Anda di halaman 1dari 13

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Dan Siklus Hidup Kumbang Tanduk (O. rhinoceros)

Hama O. rhinoceros dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Phylum : Anthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Scarabaeidae
Sub family : Dynastinae
Genus : Oryctes
Spesies : Oryctes rhinoceros

Hama kumbang tanduk (O. rhinoceros) umumnya menyerang tanaman

kelapa sawit muda. Serangan hama ini dapat menurunkan produksi tandan buah

segar (TBS) pada tahun pertama hingga 69% dan menimbulkan kematian pada

tanaman muda hingga 25% (Sudarmo, 1989).

Kumbang ini menggerek jaringan pucuk melalui salah satu ketiak pelepah.

Setelah masuk merusak pelepah daun yang belum terbuka. Seekor kumbang

mampu tinggal satu minggu dan merusak 4 pelepah. Pada tanaman < 2 tahun

sangat berbahaya karena dapat merusak titik tumbuh (Sudarmo, 1989).

Gambar 1. Kumbang O.rhinoceros

5
Kumbang O. rhinoceros berwarna hitam, berukuran 35-45 mm. Tanduk

kumbang jantan lebih panjang dibanding kumbang betina. Kumbang betina

meletakkan telur pada sampah sampah, atau pucuk kelapa yang mati, atau pada

bagian bagian lain yang berdiri tegak (Sudarmo, 1989).

Tubuh kokoh berbentuk oval atau memanjang elytra tidak terlalu

kasar,memiliki warna dan ukuran bervariasi namun lebih bayak dijumpai yang

berwarna coklat kehitaman. Kumbang badak memiliki antena berbentuk benjolan

gada panjang 8-11 ruas. Memiliki tanduk atau pronatum. Tanduk digunakan untuk

melawan jantan lain selama musim kawin dan untuk mengali. Kumbang dewasa

merupakan hewan noktural yang tertarik dengan cahaya. Betina meletakkan telur

dekat daun-daun yang membusuk atau tempat-tempat tersembunyi. Dapat pula

pada pangkal batang yang nantinya larva bertindak sebagai perusak akar,bentuk

dewasa umumnya merupakan hama seperti tanaman kelapa sagu dan lain-lain

(Sudarmo, 1989).

Selain itu kumbang jantan juga dapat dilihat memiliki tanduk yang lebih

panjang dari pada betina. Jantan dapat dibedakan lebih akurat dengan ujung ruas

abdomen terakhir dimana betina memiliki rambut. Kemudian umur dari betina

lebih panjang dari umur jantan. Imago betina mempunyai lama hidup 274 hari,

sedangkan imago jantan mempunyai lama hidup 192 hari. Dengan demikian, satu

siklus hidup hama ini dari telur sampai dewasa sekitar 6-9 bulan (Susanto, 2012).

6
Gambar 2. Siklus hidup O.rhinoceros

a. Telur

Telur kumbang tanduk O. rhinoceros berwarna putih kekuningan dengan

diameter 3-4 mm. Bentuk telur biasanya oval kemudian mulai membengkak

sekitar satu minggu setelah peletakan dan menetas pada umur 8-12 hari (Bedford,

1976). Kumbang tanduk betina dalam dalam satu siklus menghasilkan 30-70 butir

(Sudarmo, 1989). Kumbang tanduk bertelur pada bahan organik yang telah dalam

proses pelapukan.

b. Larva

Larva berkembang pada kayu lapuk, kompos dan pada hampir semua

bahan organik yang sedang mengalami proses pembusukan dengan kelembapan

yang cukup seperti rumpukan batang kelapa sawit dan tandan kosong kelapa sawit

sebagai mulsa. Stadia larva O. rhinoceros terdiri dari 3 instar. Instar I berlangsung

selama 10-21 hari, instar II berlangsung selama 12-21 hari, instar III berlangsung

selama 60-165 hari. Larva O. rhinoceros selanjutnya berubah menjadi prepupa

dan selanjutnya menjadi pupa (Susanto, 2012).

7
c. Pupa

Menurut Kartasapoetra (1987) Larva terakhirnya mempunyai ukuran tubuh

sekitar 10 sampai 12 cm, larva ini segera akan menuju permukaan tanah, dengan

demikian pupa akan ada dalam tanah, biasanya sekitar lapisan permukaan. Kokon

dibuatnya dari tanah yang dibuat dengan benang liurnya. Stadium pupa di daerah

yang agak dingin rata-rata berlangsung 30 hari, sedang di daerah yang agak panas

berlangsung sekitar 18 hari. Pupa jantan berukuran sekitar 3 sampai 5 cm. yang

betina agak pendek.

Pupa berwarna coklat kekuningan, berukuran 50 mm dengan waktu 17-28

hari (Bangun, 1991).

d. Kumbang

Kumbang tanduk berwarna coklat gelap sampai hitam, mengkilap, panjang

35-50 mm dan lebar 20-23 mm dengan satu tanduk yang menonjol pada bagian

kepala. Kumbang jantan memiliki tanduk yang lebih panjang dari betina. Imago

betina mempunyai lama hidup 274 hari, sedangkan imago jantan mempunyai lama

hidup 192 hari. Dengan demikian satu siklus hama ini dari telur sampai dewasa

sekitar 6-9 bulan (Sipayung dan Sudharto, 1990).

Menurut Kartasapoetra (1987) Tiap induk mampu memproduksi telur

sebanyak 35 sampai 140 butir, telur- telur tersebut akan diletakkan pada sampah,

pada pucuk kelapa yang mati, pada kotoran di antara pelepah dan juga pada takik-

takik tanaman kelapa.

8
B. Gejala Serangan Dan Tingkat Serangan

Serangan dari hama O. rhinoceros ini bisa mengakibatkan kematian pada

tanaman muda. Saat hama ini mengebor pucuk tanaman biasanya juga merusak

bagian daun muda yang belum membuka (janur) sehingga pada waktu daun

terbuka akan terlihat bekas potongan yang simetris yang berbentuk segitiga atau

seperti huruf V. Akibatnya adalah mahkota daun tampak compang camping,

sembraut, tidak teratur, serta tidak indah lagi. Kadang pelepah daunnya putus di

tengah atau ujung daunnya rusak. Ada juga yang putus pada bagian pangkal

pelepah daun akibat serangan hama tersebut (Pracaya, 2010).

Menurut Sudarmo (1989) Ada beberapa tingkat serangan yang umum

dikenal. Kumbang yang menyerang pucuk daun yang belum membuka, dapat

menimbulkan gejala kipas bila kelak daun telah membuka. Apabila menyerang

pangkal daun atau pelepah daun termuda yang belum membuka, pelepah tersebut

terhambat pertumbuhannya atau mati karena patah. Apabila serangannya sampai

pada titik tumbuhnya, tanaman tidak akan membentuk pupus baru dan biasanya

tanaman mati.

Menurut Lubis (2008) Kumbang membuat lubang pada pangkal pelepah

daun muda terutama pada daun pupus. Makin muda bibit yang dipakai semakin

mudah kumbang masuk kedalam. Kumbang akan bertahan didalam sampai

menemukan pupus. Pelepah pupus akan terpotong dan menjadi layu di bagian atas

dan pada situasi seperti ini pupus akan mudah di cabut dari pokok. Pupus baru

yang muncul kemudian akan cacat dan terpotong pada kedua sisinya. Pada

kondisi yang lebih parah adalah pupus muda keluar menyamping dan

9
membengkok kemudian baru tegak. Memang tidak mematikan tenaman tetapi

pertumbuhannya sangat tertekan. Untuk memantau serangan maka perlu diamati

tiap pokok atau sampel pokok untuk melihat luka atau keratan baru.

C. Metode Pengendalian

Pengendaliannya lebih diutamakan kepada pencegahan yaitu menghambat

perkembangan larva pada media hidupnya (breeding site) atau mencegah dan

mengurangi tempat peletakan telur. Hal ini dapat dilaksanakan misalnya seperti di

bawah ini:

1. Memaksimalkan penanaman penutup tanah hinga batang tumbangan dapat

segera tertutup. Sebelum batang tumbangan mulai membusuk hendaknya

sudah tertutup. Untuk itu perlu dicari tanaman penutup tanah yang cepat

menutup. Mucuna cochichinensis kecepatan menutupnya memang baik

tetapi berumur pendek (7-8 bulan) sehingga batang yang telah membusuk

itu akan terbuka kembali. Kombinasi Mucuna sp. Dengan jenis penutup

tanah lainnya yang dapat menggantikan kedudukan Mucuna seperti

Calopogonium caeruleum sangat dianjurkan.

2. Penghancuran batang dengan pembelahan secara mekanis dan

membakarnya merupakan upaya yang baik sekali untuk menghilangkan

media pembiakan (breeding site) sebelum penanaman namun biayanya

akan mahal. Pembelahan batang sesudah penanaman akan merusak

pertumbuhan kacangan.

10
3. Pemberian bahan pengusir seperti kapur barus yang diletakkan pada

batang kelapa sawit yang mulai membusuk ternyata cukup baik untuk

mengusirnya namun cara ini sulit pengontrolannya dan kurang efektif pada

daerah yang banyak hujan (Lubis, 2008).

Sedangkan untuk metode yang dapat dilakukan untuk mengendalikan

hama O. rhinoceros adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian Kimiawi

Pemberantasan secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan

insektisida berbahan aktif karbosulfan. Penyemprotan dikhususkan pada pucuk

tanaman karena pada bagian ini paling disukai oleh kumbang. Aplikasi dapat

dilakukan setiap 1-2 minggu (Susanto, 2010).

2. Pengendalian Mekanik

Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan mengutip (hand

picking) larva maupun kumbang. Larva dapat dikutip dengan membongkar tempat

tempat yang merupakan sarang hama seperti tandan kosong kelapa sawit,

rumpukan batang kelapa sawit, rumpukan serbuk gergaji kayu, kotoran berbagai

hewan ternak dan bahan organik lain. Sedangkan kumbang dapat diperoleh

dengan mencucukkan kawat berpancing kedalam lubang gerekan pada pelepah

(Susanto, 2010).

11
3. Pengendalian Hayati

Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan bantuan senjata

biologis, yakni dengan memanfaatkan agensia pengendali hayati atau bisa disebut

musuh alaminya. Musuh alami O. rhinoceros adalah berbagai macam

mikroorganisme, antara lain adalah jamur entomopatogen Metarrhizium

anisopliae yang dapat menyebabkan mumifikasi pada larva serta Bacolovirus

yang dapat menyebabkan kematian pada larva maupun kumbang (Susanto, 2010).

4. Pengendalian Nabati

Menurut Alamprabu (2013) Pestisida Nabati adalah pestisida yang bahan

aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang

atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan

mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan

cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar

untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida dari bahan nabati

sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama

tuanya dengan pertanian itu sendiri.

Pestisida nabati mempunyai keunggulan dan kelemahan yang diuraikan

sebagai berikut:

Keunggulan pestisida nabati adalah :

1. Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang

menyengat.

2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot.

12
3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa.

4. Menghambat reproduksi serangga betina.

5. Racun syaraf.

6. Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga

7. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap

serangga.

8. Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri.

Kelemahan pestisida nabati :

1. Daya kerjanya relatif lambat.

2. Tidak tahan terhadap sinar matahari.

3. Kurang praktis.

4. Tidak tahan disimpan.

5. Kadang-kadang harus diaplikasikan / disemprotkan berulang-ulang.

D. Tanaman Sirsak (Annona muricata L.)

a. Morfologi Tanaman

Menurut Alamprabu (2013) Sirsak, nangka belanda, atau durian

belanda (Annona muricata L.) adalah tumbuhan berguna yang berasal

dari Karibia, Amerika Tengah danAmerika Selatan.

Sirsak dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan derajat keasaman

(pH) antara 5-7. Jadi, tanah yang sesuai adalah tanah yang agak asam sampai agak

alkalis. Ketinggian tempat antara 100 - 1.000 m di atas permukaan laut lebih

cocok untuk tamanan sirsak.

13
Pada daerah dengan ketinggian 1.000 di atas permukaan laut tanaman sirsak

enggan tumbuh dan berbuah. Suhu udara yang sesuai untuk tanaman sirsak adalah

22 - 320C. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman sirsak antara 1.500 – 3.000

mm/tahun.

Secara morfologis, tanaman sirsak terdiri dari: Daun Berbentuk bulat panjang,

daun menyirip, berwarna hijau muda sampai hijau tua, ujung daun meruncing, dan

permukaan daun mengkilap.Bunga tunggal, dalam satu bunga terdapat banyak putik

sehingga dinamakan bunga berpistil majemuk. Bagian bunga tersusun secara

hemicyclis, yaitu sebagian terdapat dalam lingkaran dan yang lain spiral atau

terpencar. Mahkota bunga yang berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas dua lingkaran,

bentuknya hampir segitiga, tebal, dan kaku, berwarna kuning keputih –putihan, dan

setelah tua mekar dan lepas dari dasar bunganya. Putik dan benang sari lebar dengan

banyak karpel (bakal buah). Bunga keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau

pohon. Bunga umumnya sempurna (hermaprhodit). Tapi terkadang hanya bunga

jantan dan bunga betina saja yang terdapat pada satu pohon. Bunga melakukan

penyerbukan silang, karena umumnya tepung sari matang terlebih dahulu sebelum

putiknya reseptif.

Gambar 3. Tanaman Sirsak (Annona muricata L.)

14
b. Klasifikasi Tanaman

Sistematika dari tumbuhan sirsak adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polycarpiceae
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L.

c. Kandungan Aktif Daun Sirsak

Daun sirsak mengandung alkaloid, tanin, dan beberapa kandungan kimia

lainnya termasuk annonain dan resin serta Annonaceous acetogenins.

Selain itu pada daun sirsak terdapat beberapa senyawa acetogenin, seperti asimin,

bulatacin dan squamosin, jika digunakan dengan konsentrasi tinggi, senyawa

acetogonin bisa berfungsi sebagai antifedant, sedangkan jika senyawa ini

digunakan dalam konsentrasi rendah, bisa menjadi racun perut yang sangat ampuh

untuk membunuh serangga (Alamprabu, 2013.)

E. Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum)

a. Morfologi Tanaman

Menurut Prasetyo (2013) Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika

tanaman tumbuh bebas pada tanah yang subur dan bukan berasal dari bibit

cabutan. Tanaman dari bibit cabutan terkadang mengalami gangguan kerusakan

akar. Jenis akar tunggang pada tanaman tembakau yang subur terkadang dapat

tumbuh sepanjag 0,75 m. Selain akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut dan

15
bulu-bulu akar. Pertumbuhan akar yang lurus,berlekuk, baik pada akar tunggang

maupun pada akar serabut. Banyak sedikitnya perakaran tergantung pada berbagai

macam faktor. Bila pengolahan tanah baik, akar adventif terdapat pada kedalaman

1 cm-30 cm. Akar tumbuh terbanyak pada kedalaman lapisan tanah 15-20 cm dari

permukaan tanah atas (top soil).

Pada pertumbuhan yang normal, batang tembakau dapat tumbuh tegak

dengan bantuan ajir (lanjaran). Tembakau bawah naungan dapat mencapai

ketinggian 4 m karena tanaman mempunyai sifat etiolasi. Batang ada yang

bercabang, Biasanya, tanaman tembakau akan bercabang apabila bagian titik

tumbuhnya terputus (mengalami gangguan saat memasang ajir), sehingga

merangsang pertumbuhan tunas tunas baru. Apabila bagian batang dibelah di

dalamnya terdapat empelur.

Daun tembakau sangat bervariasi, ada yang berbentuk ovalis, obolongus,

orbicularis, dan ovatus. Daun-daun tersebut mempunyai tangkai yang menempel

langsung pada bagian batang. Jumlah daun yang dapat dimanfaatkan (dipetik)

dalam setiap batangnya dapat mencapai 32 helai daun. Ukuran besar kecilnya

daun dan tebal tipisnya berbeda-beda, tergantung jenis daun dan varietas yang

ditanam, kesuburan tanah dan pengolahan.

Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk malai, masing

masing seperti terompet dan mempunyai bagian antara lain Kelopak bunga,

Mahkota bunga, Bakal buah, dan Kepala putik

16
Biji tanaman tembakau mempunyai fungsi generatif, untuk perkembang

biakan tanaman. Biji tembakau sangat kecil sehingga dalam 1cm3 dengan berat

kurang lebih 0,5 g berisi sekitar 6.000 butir biji. Setiap batang dapat menghasilkan

2 g biji.

Gambar 4. Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum)

b. Klasifikasi Tanaman

Sistematika dari tanaman tembakau adalah sebagai berikut:

Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Persontae
Familia : Solanaceae
Subfamilia : Nicotianae
Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotiana tabacum

c. Kandungan Aktif Daun Tembakau

Daun tembakau mengandung saponin, flavonida dan politenol dan

mengandung zat alkaloid nikotin yang sangat ampuh untuk membasmi serangga.

Zat ini juga digunakan sebagai bahan utama insektisida.

17

Anda mungkin juga menyukai