Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

MENGENALI HAMA VERTEBRATA


DAN GEJALA SERANGAN PADA
TANAMAN
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hampir seluruh atau sebagian besar daerah di Indonesia merupakan daerah


PERTANIAN yang biasa disebut negara agraris. Dan hampir sebagian besar
penduduk di Indonesia berprofesi sebagai petani, akan tetapi sebagian besar dari
petani tidak mengerti dan mengetahui secara menyeluruh tentang ilmu pertanian,
mereka hanya mengetahui ilmu yang mereka dapat dari nenek moyang mereka.
Masalah yang paling sering ditemui oleh para petani adalah organisme penggangu
tanaman.

Hama adalah semua herbivora yang dapat merugikan tanaman budidaya oleh
manusia secara ekonomis. Akibat serangga hama produktivitas tanaman menjadi
menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang mengakibatkan
gagal panen. Oleh karena itu kehadiran hama perlu dikendalikan apabila
populasinya dilahan telah melebihi batas ambang ekonomik. Dalam kegiatan
pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis hama serta gejala kerusakan yang
ditimbulkan sangat penting agar tidak melakuakan kesalahan dalam mengambil
langkah atau tindakan pengendalian.

Hama yang menyebabkan kerusakan diklasifikasikan menjadi 2 yaitu vertebrata


(hewan bertulang belakang) dan invertebrata (hewan tidak bertulang belakang).
Hama vertebrata menimbulkan kerusakan yang sangat nyata antara lain : tikus,
codot, burung dan lain – lainnya. Serangan hama vertebrata ditandai dengan gejala
kerusakan fisik tanaman seperti adanya bekas gigitan pada bagian tanaman yang
diserang.

1.2 Tujuan Praktikum

Agar praktikan mampu menjelaskan dan mengenali jenis serta gejala serangan
hama vertebrata yang paling banyak menimbulkan kerugian dalam budidaya
pertanian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman
2.1.1 Klasifikasi
a. Klasifikasi Tanaman Mangga
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Anacaradiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : Mangifera indica. L
b. Klasifikasi Tanaman Sawo
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericates
Famili : Sapotaceae
Genus : Manilkara
Spesies : Manilkara zapota
c. Klasifikasi Tanaman Ubi Kayu
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta Crantz
d. Klasifikasi Tanaman Padi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa
2.1.2 Morfologi
a. Morfologi Tanaman Mangga
 Akar
Akar tanaman mangga terdiri dari akar tunggang dan akar
cabang (samping) yang dalam dan sifatnya kuat. Akar tunggang
tanaman ini memiliki ukuran cukup panjang dan bahkan dapat
mencapai kedalam sekitar 6 meter. Dimana akar tunggang ini
tumbuh untuk mencari permukaan air tanah dan setelah menemukan
permukaan air tersebut, akar ini akan membentuk akar cabang
(samping).
 Batang
Batang tanaman mangga adalah batang kayu yang lurus dan
tegak serta kuat dank eras. Batang tanaman mangga berbentuk bulat
dengan cabang dan ranting yang banyak dengan arah cenderung
mendatar hingga ke atas. Kayu tanaman mangga bergetah dan
memiliki kulit yang tebal dan kasar tidak beraturan (Harianto, 2009)
 Daun
Daun mangga merupakan daun tunggal yang secara umum
memiliki panjang sekitar 8-40 cm dan lebar 1,25-12,50 cm. daun
tanaman mangga memiliki bentuk bervariasi tergantung dengan
varietasnya, mulai dari melebar hingga panjang mengecil dengan
ujung yang runcing serta sedikit bergetah. Daun mangga memiliki
warna hijau muda dan hujau tua.
 Bunga
Bunga mangga merupakan bunga majemuk, yaitu tumbuh
dari tunas ujumg. Secara umum bunga tersebut terdapat pada tandan
atau rangkaian. Setiap tandan bisa mempunyai lebih dari 1000
kuntum bunga dengan ukuran diameter kecil antara 6-8 mm.
terdapat kelopak dan mahkota bungan sebanyak 5 lembar. Bunga
tanaman ini memiliki warna yang bervariasi, ada yang merah muda,
kuning, atau hijau, tergantung pada varietasnya.
 Buah
Buah mangga memiliki ukuran yang relative besar dengan
bentuk yang bervariasi, ada yang bulat, oval, dan juga pipih. Warna
dari buah mangga juga bermacam-macam, ada yang hijau, kuning,
oranye merah, bahkan kombinasi dari semua itu, tergantung dari
varietasnya.
 Biji
Buah mangga memiliki jenis biji berkeping dua (dicotiledon)
dengan bentuk pipih maupun agak tebal. Biji tersebut memiliki
warna putih keabu-abuan dan ada juga yang abu-abu.
b. Morfologi tanaman sawo
 Akar
Tanaman sawo memiliki perakaran tunggang dan akar
samping yang kuat. Akar tunggang ini memiliki bentuk mengerucut
dan tumbuh tegak lurus ke bawah. Sedangkan akar samping tanaman
berfungsi untuk menyerap nutrisi dan juga air dari dalam tanah.
 Batang
Tanaman sawo memiliki batang berbentuk bulat, keras, dan
bersifat kuat. Selain itu, kulit batang sawo memiliki permukaan yang
kasar. Batang sawo berwarna kecoklatan dengan tajuk yang cukup
rimbun. Arah pertumbuhan batang sawo lurus ke atas, selain itu
batang tanaman ini menghasilkan banyak getah.
 Daun
Daun sawo memiliki ukuran yang cukup lebardan bergetah.
Daun sawo merupakan daun tunggal dan terletak pada bagian ujung
ranting. Daun sawo berbentuk lonjong dengan ujung yang
meruncing. Daun tanaman ini berwarna hijau mengkilap.
 Bunga
Tanaman sawo memiliki bnga tunggal yang terletak pada
ketiak daun dekat dengan ujung ranting. Bunga tersebut berdiameter
sampai 1,5 cm dan menggantung serta terdapat kelopak bunga pada
bagian dalamnya. Bunga sawo memiliki warna putih dengan bentuk
seperti lonceng.
 Buah
Buah sawo memiliki bentuk lonjong seperti telur dan
berwarna coklat serta berkulit kasar. Pada umumnya buah sawo
memiliki diameter sekitar 4 cm. Buah sawo memiliki rasa manis dan
menyegarkan dengan daging buah berwarna coklat muda.
 Biji
Biji sawo memiliki bentuk lonjong agak pipih dengan warna
hitam mengkilap. Dalam satu buah sawo biasanya terdapat sekitar 5
biji.
c. Morfologi Tanaman Ubi Kayu
 Batang
Memiliki batang yang lurus dengan tinggi sekitar 1,5-4
meter, berbentuk bulat dengan diameter 2,5-4 cm. Warna batang
bervariasi tergantung dari kulit luar, tetapi batang yang masih muda
umumnya berwarna hijau dan pada saat tua berubah keputi-putihan,
kelabu, hijau kelabu, atau coklat kelabu (Kurniani, 2009).
 Daun
Tanaman ubi kayu memiliki daun yang berbentuk seperti 5
jari dan juga lonjong yang memiliki garis pada setiap daun dengan
tepi yang rata. Daun singkong memiliki warna hijau keunguan dan
ada juga yang berwarna agak kekuningan.
 Akar
Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku
pangkal batang dan tumbuh menyamping. Akar penyokong
memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan membantu
peyerapan hara. Akar akan membesar dan membentuk umbi. Umbi
pada ubi kayu berasal dari pembesaran sekunder akar adventif.
Bagian dalam umbi berwarna putih atau kekuning-kuningan
(Purwono, L dan Purnamawati, 2007).
d. Morfologi Tanaman Padi
 Akar
Akar primer atau radikula yang tumbuh sewaktu
berkecambah bersama akar-akar lain yang muncul dari janin dekat
bagian buku skutellum berjumlah 1-7 disebut akar semisal. Akar-
akar semisal selanjutnya akan digantikan oleh akar-akar sekunder
yang tumbuh dari buku terbawah batang (Makarim dan Suhartatik,
2007).
 Batang
Batang terdiri atas ruas yang dibatasi oleh buku. Ruas batang
padi berongga dan bulat. Umumnya tanaman padi memiliki 4-6 ruas
( lebih dari 1 cm) pada saat panen. Pada intensitas cahaya rendah,
penanaman rapat serta pemberian nitrogen yang tinggi dapat
mengakibatkan pertambahan panjang ruas.
 Daun
Daun padi memiliki tulang dau yang sejajar. Daun tanaman
padi tumbuh pada batang dengan susunan selang-seling, satu daun
pada setiap buku. Tiap daun terdiri atas helai daun, pelepah daun
yang membungkus ruas, telinga daun, dan lidah daun.
 Bunga
Bunga tanaman padi terdiri dari bagian kepala sari, tangkai
sari, palea (belahan yang besar), lemma (belahan yang kecil), kepala
putik, dan tangkai bunga. Bunga padi mempunyai perhiasan bunga
(bunga telanjang), berkelamin 2 jenis, tangkai sarinya pendek dan
tipis, kepala sari besar dan mempunyai 2 kandung serbuk (Effendi,
2009).
 Buah dan biji
Seringkali kita menyebut biji padi atau butir atau gabah.
Sebenarnya itu bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh
lemma dan palea.
2.2 Hama
2.2.1 Klasifikasi
a. Klasifikasi Codot
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Chiroptera
Famili : Pteropodidae
Genus : Cynopterus
Spesies : Cynopterus minutus
b. Klasifikasi Tikus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus argentiventer
c. Klasifikasi Burung Pipit
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Estrildidae
Genus : Lonchura
Spesies : Lonchura punctulata
2.2.2 Morfologi
a. Morfologi Codot
Codot adalah nama umum bagi jenis kelelawar pemakan buah.
Memiliki taring mencuat ke depan dengan tonjolan sekunder. Geraham
depan ataskecil dan terdesak ke dalam. Telinga besar dan tegak,
tersambung antara kanan dan kiri pada bagian pangkalnya. Tragus
panjang dan terbelah. Ekor sangat pendek terbenam dalam selaput kulit
antar paha yang tumbuh baik.
Ukuran tubuh sayap lengan bawah 53-58 mm. telinga 32-39 mm,
besar, dan tegak. Ukuran betis 29-33 mm. Kaki belakang 14-17 mm.
Berat badannya 40-60 gram dan total panjang badan 65-95mm
(Harianto, 2009).
b. Morfologi Tikus
Ekor biasanya lebih pendek daripada panjang kepala-badan dengan
rasio 96,4. Telinga lebih pendek daripada telinga tikus rumah. Panjang
kepala-badan 170-208 mm dan tungkai belakang 34-43mm. Tubuh
bagian atas berwarna coklat kekuningan dengan corak hitampada
rambut, sehingga terkesan berwarna abu-abu. Daerah tenggorokan,
perut berwarna putih dan sisanya putih kelabu. Tikus betina memiliki 12
putting susu.
Jumlah anak tikus per induk antara 6-18 ekor, dengan rata-rata 10,8
ekor pada musim kemarau dan 10,7 ekor pada musim hujan untuk
peranakan pertama. Peranakan ke2-6 adalah 6-8 ekor dengan rata-rata 7
ekor. Peranakan ke7 dan seterusnya jumlah anak menurun mencapai 2-
6 ekor dengan rata-rata 4 ekor (Dedi, Sarbino, 2013).
c. Morfologi Burung Pipit
Burung pipit adalah jenis hama dari kelas Aves pemakan biji-bijian,
biasa menyerang tanaman padi. Burung pipit bertubuh kecil dengan
panjang sekitar 10-12cm dan berat 10-14 gram. Kuku burung pipit
tumbuh sangat cepat. Burung pipit jantan memiliki kepala yang lebih
lebar disbanding burung pipit betina. Pada umumnya burung pipit
berwarna coklat, paruh berwarna abu-abu kebiruan, bermata coklat, dan
kaki yang berwarna hitam keabu-abuan.
Musim hujan merupakan musim yang baik untuk masa kawin
burung pipit. Disaat bertelur, burung pipit mengerami telurnya hingga
menetas yang membutuhkan waktu selama 12-15 hari. Burung pipit
mulai belajar terbang ketika berumur 20-30 hari (Modjo, 2012).
2.2.3 Gejala dan Tanda Serangan Hama
Gejala adalah keadaan patologi dan fisiologi dari tumbuhan terhadap
aktifitas dari pathogen atau faktor yang lain. Gejala ialah perubahan yang
terjadi pada suatu tanaman budidaya akibat serangan hama. Sedangkan
tanda adalah bekas atau jejak yang ditinggalkan oleh hama pada bagian
tanaman (Fatimah, 2008).
Gejala dan tanda serangan codot berupa lubang bekas gigitan pada
bagian buah mangga. Buah yang diserang hanya buah yang sudah matang
dan bagian yang dimakan adalah daging buahnya saja.
Gejala dan tanda serangan tikus pada ubi kayu dan sawo sama dengan
gejala dan tanda serangan codot pada buah mangga, yaitu berupa lubang
bekas gigitan. Tikus menyerang tanaman pada malam hari dan hanya
memakan sebagian tanaman/buah lalu berpindah memakan tanaman yang
lain.
Gejala dan tanda serangan burung pipit pada tanaman padi berupa
banyaknya biji padi yang hilang dan berserakan, selain itu batang tanaman
padi juga patah. Burung menyukai lingkungan yang bersemak-semak,
persawahan atau pekarang terutama yang berdekatan dengan pertanaman
padi. Pada saat padi menguning, burung pipit akan datang bergerombol
untuk memakan padi yang sudah masak (Modjo, 2012).
2.2.4 Pengendalian
Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau
organisme pengganggu (hama) karena dianggap merugikan manusia,
ekologi, maupun ekonomi. Pemanfaatan agen pengendali hayati untuk
mengendalikan hama merupakan pilihan yang tepat untuk menekan
penggunaan bahan kimia disektor pertanian (Subagiya, 2013).
Pengendalian hama codot dapat dilakukan dengan cara member
penerangan yang ekstra di sekitar tanaman, menyemprotkan insektisida,
membungkus buah yang sudah matang, dan memberi aroma belerang di
sekitar tanaman.
Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan cara member umpan
pada saat bero dan awal tanam dan menerapkan sistem PHT (Pengendalian
Hama Terpadu), yaitu konsep pengendalian OPT yang memadukan
berbagai cara pengendalian (fisik, mekanis, teknis, biologis, kimiawi)
secara harmonis untuk menekan populasi OPT pada level tidak merugikan
secara ekonomis.
Pengendalian hama burung pipit dapat dilakukan dengan cara
memasang bunyi-bunyian atau orang-orangan sawah dan menanam
tanaman yang berwarna mencolok di pinggir lahan.
Tujuan dari pengendalian hama adan penyakit adalah mencegah
terjadinya kerugian ekonomis serta menaikkan nilai hasil produksi tanaman.
Oleh karena itu, pada umunya kita hanya memperhatiakan dan
mengendalikan tanaman yang terkena hama dan penyakit yang dapat
menyebabkan kerugian yang sangat jelas (Nugroho, 2009).
BAB III

METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilakukan pada hari Rabu , 18 september 2019 pada pukul 11.10-
12.00 W.I.B di Laboratorium Kesehatan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan

1. Lembar catatan dan alat tulis.

2. Kamera.

3. Kaca pembesar / loupe.

3.3 Langkah Kerja

1. Mencari tanaman yang terkena OPT.

2. Mengidentifikasi hama tersebut.

3. Membuat gambar dan foto tanaman yang terserang OPT.

4. Mengamati danm menggambarkan jenis – jenis gejala serangan hama.

5. Hasil pengamatan mencakup keterangan singkat.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

OPT dan Komoditas Gejala serangan Keterangan Gambar


Nama (Inang)
Tikus Singkong - Menyerang Kingdom:Anima
(Rattus dan Sawo salah satu sisi lia
argentivetes) singkong Filum: Chordata
- Menyerang Kelas: Mamalia
hampir Ordo: Rodentia
semua bagian Famili: Muridae
sawo Genus: Rattus
Spesies:
Rattus
argentivetes
Burung Pipit Padi - Menyerang Kingdom:Anima
(Estildidae) bulir padi, lia
memakan biji Filum :Chordata
padi yang Kelas : Aves
sudah matang Ordo :
- Biji banyak Passeriformes
yang hilang Famili :
Estildidae
Genus :
Lonchura
Spesies:
Lonchura
punchulata
Codot Mangga - Menyerang Kingdom :
(Pterodidae) buah mangga Animalia
pada salah Filum : Chordata
satu bagian Kelas : Mamalia
Ordo :
Chiroptera
Famili :
Pteropodidae
Genus :
Cyropterus
Spesies :
Cynopterus
minutes

4.2 Pembahasan

Pada praktikum “Mengenali Hama Vertebrata dan Gejala Serangan Pada


Tanaman”. Terdapat 3 hama vertebrata yang menyerang daerah persawahan,
perkebunan, dan daerah holtikutura yaitu, burung pada perswahan, kelelawar pada
perkebunan, dan tikus pada daerah holtikultura.

Burung Pipit menyerang padi pada saat padi dalam proses mengisi bulir padi
hingga biji padi akan habis, bulir padi akan mengering dan biji padi banyal yang
hilang atau kosong. Burung Pipit akan berkeliaran di sekitar persawahan. Cara
pengendalian bisa dilakukan dengan menggunakan alat pengusir hama wereng
menggunakan output suara. Dimana alat ini akan memancarkan suara yang dapat
membuat burung pipit itu terbang menjauhi padi (Eva Friatna, 2011).

Kelelawar biasanya menyerang di buah mangga yang sedang masak dengan


cara memakan bagian buah sehingga buah menjadi rusak dan produksinya
berkurang. Kelelawar menetap atau memakan buah pada saat malam hari. Cara
pengendalian kelelawar bisa dilakukan dengan memangkas ranting atau cabang
pohon yang rimbun karena selain menghambat pertumbuhan buah juga menjadi
tempat favorit kelelawar untuk bersarang (Sunarno, 2012).
Tikus biasamya menyerang tanaman holtikultura pada saat tanaman
holtikultura pada saat tanaman mendekati masa panen dengan meninggalkan bekas
gigitan di daun, buah atau biji tanaman, sehingga buah menjadi tidak segardan
terdapat sisa-sisa seloresi. Cara pengendalian hama tikus ini dapat dilakukan
dengan melakukan pencegahan LTBS atau Linier Trap Barrier System atau berupa
bentangan pagar plastik/terpal setinggi 60 cm, ditegakkan dengan ajir bambu setaip
jarak 1 m, dilengkapi bubu perangkap setiap jarak 20 m dengan pintu masuk tikus
berselang-seling arah. LTBS dipasang di daerah perbatasan habitat tikus atau pada
saat ada migrasi tikus. Pemasangan dipindahkan setelah tidak ada lagi tangkapan
tikus atau sekurang-kurangnya di pasang selama 3 malam.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Dasar Dasar Perlindungan Tanaman yang telah
dilaksanakan maka praktikan dapat menyimpulkan bahwa :
1. Seseorang perlu untuk melakukan perlindungan tanaman yang gunanya
untuk mengurangi kerugian secara ekonomi.
2. Beberapa jenis hama vertebrata yang sering menyerang tanman diantaranya
tikus,codot dan burung pipit.
3. Gejala yang sering ditimbulkan pada tanaman yang diserang adalah bekas
gigitan di bagian yang sedrang.

5.2 Saran
1. Agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan tujuan dari praktikum
dapat tercapai, maka diharapkan kepada praktikan agar lebih serius dan teliti
lagi dalam melaksanakan praktikum.
2. Waktu pelaksanaan pratikum tiap acara terlalu singkat, menyebabkan
saat pengamatan tergesa - gesa.
3. Pelaksanaan praktikum harus lebih disiplin lagi agar tidak ada waktu yang
terbuang sia-sia.
4. Buku petunjuk pratikum perlu diperbaiki, agar tiap acara tersedia di dalam
buku.
DAFTAR PUSTAKA
Dedi, Sarbino, dan Hendarti E. 2013. Uji Preferensi Beberapa Jenis Bahan Untuk
Dijadikan Umpan Tikus Sawah (Rattus argentiventer). Pontianak: Universitas
Tanjungpura

Effendi, Baechaqi S. 2009. Strategi Pengendalian Terpadu Tanaman Padi Dalam


Perspektif Praktek Pertanian (Good Agriculture Practice). Pengembangan
Inovasi Pertanian 2(1): 65-78

Eva, Friatna. 2011. Tugas Akhir Alat Pengusir Hama Wereng Menggunakan Output
Suara. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Fatimah. 2008. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian. Yogyakarta: Kanisius

Harianto. 2009. Pengenala dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao.


Jember: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

Kurniani. 2009. Efikasi Herbisida Pratumbuh Pendimethalin dan Kombinasinya


dengan Diuron dan Metribuzin terhadap Gulma pada Budidaya Ubikayu
(Manihot esculenta Crantz). Lampung: Universitas Lampung

Makarim. 2007. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Subang: Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi

Modjo, S.A. 2012. Pengendalian Hama Bulir Pemakan Padi Sawah (Laporan
Penelitian Hasil Pertanian). Gorontalo: Universitas Gorontalo

Nugroho, C, Idris, dan Widjanarko. 2009. Pengetahuan Dasar Tindakan


Pengendalian. Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian 2: 54-66

Purwono, L dan Purnamawati. 2007. Budidaya Tanaman Pangan. Jakarta: Penerbit


Agromedia

Subagiya. 2013. Kajian Efektifitas Pengendalian Hama Padi Secara Alami dengan
Semut Predator yang Bersarang di Tanah. Jurnal Ilmu Tanah dan
Agroklimatologi, 10(1): 1-2
Sunarno. 2012. Pengendalian Hayati (Biologi Contro) Sebagai Salah Satu
Komponen Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Journal UNIERA 1(2)

Anda mungkin juga menyukai