Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM AGROINFORMATIKA

MATERI IV

“SIMULATION ABSORBTION OF NUTRIENT AND ORGANIC FERTILIZER

OF TOMATO PLANT”

NAMA : DIAN DWI PURWANTI

NPM : 19025010009

GOL. : A1

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2020
Tinjauan Pustaka

Tanaman tomat merupakan tanaman herba semusim dari keluarga Solanaceae. Batang
tanaman tomat bervariasi ada yang tegak atau menjalar, padat dan merambat, berwarna hijau,
berbentuk silinder dan ditumbuhi rambut-rambut halus terutama dibagian yang berwarna hijau.
Daunnya berbentuk oval dan bergerigi dan termasuk daun majemuk. Daun tanaman tomat
biasanya berukuran panjang sekitar 20 – 30 cm serta lebarnya 16 – 20 cm. Daun tanaman tomat
memiliki jarak yang dekat dengan ujung dahan sementara tangkai daunnya berbentuk bulat
berukuran 7 – 10 cm (Sutanto,2002).

Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 3-4 bulan. Tanaman
tomat dapat tumbuh baik di tempat yang bersuhu panas. Tomat juga membutuhkan perlakuan
khusus untuk dapat memperbaiki tingkat pertumbuhan dan kualitas hasil yang baik. Perlakuan
khusus ini dapat berupa pemberian naungan, dan pemupukan. Simulasi pada DSSAT ini dapat
memprediksi hasil tanaman baik hasil produksi maupun fisiologis tanaman sehingga mampu
memperkirakan management terbaik bagi tanaman untuk mencapai hasil yang maksimal.
(Abdul,et al, 2020)

Pupuk menurut bahan pembuatannya dibagi menjadi 2 yaitu pupuk organik dan
anorganik. Penggunaan pupuk anorganik yang praktis meningkatkan rasa puas dalam melakukan
budidaya karena hasilnya dapat langsung terlihat pada tanaman. Namun, pupuk anorganik jika
digunakan dalam jangka panjang dapat mengeraskan tanah dan menurunkan stabilitas agregat
tanah. Pemberian pupuk bertujuan menambah persediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan
tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil tanaman (Tri dan Palupi, 2018).

Pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman, terdiri dari dua jenis pupuk tergantung dari bahan
dasarnya. Ada pupuk organic dan pupuk anorganik. Pupuk diberikan pada tanaman sebagai
penambahan bahan organik atau unsur hara yng dibutuhkan bagi tanah untuk tanaman. Bahan
organik merupakan salah satu komponen penting bagi tanah sebagai sumber dan pengikat hara
bagi mikroba tanah. Hasil mineralisasi bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan hara
tanah dan nilai tukar kation. Salah satu cara menambahkan bahan organik yaitu dengan
menggunakan pupuk organik ataupun pupuk anorganik. Beberapa jenis pupuk organik yaitu
pupuk kandang dan pupuk kompos (Mariani et al., 2017)
Pupuk anorganik dapat berasal dari pupuk tunggal atau pupuk majemuk. Pupuk majemuk
NPK memiliki beberapa kelebihan, selain mengandung unsur N, P, dan K yang dibutuhkan oleh
tanaman, pupuk ini dapat diberikan dalam jumlah dan perbandingan yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman, unsur hara yang terkandung mudah tersedia, serta pemakaian,
pengangkutan, dan penyimpanannya lebih mudah. Tanaman tomat akan dapat tumbuh dengan
baik dan memberikan hasil produksi yang optimal apabila ditanam pada media tanah yang
memiliki sifat, fisik, kimia maupun biologi yang baik (Widyanto, 2007).

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Pupuk kandang
digunakan sebagai pengganti pupuk kimia karena bahannya mudah diperoleh, mempunyai
kandungan unsur hara Nitrogen yang tinggi, dan merupakan jenis pupuk panas yang artinya
adalah pupuk yang penguraiannya dilakukan oleh jasad renik tanah berjalan dengan cepat,
sehingga unsur hara yang terkandung di dalam pupuk kandang tersebut dapat dengan cepat
dimanfaatkan oleh tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya (Rendy Prasetyo, 2014)

Kompos merupakan salah satu pupuk organik yang digunakan pada pertanian untuk
mengurangi penggunaan pupuk anorganik.Penggunaan kompos dapat memperbaiki sifat fisik
tanah dan mikrobiologi tanah. Pupuk kompos yang baik memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
(1) Baunya sama dengan tanah, tidak berbau busuk, (2) Warna coklat kehitaman, berbentuk
butiran gembur seperti tanah, (3) Jika dimasukkan ke dalam air seluruhnya tenggelam, dan air
tetap jernih tidak berubah warna, (4) Jika diaplikasikan pada tanah tidak memicu tumbuhnya
gulma. Kompos memiliki kandungan unsure hara seperti nitrogen dan fosfat dalam bentuk
senyawa kompleks argon, protein, dan humat yang sulit diserap tanaman. (Elpawati et al, 2015)

Unsur hara primer, yaitu N, P, dan K merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman
dalam jumlah yang relative banyak dibandingkan dengan unsur hara lainnya. Unsur hara
sekunder yaitu kalsium, magnesium, dan sulfur merupakan unsur hara yang relatif lebih sedikit
diperlukan oleh tanaman dibandingkan dengan unsur hara utama Unsur hara primer dan sekunder
sering disebut pula unsur hara makro. Unsur hara mikro, yaitu besi, mangan, seng, tembaga,
boron, dan molibdenum merupakan unsur hara yang diperlukan relatif lebih sedikit daripada
unsur hara sekunder (Subhan et al, 2009).

Nitrogen merupakan komponen dasar dalam sintesis protein. Nitrogen terdapat dalam
protoplasma sel tanaman yang diperlukan untuk semua proses pertumbuhan dan merupakan
bagian dari klorofil. Klorofil bertanggung jawab terhadap konversi energy matahari menjadi
energi yang dapat digunakan dalam proses fotosintesis. Nitrogen mempengaruhi warna hijau
pada tanaman dan berperan sangat penting pada pembentukan protoplasma. Oleh karena itu
nitrogen merupakan komponen yang sangat penting terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.
(Dou, 2004).

Fosfor berperanan penting dalam proses metabolisme tanaman yang keberadaannya tidak
dapat digantikan oleh unsur hara lain. Fosfor sangat penting untuk perkembangan akar,
pertumbuhan awal akar tanaman, luas daun, dan mempercepat panen. Pupuk fosfor yang umum
terdapat di Indonesia adalah pupuk SP-36 (super fosfat 36% P2O5). Tanaman yang kekurangan
fosfor ditunjukkan dengan gejala tanaman yang kerdil, penghambatan perkembangan akar dan
cabang, pelambatan waktu panen, perubahan daun menjadi kebiruan, dan sering dengan warna
keunguan yang umumnya tampak pada daun tua. (Dou, 2004).
Kalium adalah unsur hara esensial untuk semua makhluk hidup. Pada kebanyakan
tanaman, produktivitas tanaman yang tinggi dijumpai bila kandungan kalium melebihi
kandungan nitrogen. Kalium berperan dalam metabolisme air dalam tanaman, absorpsi hara,
pengaturan pernapasan, transpirasi, kerja enzim, dan translokasi karbohidrat, membentuk batang
yang lebih kuat, dan sangat berpengaruh terhadap hasil tanaman baik kuantitas maupun
kualitasnya. (Burket et al. 2003).

Proses penambahan air untuk memenuhi kebutuhan lengas tanah bagi pertumbuhan
tanaman dinamakan irigasi. Dalam pengertian lain, irigasi merupakan usaha pengaturan dan
penyediaan air untuk menunjang proses produksi pertanian. Jenis irigasi antara lain irigasi air
permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi rawa. Sistem irigasi harus
bermanfaat untuk kelestarian air itu sendiri maupun untuk keberlanjutan obyek yang diairi.
Pemberian air irigasi harus dilakukan secara efisien, tidak boleh berlebih maupun kurang. Dalam
hal ini, irigasi harus didasari pada pola pemberian air dengan hemat. Pemberian air irigasi
dikatakan hemat apabila selisih antara penyediaan air dan kebutuhan air tanaman tidak tinggi
(Rokhma, 2008).
Hasil dan Pembahasan

Gambar 1 Grafik Data Hasil Produksi


Pada simulasi ini,tanaman tomat diberikan 4 perlakuan pupuk yang berbeda untuk
mengetahui pemberian pupuk yang mana yang akan memberikan hasil terbaik. Pemupukan
anorganik terdiri dari pupuk ZA dan SP36 dengan pupuk 2 memiliki kandungan 2 kali lebih
banyak NPK dari pupuk 1. Pupuk organic yang digunkan terdiri dari pupuk kompos dan pupuk
kandang. 4 jenis pemupukan tersebut adalah:
1. Pupuk 1 BO 1, Pemupukan 15 (NPK 500), dengan pupuk organik (pupuk kompos)
2. Pupuk 1 BO 2, Pemupukan 15 (NPK 500), dengan pupuk organik (pupuk kandang)
3. Pupuk 2 BO 1, Pemupukan 30 (NPK 1000), dengan pupuk organik (pupuk kompos)
4. Pupuk 2 BO 2, Pemupukan 30 (NPK 1000), dengan pupuk organik (pupuk kandang)
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa Pupuk 1 Bo 1 memiliki hasil produksi sebesar
4121 kg/ha. Untuk Pupuk 1 Bo 2 diperoleh hasil produksi yaitu dengan nilai 4291 kg/ha.
Selanjutnya pada Pupuk 2 Bo 1 hasil produksinya sebesar 4125 kg/ha dan Pupuk 2 Bo 2
diperoleh hasil produksinya 4292 kg/ ha. Dengan demikian hasil produksi tertinggi diperoleh
pada penggunaan pupuk 2 Bo 2 dan terendah adalah pernggunaan Pupuk 1 Bo 1.

Besar kandungan NPK dalam pupuk tidak begitu mempengaruhi hasil produksi karena pada
simulasi penggunaan Pupuk 1 dan pupuk 2 dan menggunkan pupuk organic yang sama tidak
begitu besar selisihnya (P1BO1=4121 dan P2BO1=4125). Pemupukan organic mempengaruhi
hasil produksi, hasil produksi dengan menggunakan pupuk kandang diketahui mendapat hasil
lebih tinggi dibanding menggunakan pupuk kompos sebagai pupuk organiknya.
Gambar 2 Grafik Data Leaf Area Index

Leaf area index (LAI) atau index luas daun(ILD) adalah salah satu parameter penting untuk
mengidentifikasi produktivitas tanaman pertanian. Leaf area index digunakan untuk menentukan
apakah unsur hara benar – benar terserap dengan baik oleh tanaman sehingga dapat
menghasilkan luas daun tanaman yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis. Nilai ini
didapat dari perbandingan setiap unit luas permukaan tanah yang tertutup oleh daun. Luas daun
merupakan proyeksi daun pada bidang datar, salah satu cara mengukur luas daun adalah dengan
menempatkan contoh daun pada permukaan bidang datar .Laju pertumbuhan tanaman
dipengaruhi LAI. Laju LAI yang optimum akan meningkatkan laju pertumbuhan tanaman, yang
juga meningkatkan produksi fotosintesis sehingga pada akhirnya produksi buah meningkat.

Berdasarkan Grafik diatas pada hari pertama sampai hari ke tujuh hasil didapatkan dalam
empat perlakuan pupuk memiliki nilai yang sama yaitu 0.0009. Pada hari ketujuh hingga hari
terakhir setiap perlakuan pupuk mengalami peningkatan terhadap nilai index daunnya,namun ada
pula yang mengalami penurunan. Pada hari ke 86 diperoleh nilai LAI tertinggi dari ke empat data
tersebut yaitu pupuk1 Bo1 sebesar 4.614 , pupuk1 Bo2 sebesar 4.873, pupuk2 Bo1 sebesar dan
pada pupuk 2 Bo2 dengan nilai LAI 4.882. Pupuk2 Bo2 memiliki nilai LAI terbesar dan pupuk1
Bo1 memiliki nilai LAI terendah.
Gambar 3 Grafik Hasil Vegetatif Weight

Vegetative weight atau berat vegetative tanaman adalah berat keseluruhan tanaman dalam
satuan kg/ha pada masa vegetative tanaman (masa pertumbuhan tanaman). Akar, batang dan
daun merupakan bagian tanaman yang cepat memanfaatkan fotosintat selama fase vegetatif. Pada
saat tanaman sedang dalam fase pertumbuhan vegetatif yang aktif, penyerapan unsur hara akan
semakin aktif pula. Produksi suatu tanaman tidak terlepas dari pertumbuhan vegetatifnya. tinggi
tanaman dan jumlah daun yang berhubungan erat dengan berat segar tanaman yang dihasilkan.
Berat vegetative tanaman tomat berbeda-beda dari hari pertama hingga hari terakhir tergantung
perlakuan pupuknya .

Pada hari pertama,nilai ke empat perlakuan pupuk memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 7.
Setelah itu semakin hari pada keempat perlakuan mengalami peningkatan setiap harinya. Pada
pertengahan jumlah total hari yaitu pada hari ke 55 tiga perlakuan pupuk memiliki nilai yang
sama yaitu 2621 pada pupuk selain pupuk 2 Bo 1 yang lebih tinggi 1 tingkat yaitu 2622.
Sedangkan pada hari terakhir(hari ke 86) nilai vegetatif weight atau berat vegetatif yaitu hasil P1
Bo 1 dan P2 Bo 1 dengan nilai yang sama yaitu 3941. Sedangkan P1 Bo 2 memiliki nilai root
weight 4148 dan nilai tertinggi yaitu pada P2 Bo2 dengan nilai satu tingkat lebih tinggi yaitu
4149.
Gambar 4 Grafik Hasil Root Weight

Root weight atau berat akar adalah berat total akar pada setiap tahap pertumbuhan
tanaman dan memiliki satuan kg[dm]/ha . Pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan
fisik tanahnya. Jumlah akar tanaman semakin bertambah sejalan dengan bertambahnya umur
tanaman tersebut. Pemberian pupuk baik organic maupun anorganik dapat memperbaiki media
tanah serta mengandung unsur hara sebagai nutrisi yang penting untuk pertumbuhan tanaman
termasuk pertumbuhan akar.

Pemberian 4 perlakuan pupuk menghasilkan nilai root weight yang berbeda-beda. Pada hari
pertama sampai hari keempat, nilai berat akar 4 perlakuan pupuk sama besar yaitu3. Semakin
bertambahnya hari maka semakin berat pula akar pada tanaman tomat karena tanaman sudah
menyerap banyak nutrisi dan pemupukan yang dilakukan. Setelah 86 hari diperoleh hasil
tertinggi pada 4 perlakuan yaitu pada P1 Bo1 memiliki nilai 714, pada P1 Bo 2 memiliki nilai
734 , pada P2 Bo2 memiliki berat akar 734, sedangakan P2 Bo2 memiliki nilai berat akar 713.
Pada perlakuan P1 Bo2 dan P2 Bo2 memiliki nilai root weight terbesar sedangkan P2 Bo2
memiliki nilai root weight terkecil.
Gambar 5 Grafik Carbohydrate in Leaf

Carbohydrate in leaf atau karbohidrat dalam daun adalah total jumlah karbohidrat dalam
daun, grafik tersebut menunjukkan pertambahan jumlah karbohidrat dalam daun setiap harinya
setelah penanaman dan memiliki satuan %. Karbohidrat merupakan salah satu hasil fotosintesis
yang mempunyai peranan penting dalam metabolisme. Tinggi-rendahnya kandungan karbohidrat
pada bagian tanaman disebabkan oleh distribusi hasil fotosintesis. Nilai karbohidrat yang rendah
menandakan bahwa karbohidrat lebih banyak disimpan di dalam organ lain daripada di daun.

Pemberian 4 perlakuan pupuk menghasilkan nilai Carbohydrate in leaf yang berbeda-beda.


Pada hari pertama,nilai Carbohydrate in leaf keempat pupuk memiliki nilai yang sama yaitu
3.843. untuk hari-hari berikutnya nilai keempat pemupukan memiliki nilai yang sama namun
berbeda pada harinya. Karena setiap harinya memiliki peningkatan nilai carboydrate in leaf. Pada
hari ke 86 diperoleh nilai karbohidrat dalam daun yaitu nilai tertinggi pada P1 Bo1 yaitu dengan
nilai 7.472 sedangkan untuk P1 Bo2 memiliki nilai yaitu 7.461 selanjutnya untuk P2 Bo1
nilainya sebesar 7.448 dan untuk P2 Bo2 memiliki nilai carbohydrate in leaf 7.44 yang
merupakan nilai paling rendah dari keempat perlakuan pupuk.
Gambar 6 Grafik Hasil Carbohydrate in Stem

Carbohydrate in stem adalah nilai karbohidrat yang terkandung di batang dan memiliki
satuan %. Setiap batang tanaman pasti memiliki kandungan karbohidrat. Kandungan karbohidrat
pada batang tanaman merupakan parameter yang digunakan dalam analisis dasar biosains.
Kandungan karbohidrat total merupakan parameter yang tepat untuk mengkaji akibat dari
cekaman kekeringan. Karbohidrat berperan dalam mengatur tekanan osmotik pada saat tanaman
mengalami cekaman kekeringan dan dapat diamati pada batang karena batang adalah bagian
tumbuhan yang banyak mengandung gula.

Pada hari pertama keempat perlakuan pupuk memiliki kandungan Carbohydrate in stem yang
sama yaitu senilai 7.841. Nilai carbohydrate in stem semakin hari semakin bertambah dan
keempatnya nilai yang sama. Namun pada hari ke 29, nilai carbohydrate in stem keempat mulai
menunjukkan perbedaan. Pada hari ke 86, nilai carbohydrate in stem masing-masing yaitu P1
Bo1 yaitu 14. 934, pada P1 Bo2 memiliki nilai 14.564 sedangkan pada P2 Bo1 memiliki nilai
14.898 dan P2 Bo2 memiliki nilai 14.94. nilai paling tinggi untuk kandungan karbohidrate pada
batang yaitu pada P2 Bo2 yaitu sebesar 14.94 sedangkan yang terendah ada pada P1 Bo2 yaitu
14.564 . Selisih nilai keduanya tidak terlalu besar yaitu hanya berkisar 0.4 %.
Gambar 7 Grafik Hasil Leaf N Concrentation

Leaf N contentration adalah jumlah konsentrasi N yang terkandung dalam daun setiap
tanaman dan memiliki satuan %. Bagian tanaman yang paling banyak dikonsumsi adalah bagian
daun sehingga pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung nitrogen (N) tinggi. Sifat pupuk N
mudah menguap dan ketika musim penghujan dapat terjadi pencucian. Ketika tanaman
kekurangan unsur hara nitrogen menunjukkan gejala daun menguning, sehingga pengaplikasian
pupuk N kepada tanaman harus tetap terpenuhi.

Pada hari pertama sampai ketiga, nilai Leaf N contentration pada keempat perlakuan
memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 4.33. Peningkatan jumlah konsentrasi N pada daun ini
setiap hari meningkat dan pada hari ke 56 jumlah konsentrasi daun N mempunyai nilai yang
sama juga pada keempat perlakuan pupuk yaitu memiliki nilai 4.61. Pada hari terakhir yaitu pada
hari ke 86 diperoleh nilai konsentrasi daun N yaitu pada P1 Bo1 sebesar 4.01, pada P1 Bo2
sebesar 4.14, pada P2 Bo1 sebesar 4.02 dan pada P2 Bo2 memiliki nilai sebesar 4.17. Nilai
tertinggi ada pada P2 Bo2 yaitu 4.17 dan yang terendah ada pada Pada P1 Bo1 yaitu 4.01.
Gambar 8. Grafik Hasil Stem N Concentration

Steam N contentration adalah jumlah konsentrasi N yang terkandung dalam batang setiap
tanaman. Pertambahan dan pengurangan nilai konsentrasi N pada batang setiap perlakuan
tanaman. Pupuk nitrogen diperlukan tanaman untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-
bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Perlakuan pemberian pupuk nitrogen
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini diduga tanaman memiliki kemampuan
memanfaatkan nitrogen dalam tanah pada minggu-minggu awal pengamatan sehingga hasil
tinggi pada tanaman berbeda dengan perlakuan lainnya.

Pada hari pertama dan kedua diperoleh hasil yang sama pada semua perlakuan yaitu
memiliki nilai sebesar 3.02 . Semakin bertambahnya hari nilai konsentrasi N batang juga
mengalami perubahan,ada yang meningkat ada pula yang menurun. Pada hari ke 86 didapatkan
hasil tertinggi pada keempat perlakuan yaitu pada P1 Bo1 bernilai 2.4, untuk P1 Bo 2 memiliki
nilai 2.54 dan P2 Bo1 bernilai 2.44 dan pada P2 Bo2 nilai Steam N contentration sebesar 2.55.
Hasil konsentrasi N batang paling tinggi yaitu pada P2 Bo2 dengan nilai 2.55 sedangkan paling
rendah pada P1 Bo1 dengan nilai 2.43.
Kesimpulan

1. Pada simulasi ini,tanaman tomat diberikan 4 perlakuan pupuk yang berbeda untuk
mengetahui pemberian pupuk yang mana yang akan memberikan hasil terbaik. 4 perlakuan
pemupukan tersebut adalah
 Pupuk 1 BO 1, Pemupukan 15 (NPK 500), pupuk kompos
 Pupuk 1 BO 2, Pemupukan 15 (NPK 500), pupuk kandang
 Pupuk 2 BO 1, Pemupukan 30 (NPK 1000), pupuk kompos
 Pupuk 2 BO 2, Pemupukan 30 (NPK 1000), pupuk kandang
2. Hasil produksi pupuk paling tinggi yaitu pupuk 2 Bo2 yaitu sebesar 4292 kg/ha sedangkan
hasil produksi paling rendah yaitu pupuk 1 Bo 1 yaitu sebesar 4121 kg/ha. Nilai leaf area
index tertinggi pupuk 2 Bo2 nilai LAI 4.882, sedangkan nilai terendah adalah pupuk 1 Bo1
dengan nilainya adalah 4.614
3. Vegetatif weight hasil P1 Bo 1 dan P2 Bo 1 dengan nilai yang sama yaitu 3941. Sedangkan
P1 Bo 2 memiliki nilai root weight 4148 dan nilai tertinggi yaitu pada P2 Bo2 dengan nilai
satu tingkat lebih tinggi yaitu 4149. Root weight pada P1 Bo1 memiliki nilai 714, pada P1 Bo
2 memiliki nilai 734 yang merupakan nilai paling tinggi yang sama juga pada P2 Bo2,
sedangakan P1 Bo2 memiliki nilai berat akar 713.
4. Carbohydrate in leaf nilai tertinggi pada P1 Bo1 yaitu dengan nilai 7.472. sedangkan paling
rendah yaitu 7.44 .Carbohydrate in stem nilai paling tinggi yaitu pada p1 Bo2 yaitu sebesar
14.934. Leaf N Concrentation atau konsentrasi daun N P2 Bo2 memiliki nilai paling tinggi
yaitu 4.17. Stem N Concentration atau konsentrasi batang N nilai paling tinggi yaitu pada P2
Bo2 dengan nilai 2.55
Daftar Pustaka

Abdul, F. F., Siswanto, K. Wijaya. (2020). The Implementation Of Ceres- Maize Model

to Determine Corn Production in Climate Change in Wringinanom Sub-district Gresik


Regency. University Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Burket, J.Z., D.D. Eemphill, and Dick. 2003. Wenter Corer and Potassium Management in Sweet

Corn and Broccoli Rotation. HortSci. 32(4):64-68.

Dou, H. 2004. Effect of Cutting Application on Tomato to Growth and Yield. 5-15 p.

Elpawati., Stephani., Dasumiati. 2015. Optimalisasi Penggunaan Pupuk Kompos dengan

Penambahan Effective Microorganism 10 (EM10) pada Produktivitas Tanaman Jagung


(Zea mays L.). Al-Kauniyah Jurnal Biologi Vol. 8 (2): 77-87.

Mariani, S. D., Koesriharti, & N. Barunawati. (2017). Respon pertumbuhan dan hasil tanaman

tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) varietas permata terhadap dosis pupuk kotoran
ayam dan KCl. J. Produksi Tanaman, 5(9), 1505–1511.

Rendy, Prasetyo. 2014. Pemanfaatan Berbagai Sumber Pupuk Kandang sebagai Sumber N dalam

Budidaya Cabai Merah (Capsicum annum L.) di Tanah Berpasir. Planta Tropika Journal
of Agro Science Vol. 2 (2): 125-132.

Rokhma, N. M. 2008. Menyelamatkan Pangan dengan Irigasi Hemat Air. Kanisius: Yogyakarta.

Subhan, et al, 2009. Respons Tanaman Tomat terhadap Penggunaan Pupuk Majemuk NPK 15

15-15 pada Tanah Latosol pada Musim Kemarau. Jurnal Hortikultura. 19 (1): 40-48

Sutanto, S. 2002. Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.

Tri., dan Palupi. 2018. Pengaruh Pemberian Pupuk Pelengkap Cair pada Media Berbeda terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Varietas Green Rapid.
Jurnal Biologi & Pembelajarannya Vol.5 (1): 32-43.

Widyanto, 2007. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat Terhadap Pemberian

Pupuk Kandang Sapi Dan Fermentasi Urin Sapi. Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS,
13(1), pp. 25–28

Anda mungkin juga menyukai