BIOLOGI UMUM
DISUSUN OLEH :
OLEH
KELOMPOK 14 :
HAIRUL ANWAR
MARDHIKA SURACHMAN
BAIQ ISMAYAWATI
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T., Zat Yang Maha Pengasih dan Penyayang karena
dengan Rahmat dan Hidayah-Nyalah kegiatan praktikum yang berjudul “Keanekaragaman
Hama Lalat Buah di Desa Suranadi Kecamatan Narmada” dapat terselesaikan dengan
baik dan sesuai dengan waktunya.
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan untuk memenuhi tugas mandiri matakuliah
praktikum Biologi Umum pada program Magister Pendidikan IPA di FKIP Universitas
Mataram.
Dalam menyelesaikan tugas praktikum ini, tentunya tidak terlepas dari petunjuk dan
bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Ibu Prof. Dr. Dwi Soelisttya Dyah Jekti, M.Kes selaku Dosen Pembina Matakuliah
Praktikum Biologi Umum.
2. M. Liwa Ilhamdi, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan dan pengajaran dalam penyelesaian tugas praktikum ini,
3. Semua pihak yang ikut serta membantu di dalam penyelesaian tugas praktikum ini.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari salah dan kekeliruan.
Oleh sebab itu kami berharap kepada semua pihak untuk memberikan saran, keritik, dan
sumbangan perbaikan pada laporan hasil kegiatan praktikum ini, untuk penyempurnaan lebih
lanjut.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah kami menyerahkan segalanya. Semoga laporan
hasil kegiatan praktikum ini dapat bermanfaat bagi perkembangan khazanah ilmu
pengetahuan. Amin......!.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Batasan Masalah............................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2
BAB V KESIMPULAN.................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
vii
Ciri morfologis : rentang sayap antara 5,3 – 8,3 mm, sedangkan pita kostal yang
memanjang sampai ujung sayap. Skutum berwarna oranye-cokelat dan mempunyai
pola berwarna hitam, mempunyai dua garis lateral dan satu garis median berwarna
kuning. Abdomen mempunyai garis hitam medial dan garis melintang hitam, melintas
tergit ruas ketiga sehingga membentuk huruf T. Pada tergit ruas ketiga abdomen lalat
jantan terdapat pekten (Putra, 1997).
ix
kemampuan terbang atau wilayah jelajahnya dapat lebih dari satu mil jauhnya (Kalie,
1992).
Lalat buah merupakan serangga krespuskuler, artinya melakukan kopulasi setelah
yang jantan melakukan tarian percumbuan yang terjadi pada senja hari yaitu matahari
tenggelam. Terjadinya tarian percumbuan tersebut diawali oleh pengeluaran senyawa
pemikat (atraktan) oleh lalat buah betina masak seksual yang dapat merangsang lalat
buah jantan masak seksual. Perkawinan terjadi dekat dengan tanaman inang. Senyawa
pemikat tersebut dikeluarkan melalui anus secara difusi karena adanya tekanan akibat
gerakan rektum. Senyawa ini akan berubah menjadi gas, sehingga dapat diterima oleh
lalat buah jantan. Kemampuan alat penerima rangsangan lalat jantan untuk menerima
senyawa pemikat sekitar 800 meter (Putra, 1997).
Bila ingin bertelur, lalat buah betina mencari buah sesuai untuk meletakkan telur
dengan bantuan indera penciuman pada antena dan indra mata. Proses ini juga
dipengaruhi oleh pencernaan dan penglihatan. Misalnya Bractrocera dorsalis meletakkan
telurnya pada buah-buahan yang agak tersembunyi atau tidak terlihat matahari langsung
serta pada buah-buahan yang agak lemah dan permukaannya agak kasar (Anonim, 2003).
Induk lalat buah sangat menyukai lubang yang berupa buah setengah masak. Dalam
kondisi seperti ini buah mengandung asam askorbat dan sukrosa dalam jumlah maksimal.
Sedangkan yang terlalu masak tidak disukai oleh induk karena tersedia yang lebih pendek
dari pada waktu hidup larva lalat buah, sebelum panen atau dipetik lalat buah betina
meletakkan telur ke dalam buah dengan menusukkan ovipositornya (alat peletak telur)
yang berada diruas belakang badan. Sampai membuat semacam rongga. Kedalam rongga
ini alat peletak telur meletakkan telurnya 1-10 butir sekali diletakkan (Kalie, 1992).
Sedangkan menurut Suwarno, dkk (1993), perharinya lalat buah betina dapat meletakkan
1-40 butir. Dengan demikian seekor lalat buah betina dalam sehari dapat merusak 1-40
buah.
Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya.
Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal
ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat
meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas hama di dalam buah, noda
tersebut berkembang menjadi meluas. Larva makan daging buah sehingga menyebabkan
buah busuk sebelum masak. Apabila dibelah pada daging buah terdapat belatung-
belatung kecil dengan ukuran antara 4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh.
Kerugian yang disebabkan oleh hama ini mencapai 30-60%. Kerusakan yang ditimbulkan
oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang
diinginkan (Laboratorium Data, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
Jawa Timur).
Dalam siklus hidupnya lalat buah mempunyai 4 stadium hidup yaitu telur, larva,
pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur kedalam kulit buah jeruk atau di
dalam luka atau cacat buah secara berkelompok. Telur berwarna putih transparan
berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva lalat buah hidup dan
berkembang di dalam daging buah selama 6-9 hari. Larva mengorek daging buah sambil
mengeluarkan enzim perusak atau pencerna yang berfungsi melunakkan daging buah
sehingga mudah diisap dan dicerna. Enzim tersebut diketahui yang mempercepat
pembusukan, selain bakteri pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan buah.
Jika aktivitas pembusukan sudah mencapai tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah,
bersamaan dengan masaknya buah, larva lalat buah siap memasuki tahap pupa, larva
masuk dalam tanah dan menjadi pupa. Pupa berwarna kecoklatan berbentuk oval dengan
panjang 5 mm. Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan, dada berwarna gelap dengan 2
garis kuning membujur dan pada bagian perut terdapat garis melintang. Lalat betina
ujung perutnya lebih runcing dibandingkan lalat jantan. Siklus hidup dari telur menjadi
dewasa berlangsung selama 16 hari. Fase kritis tanaman yaitu pada saat tanaman mulai
berbuah terutama pada saat buah menjelang masak. Lalat buah yang mempunyai ukuran
tubuh relatif kecil dan siklus hidup yang pendek peka terhadap lingkungan yang kurang
baik. Suhu optimal untuk perkembangan lalat buah adalah 26 oC, sedangkan kelembaban
relatif sekitar 70%. Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan pupa.
Kelembaban tanah yang sesuai untuk stadia pupa adalah 0-9%. Cahaya mempunyai
pengaruh langsung terhadap perkembangan lalat buah. Lalat buah betina akan meletakkan
telur lebih cepat dalam kondisi yang terang, sebaliknya pupa lalat buah tidak akan
menetas apabila terkena sinar (Laboratorium Data, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan
Buah Subtropika Jawa Timur).
Dalam hubungannya dengan faktor iklim, intensitas serangan dan populasi lalat
buah pada buah-buahan dan sayuran umumnya akan meningkat pada iklim yang sejuk,
kelembaban tinggi, dan angin yang tidak terlalu kencang, selain itu pengaruh curah hujan
cukup penting bagi kehidupan lalat buah, yaitu populasi lalat buah di daerah yang
bercurah hujan tinggi akan lebih tinggi dari pada di daerah bercurah hujan rendah (Putra,
1997).
xi
2.5. Perangkap Lalat Buah (Bractrocera) Atraktan Petrogenol.
Serangga lalat buah betina meletakkan telurnya dalam buah dengan cara
menusukkan ovipositornya (suatu organ yang terbentuk dari pasangan anggota tubuh
yang mengalami modifikasi/perubahan untuk dilalui telur dimana terdapat pada abdomen
serangga betina) pada pangkal buah muda.
Pengendalian dalam mengatasi lalat buah adalah dengan memberikan perlindungan
langsung melalui pembungkusan buah. Namun, cara seperti itu sangat tidak efektif karena
disamping memakan waktu lebih lama juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit
(Anonim, 2010).
Cara lain yang dapat dilakukan adalah mencegah serangan lalat buah tersebut yaitu
dengan menggunakan atraktan (zat pemikat) lalat pada perangkap. Menurut Kardinan
(1999), pengendalian lalat buah dengan memakai perangkap atraktan telah banyak
dilakukan. Atraktan yang dewasa ini tersedia di pasaran adalah Petrogenol yang
mengandung Metil Eugenol (ME). Cara ini terbukti cukup ampuh dan aman lingkungan,
karena zat ini tidak langsung berhubungan dengan buah-buahan, sehingga dampak
residunya dapat dianggap nol/tidak ada.
Steiner (1952) dalam Anonim (2010) menyatakan, bahwa Metil Eugenol (ME)
sangat efektif sebagai atraktan untuk lalat buah jantan (Dacus spp). Metil eugenol adalah
suatu bahan yang dihasilkan dari suatu proses Methylen dari minyak cengkeh (Samsudin
et al., 1992) Omoy et al. (1997) melaporkan bahwa Metil Eugenol (ME) dengan dosis 0.9
ml/perangkap adalah efektif untuk memikat lalat buah bila dibandingkan dengan protein
hidrolisat (protein yang telah mengalami proses hidrolisa). Minyak Melaleuca brachteata
adalah suatu Metil Eugenol (ME) destilasi (penyulingan) dari daun M. bracteaca yang
dapat digunakan sebagai atraktan bagi Dacus spp (Wikardi et al.,1993). Sharey (1991
dalam Vos, 1994) menyatakan bahwa perangkap serangga dengan zat penarik (atraktan)
dapat digunakan untuk memonitor dan sekaligus mengurangi populasi serangga.
Kalie (1992), Metil Eugenol (ME), suatu zat yang berasal dari bunga sikas
(Cololasia antiquarum), mangga, pepaya, dan Cassia fistula atau daun Pelea anisata dan
Zieria sumithui. Menurut Drew et. al. (1979) dalam Putra (1997), zat tersebut digunakan
sebagai umpan untuk menarik lalat buah jenis Bractrocera dorsalis, Bractrocera musae
dan Bractrocera umbrosus.
Selanjutnya Metcalf (1982) dalam Anonim (2010), menyatakan bahwa zat penarik
dapat digunakan untuk mengendalikan serangga dengan tiga cara yaitu : mendeteksi atau
memantau populasi (banyaknya) serangga hama, menarik/memikat serangga dengan cara
merusak atau membunuhnya baik menggunakan perangkap yang berumpan ataupun
menggunakan racun, dan terakhir mengelabui/membingungkan serangga dari prilaku
normalnya seperti perilaku kawin, berkelompok, makan ataupun peletakkan telur.
Sementara itu hasil penelitian Vos dan Frinking (1994) dalam Anonim (2010) di
Subang menunjukkan bahwa pemantauan Bactrocera spp jantan dengan menggunakan
Metil Eugenol (ME) menghasilkan rata-rata 725 ekor/bulan pada musim penghujan 1990
s/d 1992 dan 250 ekor/bulan pada musim kemarau. Selanjutnya Wikardi et al (1993)
menyatakan bahwa Minyak M. Brachteata (MMB) ternyata mengandung Metil Eugenol
(ME) sebanyak 70–90 % dan mampu memikat lalat buah belimbing dan jambu. Jumlah
hasil tangkapan akan bertambah bila pada perangkapnya ditambah perekat (vaselin) dan
eksudat buah matang. Bahkan Uhan dan Setyawati (1996) dengan penelitian yang sama
melaporkan bahwa penggunaan atraktan baik ME maupun MMB dengan botol aqua
sebagai perangkap sangat efektif untuk menangkap lalat buah pada tanaman cabai di
Brebes.
Sedangkan berdasarkan studi aplikasi Metil eugenol yang dikobinasikan dengan
pestisida monokrotofos dalam perangkap untuk mengendalikan lalat buah pada tanaman
cabai di Muntai, Yogyakarta menunjukkan bahwa cara tersebut dapat menurunkan tingkat
kerusakan dari 2-14% dengan kerapatan optimum perangkap 20-25 buah per hektar
(Anonim, 2003).
Sifat dari Metil Eugenol (ME) yang sama dengan sejenis wewangian khas yang
dikeluarkan oleh lalat betina bila waktu birahi (pheromon) menyebabkan lalat buah jantan
tertarik pada umpan tersebut. Pheromon tiruan atau sintesis dapat dihasilkan di dalam
laboratorium dengan menggunakan bagian-bagian organ tumbuhan (Kalie, 1992).
Pengurangan populasi lalat buah jantan dapat mengurangi tingkat perkawinan dan
akhirnya mengurangi populasi lalat buah berikutnya.
xiii
BAB III
PELAKSANAAN EKSPERIMENT
xv
4
dst
Total
Rata-Rata
Jumlah Perangkap
2. Keanekaragaman Lalat Buah
Keanekaragaman lalat buah di desa Suranadi dapat dihitung dengan menggunakan
rumus indeks diversitas dari Shannon and Wiener (1949) dalam Rahmawaty (2004),
yaitu :
H = - Σ ni / N ln ni / N atau H = - Σ pi ln pi
Keterangan :
ni = nilai kepentingan tiap jenis (jumlah individu tiap jenis)
N = nilai kepentingan total (jumlah total semua individu)
Pi = Peluang kepentingan untuk tiap jenis (ni/N)
Setelah diperoleh indeks keanekaragaman di kelompokkan kedalam kriteria
tinggi, sedang dan rendah. Menurut Hardjosuwarno (1990) Kriteria tingkat
keanekaragaman yaitu :
(H ) > 3,0 = Menunjukan Keanekaragaman sangat tinggi
(H ) 1,6 – 3,0 = Menunjukan Keanekaragaman tinggi
(H ) 1,0 – 1,5 = Menunjukan Keanekaragaman sedang
(H ) < 1,0 = Menunjukan Keanekaragaman rendah
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
xvii
Abdomen pada bagian dorsal terdapat gambaran berupa huruf T (pita hitam melintang
pada tergit ke-2 dan ke-3, pita hitam longitudinal ditengah tergit ke-3 sampai ke-5).
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1. di bawah ini.
Sedangkan lalat buah Brctrocera umbrosus Febricus hanya terdari dari satu
spesies yang biasanya terdapat buah nangka sebagai tanaman inangnya (Drew et al,
1979 dalam Putra, 1997). Ciri-ciri dari Brctrocera umbrosus Febricus yaitu: lebar
sayapnya antara 2 mm dan panjang sayapnya sekitar 6,5 mm. Panjang tubuhnya 6,5-8
mm. Selain itu, pada bagian sayap terdapat tiga pita/band melintang, yang melintas
dimulai dari pita/band kostal sampai dengan pinggir belakang sayap dan pita/band
kostal yang memanjang sampai ujung sayap, dimana warna dari pita-pita sayap
tersebut berwarna kecoklat-coklatan. Bagian dorsal dari abdomen terdapat pita/band
hitam longitudinal ditengah tergit ke-3 sampai ke-5. Lalat jantan mempunyai pekten
ditergit ruas ke-3. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2. di bawah ini
Tabel 2. Rata-Rata (individu/perangkap) Jumlah Hama Lalat Buah pada Setiap Jenis
Pohon Tempat Peletakkan Perangkap di Desa Suranadi Kecamatan Narmada
Rata-Rata (individu/perangkap) Jumlah
Jenis Pohon Hama Lalat Buah
Tempat Peletakkan
Perangkap Bractrocera dorsalis Complex Bractrocera umbrosus
Coklat/Kakao 694 29
Serikaya 476 15
Pepaya 426 25
Belimbing 681 24
Nangka 465 22
Mangga 556 29
Kelengkeng 611 46
Rambutan 153 23
Manggis 517 30
Sawo 316 11
Pisang 384 67
xix
2. Keanekaragaman Hama Lalat Buah
Hasil analisis data dengan menggunakan rumus indeks diversitas dari Shannon
and Wiener (1949) dalam Rahmawaty (2004) diperoleh nilai indeks keanekaragaman
jenis hama lalat buah yang tertangkap dengan perangkap petrogenol di desa Suranadi
Kecamatan Narmada, yaitu sebesar 0,19852 dan apabila dikonversikan menurut
Hardjosuwarno (1990), maka keanekaragaman tersebut berada dalam tingkat
keanekaragaman rendah, karena H’ < 1,0. Hasil analisis tingkat keanekaragaman
tersebut disajikan pada Tabel 3. di bawah ini.
Tabel 3. Hasil Analisis Tingkat Keanekaragaman Hama Lalat Buah yang Tertangkap
dengan Perangkap Petrogenol di Desa Suranadi Kecamatan Narmada
H’ = - ΣPi ln Pi 0.19852
4.2. Pembahasan
Bila ingin bertelur, lalat buah betina mencari buah sesuai untuk meletakkan telur
dengan bantuan indera penciuman pada antena dan indra mata. Proses ini juga
dipengaruhi oleh pencernaan dan penglihatan. Misalnya Bractrocera dorsalis meletakkan
telurnya pada buah-buahan yang agak tersembunyi atau tidak terlihat matahari langsung
serta pada buah-buahan yang agak lemah dan permukaannya agak kasar (Anonim, 2003).
Induk lalat buah sangat menyukai lubang yang berupa buah setengah masak. Dalam
kondisi seperti ini buah mengandung asam askorbat dan sukrosa dalam jumlah maksimal.
Sedangkan yang terlalu masak tidak disukai oleh induk karena tersedia yang lebih pendek
dari pada waktu hidup larva lalat buah, sebelum panen atau dipetik lalat buah betina
meletakkan telur ke dalam buah dengan menusukkan ovipositornya (alat peletak telur)
yang berada diruas belakang badan. Sampai membuat semacam rongga. Kedalam rongga
ini alat peletak telur meletakkan telurnya 1-10 butir sekali diletakkan (Kalie, 1992).
Sedangkan menurut Suwarno, dkk (1993), perharinya lalat buah betina dapat meletakkan
1-40 butir. Dengan demikian seekor lalat buah betina dalam sehari dapat merusak 1-40
buah. Dapat dibayangkan bila lalat ini berkembang terus-menerus tanpa diberantas berapa
kerusakan buah yang ditimbulkannya, oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian hama
lalat buah secara terpadu.
Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan bahwa jenis hama lalat buah yang
tertangkap dengan perangkap petrogenol di Desa Suranadi Kecamatan Narmada yaitu
Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock dan Brctrocera umbrosus Febricus.
Kedua jenis lalat buah Bractrocera tersebutlah yang selama ini menyebabkan terjadinya
kerusakan pada sebagian besar buah-buahan di Desa Suranadi. Lebih lanjut menurut
Subahar (1996), Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock merupakan spesies
lalat buah yang paling berperan dalam menurunkan nilai ekonomi buah-buahan.
Berkembangnya kedua jenis hama lalat buah tersebut, tentunya terkait dengan
keberadaan tanaman inangnya. Menurut Putra (1997), tanaman inang dari Bractrocera
dorsalis Hend antara lain : jambu biji, jambu air, belimbing, mangga, alpukat, cabai
merah, apel, jeruk, tomat, kopi, cengkeh, melon, dan pisang. Sedangkan Bractrocera
umbrosus Fab. memiliki tanaman inang antara lain : banyak ditemukan pada tanaman
bergenus Artocarpus (nangka dan cempedak).
Dengan berdasarkan hasil observasi lapangan tentang jenis tumbuhan buah-buahan
yang terdapat di sisi jalan Desa Suranadi sejauh 2 km, maka jelaslah bahwa tanaman
inang dari lalat Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock yang terdapat di Desa
Suranadi Kecamatan Narmada yaitu mangga, sirsak, jambu air, jambu biji, belimbing,
pepaya, kelapa, rambutan, pisang, duren, sawo, duku dan manggis. Sedangkan tanaman
inang dari lalat buah Brctrocera umbrosus Febricus yaitu hanya nangka.
Hal ini juga menunjukkan bahwa adanya hubungan antara jumlah hama lalat buah
dengan banyaknya tanaman inang lalat buah di alam, dimana dari kedua jenis hama lalat
buah yang tertangkap dengan perangkap petrogenol di desa Suranadi kecamatan
Narmada, jumlah hama lalat buah Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock
(9917 individu) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Brctrocera umbrosus Febricus
(524 individu). Selain itu, kemungkinan juga dikarenakan di alam jumlah populasi lalat
buah Bractrocera dorsalis Compleks Drew & Hancock jauh lebih tinggi dari pada lalat
buah Brctrocera umbrosus Febricus.
Dengan adanya batasan tanaman buah-buahan sebagai tanaman inang dari hama
lalat buah, menyebabkan keanekaragaman hama lalat buah di desa Suranadi kecamatan
Narmada berada dalam kategori rendah dengan nilai indeks keanekaragaman (H’) < 1,0,
xxi
yaitu 0.19852. Sehingga keberadaan tanaman inang dan dominansinya menekan
keanekaragaman hama lalat buah.
BAB V
KESIMPULAN
Anonim. 2003. Pengendalian Terpadu Hama Lalat Buah Bractrocera dorsalis Hend. Dengan
Tehnik Serangga Mandul dan Antraktan.
http://www.deptan.go.id./ditlinhorti/makalah/lalatbuah.htm. Tanggal Pencarian di
Internet 20 Oktober 2010
Anonim.2009. Identifikasi Lalat Buah . http://www.scribd.com/doc/ . Tanggal
Pencarian di Internet 20 Oktober 2010
Anonim. 2010. Kombinasi Metil Eugenol dan Minyak Melaleuca brachteata Lalat Buah
Cabai pun Kabur. Jakarta: Jurnal Puslitbang Hortikultura Dinas Pertanian.
Arikunto. S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Artayasa, I, P. 1999. Potensi Parasitoid dalam Pengendalian Lalat Buah Bractrocera
carambolae Drew & Handcock di Kebun Percobaan Buah-Buahan Subag Jawa
Barat. Tesis Magister. Bandung: ITB
Copyright © Laboratorium Data, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Jawa
Timur
Drew R.A.I, Hancock D,L. 1994. The Bractrocera dorsalis Complex of Fruit Flies (Diptera:
Thepritidae: Dacinae) in Asia. Bulletin of Entemological Research. Suplement No.
2. Australia. International Intitute of Entemology.
Hill, Ria, A. 1994. Perangkap Alami lalat Buah dengan Bakteri. Trubus 300 THXXV
November 1994.
Kalie, M,B. 1992. Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan Berulat. Jakarta: Swadaya.
Kardinan, A. 1999. Prospek Minyak Daun Melaleuca bracteata sebagai Pengendali Hama
Lalat Buah (Bractrocera dorsalis) di Indonesia. Jurnal Penelitian dan
pengembangan Pertanian, 18: 10-17.
Putra, N,S. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Yogyakarta. Kanisius.
Subahar, T,S,S. 1996. Studi Parasitoid Lalat Buah (Dacus sp.) sebagai Salah Satu Upaya
dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Buah-Buahan. Bandung: Laporan
Penelitian SPP/DPP ITB.
Widarto, H,T. 1996. Daur Hidup Lalat Buah Bractrocera carambolae (Drew & Handcock)
pada Kondisi Laboratorium. Bandung: Tugas Akhir Jurusan Biologi ITB.
www.Pustaka.deptan.go.id
xxiii
Lampiran 1 :
Jenis dan Jumlah Hama Lalat Buah yang Tertangkap dengan Perangkap Petrogenol
di Desa Suranadi Kecamatan Narmada
Lampiran 2 :
xxv
Foto 3 : Peletakkan Perangkap Atraktan Petrogenol
xxvii
Foto 9 : Penghitungan Jumlah Setiap Jenis Hama Lalat Buah/Perangkap
Lampiran 3 :