Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM AGROINFORMATIKA

“WEATHER DATA EDITING PROGRAM (WEATHERMAN)”

Oleh :

Muhammad Bagus Firdaus


18025010179
Golongan D2

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA
TIMUR
SURABAYA
2021
I. TINJAUAN PUSTAKA

Agroinformatika adalah suatu sistem pertanian yang memerlukan


informasi yang menggunakan teknologi. Informasi pertanian meliputi pemasaran,
iklim, penanganan wabah, maupun global warming. Informasi tersebut berguna
dalam budidaya pertanian sehingga petani dapat mengikuti perkembangan terkini.
Iklim merupakan salah satu informasi yang dibutuhkan dalam budidaya
pertanian. Iklim yang dipelajari dalam pertanian disebut agroklimatologi. Menurut
Sabaruddin (2014) agroklimatologi lebih tertuju ke arah pengambilan kebijakan
untuk pengembangan daerah pertanian. Parameter yang diukur dalam iklim
meliputi suhu, kelembaban, curah hujan, lama penyinaran matahari, radiasi
matahari, dan kecepatan angin.
Suhu (temperatur) adalah ukuran dari suatu benda yang cenderung
melepaskan panas. Energi radiasi dalam atmosfir diabsorbsi oleh molekul gas,
partikel padat dan zat cair, sehingga temperatur suhu benda menjadi naik. Bila
terjadi perbedaan suhu dalam lingkungan maka energi akan mengalir sebagai
panas dari daerah yang panas ke yang lebih dingin (Umar, 2012).
Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban aktual
dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban aktual
dinyatakan dengan tekanan aktual (ea), maka kapasitas udara untuk
menampunguap air tersebut merupakan tekanan uap jenuh (es). Sehingga
kelembaban nisbi(RH) dapat dituliskan dengan persen (%). (Sukartono dkk, 2016)
Hujan harian adalah curah hujan yang diukur berdasarkan jangka waktu
satu hari (24 jam). Hujan kumulatif merupakan jumlah kumpulan hujan dalam
suatu periode tertentu seperti mingguan, dan bulanan, serta tahunan. Hujan jangka
pendek adalah hujan yang diukur secara berkelanjutan selama waktu pendek
seperti setiap tiga puluh menit, satu jam, dua jam, dan sebagainya. Dalam istilah
umum lebih tepat juga dengan intensitas hujan. Pengukuran ini dilakukan untuk
mengetahui kekuatan kelebatan hujan selama kejadian hujan (Debora, 2014).
Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi mempunyai beberapa
pengaruh, antara lain mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tanaman,
mempengaruhi kecepatan transpirasi tanaman, mengakibatkan terjadinya
pembakaran, mempengaruhi perubahan unsur cuaca lain, seperti: suhu,
kelembaban, angin, dll (Arifin, 2010).
Kecepatan angin pada dasarnya ditentukan oleh perbedaan tekanan udara
antar tempat asal dan tujuan angin (sebagai faktor pendorong) dan resistensi
medan yang dilaluinya. Sedangkan untuk menentukan arah angin digunakan
bendera angin yang satuannya diukur dalam derajat (0-360 C). Angin diberi nama
sesuai dengan arah dimana angina dating, misalnya angina laut adalah angina
yang bertiup dari laut ke darat (Hanum,2009).
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Tempreatur (Suhu)

Gambar 1. Grafik Temperatur Stasium Geofisika Tretes

Suhu udara merupakan salah satu unsur yangsangat penting dari keadaan
cuaca. Suhu udara dalamsuatu wilayah biasanya diukur dalam dua kondisi
ataukeadaan, suhu udara minimum dan suhu udaramaksimum. Suhu udara
minimum adalah suatu keadaandimana suhu udara pada suatu wilayah berada
pada titikterendah dalam interval waktu tertentu, biasanya dalaminterval satu hari.
Sedangkan suhu udara maksimumadalah keadaan dimana suhu udara diwilayah
tertentuberada pada titik tertinggi pada hari yang bersangkutan (Anwar, 2017).
Suhu udara di Stasiun Geofisika Tretes dapat dikatakan stabil. Suhu
maksimum dan suhu minimum pada stasiun ini selama 1 tahun yaitu 34,4°C dan
11°C pada 2019. Suhu minimum tertinggi yaitu 21,4°C terjadi pada bulan Mei
2019 sedangkan suhu minimum terendah terjadi pada awal bulan Agustus 2019
yaitu 11°C. Suhu maksimum terendah terjadi pada akhir bulan April hingga awal
Bulan Mei 2019 yaitu sebesar 17,6°C, sedangkan suhu maksimum terjadi pada
saat bulan Juli 2019 yaitu sebesar 34,4°C.
Menurut Alfitri dan Purnami (2021), faktor-faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya temperatur udara ialah yang pertama lama penyinaranmatahari.
Semakin lama penyinaran matahari, maka semakin tinggi temperatur udara.
Banyaknya panas yang diterimamenyebabkan temperatur yang tinggi. Kedua,
kemiringan sinar matahari. Radiasi matahari akan lebih besar pada tempatdengan
posisi matahari yang berada tegak lurus diatasnya dibandingkan dengan posisi
matahari yang lebih miring.Ketiga, keadaan awan. Radiasi matahari akan
dipencarkan, dipantulkan, dan diserap oleh uap air yang ada di dalamawan.
Sehingga semakin banyak awan di atmosfer dapat menyebabkan temperatur udara
semakin rendah. Keempat,keadaan permukaan bumi. Daerah darat akan lebih
cepar meneruma dan melepaskan panas energi radiasi mataharidaripada daerah
atau permukaan laut.

2.2 Kelembaban Udara Relatif

Gambar 2. Grafik Kelembaban Udara Relatif

Kelembaban udara terbagi menjadi dua, yaitu kelembaban udara absolut


dankelembaban udara relatif. Kelembaban udara absolut adalah nilai jumlah
kandungan uapair dalam satu kilogram udara (gr/kg), nilai kelembaban udara
absolut ini juga seringdiperhitungkan dengan satuan isi gr/m3. Panas termal udara
sangat berpengaruh terhadapnilai kelembaban udara absolut. Tetapi nilai
kelembaban udara absolut ini tidak akan berubah walaupun dipanaskan atau
didinginkan. Pada temperatur tinggi, udara cenderungmenghisap kelembaban (uap
air) dibandingkan dengan udara bertemperatur rendah. Kelembaban udara relatif
adalah persentase kandungan air yang dihitung atasdasar udara berkandungan air
maksimum (udara jenuh). Kelembaban udara relatif padaudara jenuh harus selalu
100%. Kelembaban udara relatif akan menurun bila udaradipanaskan dan akan
meningkat persentasenya bila udara didinginkan. Dengan catatanbahwa udara
tersebut mempunyai jumlah kandungan air yang tetap (Hasibuan dkk, 2020).
Gambar 2. Grafik Kelembaban Udara pada Stasiun Geofisika Tretes
menunjukkan bahwa data tidak konstan terutama pada kelembaban udara bulan
September hingga Oktober 2019 yaitu 52% – 46%. Nilai tertinggi kelembaban
udara rata-rata yaitu 98% dan terendah yaitu dibawah 50% di bulan Oktober.
Menurut Alfitri dan Purnami (2021) kelembaban udara dipengaruhi oleh faktor-
faktor tertentu. Faktor yang pertama ialah temperatur udara. Semakin tinggi
temperatur udara, maka akan semakin rendah kelembaban udara yang dimiliki
daerahtersebut. Kedua, tekanan udara. Semakin tinggi tekanan udara, maka
semakin tinggi kelembaban udara. Ketiga,pergerakan angin. Proses penguapan
pada sumber air dipengaruhi oleh pergerakan angin, di mana penguapan
airmerupakan salah satu tahap pembentukan awan. Keempat, lama penyinaran
matahari. Semakin lama penyinaranmatahari, semakin tinggi temperatur suatu
daerah, semakin rendah kelembaban udara pada daerah tersebut. Hal
inimenunjukkan bahwa temperatur udara dan kelembaban udara memiliki
keterkaitan satu sama lain. Sehingga, faktor-faktor yang mempengaruhi
temperatur udara, juga dapat mempengaruhi kelembaban udara.

2.3 Curah Hujan

Gambar 3. Grafik Curah Hujan di Tretes Tahun 2019


Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat
yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Satuan curah hujan
selalu dinyatakandalam satuan milimeter atau inchi namun untuk di indonesia
satuan curah hujan yangdigunakan adalah dalam satuan milimeter (mm). Curah
hujan dalam 1 (satu) milimetermemiliki arti dalam luasan satu meter persegi pada
tempat yang datar tertampung airsetinggi satu milimeter atau tertampung air
sebanyak satu liter (Prawaka dkk, 2016). Intensitas curah hujan adalah jumlah
curah hujan dalam suatu satuan waktu tertentu, yangbiasanya dinyatakan dalam
mm/jam, mm/hari, mm/tahun, dan sebagainya ; yang berturut-turutsering disebut
hujan jam-jaman, harian, tahunan, dan sebagainya. Biasanya data yang
seringdigunakan untuk analisis adalah nilai maksimum, minimum dan nilai rata-
ratanya (Dwirani, 2019).
Berdasarkan hasil yang didapati dari pengamatan pada aplikasi DSSAT,
didapati Grafik curah hujan di Stasiun Geofisika Tretes tahun 2019 menunjukkan
bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Februari yang
mencapai lebih dari 120mm, dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni dan
Juli dengan grafik rata – ratanya kurang dari 0mm tetapi pada pertengahan
terdapat sedikit hujan.

2.4 Lama Penyinaran Matahari dan Radiasi Matahari

Gambar 4. Grafik Lama Penyinaran Matahari dan Radiasi Matahari di Tretes


Tahun 2019
Lama penyinaran matahari merupakan satu dari beberapa unsur klimatologi.
Lama penyinaran matahari atau durasi penyinaran matahari (periodisitas) adalah
lamanya matahari bersinar cerah pada permukaan bumi yang dihitung mulai dari
matahari terbit hingga terbenam. Besarnya lama penyinaran matahari ditulis
dalam satuan jam, nilai persepuluhan, atau dalam satuan persen terhadap panjang
hari maksimum (Ariffin, dkk., 2010).
Jumlah radiasi matahari yang diterima bumi bergantung pada keadaan
atmosfer, jarak bumi dari matahari, intensitas dari radiasi matahari dan lamanya
penyinaran matahari. Menurut Ance (2012) “Intensitas radiasi matahari
merupakan absorpsi energi matahari dalam satuan cm2/menit”. Pengukuran
intensitas penyinaran matahari biasanya menggunakan lightmeter. Menurut
Hanggoro (2011), radiasi yang diterima di permukaan bumi nilainya bervariasi
terhadap letak lintang serta keadaan atmosfer di tempat tersebut, faktor ketinggian
tempat juga berpengaruh terhadap penerimaan radiasi.
Penyinaran matahari akan tergantung pada durasi atau lamanya penyinaran
matahari. Arturo dkk (2009) menyatakan bahwa “Durasi penyinaran matahari
didefenisikan sebagai jumlah waktu (biasanya dalam satuan jam) radiasi matahari
langsung melebihi batas ambang yaitu 120 W/m2”. Sedangkan menurut Peter
(2011) “Intensitas penyinaran matahari saat penyinaran langsung dalam satuan lux
ialah 32.000 sampai 130.000 lux”. Pengukuran durasi penyinarn matahari pada
umumnya menggunakan Campbell Stokes (Stokes Sphere). yaitu alat perekam
(penyinaran matahari berupa bola kaca yang dirancang untuk memfokuskan sinar
matahari ke kertas pias yang dipasang di belakang bola kaca tersebut.
Berdasarkan Gambar 4. Grafik Lama Penyinaran dan Radiasi Matahari
sebelumnya menunjukkan bahwa lama penyinaran dan radiasi matahari
berbanding lurus. Hal ini terjadi apabila lama penyinaran matahari meningkat,
maka radiasi matahari yang diterima juga ikut meningkat. Sebaliknya, apabila
lama penyinaran matahari menurun, maka radiasi yang diterima juga ikut turun.
Radiasi matahari tertinggi terjadi pada 5 Juli 2019 yang mencapai 47,7
MJ/m2/hari dengan titik terendahnya pada 2 Februari 2019 yang mencapai -0,7
MJ/m2/hari. Tingkat tertinggi lama penyinaran dan radiasi Matahari terjadi pada 5
Juli 2019 selama 23 Hrs. Tingkat terendah lama penyinaran terjadi pada bulan
Januari yaitu selama 0,5 Hrs.

2.5 Kecepatan Angin

Gambar 4. Grafik Kecepatan Angin di Tretes Tahun 2019

Kecepatan angin adalah kecepatan udara yang bergerak secara horizontal


pada ketinggian dua meter diatas tanah. Perbedaan tekanan udara antara asal dan
tujuan angin merupakan faktor yang menentukan kecepatan angin. Kecepatan
angin akan berbeda pada permukaan yang tertutup oleh vegetasi dengan
ketinggian tertentu, misalnya tanaman padi, jagung, dan kedelai. Oleh karena itu,
kecepatan angin dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dilaluinya.
Kecepatan angin dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut
anemometer. Jenis anemometer yang paling banyak digunakan adalah
anemometer mangkok (Tjasyono 2008).
Grafik kecepatan angin diatas menunjukkan bahwa grafik tersebut bersifat
fluktuatif. Kecepatan angin terendah besarnya dibawah 100 m/s dan kecepatan
tertinggi mencapai 605 m/s pada bulan Juli. Kecepatan arah angin di sekitar
daerah ekuator lebih besar bila dibandingkan dengan daerah yang terletak jauh
dari daerah ekuator. Hal ini disebabkan adanya rotasi bumi, di mana saat bumi
berotasi menimbulkan gaya dorong keluar lebih besar dari gaya dorong ke dalam
III.KESIMPULAN

Kesimpulan dari Materi “Weather Data Editing Program (Weatherman)”


yang diperoleh dari di Stasiun Geofisika Tretes yaitu:
1. Suhu maksimum terendah terjadi pada akhir bulan April hingga awal Bulan
Mei 2019 yaitu sebesar 17,6°C, sedangkan suhu maksimum terjadi pada saat
bulan Juli 2019 yaitu sebesar 34,4°C.
2. Suhu minimum terendah terjadi pada awal bulan Agustus 2019 yaitu 11°C,
sedangkan suhu minimum tertinggi yaitu 21,4°C terjadi pada bulan Mei
2019.
3. Kelembaban udara tertinggi dengan nilai lebih dari 98% dan terendah pada
dengan nilai di bawah 50% pada bulan Oktober.
4. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari 2019 yaitu mencapai 120
mm.
5. Radiasi matahari tertinggi terjadi pada 5 Juli 2019 yang mencapai 47,7
MJ/m2/hari dengan titik terendahnya pada 2 Februari 2019 yang mencapai
-0,7 MJ/m2/hari.
6. Tingkat tertinggi lama penyinaran dan radiasi Matahari terjadi pada 5 Juli
selama 23 Hrs. Tingkat terendah lama penyinaran terjadi pada dan Januari
yaitu selama 0,5 Hrs.
7. Kecepatan angin terendah yaitu dibawah 100 m/s.
DAFTAR PUSTAKA

Alfitri, R. G., & Purnami, S. W. Peramalan Temperatur Rata-rata dan


Kelembaban Rata-rata Harian Kabupaten Seram Bagian Timur
Menggunakan ARIMA Box-Jenkins. 10.12962/j27213862.vxix.xxxx.

Ance, G. K. 2012. Klimatologi: Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman.


Bumi Aksara: Jakarta.

Anwar, S. (2017). Peramalan Suhu Udara Jangka Pendek di Kota Banda Aceh
dengan Metode Autoregressive Integrated Moving Average
(ARIMA). Malikussaleh Journal of Mechanical Science and
Technology, 5(1), 6-12.

Ariffin, dkk. 2010. Modul Praktikum Klimatologi. Fakultas Pertanian Universitas


Brawijaya. Malang.

Arifin, MS., 2010. Modul Praktikum Klimatologi. Universitas Brawijaya, Malang.

Arturo, S. L., dkk. 2009. Dimming/Brightening Over the Iberian Peninsula Trens
in Sunshine Duration and Cloud Cover and Their Relations with
Atmospheric Circulation. Journal of Geophysical Research. 144, D00D09.

Debora, Hanna. 2014. Pengukuran Curah Hujan. Bengkulu : Universitas


Bengkulu.

Dwirani, F. (2019). Menentukan stasiun hujan dan curah hujan dengan metode
polygon thiessen daerah kabupaten lebak. JURNALIS: Jurnal Lingkungan
Dan Sipil, 2(2), 139-146.

Hanggoro, W. 2011. Pengaruh Intensitas Radiasi Saat Gerhana Matahari Cincin


Terhadap Beberapa Parameter Cuaca. Jurnal Meteorologi dan Geofisika,
12(2): 127-144.

Hanum. 2009. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Program Studi Agronomi.


Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Peter, H. 2011. Measuring Light. Ryerson University.

Prawaka, F., Zakaria, A., & Tugiono, S. (2016). Analisis Data Curah Hujan yang
Hilang Dengan Menggunakan Metode Normal Ratio, Inversed Square
Distance, dan Cara Rata-Rata Aljabar (Studi Kasus Curah Hujan Beberapa
Stasiun Hujan Daerah Bandar Lampung). Jurnal Rekayasa Sipil dan
Desain, 4(3), 397-406.

Sabaruddin, Laode. 2014. Agroklimatologi. Bandung : Alfabeta.

Sukartono, dkk. 2006. Agroklimatologi. Mataram: UPT Mataram University Pres.


Tjasyono, B.H.K. 2008. MeteorologiTerapan. ITB Bandung.

Umar, Ruslan.2012.Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin.


Makassar

Anda mungkin juga menyukai