Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI UMUM

KEANEKARAGAMAN HAMA LALAT BUAH


DI DESA SURANADI KECAMATAN NARMADA

DISUSUN OLEH :

OLEH

KELOMPOK 14 :

HAIRUL ANWAR
MARDHIKA SURACHMAN
BAIQ ISMAYAWATI

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2012
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T., Zat Yang Maha Pengasih dan Penyayang karena
dengan Rahmat dan Hidayah-Nyalah kegiatan praktikum yang berjudul “Keanekaragaman
Hama Lalat Buah di Desa Suranadi Kecamatan Narmada” dapat terselesaikan dengan
baik dan sesuai dengan waktunya.
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan untuk memenuhi tugas mandiri matakuliah
praktikum Biologi Umum pada program Magister Pendidikan IPA di FKIP Universitas
Mataram.
Dalam menyelesaikan tugas praktikum ini, tentunya tidak terlepas dari petunjuk dan
bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Ibu Prof. Dr. Dwi Soelisttya Dyah Jekti, M.Kes selaku Dosen Pembina Matakuliah
Praktikum Biologi Umum.
2. M. Liwa Ilhamdi, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan dan pengajaran dalam penyelesaian tugas praktikum ini,
3. Semua pihak yang ikut serta membantu di dalam penyelesaian tugas praktikum ini.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari salah dan kekeliruan.
Oleh sebab itu kami berharap kepada semua pihak untuk memberikan saran, keritik, dan
sumbangan perbaikan pada laporan hasil kegiatan praktikum ini, untuk penyempurnaan lebih
lanjut.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah kami menyerahkan segalanya. Semoga laporan
hasil kegiatan praktikum ini dapat bermanfaat bagi perkembangan khazanah ilmu
pengetahuan. Amin......!.

Mataram, 28 Oktober 2012


ttd
Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Cover ................................................................................................................ i


Kata Pengantar ................................................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Batasan Masalah............................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Hama Lalat Buah (Bractrocera) sebagai Penyebab
Kerusakan Buah-Buahan di Indonesia........................................................... 4

2.2. Jenis dan Ciri-Ciri Lalat Buah (Bractrocera)................................................. 4


2.3. Tanaman Inang Tiap Jenis Lalat Buah (Bractrocera)..................................... 6
2.4. Perilaku dan Bioekologi Lalat Buah (Bractrocera)........................................ 7
2.5. Perangkap Lalat Buah (Bractrocera) Atraktan Petrogenol............................. 9

BAB III PELAKSANAAN EKSPERIMENT


3.1. Tempat dan Waktu ........................................................................................ 11
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................................. 11
3.3. Tehnik Pegumpulan Data............................................................................... 11
3.4. Tehnik Analisa Data....................................................................................... 12

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Pengamatan........................................................................................... 14
4.2. Pembahasan ............................................................................................. 17

BAB V KESIMPULAN.................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Secara administratif Desa Suranadi merupakan salah satu Desa yang terletak di
Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Kondisi alam yang mendukung
menyebabkan Desa Suranadi dikenal sebagai salah satu penghasil buah-buahan di
Lombok Barat. Adapun berdasarkan hasil observasi lapangan tentang jenis tumbuhan
buah-buahan yang terdapat di sisi jalan Desa Suranadi sejauh 2 km yaitu antara lain:
mangga, nangka, sirsak, jambu air, jambu biji, belimbing, pepaya, kelapa, rambutan,
pisang, duren, sawo, duku dan manggis. Potensi buah-buahan yang dihasilkan tersebut,
tentunya akan dipengaruhi oleh tingkat kerusakan buah yang disebabkan oleh lalat buah.
Lalat buah merupakan salah satu hama yang banyak menimbulkan kerugian pada
tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan secara luas maupun tanaman pekarangan
seperti mangga, belimbing, jambu, nangka, semangka, melon, pare, cabai, dan lain-lain.
Akibat serangan hama ini produksi dan mutu buah menjadi rendah, bahkan tidak jarang
mengakibatkan gagal panen, karena buah berjatuhan sebelum masak atau buah menjadi
rusak saat dipanen sehingga tidak layak jual atau tidak layak konsumsi
(www.Pustaka.deptan.go.id)
Lalat buah yang menyerang jenis tanaman buah-buahan di Indonesia berasal dari
keluarga atau famili Tephritidae (ordo Diptera). Dari 500 genus lalat buah yang tergolong
famili Tepritidae (Anonim, 2003) lalat buah Bractrocera (Dacus) merupakan hama yang
merusak buah-buahan di Indonesia (Widarto, 1996). Diantara spesies-spesies
Bractrocera, Bractrocera cucurbitae (Coqoillett) dan Bractrocera dorsalis Kompleks
(Drew & Hancock) merupakan spesies lalat buah yang paling berperan dalam
menurunkan nilai ekonomi buah-buahan (Subahar, 1996).
Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya.
Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal
ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat
meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas hama di dalam buah, noda
tersebut berkembang menjadi meluas. Larva makan daging buah sehingga menyebabkan
buah busuk sebelum masak. Apabila dibelah pada daging buah terdapat belatung-
belatung kecil dengan ukuran antara 4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh.
Kerugian yang disebabkan oleh hama ini mencapai 30-60%. Kerusakan yang ditimbulkan
oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang
diinginkan (Kalie, 1992).
Oleh karena itu, untuk mendeteksi atau memantau populasi (banyaknya) hama yang
disebabkan oleh lalat buah dan dalam upaya penanggulannya, maka perlu dilakukan
eksperiment tentang tingkat keanekaragaman lalat buah yang menyerang buah-buahan di
desa Suranadi kecamatan Narmada.

1.2. Batasan Masalah


Pengambilan sampel dari penelitian ini dilakukan disepanjang sisi jalan Desa
Suranadi Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat dengan menggunakan
perangkap yang diberikan senyawa pemikat petrogenol dan jumlah perangkap yang
dipasang yaitu sebanyak 20 buah. Pengambilan sampel lalat buah yang tertangkap dalam
perangkap tersebut dilakukan 3 kali pengulangan dengan rentang waktu 1 minggu
(pemberian senyawa pemikat petrogenol setiap minggu). Waktu pengambilan sampel
pada bulan Oktober 2012.

1.3. Tujuan Eksperiment


Tujuan yang ingin dicapai dalam eksperiment ini yaitu untuk mengetahui:
1. Spesies lalat buah yang menyerang tanaman buah-buahan di Desa Suranadi
Kecamatan Narmada
2. Keanekaragaman lalat buah yang menyerang tanaman buah-buahan di Desa Suranadi
Kecamatan Narmada.

1.4. Manfaat Eksperiment


1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi masyarakat petani buah-buahan di
Desa Suranadi di dalam mengurangi kerusakan buah yang disebabkan hama lalat buah.
2. Sebagai bahan informasi bagi Instansi Pemerintah terkait di dalam pengambilan
kebijakan tentang pengendalian hama lalat buah dan peningkatkan produksi buah-
buahan di Nusa Tenggara Barat pada umumnya dan khususnya Lombok Barat.

v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hama Lalat Buah sebagai Penyebab Kerusakan Buah-Buahan di Indonesia


Musuh utama tanaman buah adalah lalat buah. Lalat buah merupakan hama yang
banyak menyerang buah-buahan dan sayuran seperti mangga, jambu biji, belimbing,
melon, nangka, jambu air, tomat, cabai merah, dan pare. Hama ini terdapat hampir di
seluruh kawasan asia-pasifik, dan diketahui dapat menyerang lebih dari 26 jenis buah-
buahan dan sayuran (www.Pustaka.deptan.go.id).
Upaya memenuhi kebutuhan buah untuk menekan impor dan meningkatkan
ekspor, pengembangan buah di Indonesia mengalami kendala, mulai penyediaan benih
bermutu, budidaya sampai penanganan panen. Salah satu kendala dalam upaya
meningkatkan produksi dan mutu buah di Indonesia adalah serangan hama lalat buah;
Lebih kurang 75 % dari tanaman buah dapat diserang oleh hama lalat buah
(Sutrisno,1991 dalam Anonim, 2009).
Bractrocera merupakan salah satu genus dari 130 genus lalat buah yang tergolong
keluarga Tephritidae (ordo Diptera) (Anonim, 1999 dalam Artayasa, 1999). Widiarto
(1996) mengemukakan bahwa lalat buah Bractrocera (Dacus) adalah hama yang merusak
buah-buahan di Indonesia. Kemudian Subahar (1996) mengatakan bahwa Bractrocera
cucurbitae Coquilett dan Bractrocera dorsalis Hend merupakan spesies lalat buah yang
paling berperan dalam penurunan nilai ekonomi buah-buahan.

2.2. Jenis dan Ciri-Ciri Lalat Buah


1. Bractrocera dorsalis Hend
Ciri morfologis : torak berwarna hitam, pada bagian dorsal di daerah pinggir torak
dekat pangkal sayap terdapat bercak kuning memanjang. Abdomennya berwarna
coklat bata, pada bagian dorsal terdapat gambaran berupa huruf T berwarna hitam.
Rentang sayap lalat dewasa sekitar 15 mm, panjang tubuh 8 mm.
2. Bractrocera umbrosus Fab.
Ciri morfologis : rentang sayap berkisar antara 5,5 mm – 8,1 mm. Selain itu, pada
bagian sayap terdapat tiga pita melintang, yang melintas milai dari pita kostal sampai
dengan pinggir belakang sayap. Abdomennya berwarna kecokelat-kecokelatan dengan
beberapa macam pola, sedangkan pada tergit ruas ketiga abdomennya lalat jantan
terdapat pekten.
3. Bractrocera (Zeugodacus) caudatus Fab.
Ciri morfologis : pada wajah terdapat garis hitam yang melintasi alat mulut.
Rentang sayapnya mencapai 4,4 mm-6,5 mm. Skutelum mempunyai empat seta
pinggir, sedangkan skutum didominasi oleh warna hitam dengan dua garis lateral
memanjang dan sebuah garis medial memanjang berwarna kuning. Pada tergit ruas
ketiga abdomen lalat jantan terdapat pekten.
4. Bractrocera (Zenguadacus) cucurbitae Coq.
Ciri morfologis : tubuh lalat mempunyai dasar orenye-cokelat. Pada skutum
terdapat dua garis kuning lateral dan satu garis kuning median. Rentang sayapnya
mencapai 4,2 – 7,1 mm, dengan pola sayap yang khas. Pada tergit ketiga ruas
abdomen lalat jantan terdapat pekten.
5. Bractrocera musae Tryon.
Ciri morfologis : tubuh lalat berwarna oranye sampai hitam. Skutum mempunyai
dua garis lateral berwarna kuning, sementara skuletum mempunyai dua seta skutelar.
Pada tergit abdomen ruas ketiga dan kelima terdapat pola huruf T berwarna hitam
yang tipis dan tidak jelas. Pola-pola ini bermacam-macam. Selain itu pada tergit ruas
ketiga abdomen lalat jantan terdapat pekten.
6. Bractrocera albistrigata de Meijere
Ciri morfologis : tubuh lalat didominasi warna hitam. Pada wajah terdapat bercak
berwarna hitam. Skutum mempunyai dua garis lateral berwarna kuning, sedangkan
pada bagian anterior skuletum terdapat tanda segitiga berwarna hitam. Rentang
sayapnya antara 4,7 – 5,7 mm, dengan pola bercak yang khas. Pada tergit ruas ketiga
abdomen lalat jantan terdapat pekten.
7. Bractrocera trivialis Drew.
Ciri morfologis : pada wajah terdapat bercak berwarna hitam. Rentang sayapnya
5,7 – 6,8 mm, dengan pita kostal yang lebar. Skutum mempunyai dua garis lateral
berwarna kuning. Pada tergit ruas ketiga abdomen lalat jantan terdapat pekten.
8. Bractrocera zonata Saundres
Ciri morfologis : torak dan abdomen berwarna oranye-cokelat pucat sampai
merah-cokelat. Pada skutum terdapat dua garis lateral berwarna kuning. Rentang
sayapnya antara 5,2 – 6,1 mm. Pada tergit ruas ketiga abdomen terdapat pekten.
9. Bractrocera (Zeugodacus) tau Walker

vii
Ciri morfologis : rentang sayap antara 5,3 – 8,3 mm, sedangkan pita kostal yang
memanjang sampai ujung sayap. Skutum berwarna oranye-cokelat dan mempunyai
pola berwarna hitam, mempunyai dua garis lateral dan satu garis median berwarna
kuning. Abdomen mempunyai garis hitam medial dan garis melintang hitam, melintas
tergit ruas ketiga sehingga membentuk huruf T. Pada tergit ruas ketiga abdomen lalat
jantan terdapat pekten (Putra, 1997).

2.3. Tanaman Inang Tiap Jenis Lalat Buah


1. Bractrocera dorsalis Hend
Tanaman inangnya antara lain : jambu biji, jambu air, belimbing, mangga,
alpukat, cabai merah, apel, jeruk, tomat, kopi, cengkeh, melon, dan pisang.
2. Bractrocera umbrosus Fab.
Tanaman inangnya antara lain : banyak ditemukan pada tanaman bergenus
Artocarpus (nangka dan cempedak)
3. Bractrocera (Zeugodacus) caudatus Fab.
Tanaman inangnya antara lain : tanaman yang berfamili Cucurbitae, misalnya
melon dan ketimun; serta tanaman lain, misalnya cabai besar, jambu biji, persik, jeruk,
tomat.
4. Bractrocera (Zenguadacus) cucurbitae Coq.
Tanaman inangnya antara lain : tanaman yang berfamili Cucurbitae, selain itu
juga menyerang alpukat, jambu-jambu, mangga, dan sebagainya.
5. Bractrocera musae Tryon.
Tanaman inangnya antara lain : tanaman yang bergenus Musa atau pisang-
pisangan, jambu biji, dan pepaya.
6. Bractrocera albistrigata de Meijere
Tanaman inangnya antara lain : tanaman dari famili Myrtaceae (Syzigium spp).
7. Bractrocera trivialis Drew.
Tanaman inangnya antara lain : jambu biji, anggur, dan cabai.
8. Bractrocera zonata Saundres
Tanaman inangnya antara lain : jambu biji, persik, Annona squamosa, tomat, dan
sebagainya.
9. Bractrocera (Zeugodacus) tau Walker
Tanaman inangnya antara lain : tanaman berfamili Cucurbitaceae dan beberapa
tanaman lain (Putra, 1997).
2.4. Perilaku dan Bioekologi Lalat Buah
Lalat buah sebagai mahluk hidup harus mampu menghidupi, melindungi serta
melestarikan jenisnya. Lalat buah betina memerlukan makanan agar bisa bertelur dengan
baik dan lalat buah jantan membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya (Kalie,
1992). Lalat buah dewasa mulai aktif mencari makanan ketika berusia 8-12 hari
(Anonim, 1999 dalam Artayasa, 1999).
Lalat buah memerlukan karbohidrat, asam amino, mineral, dan vitamin.
Karbohidrat dalam bentuk sukrose merupakan sumber energi utama bagi aktifitas hidup
lalat buah. Sedangkan protein dibutuhkan untuk kematangan seksual dan produksi telur.
Asam askorbat dibutuhkan lalat buah terutama dalam proses pergantian kulit, apabila
kebutuhan zat ini tidak terpenuhi dari pakannya, lalat buah akan mengalami kegagalan
dalam pergantian kulit dan akhirnya mati. Aktivitas makan lalat buah berlangsung antara
pukul 07.20 – 10.00 (Putra, 1997).
Lalat buah dewasa memakan cairan atau sekresi yang dikeluarkan oleh berbagai
jenis kumbang atau serangga lain, juga madu yang terdapat pada bunga dan cairan buah
lainnya, bila cairan buah atau madu yang dimakan berasal dari tanaman yang sakit, maka
lalat buah ini berperan selaku penyebar penyakit (Kalie, 1992).
Kehadiran lalat buah pada buah diarahkan oleh adanya suatu variasi bau makanan,
warna, rasa, dan ukuran buah yang disukai oleh lalat buah tertentu (Artayasa, dkk., 2000).
Lalat buah tertarik dan terangsang pada visualisasi warna kuning. Buah-buahan
menjelang masak, saat warna kuning mulai tampak merupakan undangan kehadiran lalat
buah khusunya lalat buah betina untuk bertelur. Disamping itu, lalat buah juga memiliki
indra penciuman yang sangat tajam pada antenanya. Dengan indra penciuman ini lalat
buah dapat mengenali tiap-tiap bau tanaman buah melalui aroma atau ekstraksi-ekstraksi
ester dan asam organik semerbak dari masing-masing jenis tanaman buah tersebut.
Sehingga dengan visualisasi buah berwarna kuning dan aroma buah mengundang
langsung lalat betina untuk datang dan bertelur. Dengan demikian lalat betina benar-
benar mengetahui saat musim buah tiba. Saat tidak musim buah lalat buah ini terbang
atau berada disemak-semak atau hutan disekitarnya, dimana banyak terdapat makanan
disini lalat buah tersebut bermalas-malasan, artinya tidak terbang jauh walaupun

ix
kemampuan terbang atau wilayah jelajahnya dapat lebih dari satu mil jauhnya (Kalie,
1992).
Lalat buah merupakan serangga krespuskuler, artinya melakukan kopulasi setelah
yang jantan melakukan tarian percumbuan yang terjadi pada senja hari yaitu matahari
tenggelam. Terjadinya tarian percumbuan tersebut diawali oleh pengeluaran senyawa
pemikat (atraktan) oleh lalat buah betina masak seksual yang dapat merangsang lalat
buah jantan masak seksual. Perkawinan terjadi dekat dengan tanaman inang. Senyawa
pemikat tersebut dikeluarkan melalui anus secara difusi karena adanya tekanan akibat
gerakan rektum. Senyawa ini akan berubah menjadi gas, sehingga dapat diterima oleh
lalat buah jantan. Kemampuan alat penerima rangsangan lalat jantan untuk menerima
senyawa pemikat sekitar 800 meter (Putra, 1997).
Bila ingin bertelur, lalat buah betina mencari buah sesuai untuk meletakkan telur
dengan bantuan indera penciuman pada antena dan indra mata. Proses ini juga
dipengaruhi oleh pencernaan dan penglihatan. Misalnya Bractrocera dorsalis meletakkan
telurnya pada buah-buahan yang agak tersembunyi atau tidak terlihat matahari langsung
serta pada buah-buahan yang agak lemah dan permukaannya agak kasar (Anonim, 2003).
Induk lalat buah sangat menyukai lubang yang berupa buah setengah masak. Dalam
kondisi seperti ini buah mengandung asam askorbat dan sukrosa dalam jumlah maksimal.
Sedangkan yang terlalu masak tidak disukai oleh induk karena tersedia yang lebih pendek
dari pada waktu hidup larva lalat buah, sebelum panen atau dipetik lalat buah betina
meletakkan telur ke dalam buah dengan menusukkan ovipositornya (alat peletak telur)
yang berada diruas belakang badan. Sampai membuat semacam rongga. Kedalam rongga
ini alat peletak telur meletakkan telurnya 1-10 butir sekali diletakkan (Kalie, 1992).
Sedangkan menurut Suwarno, dkk (1993), perharinya lalat buah betina dapat meletakkan
1-40 butir. Dengan demikian seekor lalat buah betina dalam sehari dapat merusak 1-40
buah.
Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya.
Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal
ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat
meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas hama di dalam buah, noda
tersebut berkembang menjadi meluas. Larva makan daging buah sehingga menyebabkan
buah busuk sebelum masak. Apabila dibelah pada daging buah terdapat belatung-
belatung kecil dengan ukuran antara 4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh.
Kerugian yang disebabkan oleh hama ini mencapai 30-60%. Kerusakan yang ditimbulkan
oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang
diinginkan (Laboratorium Data, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
Jawa Timur).
Dalam siklus hidupnya lalat buah mempunyai 4 stadium hidup yaitu telur, larva,
pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur kedalam kulit buah jeruk atau di
dalam luka atau cacat buah secara berkelompok. Telur berwarna putih transparan
berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva lalat buah hidup dan
berkembang di dalam daging buah selama 6-9 hari. Larva mengorek daging buah sambil
mengeluarkan enzim perusak atau pencerna yang berfungsi melunakkan daging buah
sehingga mudah diisap dan dicerna. Enzim tersebut diketahui yang mempercepat
pembusukan, selain bakteri pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan buah.
Jika aktivitas pembusukan sudah mencapai tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah,
bersamaan dengan masaknya buah, larva lalat buah siap memasuki tahap pupa, larva
masuk dalam tanah dan menjadi pupa. Pupa berwarna kecoklatan berbentuk oval dengan
panjang 5 mm. Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan, dada berwarna gelap dengan 2
garis kuning membujur dan pada bagian perut terdapat garis melintang. Lalat betina
ujung perutnya lebih runcing dibandingkan lalat jantan. Siklus hidup dari telur menjadi
dewasa berlangsung selama 16 hari. Fase kritis tanaman yaitu pada saat tanaman mulai
berbuah terutama pada saat buah menjelang masak. Lalat buah yang mempunyai ukuran
tubuh relatif kecil dan siklus hidup yang pendek peka terhadap lingkungan yang kurang
baik. Suhu optimal untuk perkembangan lalat buah adalah 26 oC, sedangkan kelembaban
relatif sekitar 70%. Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan pupa.
Kelembaban tanah yang sesuai untuk stadia pupa adalah 0-9%. Cahaya mempunyai
pengaruh langsung terhadap perkembangan lalat buah. Lalat buah betina akan meletakkan
telur lebih cepat dalam kondisi yang terang, sebaliknya pupa lalat buah tidak akan
menetas apabila terkena sinar (Laboratorium Data, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan
Buah Subtropika Jawa Timur).
Dalam hubungannya dengan faktor iklim, intensitas serangan dan populasi lalat
buah pada buah-buahan dan sayuran umumnya akan meningkat pada iklim yang sejuk,
kelembaban tinggi, dan angin yang tidak terlalu kencang, selain itu pengaruh curah hujan
cukup penting bagi kehidupan lalat buah, yaitu populasi lalat buah di daerah yang
bercurah hujan tinggi akan lebih tinggi dari pada di daerah bercurah hujan rendah (Putra,
1997).

xi
2.5. Perangkap Lalat Buah (Bractrocera) Atraktan Petrogenol.
Serangga lalat buah betina meletakkan telurnya dalam buah dengan cara
menusukkan ovipositornya (suatu organ yang terbentuk dari pasangan anggota tubuh
yang mengalami modifikasi/perubahan untuk dilalui telur dimana terdapat pada abdomen
serangga betina) pada pangkal buah muda.
Pengendalian dalam mengatasi lalat buah adalah dengan memberikan perlindungan
langsung melalui pembungkusan buah. Namun, cara seperti itu sangat tidak efektif karena
disamping memakan waktu lebih lama juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit
(Anonim, 2010).
Cara lain yang dapat dilakukan adalah mencegah serangan lalat buah tersebut yaitu
dengan menggunakan atraktan (zat pemikat) lalat pada perangkap. Menurut Kardinan
(1999), pengendalian lalat buah dengan memakai perangkap atraktan telah banyak
dilakukan. Atraktan yang dewasa ini tersedia di pasaran adalah Petrogenol yang
mengandung Metil Eugenol (ME). Cara ini terbukti cukup ampuh dan aman lingkungan,
karena zat ini tidak langsung berhubungan dengan buah-buahan, sehingga dampak
residunya dapat dianggap nol/tidak ada.
Steiner (1952) dalam Anonim (2010) menyatakan, bahwa Metil Eugenol (ME)
sangat efektif sebagai atraktan untuk lalat buah jantan (Dacus spp). Metil eugenol adalah
suatu bahan yang dihasilkan dari suatu proses Methylen dari minyak cengkeh (Samsudin
et al., 1992) Omoy et al. (1997) melaporkan bahwa Metil Eugenol (ME) dengan dosis 0.9
ml/perangkap adalah efektif untuk memikat lalat buah bila dibandingkan dengan protein
hidrolisat (protein yang telah mengalami proses hidrolisa). Minyak Melaleuca brachteata
adalah suatu Metil Eugenol (ME) destilasi (penyulingan) dari daun M. bracteaca yang
dapat digunakan sebagai atraktan bagi Dacus spp (Wikardi et al.,1993). Sharey (1991
dalam Vos, 1994) menyatakan bahwa perangkap serangga dengan zat penarik (atraktan)
dapat digunakan untuk memonitor dan sekaligus mengurangi populasi serangga.
Kalie (1992), Metil Eugenol (ME), suatu zat yang berasal dari bunga sikas
(Cololasia antiquarum), mangga, pepaya, dan Cassia fistula atau daun Pelea anisata dan
Zieria sumithui. Menurut Drew et. al. (1979) dalam Putra (1997), zat tersebut digunakan
sebagai umpan untuk menarik lalat buah jenis Bractrocera dorsalis, Bractrocera musae
dan Bractrocera umbrosus.
Selanjutnya Metcalf (1982) dalam Anonim (2010), menyatakan bahwa zat penarik
dapat digunakan untuk mengendalikan serangga dengan tiga cara yaitu : mendeteksi atau
memantau populasi (banyaknya) serangga hama, menarik/memikat serangga dengan cara
merusak atau membunuhnya baik menggunakan perangkap yang berumpan ataupun
menggunakan racun, dan terakhir mengelabui/membingungkan serangga dari prilaku
normalnya seperti perilaku kawin, berkelompok, makan ataupun peletakkan telur.
Sementara itu hasil penelitian Vos dan Frinking (1994) dalam Anonim (2010) di
Subang menunjukkan bahwa pemantauan Bactrocera spp jantan dengan menggunakan
Metil Eugenol (ME) menghasilkan rata-rata 725 ekor/bulan pada musim penghujan 1990
s/d 1992 dan 250 ekor/bulan pada musim kemarau. Selanjutnya Wikardi et al (1993)
menyatakan bahwa Minyak M. Brachteata (MMB) ternyata mengandung Metil Eugenol
(ME) sebanyak 70–90 % dan mampu memikat lalat buah belimbing dan jambu. Jumlah
hasil tangkapan akan bertambah bila pada perangkapnya ditambah perekat (vaselin) dan
eksudat buah matang. Bahkan Uhan dan Setyawati (1996) dengan penelitian yang sama
melaporkan bahwa penggunaan atraktan baik ME maupun MMB dengan botol aqua
sebagai perangkap sangat efektif untuk menangkap lalat buah pada tanaman cabai di
Brebes.
Sedangkan berdasarkan studi aplikasi Metil eugenol yang dikobinasikan dengan
pestisida monokrotofos dalam perangkap untuk mengendalikan lalat buah pada tanaman
cabai di Muntai, Yogyakarta menunjukkan bahwa cara tersebut dapat menurunkan tingkat
kerusakan dari 2-14% dengan kerapatan optimum perangkap 20-25 buah per hektar
(Anonim, 2003).
Sifat dari Metil Eugenol (ME) yang sama dengan sejenis wewangian khas yang
dikeluarkan oleh lalat betina bila waktu birahi (pheromon) menyebabkan lalat buah jantan
tertarik pada umpan tersebut. Pheromon tiruan atau sintesis dapat dihasilkan di dalam
laboratorium dengan menggunakan bagian-bagian organ tumbuhan (Kalie, 1992).
Pengurangan populasi lalat buah jantan dapat mengurangi tingkat perkawinan dan
akhirnya mengurangi populasi lalat buah berikutnya.

xiii
BAB III
PELAKSANAAN EKSPERIMENT

3.1. Tempat dan Waktu Eksperiment


Tempat pengambilan sampel dari eksperiment ini yaitu di desa Suranadi Kecamatan
Narmada. Sedangkan untuk identifikasi dan perhitungan lalat buah dilakukan di
laboratorium Biologi FKIP Universitas Mataram. Eksperiment ini akan dilaksanakan
pada bulan September sampai dengan Oktober 2012.

3.2. Alat dan Bahan Eksperiment


Alat dan bahan yang dipakai dalam penelitian ini digunakan untuk membuat
perangkap pemikat, dan mengidentifikasi spesies hama lalat buah :
1. Alat Penelitian
a. Botol Aqua 1500 ml sebanyak 20 botol
b. Pisau silet/karter sebanyak 2 buah
c. Kawat berdiameter 1 mm dan panjangnya 40 cm sebanyak 20 potong.
d. Kapas 1 bungkus
e. Plastik pembungkus 0,25 kg
f. Kamera digital 1 unit
g. Kaca Pembesar 2 buah
h. Pinset 2 buah
2. Bahan Penelitian
a. Atraktan Petrogenol sebanyak 2 botol
b. Pestisida monokrotofos berbentuk pil sebanyak 2 pil dan air

3.3. Tehnik Pengumpulan Data


Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengambilan data adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan semua peralatan yang akan digunakan.
2. Pembuatan perangkap atraktan Petrogenol :
Alat Perangkap lalat buah bisa dibuat dari botol bekas air mineral berukuran satu
liter atau 1500 ml. Pada bagian mulut botol dipotong sepanjang 8 cm dan potongan
tersebut dipasang terbalik. Kemudian pada mulut botol dimasukkan kawat. Pada ujung
kawat yang berada dalam botol diberi kapas. Terlebih dahulu kapas tersebut ditetesi
Petrogenol dan Pestisida monokrotofos. Selanjutnya ujung kawat yang berada di luar
botol digunakan untuk menggantungkan alat perangkap didahan pohon.
3. Pengambilan sampel, identifikasi dan penghitung jumlah lalat buah (Bractrocera)
Perangkap atraktan Petrogenol yang telah dibuat sebanyak 20 buah dipasang
atau diletakkan pada tumbuhan buah-buahan dengan jarak pemasangan perangkap
antara satu pohon dengan pohon berikutnya 20 meter. Perangkap digantung pada
pohon pada ketinggian 2-3 meter dari permukaan tanah di sepanjang sisi jalan Desa
Suranadi. Peletakkan perangkap pada kedua sisi jalan secara berselang seling dan
tumbuhan tempat peletakkan perangkap dicatat nama jenisnya.
Perangkap atraktan Petrogenol tersebut dibiarkan selama 1 minggu dan
pemberian petrogenol dilakukan setiap minggu (3 kali pengulangan). Pengambilan
sampel lalat buah (Bractrocera) yang tertangkap dengan perangkap tersebut,
dilakukan 1 kali seminggu. Sampel lalat buah yang tertangkap disimpan dikantong
plastik yang telah diberi label nomor dan dibawa ke Laboratorium Biologi FKIP
Universitas Mataram untuk diidentifikasi dan dihitung jumlahnya perjenis lalat buah
yang tertangkap.
Buku panduan yang digunakan dalam mengidentifikasi alat buah yaitu buku
karangan Drew & Hancock (1994), Hardy (1974) dan Putra (1997). Kriteria atau ciri-
ciri yang dilihat yaitu melihat gambar pita/band pada daerah abdomen bagian dorsal
dan ada tidaknya struktur rambut halus pada tergit ketiga ruas abdomen (Drew &
Hancock, 1994) dan melihat venasi sayap (Hardy, 1974), serta melihat warna tubuh
dan sayap (Putra, 1997).

3.4. Tehnik Analisa Data


1. Tabel Pengamatan
Jumlah Individu Lalata Buah yang Tertangkap
Pohon Tempat Bractrocera dorsalis Com. Bractrocera ummbrosus F.
No
Perangkap Pengulangan ke- Pengulangan ke-
1 2 3 Tota 1 2 3 Tota
l l
1

xv
4

dst

Total

Rata-Rata

Jumlah Perangkap
2. Keanekaragaman Lalat Buah
Keanekaragaman lalat buah di desa Suranadi dapat dihitung dengan menggunakan
rumus indeks diversitas dari Shannon and Wiener (1949) dalam Rahmawaty (2004),
yaitu :
H = - Σ ni / N ln ni / N atau H = - Σ pi ln pi
Keterangan :
ni = nilai kepentingan tiap jenis (jumlah individu tiap jenis)
N = nilai kepentingan total (jumlah total semua individu)
Pi = Peluang kepentingan untuk tiap jenis (ni/N)
Setelah diperoleh indeks keanekaragaman di kelompokkan kedalam kriteria
tinggi, sedang dan rendah. Menurut Hardjosuwarno (1990) Kriteria tingkat
keanekaragaman yaitu :
(H ) > 3,0 = Menunjukan Keanekaragaman sangat tinggi
(H ) 1,6 – 3,0 = Menunjukan Keanekaragaman tinggi
(H ) 1,0 – 1,5 = Menunjukan Keanekaragaman sedang
(H ) < 1,0 = Menunjukan Keanekaragaman rendah
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


1. Jenis dan Jumlah Hama Lalat Buah
Jenis hama lalat buah yang tertangkap dengan perangkap petrogenol di Desa
Suranadi Kecamatan Narmada yaitu Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock
dan Brctrocera umbrosus Febricus. Kedua jenis lalat buah Bractrocera tersebutlah
yang selama ini menyebabkan terjadinya kerusakan pada sebagian besar buah-buahan
di Desa Suranadi.
Bractrocera merupakan salah satu genus dari 130 genus lalat buah yang
tergolong keluarga Tephritidae (ordo Diptera) (Anonim, 1999 dalam Artayasa, 1999).
Widiarto (1996) mengemukakan bahwa lalat buah Bractrocera (Dacus) adalah hama
yang merusak buah-buahan di Indonesia. Lebih lanjut menurut Subahar (1996),
Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock merupakan spesies lalat buah yang
paling berperan dalam menurunkan nilai ekonomi buah-buahan.
Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock mempunyai spesies lebih dari
40 spesies di dunia, sehingga untuk mencari perbedaan taksonominya diantara spesies
sangat sulit. Di dalam mengetahui perbedaan tersebut secara akurat dilakukan
penelitian dengan memperhatikan perbedaan morfologi diantara spesies, penyebaran
geografis, biologi (tanaman inang, percobaan kopulasi), genetis (sitologi, DNA,
sequencing, elektroforeis enzim jaringan), dan senyawa kimia dalam feromon
(Anonim, 2003).
Ciri-ciri dari Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock yaitu: sayapnya
transparan, bila dibentangkan lebarnya berkisar 1,9-2 mm dengan panjang sekitar 5,5
mm dan panjang tubuhnya 6,1-6,9 mm. Selain itu, pada bagian sayap terdapat 2
pita/band yaitu 1 pita/band kostal yang memanjang sampai ujung sayap dan 1
pita/band melintang, yang melintas mulai dari dekat pita kostal (berjarak satu lobus)
sampai dengan pinggir belakang sayap. Warna dari pita tersebut berwarna hitam.

xvii
Abdomen pada bagian dorsal terdapat gambaran berupa huruf T (pita hitam melintang
pada tergit ke-2 dan ke-3, pita hitam longitudinal ditengah tergit ke-3 sampai ke-5).
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1. di bawah ini.

Gambar 1. Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock

Sedangkan lalat buah Brctrocera umbrosus Febricus hanya terdari dari satu
spesies yang biasanya terdapat buah nangka sebagai tanaman inangnya (Drew et al,
1979 dalam Putra, 1997). Ciri-ciri dari Brctrocera umbrosus Febricus yaitu: lebar
sayapnya antara 2 mm dan panjang sayapnya sekitar 6,5 mm. Panjang tubuhnya 6,5-8
mm. Selain itu, pada bagian sayap terdapat tiga pita/band melintang, yang melintas
dimulai dari pita/band kostal sampai dengan pinggir belakang sayap dan pita/band
kostal yang memanjang sampai ujung sayap, dimana warna dari pita-pita sayap
tersebut berwarna kecoklat-coklatan. Bagian dorsal dari abdomen terdapat pita/band
hitam longitudinal ditengah tergit ke-3 sampai ke-5. Lalat jantan mempunyai pekten
ditergit ruas ke-3. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2. di bawah ini

Gambar 2. Brctrocera umbrosus Febricus


Dari kedua jenis tersebut, jumlah hama lalat buah Bractrocera dorsalis
Compleks Drew & Hancock (9917 individu) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
Brctrocera umbrosus Febricus (524 individu). Data selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 1. Sedangkan rata-rata jumlah (individu/perangkap) lalat buah Bractrocera yang
tertangkap dengan perangkap petrogenol yang diletakkan pada setiap jenis pohon
buah-buahan di sepanjang sisi jalan Desa Suranadi Kecamatan Narmada dapat dilihat
selengkapnya pada Tabel 2.
Tabel 1. Jumlah Hama Lalat Buah yang Tertangkap dengan Perangkap Petrogenol
di Desa Suranadi Kecamatan Narmada

Jumlah Hama Lalat Buah (individu)


Bractrocera dorsalis Complex. Bractrocera umbrosus
Pengulangan
1 4183 169
2 3799 228
3 1935 127
Jumlah 9917 524
Rata-Rata
(individu/perangka 496 26
p)

Tabel 2. Rata-Rata (individu/perangkap) Jumlah Hama Lalat Buah pada Setiap Jenis
Pohon Tempat Peletakkan Perangkap di Desa Suranadi Kecamatan Narmada
Rata-Rata (individu/perangkap) Jumlah
Jenis Pohon Hama Lalat Buah
Tempat Peletakkan
Perangkap Bractrocera dorsalis Complex Bractrocera umbrosus
Coklat/Kakao 694 29
Serikaya 476 15
Pepaya 426 25
Belimbing 681 24
Nangka 465 22
Mangga 556 29
Kelengkeng 611 46
Rambutan 153 23
Manggis 517 30
Sawo 316 11
Pisang 384 67
xix
2. Keanekaragaman Hama Lalat Buah
Hasil analisis data dengan menggunakan rumus indeks diversitas dari Shannon
and Wiener (1949) dalam Rahmawaty (2004) diperoleh nilai indeks keanekaragaman
jenis hama lalat buah yang tertangkap dengan perangkap petrogenol di desa Suranadi
Kecamatan Narmada, yaitu sebesar 0,19852 dan apabila dikonversikan menurut
Hardjosuwarno (1990), maka keanekaragaman tersebut berada dalam tingkat
keanekaragaman rendah, karena H’ < 1,0. Hasil analisis tingkat keanekaragaman
tersebut disajikan pada Tabel 3. di bawah ini.
Tabel 3. Hasil Analisis Tingkat Keanekaragaman Hama Lalat Buah yang Tertangkap
dengan Perangkap Petrogenol di Desa Suranadi Kecamatan Narmada

No Jenis Hama Lalat Buah ni Pi ln Pi Pi ln Pi

1 Bractrocera dorsalis Complex 9917 0.95 - 0.0513 - 0.048735

2 Bractrocera umbrosus F. 524 0.05 - 2.9957 - 0.149785

Jumlah (N) 10441

H’ = - ΣPi ln Pi 0.19852

4.2. Pembahasan
Bila ingin bertelur, lalat buah betina mencari buah sesuai untuk meletakkan telur
dengan bantuan indera penciuman pada antena dan indra mata. Proses ini juga
dipengaruhi oleh pencernaan dan penglihatan. Misalnya Bractrocera dorsalis meletakkan
telurnya pada buah-buahan yang agak tersembunyi atau tidak terlihat matahari langsung
serta pada buah-buahan yang agak lemah dan permukaannya agak kasar (Anonim, 2003).
Induk lalat buah sangat menyukai lubang yang berupa buah setengah masak. Dalam
kondisi seperti ini buah mengandung asam askorbat dan sukrosa dalam jumlah maksimal.
Sedangkan yang terlalu masak tidak disukai oleh induk karena tersedia yang lebih pendek
dari pada waktu hidup larva lalat buah, sebelum panen atau dipetik lalat buah betina
meletakkan telur ke dalam buah dengan menusukkan ovipositornya (alat peletak telur)
yang berada diruas belakang badan. Sampai membuat semacam rongga. Kedalam rongga
ini alat peletak telur meletakkan telurnya 1-10 butir sekali diletakkan (Kalie, 1992).
Sedangkan menurut Suwarno, dkk (1993), perharinya lalat buah betina dapat meletakkan
1-40 butir. Dengan demikian seekor lalat buah betina dalam sehari dapat merusak 1-40
buah. Dapat dibayangkan bila lalat ini berkembang terus-menerus tanpa diberantas berapa
kerusakan buah yang ditimbulkannya, oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian hama
lalat buah secara terpadu.
Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan bahwa jenis hama lalat buah yang
tertangkap dengan perangkap petrogenol di Desa Suranadi Kecamatan Narmada yaitu
Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock dan Brctrocera umbrosus Febricus.
Kedua jenis lalat buah Bractrocera tersebutlah yang selama ini menyebabkan terjadinya
kerusakan pada sebagian besar buah-buahan di Desa Suranadi. Lebih lanjut menurut
Subahar (1996), Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock merupakan spesies
lalat buah yang paling berperan dalam menurunkan nilai ekonomi buah-buahan.
Berkembangnya kedua jenis hama lalat buah tersebut, tentunya terkait dengan
keberadaan tanaman inangnya. Menurut Putra (1997), tanaman inang dari Bractrocera
dorsalis Hend antara lain : jambu biji, jambu air, belimbing, mangga, alpukat, cabai
merah, apel, jeruk, tomat, kopi, cengkeh, melon, dan pisang. Sedangkan Bractrocera
umbrosus Fab. memiliki tanaman inang antara lain : banyak ditemukan pada tanaman
bergenus Artocarpus (nangka dan cempedak).
Dengan berdasarkan hasil observasi lapangan tentang jenis tumbuhan buah-buahan
yang terdapat di sisi jalan Desa Suranadi sejauh 2 km, maka jelaslah bahwa tanaman
inang dari lalat Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock yang terdapat di Desa
Suranadi Kecamatan Narmada yaitu mangga, sirsak, jambu air, jambu biji, belimbing,
pepaya, kelapa, rambutan, pisang, duren, sawo, duku dan manggis. Sedangkan tanaman
inang dari lalat buah Brctrocera umbrosus Febricus yaitu hanya nangka.
Hal ini juga menunjukkan bahwa adanya hubungan antara jumlah hama lalat buah
dengan banyaknya tanaman inang lalat buah di alam, dimana dari kedua jenis hama lalat
buah yang tertangkap dengan perangkap petrogenol di desa Suranadi kecamatan
Narmada, jumlah hama lalat buah Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock
(9917 individu) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Brctrocera umbrosus Febricus
(524 individu). Selain itu, kemungkinan juga dikarenakan di alam jumlah populasi lalat
buah Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock jauh lebih tinggi dari pada lalat
buah Brctrocera umbrosus Febricus.
Dengan adanya batasan tanaman buah-buahan sebagai tanaman inang dari hama
lalat buah, menyebabkan keanekaragaman hama lalat buah di desa Suranadi kecamatan
Narmada berada dalam kategori rendah dengan nilai indeks keanekaragaman (H’) < 1,0,

xxi
yaitu 0.19852. Sehingga keberadaan tanaman inang dan dominansinya menekan
keanekaragaman hama lalat buah.

BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil eksperiment ini yaitu :


1. Jenis lalat buah Bractrocera yang tertangkap dengan perangkap petrogenol di Desa
Suranadi Kecamatan Narmada yaitu Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock dan
Brctrocera umbrosus Febricus. Kedua jenis lalat buah Bractrocera tersebutlah yang
selama ini menyebabkan terjadinya kerusakan pada sebagian besar buah-buahan di Desa
Suranadi.
2. Keanekaragaman jenis hama lalat buah yang tertangkap dengan perangkap petrogenol di
desa Suranadi Kecamatan Narmada, yaitu sebesar 0,19852 dan apabila dikonversikan
menurut Hardjosuwarno (1990), maka keanekaragaman tersebut berada dalam tingkat
keanekaragaman rendah, karena H’ < 1,0.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Pengendalian Terpadu Hama Lalat Buah Bractrocera dorsalis Hend. Dengan
Tehnik Serangga Mandul dan Antraktan.
http://www.deptan.go.id./ditlinhorti/makalah/lalatbuah.htm. Tanggal Pencarian di
Internet 20 Oktober 2010
Anonim.2009. Identifikasi Lalat Buah . http://www.scribd.com/doc/ . Tanggal
Pencarian di Internet 20 Oktober 2010
Anonim. 2010. Kombinasi Metil Eugenol dan Minyak Melaleuca brachteata Lalat Buah
Cabai pun Kabur. Jakarta: Jurnal Puslitbang Hortikultura Dinas Pertanian.
Arikunto. S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Artayasa, I, P. 1999. Potensi Parasitoid dalam Pengendalian Lalat Buah Bractrocera
carambolae Drew & Handcock di Kebun Percobaan Buah-Buahan Subag Jawa
Barat. Tesis Magister. Bandung: ITB
Copyright © Laboratorium Data, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Jawa
Timur
Drew R.A.I, Hancock D,L. 1994. The Bractrocera dorsalis Complex of Fruit Flies (Diptera:
Thepritidae: Dacinae) in Asia. Bulletin of Entemological Research. Suplement No.
2. Australia. International Intitute of Entemology.
Hill, Ria, A. 1994. Perangkap Alami lalat Buah dengan Bakteri. Trubus 300 THXXV
November 1994.
Kalie, M,B. 1992. Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan Berulat. Jakarta: Swadaya.
Kardinan, A. 1999. Prospek Minyak Daun Melaleuca bracteata sebagai Pengendali Hama
Lalat Buah (Bractrocera dorsalis) di Indonesia. Jurnal Penelitian dan
pengembangan Pertanian, 18: 10-17.
Putra, N,S. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Yogyakarta. Kanisius.
Subahar, T,S,S. 1996. Studi Parasitoid Lalat Buah (Dacus sp.) sebagai Salah Satu Upaya
dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Buah-Buahan. Bandung: Laporan
Penelitian SPP/DPP ITB.
Widarto, H,T. 1996. Daur Hidup Lalat Buah Bractrocera carambolae (Drew & Handcock)
pada Kondisi Laboratorium. Bandung: Tugas Akhir Jurusan Biologi ITB.
www.Pustaka.deptan.go.id

xxiii
Lampiran 1 :

Jenis dan Jumlah Hama Lalat Buah yang Tertangkap dengan Perangkap Petrogenol
di Desa Suranadi Kecamatan Narmada

Jumlah Individu Hama Lalat Buah yang Tertangkap


Bractrocera ummrosus
Bractrocera dorsalis Complex Fabricus
Pohon Tempat Pengulangan ke- Pengulangan ke-
No Perangkap 1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
1 Coklat/Kakao 373 287 154 814 17 18 6 41
2 Serikaya 310 168 116 594 6 8 2 16
3 Coklat/Kakao 181 264 128 573 9 4 4 17
4 Pepaya 53 301 105 459 1 3 2 6
5 Pepaya 183 168 41 392 6 19 18 43
6 Belimbing 415 228 38 681 14 3 7 24
7 Nangka 203 142 165 510 7 0 7 14
8 Mangga 439 296 129 864 6 43 11 60
9 Kelengkeng 278 188 145 611 16 11 19 46
10 Serikaya 149 252 76 477 0 8 4 12
11 Mangga 196 127 46 369 4 8 2 14
12 Nangka 201 163 56 420 1 21 8 30
13 Rambutan 2 101 50 153 0 4 19 23
14 Manggis 309 134 188 631 8 2 2 12
15 Mangga 254 139 42 435 5 6 1 12
16 Serikaya 197 80 104 381 9 3 5 17
17 Sawo 96 157 63 316 3 2 6 11
18 Serikaya 101 251 98 450 6 6 0 12
19 Manggis 136 155 112 403 17 27 3 47
20 Pisang 107 198 79 384 34 32 1 67
Total 4183 3799 1935 9917 169 228 127 524
Rata-Rata 209.15 189.95 96.75 495.85 8.45 11.4 6.35 26.2
Jumlah Perangkap 20 20 20 20 20 20 20 20

Lampiran 2 :

Foto 1 : Atraktan Petrogenol

Foto 2 : Model Perangkap Atraktan Petrogenol

xxv
Foto 3 : Peletakkan Perangkap Atraktan Petrogenol

Foto 4 : Hama Lalat Buah yang Terperangkap Atraktan Petrogenol

Foto 5 : Hama Lalat Buah Dimasukkan ke Kantong Plastik


Foto 6 : Hama Lalat Buah pada Kantong Plastik yang Terkumpul

Foto 7 : Pengeluaran Hama Lalat Buah pada Kantong Plastik

Foto 8 : Identifikasi Hama Lalat Buah pada Setiap Perangkap

xxvii
Foto 9 : Penghitungan Jumlah Setiap Jenis Hama Lalat Buah/Perangkap

Lampiran 3 :

DAFTAR KEGIATAN PRAKTIKUM


KEANEKARAGAMAN HAMA LALAT BUAH
DI DESA SURANADI KECAMATAN NARMADA

No Hari /Tanggal Uraian Kegiatan Ket


xxix

Anda mungkin juga menyukai