PENGENDALIAN
H
A
M
A
PENYAKIT TERPADU
Disusun oleh:
18025010166
D3
FAKULTAS PERTANIAN
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI I
DAFTAR TABEL IV
PENDAHULUAN I
BAB I PENDAHULUAN 3
1.2 Tujuan 4
3.2.1 Alat 7
3.2.2 Bahan 7
4.1 Hasil 9
4.2 Pembahasan 14
BAB V PENUTUP 17
1
5.1 Kesimpulan 17
5.2 Saran 17
BAB I PENDAHULUAN 19
1.2 Tujuan 20
3.2.1 Alat 23
3.2.2 Bahan 23
4.1 Hasil 25
4.2 Pembahasan 28
BAB V PENUTUP 30
5.1 Kesimpulan 30
5.2 Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 33
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. Semut 9
Gambar 3. Apid 9
Gambar 4. Belalang 9
Gambar 6. Nyamuk 10
3
DAFTAR TABEL
4
PENDAHULUAN UMUM
1
MATERI 1
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Pengendalian hama terpadu merupakan suatu cara pendekatan atau cara
berfikir tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan
ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang
berwawasan lingkungan berkelanjutan. Praktikum ini dilaksanakan supaya
mahasiswa mampu menganalisis teori pertanian yang diajarkan dalam kuliah
dengan kondisi lapangan kegiatan pertanian di sekitarnya. Hama tumbuhan adalah
organisme yang menyerang tumbuhan sehingga pertumbuhan dan
perkembangannya terganggu. Hama ialah semua binatang yang mengganggu dan
merugikan tanaman yang diusahakan manusia (Surata, 2011).
1.2 Tujuan
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
Hama menjadi hal penting yang selalu saja dibicarakan dalam budidaya
pertanian. Hal ini dikarenakan hama dianggap sebagai musuh petani dalam
memperoleh produksi tanaman pertanian. Sebagian besar hama adalah jenis
serangga, dan berbagai jenis serangga hama tersebut mempunyai musuh
alami. Musuh alami serangga hama umumnya berupa Arthropoda dari jenis
seranggan dan laba-laba, serta dapat digolongkan menjadi predator dan
parasitoid (Olalekan Oleyeke, 2012).
5
Menurut Goulson (2013) penggunaan bahan-bahan kimia yang bertujuan
untuk mencegah pertumbuhan organisme pengganggu tanaman harus
berlandaskan pada prinsip-prinsip pengelolaan hama terpadu. Pengelolaan
hama terpadu merupakan pendekatan yang menggunakan pemantauan
populasi hama untuk menentukan waktu pengendalian dilakukan serta
bertujuan mengurangi penggunaan pestisida, mengurangi kemungkinan hama
yang dapat resisten serta mencegah dampak penggunaan pestisida pada
populasi organisme yang bersifat sebagai musuh alami hama. Evaluasi
penggunaan insektisida berbahan kimia perlu memperhatikan keseimbangan
antara tuntutan pemenuha produksi pangan dengan pertanian dalam jangka
panjang.
6
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, yellow trap,
pit fall trap, kamera hp.
3.2.2 Bahan
7
4. Mendokumentasikan lahan budidaya serta komponen lainnya yang
berkaitan dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
8
BAB IV
4.1 Hasil
Populasi (Ekor)
Pengamatan Status
No Nama dan Foto Organisme Yellow Trap Pitfall Trap Rerata
Minggu Ke-
1 2 3 Rerata 1 2 3 Rerata Total
2 5 3 4 4 - - - - 2
1 HAMA
3 2 4 3 3 - - - - 1.5
2 3 - - 1 3 - 2 1.67 1.335
2 HAMA
3 1 2 1 1.33 4 3 7 4.67 3
2 - - - - - - - - -
3 HAMA
3 - - - - - - - - -
2 - - - - - - - - -
4 HAMA
3 - - - - - - - - -
9
3 - - - - - - - - -
GAMBAR 6. NYAMUK 1 - - - - - - - - -
2 5 - - 1.67 - - - - 0.835
6 PREDATOR
3 2 - 3 1.67 - - - - 0.835
GAMBAR KETERANGAN
GAMBAR 7.
DOKUMENTASI WAWANCARA
GAMBAR 8. DOKUMENTASI
PENGAMATAN HAMA
10
4.1.2 Grafik Populasi Hama
11
Gambar 10. Grafik Populasi Semut
12
Gambar 11. Grafik Populasi Apid
13
Gambar 13. Grafik Populasi Lalat Penggorok Daun
14
4.2 Pembahasan
Lahan pertanian yang digunakan termasuk dalam jenis lahan kering. Lahan
budidaya yang akan diamati seluas 11x20m 2. Tanaman budidaya yang
ditanam ada kangkung, sawi, tomat, terong, lombok, gambas, sereh dan
ketela. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik. Hasil panen budidaya
tanaman dengan luas lahan 11x20m 2 dijual di warga sekitar dan sudah 7 kali
panen di tahun ini.
15
Penggunaan perangkap buatan merupakan salah satu teknik pengendalian
hama secara fisik dan mekanik dalam konsep PHT dapat memantau jumlah
populasi hama seperti serangga di tanaman budidaya. Penggunaannya bersifat
praktis, murah, dan kompatibel karena tidak mencemari lingkungan. Metode
ini memanfaatkan sifat – sifat serangga yang tertarik terhadap cahaya, warna,
aroma makanan atau bau – bau tertentu. Cara penggunaannya yaitu dengan
merangkap hama untuk berkumpul dan hinggap pada perangkap sehingga
serangga tersebut tidak dapat terbang dan kemudian mati. Penempatan
perangkap dan pemilihan warna perangkap ini juga sangat penting untuk
diperhatikan, karna berbengaruh terhadap ketertarikan serangga untuk untuk
mendekati perangkap tersebut, sehingga dalam penempatan harus mengetahui
tingkah laku dari OPT yang akan dikendalikan supaya pengendalian yang kita
lakukan dapat efektif (Atakan, 2015).
16
dengan minggu pertama dan cuaca nya di minggu kedua dan ketiga sudah
mulai hujan. Jadi hama yang terperangkap dan jumlah juga berbeda di
minggu pertama dengan minggu kedua dan ketiga.
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat beberapa macam hama yang terperangkap di yellow trap dan pit
fall trap.
2. Hama yang menyerang dan yang terperangkap yaitu lalat buah, aphid,
belalang, lalat penggorok daun, dan semut. Dan predatornya yaitu nyamuk.
4. Penempatan posisi trap dan cuaca juga bisa menyebabkan jumlah hama
dan predator berbeda.
5.2 Saran
18
MATERI 2
19
BAB I
PENDAHULUAN
20
terserang penyakit tetap dalam kondisi yang utuh namun aktivitas hidupnya
terganggu dan dapat menyebabkan kematian (Hanum, 2010).
Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ
tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari.
Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan
normal. Penyebab sakit bermacam-macam antara lain cendawan, bakteri,
virus, kekurangan air, kekurangan atau kelebihan unsur hara. Berbagai
penyakit yang umumnya timbul misalnya bercak daun, kudis, penyakit
gosong, penyakit layu, penyakit karat dan penyakit embun tepung.
Penyebabnya berbeda-beda, missal penyakit layu dapat disebabkan oleh
bakteri ataupun jamur. Pengetahuan mengenai berbagai jenis
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit sangat diperlukan, sehingga
kita bisa merencanakan bagaimana cara penanganan penyakit tersebut.
Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau
parasit dan abiotik atau non parasit. Biotik yaitu penyebab penyakit yang
sifatnya menular atau infeksius, misalnya jamur, bakeri, nematoda,
mycoplasma dan tanaman tinggi parasitik. Abiotik yaitu penyebab penyakit
yang sifatnya tidak menular atau non infeksius. Penyakit-penyakit karena
penyebab abiotik sering disebut penyakit fisiologis atau fisiogenis,
sedangkan patogennya disebut fisiopath. Fisiopath tersebut antara lain
kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi tanah yang kurang baik,
dan kerusakan karena mekanik dan zat-zat kimia.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan sifatnya, ada 2 tipe gejala yaitu gejala local dan gejala
sistemik. Gejala local merupakan gejala yang dicirikan oleh perubahan
struktur yang jelas dan terbatas, biasanya dalam bentuk bercak atau kanker.
Gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman. Gejala
sistemik merupakan kondisi serangan penyakit yang lebih luas, biasanya
tidak jelas batas-batasnya. Contohnya adalah serangan oleh virus mozaik,
belang, maupun layu. Gejalanya terdapat di seluruh tubh tanaman, yang
berupa layu atau kerdil (Nikmah, et al. 2016).
22
penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang
dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan lainnya dengan patogen
penyakit. Sedangkan penyakit abiotik merupakan penyakit yang disebabkan
oleh penyakit non infeksi atau penyakit yang tidak dapat ditularkan dari
tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit abiotik
(Hasna, 2012).
23
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, kamera hp.
3.2.2 Bahan
24
4. Mendokumentasikan lahan budidaya serta komponen lainnya
yang berkaitan dengan Pengendalian Penyakit Terpadu (PPT).
3.3.2 Langkah kerja perhitungan intensitas serangan penyakit.
1. Mengamati luas lahan dan memilih lahan yang akan diambil sampel
tanamannnya.
2. Mengamati pola sebaran penyakit tanaman dalam kategori acak,
mengelompok, atau menyebar merata.
3. Menentukan teknik pengambilan sampel beserta jumlah sampel
yang akan diamati.
4. Menghitung tingkat intensitas serangan berdasarkan sampel yang
diamati dan menentukan perlakuan yang tepat untuk menangani
kasus di lahan.
25
BAB IV
4.1 Hasil
6. Gejala :
26
kecoklatan di daun (non sistemik).
1 20%
2 26,25%
3 28,75%
Gambar 16. Tomat
terserang bercak kering
2 40%
3 60%
27
Gambar 17. Terong
terserang layu bakteri
28
Grafik Monitoring Penyakit Layu
Bakteri Pada Tanaman Terong(%)
100
80
60
60
40 40
40
20
0
0 1 2 3
4.2 Pembahasan
29
infeksi. Pada suhuh optimum 28-30℃, konidia akan berkecambah sekitar 40 menit
dan akan dapat mempercepat proses infeksi pada tanaman jika kondisi basah dan
kondisi kering saling berganti dalam periode singkat.
Pengamatan pada tanaman tomat terdapat penyakit bercak kering dan saya
mengamati 20 tanaman tomat. Dan hasil nya pada minggu pertama yaitu 20%,
minggu kedua 26,25% dan pada minggu ketiga menjadi 28,75%.
Terong merupakan salah satu sayuran dalam bentuk buah, tanaman terong
termasuk jenis dikotil, berakar tunggang dan berbentuk perdu. Batangnya
bercabang dan berkayu, tetapi tidak kokoh sehingga saat berbuah lebat diperlukan
ajir, yaitu suatu alat penegak yang terbuat dari batang bamboo untuk menyangga
tanaman (Nuraini, 2011).
Salah satu penyakit penting pada tanaman terong adalah layu bakteri yang
disebabkan oleh Ralstonia solanacearum. Ralstonia solanacearum merupakan
patogen tular tanah penting yang menyebabkan layu bakteri. Menurut Ramesh and
Phadke (2012), perbedaan strain pada R. solanacearum mengakibatkan pengelolaan
layu bakteri pada terong dan tanaman lainnya menjadi sulit. Selain itu juga
disebabkan oleh kemampuan R. solanacearum untuk bertahan pada kondisi tanah
yang buruk, inang yang bervariasi dan mekanisme menyerang inang yang efisien.
Pengamatan pada tanaman terong ini terdapat penyakit layu bakteri dan saya
mengamati 5 tanaman terong. Hasil pada minggu pertama yaitu 40%, minggu
kedua 40%, dan minggu ketiga 60%. Grafik diatas menunjukkan penyakit pada
tanaman ini di minggu pertama dan kedua sama yaitu 40% dan pada minggu ketiga
meningkat menjadi 60%.
Hasil dari pengamatan penyakit tanaman pada tomat dan terong ini ditunjukkan
oleh grafik yang ada kalau penyakit tanaman tersebut terus meningkat disetiap
minggu nya dikarenakan cuaca yang tidak menentu sering berganti hujan atau
panas jadi mengakibatkan penyakit di tanaman tersebut menyebar ke tanaman yang
lain.
30
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat penyakit Bercak Kering pada komoditas tomat dan penyakit Layu
Bakteri pada komoditas terong.
2. Penyakit tanaman terus meningkat disetiap minggu nya dikarenakan cuaca yang
tidak menentu.
3. Pada tanaman tomat didapatkan hasil 20% pada minggu pertama, 26,25% di
minggu kedua, dan 28,75% di minggu ketiga.
4. Pada tanaman terong didapatkan hasil 40% di minggu pertama, 40% di minggu
kedua, dan 60% di minggu ketiga.
5.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Atakan. 2015. Attractives of Various Colored Sticky Traps to Some Pollimating Insect
in Apple. Turk J Zool. 39 (1): 474-481.
Firmanto, B.H. 2011. Sukses Bertanam Tomat Secara Organik. Angkasa. Bandung. Hal
1-10.
Jackson R.W. 2010. Plant Pathogenic Bacteria. Genomics and Molecular Biology.
Caister Academic Press.
Marikum. 2014. Daya Tarik Jenis Atraktan dan Warna Perangkap yang Berbeda
Terhadap Lalat Buah Pada Tanaman Mangga (Mangifera inalica) di Desa Soulove.
Agrotekbis. 2(5): 44-45.
Nuraini, D.N. 2011. Aneka Manfaat Kulit Buah dan Sayuran. CV Andi Offset:
Yogyakarta.
33
Oleyeke, Olalekan. 2012. Management of Major Insect Pests of Rice in Tanzania. Plant
Protection Science (38) 3 : 108-113.
Ramesh R, Phadke GS. 2012. Rhizosphere and Endophytic Bacteria for The
Susspresion of Eggplant Wilt Caused by Ralstonia solanacearum. Crop Protection.
37: 35-41.
Setiawan, A. Budi. 2015 Induksi Partenokarpi pada Tujuh Genotip Tomat (Solanum
lycopersicum) dengan Giberelin. Tesis. Yogyakarta: UGM.
34
LAMPIRAN
Scoring
0 = Tanpa gejala
1 = 1%
2 = ≥ 10 %
3 = ≥ 25 %
4 = ≥ 50 %
SCORING B1 B2 B3 B4 JUMLAH
0 3 1 4 3 11
1 1 3 - 1 5
2 1 - 1 - 2
3 - 1 - - 1
4 - - - 1 1
JUMLAH 5 5 5 5 20
35
S nx v
p= x 100%
Z xN
( 11x 0 ) + ( 5 x 1 ) + ( 2 x 2 ) + ( 1 x 3 ) + ( 1 x 4 )
p= x 100%
4 x 20
0+5+ 4+3+ 4
p= x 100%
80
16
p= x 100%
80
p = 20%
SCORING B1 B2 B3 B4 JUMLAH
0 3 1 3 2 9
1 1 3 - 1 5
2 1 - 1 1 3
3 - 1 1 - 2
4 - - - 1 1
JUMLAH 5 5 5 5 20
S nx v
p= x 100%
Z xN
( 9 x 0 ) + ( 5 x 1 ) + ( 3 x 2 )+ (2 x 3 ) + ( 1 x 4 )
p= x 100%
4 x 20
0+5+6+ 6+4
p= x 100%
80
21
p= x 100%
80
p = 26,25%
36
Tabel 7. Hasil Pengamatan Penyakit Tanaman Tomat Minggu Ketiga
SCORING B1 B2 B3 B4 JUMLAH
0 3 1 2 2 8
1 1 2 1 1 5
2 1 1 1 1 4
3 - 1 1 - 2
4 - - - 1 1
JUMLAH 5 5 5 5 20
S nx v
p= x 100%
Z xN
( 8 x 0 ) +( 5 x 1 ) +( 4 x 2 ) +( 2 x 3 ) +( 1 x 4 )
p= x 100%
4 x 20
0+5+8+ 6+4
p= x 100%
80
23
p= x 100%
80
p = 28,75%
Minggu Pertama
a
p= x 100%
b
37
2
p= x 100%
5
p = 40%
Minggu Kedua
a
p= x 100%
b
2
p= x 100%
5
p = 40%
Minggu Ketiga
a
p= x 100%
b
3
p= x 100%
5
p = 60%
38