Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM RESMI

PENGENDALIAN

H
A
M
A

PENYAKIT TERPADU
Disusun oleh:

Seruni Atyra Kinanti

18025010166

D3

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA


TIMUR

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI I

DAFTAR GAMBAR III

DAFTAR TABEL IV

PENDAHULUAN I

MATERI I. PENGENALAN ALAT DAN MONITORING HAMA 2

BAB I PENDAHULUAN 3

1.1 Latar Belakang 3

1.2 Tujuan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 7

3.1 Waktu dan Tempat 7

3.2 Alat dan Bahan 7

3.2.1 Alat 7

3.2.2 Bahan 7

3.3 Langkah kerja 7

3.3.1 Langkah Kerja Wawancara 7

3.3.2 Langkah Kerja Monitoring Populasi Hama dan Musuh Alami 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 9

4.1 Hasil 9

4.2 Pembahasan 14

BAB V PENUTUP 17

1
5.1 Kesimpulan 17

5.2 Saran 17

MATERI II. MONITORING PENYAKIT TANAMAN 18

BAB I PENDAHULUAN 19

1.1 Latar Belakang 19

1.2 Tujuan 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 23

3.1 Waktu dan Tempat 23

3.2 Alat dan Bahan 23

3.2.1 Alat 23

3.2.2 Bahan 23

3.3 Langkah kerja 23

3.3.1 Langkah Kerja Survei dan Wawancara 23

3.3.2 Langkah Kerja Perhitungan Intensitas Serangan Penyakit 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25

4.1 Hasil 25

4.2 Pembahasan 28

BAB V PENUTUP 30

5.1 Kesimpulan 30

5.2 Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 33

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lalat buah 9

Gambar 2. Semut 9

Gambar 3. Apid 9

Gambar 4. Belalang 9

Gambar 5. Lalat penggerek daun 9

Gambar 6. Nyamuk 10

Gambar 7. Dokumentasi wawancara 10

Gambar 8. Dokumentasi pengamatan hama 10

Gambar 9. Grafik populasi lalat buah 11

Gambar 10. Grafik populasi semut 11

Gambar 11. Grafik populasi apid 12

Gambar 12. Grafik populasi belalang 12

Gambar 13. Grafik populasi lalat penggerek daun 13

Gambar 14. Grafik populasi nyamuk 13

Gambar 15. Kondisi lahan budidaya tanaman tomat dan terong 25

Gambar 16. Tomat terserang bercak kering 26

Gambar 17. Terong terserang layu bakteri 26

Gambar 18. Grafik bercak kering pada tanaman tomat 27

Gambar 19. Grafik layu bakteri pada tanaman terong 27

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil pengamatan populasi hama dan musuh alami 9

Tabel 2. Hasil dokumentasi wawancara 10

Tabel 3. Hasil survey dan wawancara 25

Tabel 4. Penghitungan intensitas serangan penyakit 26

Tabel 5. Hasil pengamatan penyakit tanaman tomat minggu pertama 33

Tabel 6. Hasil pengamatan penyakit tanaman tomat minggu kedua 34

Tabel 7. Hasil pengamatan penyakit tanaman tomat minggu ketiga 34

4
PENDAHULUAN UMUM

Hampir seluruh atau sebagian besar daerah di Indonesia merupakan daerah


pertanian atau biasa disebut sebagai daerah agraris, dan hampir sebagian besar
penduduk di Indonesia berprofesi sebagai petani, akan tetapi sebagian besar dari
petani tidak mengerti dan mengetahui secara menyeluruh tentang ilmu pertanian,
mereka hanya mengetahui ilmu yang mereka dapat dari nenek moyang mereka,
masalah yang paling sering ditemui oleh para petani adalah masalah organisme
pengganggu tanaman terutama hama dari jenis serangga, hama dari jenis serangga
ini menyerang tanaman dengan cara yang berbeda, gejala yang ditimbulkanpun
berbeda. Cara dan gejala serangan yang ditimbulkan hama tergantung dari
ordonya meskipun sama-sama dari kelompok hama tapi gejala yang di timbulkan
berbeda, masalnya hama pemakan jika gejala gigitannya halus maka hama yang
menyerang adalah hama dari ordo coleopteran, tapi jika gejala gigitannya
bergerigi maka yang menyerang adalah hama dari ordo ortoptera.

Penyakit tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur. Lebih dari


250.000 spesies jamur sebagai pathogen tanaman. Hampir semua jamur dalam
hidupnya pada tanaman inangnya dam sebagian dalam tanah dan sisa-sisa
tanaman. Penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur sering dikenal dari
bagian organ tanaman yang terinfeksi dan dari tipe gejala yang dihasilkan. Tipe
umum penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur adalah rebah kecambah,
root rots( busuk akar), vascular wilt(layu pembuluh), downy dan powdery
mildew, leaf spot (bercak daun) dan bligh (hawar), rust (karat),smuts(gosong),
antraknosa, gall, dieback (mati ujung) dan penyakit pasca panen.

1
MATERI 1

PENGENALAN ALAT DAN MONITORING


HAMA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian memiliki peran yang sangat strategis dalam menopang


perekonomian suatu Negara. Indonesia merupakan Negara agraris dengan
mayoritas penduduknya bekerja di bidang pertanian. Sektor pertanian
merupakan bidang kehidupan yang paling utama menjadi sandaran hidup
bagi sebagian besar penduduk Indonesia dan mendapat prioritas utama dalan
pembangunan yang bertujuan memperbaiki tata kehidupan perekonomian
yang mendorong peningkatan taraf hidup masyarakat.

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) memberi ruang dan hak kehidupan


bagi semua komponen biota ekologi tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan
pada tanaman yang dibudidayakan. Sasaran pengendalian hama terpadu
adalah mengurangi penggunaan pestisida kimia dengan memadukan berbagai
komponen teknik pengendalian hayati dan aplikasi kimiawi jika teknik
pengendalian lain tidak mampu menekan populasi hama. Pada tahun 1986
Pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1986 yang
menjadi tonggak sejarah PHT di Indonesia,yaitu tentang larangan penggunaan
57 formulasi pestisida kimia untuk tanaman padi Perkembangan selanjutnya
adalah UU No 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman yang
menyatakan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem PHT.

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dapat diilustrasikan sebagai sistem


pengelolaan yang menggabungkan berbagai sub sistem pengelolaan, seperti
sub sistem pengelolaan hara tanaman, konservasi tanah dan air, bahan organik
dan organisme tanah, tanaman (benih, varietas, bibit, populasi tanaman dan
jarak tanam), pengendalian hama dan penyakit/organisme pengganggu
tanaman, sumberdaya manusia (Watimin, Sulistyani Budiningsih 2012).

3
Pengendalian hama terpadu merupakan suatu cara pendekatan atau cara
berfikir tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan
ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang
berwawasan lingkungan berkelanjutan. Praktikum ini dilaksanakan supaya
mahasiswa mampu menganalisis teori pertanian yang diajarkan dalam kuliah
dengan kondisi lapangan kegiatan pertanian di sekitarnya. Hama tumbuhan adalah
organisme yang menyerang tumbuhan sehingga pertumbuhan dan
perkembangannya terganggu. Hama ialah semua binatang yang mengganggu dan
merugikan tanaman yang diusahakan manusia (Surata, 2011).

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui macam-macam hama yang menyerang pada tanaman


yang ada di lahan.

2. Untuk mengetahui cara pengendalian hama yang sesuai dengan


pengendalian hama terpadu.

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA

Hama menjadi hal penting yang selalu saja dibicarakan dalam budidaya
pertanian. Hal ini dikarenakan hama dianggap sebagai musuh petani dalam
memperoleh produksi tanaman pertanian. Sebagian besar hama adalah jenis
serangga, dan berbagai jenis serangga hama tersebut mempunyai musuh
alami. Musuh alami serangga hama umumnya berupa Arthropoda dari jenis
seranggan dan laba-laba, serta dapat digolongkan menjadi predator dan
parasitoid (Olalekan Oleyeke, 2012).

Usaha pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) untuk


tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan mempunyai peranan penting
dalam pemantapan produksi. Pengendalian yang dilakukan secara tepat dapat
mengendalikan OPT, sehingga tidak mengakibatkan kehilangan hasil dan
mampu menjamin tercapainya produksi yang optimal (Suryanto, 2010).

Faktor yang menjadi kendala dalam budidaya pertanian salah satunya


adalah adanya serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang
berdampak 75% terhadap hasil pertanian. Banyak petani yang menggunakan
pestisida kimia dalam mengendalikan OPT. Kebanyakan dari petani
memilih pestisida kimia karena pestisida kimia ampuh membunuh hama.
Namun, banyak dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan
pestisida kimia (Rizkyarti, 2010).

Pengendalian OPT pada umumnya dilakukan secara tidak memperhatikan


ekosistem atau tidak sesuai dengan pengendalian OPT secara terpadu.
Pengendalian OPT dilakukan untuk memelihara tanaman sebaiknya dilakukan
secara terpadu yang meliputi penggunaan strategi pengendalian dari berbagai
komponen yang saling melengkapi dengan petunjuk dan teknis yang ada.
Penggunaan pestisida sebaiknya direkomendasikan oleh pengamat hama
supaya dapat menekan terjadinya ledakan serangan hama (Purwono dan
Purnamawati, 2010).

5
Menurut Goulson (2013) penggunaan bahan-bahan kimia yang bertujuan
untuk mencegah pertumbuhan organisme pengganggu tanaman harus
berlandaskan pada prinsip-prinsip pengelolaan hama terpadu. Pengelolaan
hama terpadu merupakan pendekatan yang menggunakan pemantauan
populasi hama untuk menentukan waktu pengendalian dilakukan serta
bertujuan mengurangi penggunaan pestisida, mengurangi kemungkinan hama
yang dapat resisten serta mencegah dampak penggunaan pestisida pada
populasi organisme yang bersifat sebagai musuh alami hama. Evaluasi
penggunaan insektisida berbahan kimia perlu memperhatikan keseimbangan
antara tuntutan pemenuha produksi pangan dengan pertanian dalam jangka
panjang.

6
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Materi Penerapan


PHPT Tingkat Petani. Dilaksanakan mulai hari Senin, 19 Oktober 2020
hingga hari Senin, 02 November 2020 pukul 15.00-16.30 WIB. Praktikum ini
dilaksanakan di Wisma Kedung Asem Indah, Kelurahan Kedung Baruk,
Kecamatan Rungkut, Surabaya.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, yellow trap,
pit fall trap, kamera hp.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah lembar kerja.

3.3 Langkah Kerja

3.3.1 Langkah Kerja Wawancara

1. Menyiapkan bahan pertanyaan yang akan ditanyakan kepada


pengelola lahan/petani.

2. Menentukan lokasi lahan dan komoditi yang sesuai dengan kriteria


pengamatan.

3. Mengajukan pertanyaan kepada pengelola lahan/petani yang


berkaitan dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara
mendetail dan mencatat penjelasannya.

7
4. Mendokumentasikan lahan budidaya serta komponen lainnya yang
berkaitan dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

3.3.2 Langkah Kerja Monitoring Populasi Hama dan Musuh Alami

1. Menentukan lokasi lahan dan tanaman yang terserang hama agar


dapat dilakukan pengamatan.

2. Memasang yellow trap dan pit fall trap pada lahan.

3. Menunggu selama 3 hari agar hama dari tanaman tersebut


terperangkap atau terkumpul pada alat yang sudah dipasang.

4. Mengamati jumlah hama yang terperangkap serta mengidentifikasi


hama tersebut.

5. Mendokumentasikan hasil pengamatan yang dilakukan.

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Populasi Hama dan Musuh Alami

Populasi (Ekor)
Pengamatan Status
No Nama dan Foto Organisme Yellow Trap Pitfall Trap Rerata
Minggu Ke-
1 2 3 Rerata 1 2 3 Rerata Total

GAMBAR 1. LALAT BUAH 1 2 4 2 2.67 - - - - 1.335

2 5 3 4 4 - - - - 2
1 HAMA

3 2 4 3 3 - - - - 1.5

GAMBAR 2. SEMUT 1 1 - 2 1.67 - 2 3 1.67 1.835

2 3 - - 1 3 - 2 1.67 1.335
2 HAMA

3 1 2 1 1.33 4 3 7 4.67 3

GAMBAR 3. APID 1 2 1 - 1 - - - - 0.5

2 - - - - - - - - -
3 HAMA

3 - - - - - - - - -

GAMBAR 4. BELALANG 1 - - - - - 1 - 0.33 0.165

2 - - - - - - - - -
4 HAMA

3 - - - - - - - - -

5 GAMBAR 5. LALAT 1 2 1 - 1 - - - - 0.5 HAMA


PENGGOROK DAUN
2 - - - - - - - - -

9
3 - - - - - - - - -

GAMBAR 6. NYAMUK 1 - - - - - - - - -

2 5 - - 1.67 - - - - 0.835
6 PREDATOR

3 2 - 3 1.67 - - - - 0.835

Tabel 2. Hasil Dokumentasi Wawancara

GAMBAR KETERANGAN

GAMBAR 7.

DOKUMENTASI WAWANCARA

GAMBAR 8. DOKUMENTASI
PENGAMATAN HAMA

10
4.1.2 Grafik Populasi Hama

Gambar 9. Grafik Populasi Lalat Buah

Grafik Populasi Lalat Buah


10
8
6
4
2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Yellow Trap Pitfall Trap

11
Gambar 10. Grafik Populasi Semut

Grafik Populasi Semut


10
8
6
4
2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Yellow Trap Pitfall Trap

12
Gambar 11. Grafik Populasi Apid

Grafik Populasi Apid


10
8
6
4
2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Yellow Trap Pitfall Trap

Gambar 12. Grafik Populasi Belalang

Grafik Populasi Belalang


10
8
6
4
2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Yellow Trap Pitfall Trap

13
Gambar 13. Grafik Populasi Lalat Penggorok Daun

Grafik Populasi Lalat Penggorok Daun


10
8
6
4
2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Yellow Trap Pitfall Trap

Gambar 14. Grafik Populasi Nyamuk

Grafik Populasi Nyamuk


10
8
6
4
2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Yellow Trap Pitfall Trap

14
4.2 Pembahasan

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu merupakan suatu pendekatan


ekologi yang bersifat multidisplin untuk pengelolaan populasi hama dengan
memanfaatkan beranekaragaman teknik pengendalian secara kompatibel
dalam kesatuan koordinasi pengelolaan (Afifah, 2010).

Praktikum Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Kegiatan Survei dan


Wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 19 Oktober 2020 pada pukul
15.00-16.30 WIB. Kegiatan survey dan wawancara dilaksanakan di
Kelompok Tani Guyub Rukun RW 5 Wisma Kedung Asem Indah, Kelurahan
Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Surabaya. Pada kesempatan kali ini saya
berkesempatan mewawancari Pak Tatag selaku pengelola budidaya tanaman
yang ada di tempat tersebut.

Lahan pertanian yang digunakan termasuk dalam jenis lahan kering. Lahan
budidaya yang akan diamati seluas 11x20m 2. Tanaman budidaya yang
ditanam ada kangkung, sawi, tomat, terong, lombok, gambas, sereh dan
ketela. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik. Hasil panen budidaya
tanaman dengan luas lahan 11x20m 2 dijual di warga sekitar dan sudah 7 kali
panen di tahun ini.

Monitoring status OPT bertujuan mengetahui, perilaku hama, dinamika


perkembangan populasi, tingkat kerusakan diakibatkan OPT. Beberapa
kategori status hama diantaranya hama utama, hama minor, hama potensial,
hama imigran, hama skunder, dan hama sporadis. Karena dalam kondisi dan
waktu tertentu hama dapat berubah status misalnya hama skunder berubah
menjadi hama utama atau hama utama menjadi hama minor. Ambang
ekonomi atau batas toleransi ekonomik ditetapkan melalui banyak informasi,
data biologis, ekologi serta ekonomi, baik berupa kerusakan hasil akibat
populasi hama, analisis biaya dan manfaat pengendalian. Ambang ekonomi
penting dalam pengambilan keputusan kapan akan dilakukan penggunaan
pestisida, apabila populasi atau kerusakan hama belum mencapai aras tersebut
penggunaan pestisida belum diperlukan (Marikum, 2014).

15
Penggunaan perangkap buatan merupakan salah satu teknik pengendalian
hama secara fisik dan mekanik dalam konsep PHT dapat memantau jumlah
populasi hama seperti serangga di tanaman budidaya. Penggunaannya bersifat
praktis, murah, dan kompatibel karena tidak mencemari lingkungan. Metode
ini memanfaatkan sifat – sifat serangga yang tertarik terhadap cahaya, warna,
aroma makanan atau bau – bau tertentu. Cara penggunaannya yaitu dengan
merangkap hama untuk berkumpul dan hinggap pada perangkap sehingga
serangga tersebut tidak dapat terbang dan kemudian mati. Penempatan
perangkap dan pemilihan warna perangkap ini juga sangat penting untuk
diperhatikan, karna berbengaruh terhadap ketertarikan serangga untuk untuk
mendekati perangkap tersebut, sehingga dalam penempatan harus mengetahui
tingkah laku dari OPT yang akan dikendalikan supaya pengendalian yang kita
lakukan dapat efektif (Atakan, 2015).

Pengamatan dan pendugaan populasi hama tanaman dilaksanakan


sebanyak tiga kali pengamatan. Dalam monitoring hama dan musuh alami
menggunakan dua macam perangkap yaitu yellow trap dan pit fall trap.
Masing-masing berjumlah 3 alat, yaitu 3 yellow trap dan 3 pit fall trap.

Pengamatan minggu pertama didapatkan 5 jenis hama yaitu lalat buah


(Drosophila melanogaster), aphid (Aphidoidea), belalang (Caelifera), lalat
penggorok daun (Liriomyza sp.), dan semut (Formicidae). Pada minggun
kedua didapatkan 2 jenis hama yaitu lalat buah (Drosophila melanogaster),
semut (Formicidae), dan 1 jenis predator yaitu nyamuk (Culicidae). Dan
minggu ketiga hama yang didapatkan 2 jenis hama lalat buah (Drosophila
melanogaster), semut (Formicidae) dan 1 jenis predator yaitu nyamuk
(Culicidae).

Pengamatan populasi hama dan musuh alami pada minggu pertama


memiliki jenis hama dan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan
minggu kedua dan ketiga. Faktor yang dapat mempengaruhi adalah posisi
tempat pemasangan perangkap dan cuaca saat dipasangnya perangkap
tersebut. Di minggu pertama cuaca nya masih panas dan belum hujan, di
minggu kedua dan ketiga posisi tempat pemasangan perangkap berbeda

16
dengan minggu pertama dan cuaca nya di minggu kedua dan ketiga sudah
mulai hujan. Jadi hama yang terperangkap dan jumlah juga berbeda di
minggu pertama dengan minggu kedua dan ketiga.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktikum ini adalah :

1. Terdapat beberapa macam hama yang terperangkap di yellow trap dan pit
fall trap.

2. Hama yang menyerang dan yang terperangkap yaitu lalat buah, aphid,
belalang, lalat penggorok daun, dan semut. Dan predatornya yaitu nyamuk.

3. Jumlah populasi hama lebih banyak daripada jumlah populasi musuh


alami.

4. Penempatan posisi trap dan cuaca juga bisa menyebabkan jumlah hama
dan predator berbeda.

5.2 Saran

Sebaiknya sebelum melakukan praktikum, para praktikan membaca dan


memahami panduan praktikum agar dalam pelaksanaan praktikum lancar.
Pada saat kegiatan wawancara dan monitoring hama harus dilakukan dengan
teliti dan cermat agar didapatkan hasil yang sesuai harapan.

18
MATERI 2

MONITORING PENYAKIT TANAMAN

19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum, penyakit diartikan sebagai gangguan fisiologis pada


tanaman sehingga tanaman tidak dapat melaksanakan fungsi fisiologisnya
secara maksimal. Fungsi fisiologis tanaman terkait dengan proses
fotosintesis maupun respirasi dalam upaya untuk bertahan hidup. Penyebab
penyakit menyerang dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan
mengeluarkan zat yang dapat menghambat penyaluran fotosintat. Tanaman
yang terserang pathogen biasanya masih terlihat sehat. Tanaman baru
terlihat sakit saat tingkat serangan sudah mencapai tahap akut. Oleh karena
itu, tanaman yang sudah terserang penyakit sangat sulit disembuhkan. Hal
ini sangat berbeda dengan serangan hama.

Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal


dari tanaman yang menyela atau memodifikasi fungsi-fungsi vitalnya.
Penyakit yang menyerang tanaman sebagian besar disebabkan oleh adanya
infeksi dari bakteri, jamur, atau virus. Penyakit tanaman lebih sering
diklasifikasikan oleh gejala yang ditimbulkannya daripada oleh agen
penyakit (Jackson, 2010).

Sebagai akibat terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit, maka


akan terjadi perubahan pada tanaman dalam bentuk, ukuran, warna, tekstur
dan lain- lain. Perubahan tersebut seringkali merupakan gejala yang khas
untuk penyakit tertentu. Tetapi adakalanya untuk satu macam penyakit
menimbulkan lebih dari satu macam perubahan. Gangguan terhadap
tanaman yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit.
Penyakit ini merusak tumbuhan dengan mengganggu proses dalam tubuh
tanaman sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tanaman yang

20
terserang penyakit tetap dalam kondisi yang utuh namun aktivitas hidupnya
terganggu dan dapat menyebabkan kematian (Hanum, 2010).

Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ
tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari.
Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan
normal. Penyebab sakit bermacam-macam antara lain cendawan, bakteri,
virus, kekurangan air, kekurangan atau kelebihan unsur hara. Berbagai
penyakit yang umumnya timbul misalnya bercak daun, kudis, penyakit
gosong, penyakit layu, penyakit karat dan penyakit embun tepung.
Penyebabnya berbeda-beda, missal penyakit layu dapat disebabkan oleh
bakteri ataupun jamur. Pengetahuan mengenai berbagai jenis
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit sangat diperlukan, sehingga
kita bisa merencanakan bagaimana cara penanganan penyakit tersebut.

Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau
parasit dan abiotik atau non parasit. Biotik yaitu penyebab penyakit yang
sifatnya menular atau infeksius, misalnya jamur, bakeri, nematoda,
mycoplasma dan tanaman tinggi parasitik. Abiotik yaitu penyebab penyakit
yang sifatnya tidak menular atau non infeksius. Penyakit-penyakit karena
penyebab abiotik sering disebut penyakit fisiologis atau fisiogenis,
sedangkan patogennya disebut fisiopath. Fisiopath tersebut antara lain
kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi tanah yang kurang baik,
dan kerusakan karena mekanik dan zat-zat kimia.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui penyakit yang menyerang pada tanaman yang ada di


lahan.

2. Untuk mengetahui gejala-gejala penyakit tanaman tersebut.

21
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan


inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau
faktor lingkungan dan berkembangnya gejala dan ketidakmampuan
tumbuhan untuk memberi hasil cukup kuantitas maupun kualitasnya.
Konsep penyakit tumbuhan dikenal dengan konsep segitiga penyakit yang
merupakan konsep timbulnya penyakit yang dipengaruhi oleh tanaman
inang, patogen, dan faktor lingkungan (Adinugroho, 2011).

Secara sederhana penyakit tanaman dapat diberibatasan sebagai


kerusakan proses fisiologi, yang disebabkan oleh rangsangan yang terus
menerus dari penyebab utama, melalui terhambatnya aktifitas seluler dan
diekspresikan dalam bentuk karakter patologi yang khas yang disebut
symptom atau gejala (Sastrahidayat, 2011).

Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri


sebagai akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit. Berdasarkan
perubahan yang terjadi pada sel tumbuhan, gejala penyakit tumbuhan dapat
dibagi 3 (tiga) yaitu nekrotik, hipoplastis dan hiperplastis (Fahmi, 2012).

Berdasarkan sifatnya, ada 2 tipe gejala yaitu gejala local dan gejala
sistemik. Gejala local merupakan gejala yang dicirikan oleh perubahan
struktur yang jelas dan terbatas, biasanya dalam bentuk bercak atau kanker.
Gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman. Gejala
sistemik merupakan kondisi serangan penyakit yang lebih luas, biasanya
tidak jelas batas-batasnya. Contohnya adalah serangan oleh virus mozaik,
belang, maupun layu. Gejalanya terdapat di seluruh tubh tanaman, yang
berupa layu atau kerdil (Nikmah, et al. 2016).

Morfologi penyebab penyakit tumbuhan dibagi menjadi 2 (dua)


kelompok yaitu yang bersifat biotik dan abiotik. Penyakit biotik merupakan

22
penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang
dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan lainnya dengan patogen
penyakit. Sedangkan penyakit abiotik merupakan penyakit yang disebabkan
oleh penyakit non infeksi atau penyakit yang tidak dapat ditularkan dari
tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit abiotik
(Hasna, 2012).

23
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Materi Penerapan


PHPT Tingkat Petani. Dilaksanakan mulai hari Senin, 23 November 2020
hingga hari Senin, 14 Desember 2020 pukul 15.00-16.30 WIB. Praktikum ini
dilaksanakan di Wisma Kedung Asem Indah, Kelurahan Kedung Baruk,
Kecamatan Rungkut, Surabaya.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, kamera hp.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tanaman tomat,


tanaman terong, dan lembar kerja.

3.3 Langkah Kerja

3.3.1 Langkah kerja survey dan wawancara.

1. Menyiapkan bahan pertanyaan/kuisioner yang akan ditanyakan


kepada pengelola lahan/petani.
2. Menentukan lokasi lahan dan komoditi yang sesuai dengan
kriteria pengamatan.
3. Mengajukan pertanyaan kepada pengelola lahan/petani yang
berkaitan dengan Pengendalian Penyakit Terpadu (PPT) secara
mendetail dan mencatat penjelasannya.

24
4. Mendokumentasikan lahan budidaya serta komponen lainnya
yang berkaitan dengan Pengendalian Penyakit Terpadu (PPT).
3.3.2 Langkah kerja perhitungan intensitas serangan penyakit.
1. Mengamati luas lahan dan memilih lahan yang akan diambil sampel
tanamannnya.
2. Mengamati pola sebaran penyakit tanaman dalam kategori acak,
mengelompok, atau menyebar merata.
3. Menentukan teknik pengambilan sampel beserta jumlah sampel
yang akan diamati.
4. Menghitung tingkat intensitas serangan berdasarkan sampel yang
diamati dan menentukan perlakuan yang tepat untuk menangani
kasus di lahan.

25
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 3. Hasil Survei dan Wawancara

DESKRIPSI LAHAN DOKUMENTASI

1. Komoditas Tanaman : Tomat,


Terong

2. Nama Penyakit Tanaman :

- Bercak Kering (pada tanaman


tomat)

- Layu Bakteri (pada tanaman terong)

3. Nama Petani : Kelompok Wanita


Tani Guyub Rukun RW 5.
Gambar 15.

4. Luas Lahan : 11 x 20m2 Kondisi lahan


budidaya tanaman
5. Lokasi : Wisma Kedung Asem
tomat dan terong.
Indah, Kel. Kedung Baruk, Kec.
Rungkut, Surabaya.

6. Gejala :

- Bercak Kering (pada tanaman


tomat) gejala nya adanya bercak

26
kecoklatan di daun (non sistemik).

- Layu bakteri (pada tanaman terong)


gejalanya batang & daun nya
menguning dan layu pada batang &
daunnya (sistemik).

7. Cara Pengendalian Penyakit :


Membersihkan gulma yang
mengganggu pada tanaman.

8. Pola Sebarannya : Menyebar acak.

Tabel 4. Perhitungan Intensitas Penyakit Tanaman

NAMA NAMA MINGGU


HASIL DOKUMENTASI
KOMODITAS PENYAKIT KE-

1 20%

2 26,25%

Tomat Bercak Kering

3 28,75%
Gambar 16. Tomat
terserang bercak kering

Terong Layu Bakteri 1 40%

2 40%

3 60%

27
Gambar 17. Terong
terserang layu bakteri

Gambar 18. Grafik Bercak Kering pada Tanaman Tomat

Grafik Monitoring Penyakit Bercak


Kering Tanaman Tomat (%)
50
40
26.25 28.75
30
20
20
10
0
0 1 2 3

Gambar 19. Grafik Layu Bakteri pada Tanaman Terong

28
Grafik Monitoring Penyakit Layu
Bakteri Pada Tanaman Terong(%)
100
80
60
60
40 40
40
20
0
0 1 2 3

4.2 Pembahasan

Pengamatan dan pendugaan penyakit tanaman dilaksanakan sebanyak tiga kali


pengamatan. Dalam monitoring penyakit tanaman ada 2 komoditas yang saya amati
yaitu tanaman tomat dan terong, kedua tanaman tersebut diamati setiap 1
minggu sekali pada tanggal 23 November 2020 sampai 14 Desember 2020.

Tanaman tomat merupakan tanaman herba semusim dari keluarga Solanaceae.


Batang tanaman tomat bervariasi ada yang tegak atau menjalar, padat dan
merambat, berwarna hijau, berbentuk silinder dan ditumbuhi rambut-rambut halus
terutama dibagian yang berwarna hijau. Daunnya berbentuk oval dan bergerigi dan
termasuk daun majemuk. Bunga tomat berwarna kuning cerah, termasuk
hermaprodit dan dapat menyerbuk sendiri (Setiawan, 2015).

Menurut Firmanto (2011) menyimpulkan bahwa perkembangan Alternia solani


pada suhu (24-29℃) merupakan kondisi lingkungan yang kondusif untuk proses

29
infeksi. Pada suhuh optimum 28-30℃, konidia akan berkecambah sekitar 40 menit
dan akan dapat mempercepat proses infeksi pada tanaman jika kondisi basah dan
kondisi kering saling berganti dalam periode singkat.

Pengamatan pada tanaman tomat terdapat penyakit bercak kering dan saya
mengamati 20 tanaman tomat. Dan hasil nya pada minggu pertama yaitu 20%,
minggu kedua 26,25% dan pada minggu ketiga menjadi 28,75%.

Terong merupakan salah satu sayuran dalam bentuk buah, tanaman terong
termasuk jenis dikotil, berakar tunggang dan berbentuk perdu. Batangnya
bercabang dan berkayu, tetapi tidak kokoh sehingga saat berbuah lebat diperlukan
ajir, yaitu suatu alat penegak yang terbuat dari batang bamboo untuk menyangga
tanaman (Nuraini, 2011).

Salah satu penyakit penting pada tanaman terong adalah layu bakteri yang
disebabkan oleh Ralstonia solanacearum. Ralstonia solanacearum merupakan
patogen tular tanah penting yang menyebabkan layu bakteri. Menurut Ramesh and
Phadke (2012), perbedaan strain pada R. solanacearum mengakibatkan pengelolaan
layu bakteri pada terong dan tanaman lainnya menjadi sulit. Selain itu juga
disebabkan oleh kemampuan R. solanacearum untuk bertahan pada kondisi tanah
yang buruk, inang yang bervariasi dan mekanisme menyerang inang yang efisien.

Pengamatan pada tanaman terong ini terdapat penyakit layu bakteri dan saya
mengamati 5 tanaman terong. Hasil pada minggu pertama yaitu 40%, minggu
kedua 40%, dan minggu ketiga 60%. Grafik diatas menunjukkan penyakit pada
tanaman ini di minggu pertama dan kedua sama yaitu 40% dan pada minggu ketiga
meningkat menjadi 60%.

Hasil dari pengamatan penyakit tanaman pada tomat dan terong ini ditunjukkan
oleh grafik yang ada kalau penyakit tanaman tersebut terus meningkat disetiap
minggu nya dikarenakan cuaca yang tidak menentu sering berganti hujan atau
panas jadi mengakibatkan penyakit di tanaman tersebut menyebar ke tanaman yang
lain.

30
31
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktikum ini adalah :

1. Terdapat penyakit Bercak Kering pada komoditas tomat dan penyakit Layu
Bakteri pada komoditas terong.

2. Penyakit tanaman terus meningkat disetiap minggu nya dikarenakan cuaca yang
tidak menentu.

3. Pada tanaman tomat didapatkan hasil 20% pada minggu pertama, 26,25% di
minggu kedua, dan 28,75% di minggu ketiga.

4. Pada tanaman terong didapatkan hasil 40% di minggu pertama, 40% di minggu
kedua, dan 60% di minggu ketiga.

5.2 Saran

Sebaiknya sebelum melakukan praktikum, para praktikan membaca dan


memahami panduan praktikum agar dalam pelaksanaan praktikum lancar. Pada saat
kegiatan wawancara dan monitoring hama harus dilakukan dengan teliti dan cermat
agar didapatkan hasil yang sesuai harapan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, W. 2011. Konsep Timbulnya Penyakit. Makalah. Bogor: Mayor


Silvikultur Tropika Paskasarjana IPB.

Afifah, Lutfi. 2010. Pengengendalian Terpadu Hama Dan Penyakit Tanaman.


Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian. Bogor.

Atakan. 2015. Attractives of Various Colored Sticky Traps to Some Pollimating Insect
in Apple. Turk J Zool. 39 (1): 474-481.

Fahmi. 2012. Dasar-Dasar Pengenalan Penyakit Tanaman. Erlangga. Bandung.

Firmanto, B.H. 2011. Sukses Bertanam Tomat Secara Organik. Angkasa. Bandung. Hal
1-10.

Goulson, D. 2013. An Overview of The Evironmental Risks Posed by Neonicotinod


Insecticides. Journal of Applied Ecology. 50 (1): 977-987.

Hanum, Chairani. 2010. Teknik Budidaya Tanaman: Jilid 1. Departemen Pendidikan


Nasional. Buku Sekolah Elektronik. Jakarta.

Hasna. 2012. Morfologi Penyakit Tumbuhan. Universitas Semarang. Semarang.

Jackson R.W. 2010. Plant Pathogenic Bacteria. Genomics and Molecular Biology.
Caister Academic Press.

Marikum. 2014. Daya Tarik Jenis Atraktan dan Warna Perangkap yang Berbeda
Terhadap Lalat Buah Pada Tanaman Mangga (Mangifera inalica) di Desa Soulove.
Agrotekbis. 2(5): 44-45.

Nikmah, et al. 2016. Laporan Praktikum Perlindungan Tanaman. Program Studi


Agroekologi. Fakultas Pertanian. Universitas Jember. Jember.

Nuraini, D.N. 2011. Aneka Manfaat Kulit Buah dan Sayuran. CV Andi Offset:
Yogyakarta.

33
Oleyeke, Olalekan. 2012. Management of Major Insect Pests of Rice in Tanzania. Plant
Protection Science (38) 3 : 108-113.

Purwono dan H. Purnamawati. 2010. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.


Jakarta : Penebar Swadaya.

Ramesh R, Phadke GS. 2012. Rhizosphere and Endophytic Bacteria for The
Susspresion of Eggplant Wilt Caused by Ralstonia solanacearum. Crop Protection.
37: 35-41.

Rizkyarti, A. 2010. Perhitungan Intensitas Penyakit. Laporan Dasar Proteksi Tanaman.


Institut Pertanian Bogor. Dalam E-Jurnal Agroteknologi Tropika.

Sastrahidayat, Ika Rochdjatun. 2011. Fitopatologi (Ilmu Penyakit Tumbuhan). Malang:


UB Press.

Setiawan, A. Budi. 2015 Induksi Partenokarpi pada Tujuh Genotip Tomat (Solanum
lycopersicum) dengan Giberelin. Tesis. Yogyakarta: UGM.

Sulistyani Budiningsih, Watimin. 2012. Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu


(PPT) di Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas. SEPA (9) 1: 34-42.

Surata, I., K. 2011.Penerapan Pola Pengelolaan Hutan Terpadu (PHT) untuk


Pengendalian Hama Inger-Inger (Neotermes tectonae Damm) pada Hutan Tanaman
Jati di Timor. Balai Penelitian Kehutanan Kupang. Nusa Tenggara Timur.

Suryanto, Widada Agus. 2010. Hama dan Penyakit. Yogyakarta : Kanisius.

34
LAMPIRAN

TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum)

Scoring

0 = Tanpa gejala

1 = 1%

2 = ≥ 10 %

3 = ≥ 25 %

4 = ≥ 50 %

JUMLAH TANAMAN TOMAT :

Baris 1 (B1) : 5 tanaman

Baris 2 (B2) : 5 tanaman

Baris 3 (B3) : 5 tanaman

Baris 4 (B4) : 5 tanaman

Tabel 5. Hasil Pengamatan Penyakit Tanaman Tomat Minggu Pertama

SCORING B1 B2 B3 B4 JUMLAH

0 3 1 4 3 11

1 1 3 - 1 5

2 1 - 1 - 2

3 - 1 - - 1

4 - - - 1 1

JUMLAH 5 5 5 5 20

35
S nx v
p= x 100%
Z xN

( 11x 0 ) + ( 5 x 1 ) + ( 2 x 2 ) + ( 1 x 3 ) + ( 1 x 4 )
p= x 100%
4 x 20

0+5+ 4+3+ 4
p= x 100%
80

16
p= x 100%
80

p = 20%

Tabel 6. Hasil Pengamatan Penyakit Tanaman Tomat Minggu Kedua

SCORING B1 B2 B3 B4 JUMLAH

0 3 1 3 2 9

1 1 3 - 1 5

2 1 - 1 1 3

3 - 1 1 - 2

4 - - - 1 1

JUMLAH 5 5 5 5 20

S nx v
p= x 100%
Z xN

( 9 x 0 ) + ( 5 x 1 ) + ( 3 x 2 )+ (2 x 3 ) + ( 1 x 4 )
p= x 100%
4 x 20

0+5+6+ 6+4
p= x 100%
80

21
p= x 100%
80

p = 26,25%

36
Tabel 7. Hasil Pengamatan Penyakit Tanaman Tomat Minggu Ketiga

SCORING B1 B2 B3 B4 JUMLAH

0 3 1 2 2 8

1 1 2 1 1 5

2 1 1 1 1 4

3 - 1 1 - 2

4 - - - 1 1

JUMLAH 5 5 5 5 20

S nx v
p= x 100%
Z xN

( 8 x 0 ) +( 5 x 1 ) +( 4 x 2 ) +( 2 x 3 ) +( 1 x 4 )
p= x 100%
4 x 20

0+5+8+ 6+4
p= x 100%
80

23
p= x 100%
80

p = 28,75%

TANMAN TERONG (Solanum melongena)

Minggu Pertama

Tanaman yang sakit (a) : 2

Tanaman yang diamati (b) : 5

a
p= x 100%
b

37
2
p= x 100%
5

p = 40%

Minggu Kedua

Tanaman yang sakit (a) : 2

Tanaman yang diamati (b) : 5

a
p= x 100%
b

2
p= x 100%
5

p = 40%

Minggu Ketiga

Tanaman yang sakit (a) : 3

Tanaman yang diamati (b) : 10

a
p= x 100%
b

3
p= x 100%
5

p = 60%

38

Anda mungkin juga menyukai