi tidak ada bukti migrasi nematoda
melalui korteks.
Kelompok 8-26 telur diamati pada jaringan kortikal yang berubah
warna; Diperlukan 48-51 jam bagi telur yang baru bertelur untuk menetas dalam air
keran pada suhu 30 C, dan meranggas pertama diyakini terjadi di luar telur segera
setelah menetas.
Remaja tahap kedua diakui oleh proses ekor digitate ventral mereka.
Primordium gonad betina adalah 2 dan 6-sel dalam remaja tahap ketiga awal dan
pada molt ketiga, masing-masing. Selama meranggas keempat, gonad jantan dan
betina melengkapi perkembangan mereka, dan vulva dan vagina terlihat pada
wanita masih dalam kutikula larva tahap keempat (Zuckerman & Strich-Harari,
1964).

2.2.6. Dampak serangan Helicotylenchus multicenctus


Minz et al. (1960) pertama kali melaporkan penurunan perkebunan pisang
(Musa AAA, Cavendish) di Lembah Jordan, dengan kerugian besar dalam hasil
dalam 3 tahun. Data mereka adalah yang paling dapat diandalkan karena nematoda
spiral terjadi tanpa Radopholus similis dan Pratylenchus coffeae, dua hama utama
pisang lainnya. Colbran dan Saunders (1961) dan Edmunds (1969) melaporkan
bahwa H. multicinctus, bersama dengan nematoda lainnya, masing-masing
menyebabkan penurunan produksi pisang di Australia dan Kepulauan Windward.
H. multicinctus tampaknya juga menjadi masalah nematologis utama pada pisang
dan pisang raja di beberapa lokasi, seperti Florida, Argentina, Kuba, Afrika Selatan,
Siprus, India dan Pakistan ( McSorley dan Parrado, 1986 ). Vovlas et al. (1994)

17
melaporkannya sebagai nematoda paling penting yang terkait dengan pisang di Sao
Tome.

2.2.7. Pengendalian dan Pencegahan Helicotylenchus multicenctus


Jakson et al (2003) menganjurkan beberapa cara pengendalian nematoda ini
antara lain :
1. Kultur praktis dengan cara menggunakan bibit yang sehat, memilih lahan yang
bebas nematoda, tanaman resisten, mencegah penyebaran nematoda, rotasi
tanaman, dan lain lain
2. Menggunakan bahan kimia (nematisida) anjuran dengan dosis 1.5-2,5 g bahan
aktif pertanaman atau 25 g/m. penggunaan dilakukan 7 hari sebelum tanam.
Bahan tanaman dapat direndam dalam nematisida tertentu selama 10 menit dan
dibiakann kering anginkan

Nematisida adalah salah satu cara yang paling penting untuk mengendalikan H.
multicinctus dan nematoda parasit tanaman lainnya pada pisang, dan umumnya
banyak digunakan oleh petani yang menghasilkan buah untuk perdagangan ekspor
internasional. Minz et al. (1960) , Strich-Harari et al. (1966) , Luc dan Vilardebó
(1961) dan Philis (1971) melaporkan uji coba nematisida pada pisang menggunakan
DBCP; tingkat kemanjuran yang berbeda ditemukan karena pengaruh kondisi lokal
dan faktor lingkungan. Untuk alasan toksikologis, fumigan ini baru-baru ini
dilarang digunakan.

18
BAB III
KESIMPULAN

Nematoda spiral pisang, Helicotylenchus multicinctus, dianggap sebagai


endoparasit dari akar tanaman inang karena mampu menyelesaikan siklus hidupnya
di dalam akar di mana semua telur, tahap remaja, dan jantan dewasa dan betina
dapat ditemukan, Sebagian besar adalah ektoparasit dari akar tanaman. Mereka
memasukkan stylet mereka ke epidermis akar untuk dimakan. Beberapa spesies
hidup setengah terkubur di jaringan akar, dan yang lain menembus akar dan hidup
di dalamnya. Tidak seperti spesies lain dari genus, nematoda spiral pisang
menyerang lapisan luar jaringan kortikal inang menghasilkan lesi nekrotik kecil
yang khas yang awalnya berwarna kuning dan kemudian berubah warna menjadi
coklat kemerahan menjadi hitam. Rupanya, nematoda tidak menyerang jaringan
kortikal yang lebih dalam. Dalam situasi yang jarang terjadi ketika infestasi tinggi,
lesi akar dapat menyatu sehingga nekrosis menjadi luas sehingga menyebabkan
distorsi dan pembusukan akar, pengerdilan dan menggulingkan pertumbuhan terata.
Spesies nematoda menyerang rimpang, umbi, akar primer dan sekunder. Selain itu,
ditemukan di tanah di sekitar akar tanaman. Karena makan dan perkembangan
biologinya, nematoda mudah diperkenalkan dan menyebar ke daerah yang tidak
terinfestasi melalui tanah yang terinfestasi, akar tanaman, dan “stok benih” akar
lainnya.
Siklus hidup dan perilaku kawin Helicotylenchus multicinctus (Nematoda:
Hoplolaimidae) diamati secara in vitro pada akar eksisi Musa cavendishii dalam
kultur gnotobiotik. Telur menetas ke remaja yang penampilan dan strukturnya mirip
dengan orang dewasa.
Spesies ini reproduksinya secara seksual dan berkembang biak dengan
fertilisasi silang atau amfimixis. Nematoda dengan mudah diperkenalkan ke tanah
asli yang belum di olah dengan tanah pisang dan rimpang, biasanya dibawa dari
perkebunan tua yang terinfestasi. Nematoda dapat bertahan 4 bulan tanpa tanaman
inang, tetapi kurang tahan terhadap pengeringan daripada H. dihystera.
Gejala H. multicinctus, bersama dengan nematoda lainnya, masing-masing
menyebabkan penurunan produksi pisang di Australia dan Kepulauan Windward.

19
H. multicinctus tampaknya juga menjadi masalah nematologis utama pada pisang
dan pisang raja di beberapa lokasi, seperti Florida, Argentina, Kuba, Afrika Selatan,
Siprus, India dan Pakista. Nematoda menyerang bagian kortikal luar dari akar yang
menyebabkan lesi nekrotik yang khas, yang awalnya berwarna kuning dan
kemudian berubah menjadi coklat kemerahan menjadi hitam.
Pengendalian nematode H. multicinctusc secara umum bisa dengan kultur
jaringan dengan bibit yang sehat, memili lahan yang bebas nematode, tanaman
resisten, rotasi tanaman, bisa juga menggunakan bahan kimia(nematisida) anjuran
dengan dosis yangtlah di tentukan oleh lebel pahan nematisida, pengendalian
dengan cara kimia bisa dean cara penyemprotan, cara nematisida adalah cara yang
paling penting untuk mengendalikan H. multicinctusc yang banyak digunkan oleh
petani karna hasilnya sangat baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian Tanaman Buah Trofika. 2018. Varietas Tanaman Unggul.


Terdapat di online : http://balitbu.litbang.pertanian.go.id/index.php/hasil-
penelitian-mainmenu-46/124-varietas-unggul-pisang

Baujard, P. and B. Martiny. 1995. Ecology and pathogenicity of the


Hoplolaimidae (Nemata) from the sahelian zone of West Africa:
7. Helicotylenchus dihystera (Cobb, 1893) Sher, 1961 and comparison
with Helicotylenchus multicinctus (Cobb, 1893) Golden, 1956. Fundamental
and Applied Nematology 18: 503-511

Biologia. 2007. Life cycle and mating behavior of Helicotylenchus multicinctus


(Nematoda: Hoplolaimidae) on excised Musa cavendishii roots. 62(3):320-
322.
https://www.researchgate.net/publication/226781412_Life_cycle_and_mating
_behavior_of_Helicotylenchus_multicinctus_Nematoda_Hoplolaimidae_on_
excised_Musa_cavendishii_roots/ (Verified 18 Desember 2019)

CABI/EPPO, 2003. Helicotylenchus multicinctus. Distribution Maps of Plant


Diseases, No. 881. Wallingford, UK: CAB International.

Indarti, dkk. 2011. Prevalensi Nematoda Parasit Pada Pertanaman Pisang Di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dalam : Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia,
Vol. 17, No.1, 2011: 36-40.

Karakas Mehmet. 2007. Life cycle and mating behavior of Helicotylenchus


multicinctus (Nematoda: Hoplolaimidae) on excised Musa cavendishii roots.
Terdapat di online : https://link.springer.com/article/10.2478/s11756-007-
0054-z

Nemaol J. 2017. Morphological and Molecular Identification of Longidorus


euonymus and Helicotylenchus multicinctus from the Rhizosphere of
Grapevine and Banana in Greece. 49(3): 233–235. (Verified 26 Desember
2019)

O’Bannon JH, Inserra RN. 1989. Helicotylenchus species as crop damaging


parasitic nematodas. Nematology Circular 165. Florida Department of
Agriculture and Consumer Services Division of Plant Industry.

Plant parasitic nematodas impacting Australian banana production, 5


September 2018 [diakses 28 December 2019]. Tersedia di online:
https://abgc.org.au/2018/09/05/plant-parasitic-nematodas-impacting-
australian-banana-production/

21

Anda mungkin juga menyukai