Anda di halaman 1dari 29

HAMA PADA TANAMAN KELAPA DALAM DAN CARA

PENGENDALIANNYA

1. Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros)

Gambar 1. Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros)

a. Klasifikasi

Adapun sistematika dari kumbang badak menurut Kalshoven (1981) adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Coleoptera

Family : Scarabaeidae

Genus : Oryctes

Spesies : Oryctes rhinoceros L.

b. Biologi dan Ekologi

1
Kumbang tanduk O. rhinoceros L. termasuk ke dalam ordo Coleoptera

dengan family Dynastidae. Kumbang tanduk bertelur pada bahan-bahan organik

seperti tempat sampah, daun-daunan yang telah membusuk, pupuk kandang, batang

kelapa, kompos, dan lain-lain.Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan, namun

pada umumnya 4-7 bulan. Imago betina menghasilkan telur 30-70 butir dan menetas

setelah ± 12 hari.Telur berwarna putih dengan garis tengah ± 3 mm, sebelum menetas

membengkak berwarna keabuan (Vandaveer, 2004).

Larva berwarna putih, berbentuk silinder, gemuk dan berkerut-kerut,

melengkung membentuk setengah lingkaran. Kepala keras dilengkapi dengan rahang

yang kuat. Larva berkembang pada kayu lapuk, kompos, dan hampir semua bahan

organik yang membusuk. Batang kelapa sawit dan kelapa adalah tempat yang baik

untuk tempat hidup larva ini (Prawirosukarto, et al., 2003). Larva O. rhinoceros L.

berkaki 3 pasang, larva ini segera memakan bagian tanaman yang masih ada serta

bahan organik yang ada didekatnya. Tahap larva terdiri dari tiga instar, masa larva

instar satu 12-21 hari, instar dua 12-21 hari, dan instar tiga 60-165 hari. Larva

terakhir mempunyai ukuran 10-12 cm, larva dewasa berbentuk huruf C, kepala dan

kakinya berwarna coklat (Mohan, 2006).

Ukuran pupa lebih kecil dari larvanya, kerdil, bertanduk dan berwarna merah

kecoklatan dengan panjang 5-8 cm yang terbungkus kokon dari tanah yang berwarna

kuning. Stadia ini terdiri atas 2 fase: Fase I : selama 1 bulan, merupakan perubahan

bentuk dari larva ke pupa. Fase II : Lamanya 3 minggu, merupakan perubahan bentuk

dari pupa menjadi imago, dan masih berdiam dalam kokon (Suhadirman, 1996). Pupa

berada dalam tanah, berwarna coklat kekuningan berada dalam kokon yang dibuat

2
dari bahan-bahan organik disekitar tempat hidupnya.Pupa jantan berukuran sekitar 3-

5 cm, yang betina agak pendek.Masa prapupa 8-13 hari. Masa kepompong

berlangsung antara 18-23 hari. Kumbang yang baru muncul dari pupa akan tetap

tinggal ditempatnya antara 5-20 hari, kemudian terbang keluar (Prawirosukarto, dkk,

2003).

Kumbang badak ini bisa berumur lebih kurang 2-7 bulan (Pracaya, 1999).

Imago O. rhinoceros L. mempunyai panjang 30-57 mm dan lebar 14-21 mm, imago

jantan lebih kecil dari imago betina.O. rhinoceros L. betina mempunyai bulu yang

tebal pada bagian ujung abdomennya, sedangkan yang jantan tidak berbulu. O.

rhinoceros L. dapat terbang sejauh 9 km (Prawirosukarto, et al, 2003).

c. Manfaat dan Gejala Kerusakan

- Kumbang muncul pada malam hari dan menuju ke mahkota daun dan ujung

batang kelapa kemudian kumbang mengebor sampai ke titik tumbuh

- Bekas gerekannya dapat dilihat dalam terowongan yang dibuat.setelah

melakukan perkawinan dalam terowongan

- Kumbang dewasa masuk kedalam daerah titik tumbuh dan memakan bagian

yang lunak

- Serangan yang mengenai titik tumbuh, tanaman akan mati, tetapi bila makan

bakal daun hanya menyebabkan daun dewasa rusak seperti terpotong gunting

d. Pengendalian

Terdapat berbagai macam cara membasi kumbang kelapa:

3
1. Sanitasi

Salah satu cara mebasmi kumbang kelapa yaitu dengan menggunakan metode

sanitasi, metode ini sangat penting sebab langkah ini berfungsi untuk memutus daur

hidup atau siklus kumbang kelapa supaya tidak terjadi kerusakan atau adanya

serangan pada tanaman sehat lainnya.Sanitasi dilakukan dengan melakukan

pembersihan sarang atau tempat perkembang biakan larva kumbang kelapa yang

sudah mati dan membusuk dengan menebangnya lalu kemudian dimusnahkan

ataupun dijadikan kayu bakar.

2. Mekanis

Cara berikutnya yaitu dengan menggunakan metode mekanis, cara ini

memang memerlukan tenaga yang cukup besar dan memerlukan waktu panjang sebab

harus mengutip dan mengumpulkan kumbang dewasa satu persatu.

3. Teknis

Metode ini harus menutupi semua batang sudah mati atau batang yang tidak

dapat dimanfaatkan kembali dengan menggunakan penutup tanah.Hal ini berguna

untuk mengembalikan nutrisi yang berasal dari tanah.

4. Biologis

Pengedalian menggunakan metode biologis ini dengan memanfaatkan bentuk

kehidupan untuk mengatasi kehidupan lainnya yang merugikan, contohnya

memanfaatkan kapang menggunakan kapang antagonis berupa Metarhizium

Anisoplae untuk mengatasi kumbang kelapa.

Penggunaan kapang antagonis berupa Metarhizium Anisoplae merupakan

salah satu cara menggunakan metode biologis yang efektif dalam pengendali larva

4
kumbang, tidak cuma itu saja kapang ini juga dapat bertugas untuk menginfeksi

kumbang serta dapat mengontrol populasi serangga yang ada di area tanaman kelapa.

5. Kimia

Cara membasmi kumbang kelapa selanjutnya adalah menggunakan metode

kimia, metode ini diperlukan adanya insektisida kimia seperti contohnya furadan

serta lainnya.

2. Kumbang Sagu (Rhynchophorus ferrugineus)

Gambar 2. Kumbang Sagu (Rhynchophorus ferrugineus)

a. Klasifikasi

Kingdom: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Coleoptera

Famili: Curculionidae

Genus: Rhynchophorus

Spesies: R. ferrugineus

5
b. Biologi dan Ekologi

Dalam perkembangannya hama melalui 4 stadia : telur, larva, pupa dan imago,

hama ini hidup dan berkembang di pucuk-pucuk tanaman golongan palmae. Betina

meletakkan telur di sela-sela tajuk kelapa yang basah dan agak membusuk, telur

menetas setelah 7-10 hari, larva yang baru keluar menggerek batang, pucuk dan

pangkal daun muda, umur larva 2 sampai 3 bulan, larva dewasa (instar 3)

menggulung badannya dengan serabut sisa gerekannya hingga menutup tubuhnya.

Setelah seluruh tubuh terbalut jadilah bentuk kokon bulat lonjong,

perkembangan larva menjadi pupa berkisar 2-3 minggu, masa pupa berkisar 2-3

minggu, pupa menjadi imago remaja berkisar 5 sampai 12 hari berada didalam kokon,

umur kumbang dewasa berkisar 3 s/d 5 bulan. kesukaan hama ini untuk meletakkan

kokonnya banyak dijumpai di pangkal-pangkal pelepah daun atau di bekas lubang

gerekan.

Imago remaja setelah siap kawin, akan keluar dari kokon dan terbang mencari

pasangan dan mulai menyerang tanaman kelapa, kumbang dewasa biasanya terbang

dipagi hari sekitar jam 6 sampai jam 8, jika kondisi cuaca redup dan berawan

kumbang nampak di sekitar pucuk kelapa hingga pukul 10.

c. Manfaat dan Gejala Kerusakan

- Adanya lubang-lubang bekas gerekan, baik pada pangkal pelepah, batang

bahkan pucuk

6
- Gerekan yang terlalu dalam sampai keumbut kelapa, yang menyebabkan

kematian, karena umbut yang merupakan titik tumbuh sudah digerek dan

diduga terkontaminasi dengan bakteri sehingga menjadi busuk dan berair

- Hama Rhynchophorushama yang mematikan karena hama ini hidup dan

berkembang biak pada tanaman yang masih segar

d. Pengendalian

Hama ini karena berada di pucuk-pucuk kelapa sehingga pengendalian yang

dapat dilakukan adalah :

1. Mekanis dengan membersikan pohon dari serat yang membalut pelepepah, yang

merupakan tempat peletakan telur hama. Serat-serat disekitar pucuk bila

dibersihkan akan kelihatan luka-luka gerekan yang tertutup serat tersebut,

sehingga kita dapat segera mengambil tindakan menangkap kumbang jika masih

bersarang di dalam lukaluka gerekan.

2. Pemberian jaring-jaring/jala dililitkan pada pucuk kelapa, khusus kelapa yang

belum berbuah lebih mudah untuk memasang jala. Kumbang akan terjerat jala bila

mendatangi pucuk kelapa, maka dengan mudah untuk menangkapnya.

3. Pemberian garam laut di setiap ketiak pelepah daun sepanjang 1 m dari pucuk

kebawah dengan cara ditaburkan.

4. Pemberian Furadan 3 G di di tiga ketiak pelepah daun secara spiral sepanjang 1 m

dari pucuk kebawah dengan dosis ½ sendok makan.

5. lubang-lubang gerekan yang dijumpai dan terdapat sisa gerekan baru ditutup

dengan insektisida

7
6. Dengan perangkap dilakukan dengan seks feromon dan dengan Larutan gula

alcohol

3. Kutu Perisai (Aspidiotus destructor)

Gambar 3. Kutu Perisai (Aspidiotus destructor)

a. Klasifikasi

Ordo : Homoptera,

Family : Diaspididae

genus : Aspidiotus

spesies : Aspidiotus destructor

b. Biologi dan Ekologi

Telur berwarna putih ketika pertama kali diletakkan dan menjadi kuning

setelah beberapa hari. Telur diletakkan di bawah tubuh imago betina. Masa inkubasi

sekitar 7-8 hari. Nimfa jantan mengalami tiga hali ganti kulit dan dua kali pada

nimpha betina. Perkembangan nimfa sekitar 24 hari pada jantan dan lebih lama pada

betina.

8
Setelah menetas, nimpha muda bergerak kepermukaan daun mencari tempat

yang cocok. Setelah menemukan tempat yang cocok, nimfa akan menempel pada

daun dan tidak akan bergerak. Tahap pencarian inang yang cocok biasanya

berlangsung 2-48 jam, tetapi biasanya tidak melebihi 12 jam. Pada tahap kedua,

jantan menjadi cokelat kemerahan dan berbentuk elips sedangkan betina tetap kuning

pucat. Tahap kedua berlangsung selama 5-8 hari untuk jantan dan 8-10 hari untuk

betina.

Imago betina berwarna kuning terang-orange, sedikit bundar dan ditutupi

dengan lapisan tipis semitransparan. Diameter sekitar 1,5-2 mm. Imago jantan jauh

lebih kecil, berbentuk oval dan berwarna kemerahan. Imago jantan dewasa memiliki

sepasang sayap. Siklus hidup betina dari telur hingga awal oviposisi, diperlukan 34-

35 hari sedangkan jantan sekitar 30-35 hari. Ada 8-10 generasi per tahun di daerah

tropis. Seekor imago dapat meletakkan 65-110 telur dengan rata-rata 90 telur yang

berlangsung selama 9 hari.

c. Manfaat dan Gejala Kerusakan

- Hama ini merusak dengan mengisap cairan daun sehingga daun menguning

- Tertutupnya stomata dan pengaruh air liur yang bersifat toksik yang

menyebabkan kematian jaringan/nekrosis

- Serangan parah terlihat jika seluruh daun terserang hama sehingga mahkota

daun akan habis dan tanaman tidak dapat menghasilkan buah yang langsung

menurunkan produksi.

9
d. Pengendalian

1. Fisik

Memangkas semua daun yang terserang lalu membakarnya serta memupuk

tanaman untuk mempercepat pemulihan tanaman.

2. Mekanik

Mengumpulkan semua stadia hama lalu di musnahkan.

3. Biologis

Pengendalian dengan menggunakan musuh alaminya. Kehadiran organisme

lain seperti predator Chilocorus politus (Coleoptera: Coccinellidae) dan Scymnus sp.

(Coleoptera: Coccinellidae), serta parasitoid Comperiella unifasciata Ish.

(Hymenoptera: Encyrtidae) akan menekan populasi hama kutu perisai.

4. Kimia

Menggunakan insektisida jika tanaman kelapa mengalami serangan berat. Jika

tidak mengalami serangan berat maka tidak dianjurkan.

5. Teknik Budidaya

• Sanitasi

Sisa-sisa tanaman, gulma, dan tanaman inang lainnya di sekitar pertanaman

merupakan tempat bertahan hidup hama. Oleh karena itu, pemusnahannya perlu

dilakukan untuk memperkecil sumber inokulum awal

4. Belalang Pedang (Sexava nubila)

10
Gambar 4. Belalang Pedang (Sexava nubila)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Philum : Arthropoda

Class :Insecta

Ordo :Orthoptera

Family : Tettigonidae

Genus : Sexava

Spesies : Sexava nubila

b. Biologi dan Ekologi

Telur yang baru diletakkan sangat tipis kemudian setelah umur 2 hari telur

bentuk dan warna seperti gabah panjang ± 12 mm, lebar 2 mm mempunyai lekuk

memanjang pada sisinya. Telur tua berukuran 13 mm dan lebar 3 mm. Stadia telur

Sexava spp. antara 45 – 50 hari.

Nimfa hama Sexava spp. yang baru menetas panjang ± 12 mm, panjang

antenna 9 mm dan berwarna hijau atau hijau kemerahan. Stadia nimfa ± 70 hari,

11
nimfa yang baru menetas biasanya akan langsung memanjat ke atas tanaman kelapa

atau tanaman inang lainnya. Nimfa biasanya menetap pada pohon kelapa atau

tanaman inang lainnya sampai sayapnya tumbuh sempurna.

Imago Sexava spp. biasanya berwarna hijau, coklat dan hijau kecoklatan.

Imago betina memiliki alat peletak telur (ovipositor) yang berbentuk pedang

pangkalnya berwarna hijau bagian tengah coklat sedangkan ujung berwarna hitam

sehingga hama ini disebut belalang pedang. Imago betina panjang antara 9,5 – 10,5

cm panjang ovipositor antara 3 – 4,5 cm dan imago jantan antara 6 – 9,5 cm, imago

jantan tidak mempunyai ovipositor. Nimfa dan imago aktif pada malam hari, waktu

makan mengeluarkan bunyi yang gemuruh. Siang hari bersembunyi dibawah daun.

Belalang jantan mengeluarkan bunyi yang nyaring sehingga disebut juga walang

kerik.

c. Manfaat dan Gejala Kerusakan

- Nimfa dan imago hama Sexava spp. memakan daun tanaman kelapa dari

pinggir meninggalkan bekas gigitan yang tidak rata

- Serangan dimulai dari pelepah yang paling bawah sebelum daun di bagian

bawah habis di makan maka hama Sexava spp. tidak akan pindah ke daun

sebelah atasnya.

- Pada serangan berat yang tertinggal hanya beberapa pelepah pucuk,

sedangkan daun – daun di bagian bawah tinggal lidinya saja

d. Pengendalian

1. Fisik

12
Pengolahan tanah untuk bercocok tanam tanaman kelapa.

2. Mekanik

Mekanis yaitu memusnahkan telur dan nimfanya, menangkap belalang (di

Sumatra dengan perekat dicampur Agrocide, Lidane atau HCH, yang dipasang

sekeliling batang) untuk menghalangi betina bertelur dipangkal batang dan

menangkap nimfa yang akan naik ke pohon.

3. Biologis

Biologis yaitu dengan menggunakan parasit telur Leefmansia bicolor yaitu

parasitoid yang potensial untuk dikembangkan, namun dalam aplikasi di lapangan

tingkat keberhasilan cukup bervariasi, tergantung kondisi lingkungan, pola tanam,

frekuensi aplikasi parasit dan perlakuan lainnya yang diberikan pada tanaman.

4. Kimia

Kimia yaitu menyemprot dengan salah satu atau lebih insektisida, seperti

BHC atau Endrin 19,2 EC 2cc/liter air, menyemprotkan disekitar pangkal batang

sampai tinggi 1 meter, tanah sekitar pangkal batang diameter 1,5 m 6 liter/pohon.

Insektisida lain yang dapat digunakan : Sumition 50 EC, Surecide 25 EC, Basudin 90

EC atau Elsan 50 EC.

5. Teknik Budidaya  

Kultur teknis yaitu menanam tanaman penutup tanah dengan sanitasi kebun

dan menggunakan tanaman sela kacang tanah, jagung dan tanaman penutup tanah

seperti Arachis pintoi

5. Ulat Api (Setothosea asigna)

13
Gambar 5. Ulat Api (Setothosea asigna)

a. Klasifikasi

Klasifikasi ulat api di klasifikasikan sebagai berikut:

Phylum : Arthropoda

Klass : Insekta

Ordo : Lepidoptera

Family : Limacodidae

Genus : Setothosea

Spesies : Setothosea asigna

b. Biologi dan Ekologi

Untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya, ulat api dari jenis Thosea asigna

Mr. membutuhkan waktu  antara 86 sd 109 hari dengan periode larva  antara 45 sd 59

hari. Larva Thosea asigna Mr. berwarna hijau kekuning-kuningan dan memiliki garis

lebar memanjang dengan 3 bercak coklat atau ungu abu-abu.

14
Setelah menetas, larva T. asigna muda yang masih dalam instar 1 membentuk

koloni dan memakan hanya bagian bawah epidermis daun saja. Setelah mencapai

instar 4, larva mengisolasikan diri dan memakan semua bagian daun hingga jumlah

yang sangat besar, yakni 4-5 helai daun. Pada kelapa, ulat api jenis ini umumnya

tersebar pada pelepah daun ke 9 sampai 25 dari duduk daun.

c. Manfaat dan Gejala Kerusakan

- Serangan dimulai dari daun bagian bawah.

- Larva akan memakan helaian daun mulai dari tepi hingga helaian daun yang

telah berlubang habis, tinggal menyisakan tulang daun atau lidi. Bagian daun

yang disukai ulat api adalah anak daun pada ujung pelepah.

d. Pengendalian

1. Fisik

Memangkas semua daun yang terserang lalu membakarnya serta memupuk

tanaman untuk mempercepat pemulihan tanaman.

2. Mekanik

Mengumpulkan semua stadia hama (telur, larva, pupa dan imago) lalu di

musnahkan.

3. Biologis

Pengendalian menggunakan virus merupakan pilihan yang baik dalam

menanggulangi hama ini dibandingkan dengan menggunakan insektisida sistemik.

Virus MNPV (Multi-Nucleo Polyhydro Virus) untuk ulat api Thosea sp.

diaplikasikan dengan cara menyemprot daun kelapa (hanya 10-20 % pohon

15
terserang), karena virus dapat menular dari satu pohon ke  pohon lainnya. Larva yang

terinfeksi virus harus segera disimpan dalam lemari es, setiap spesies ulat api

mempunyai virus tersendiri (khusus) oleh karena itu virus dari suatu spesies tidak

dapat digunakan untuk  membunuh ulat dari spesies yang lain.

4. Kimia

Penggunaan kimia hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir, yakni  apabila

ditemukan lebih dari 30 ekor larva muda pada setiap pelepah, dan tidak tersedia virus.

Menggunakan insektisida sistemik yang direkomendasikan.dengan cara infus akar

atau injeksi batang sebanyak 15-20 ml/pohon. Pada pohon kelapa yang berumur ≤ 10

tahun dilakukan infus akar, sedangkan yang berumur > 10 tahun dilakukan injeksi

batang (bor batang).

5. Teknik Budidaya

Sanitasi :

Membersikan pohon dari serat yang membalut pelepepah, yang merupakan

tempat peletakan telur hama. Serat-serat disekitar pucuk bila dibersihkan akan

kelihatan luka-luka gerekan yang tertutup serat tersebut.Membersihkan daun-daun

yang terserang hama dan langsung dibakar.

6. Ulat artona (Artona satoxantha)

16
Gambar 6. Ulat artona (Artona satoxantha)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Order : Lepidoptera

Family : Aididae

Genus : Artona

Spesies : Artona catoxantha

b. Biologi dan Ekologi

Telur ulat artona berwarna kuning, berbentuk bulat lonjong, dengan panjang

2,5 mm dan lebar 1,0 mm. Telur biasa diletakan oleh imago betina (kupu-kupu

dewasa) di luka bekas gerekan kumbang Oryctes pada batang tanaman. Imago betina

dapat bertelur sebanyak 500 butir setiap kali bereproduksi. Telur akan menetas

menjadi larva pada usia 3-4 hari setelah diletakan.

Stadia larva berlangsung selama 17-22 hari, warna larva putih kekuningan,

jernih dan berukuran 11-12 mm. Pada bagian punggung terdapat garis yang lebar dan

17
memanjang berwarna hitam ungu, disebelah garis tebal terdapat garis kecil. Larva

memiliki kepala yang berwarna kuning kemerahan, tubuh larva bagian depan

berukuran lebih besar daripada tubuh bagian belakang.

Stadia pupa berlangsung antara 10-12 hari, pupa yang masih muda berwarna

kekuning-kuningan, sedangkan pupa yang sudah tua berwarna merah sauh karena

tertutup oleh lapisan kulit kokon.pupa memiliki ukuran panjang berkisar antara 12-14

mm dan lebar 6-7 mm.

Kupu-kupu artona berukuran panjang 10-15 mm dengan jarak antar sayap

(lebar) 13-16 mm. Sayap biasanya berwarna hitam merah hingga hitam kecoklat-

coklatan.Pada bagian kuduk, kupu ini memiliki semacam sisik berwarna kuning.Sisik

tersebut juga ada pada bagian bawah dan pinggir sayapnya.Kupu-kupu artona duduk

dengan ke dua kakinya sepanjang hari. Kupu-kupu ini duduk berjajar bersama

sejenisnya pada  anak daun kelapa yang menggantung atau pada pohon lain. Kupu-

kupu hanya bergerak dan aktif pada pagi dan sore hari.Kupu-kupu betina biasanya

lebih aktif dengan mengitari beberapa pohon kelapa untuk mencari kupu-kupu jantan

untuk dibuahi. Biasanya setelah dibuahi, 2 hari kemudian kupu-kupu betina akan

bertelur dan meletakan telurnya pada lubang-lubang bekas gerekan kumbang Oryctes.

c. Manfaat dan Gejala Kerusakan

- larva Artona biasanya merusak daun kelapa tua, sedangkan larva yang baru

menetas akan merusak daun dari permukaan bawah, sehingga timbul bintik-

bintik luka.

18
- Larva melukai daun hanya sampai batas lapisan epidermis atas, sehingga

lapisan yang ditinggalkan mudah kering dan selanjutnya dengan gejala

berbentuk garis yang semakin lama semakin luas.

- Serangan yang berat menyebabkan helaian daun habis, bahkan dalam keadaan

tertentu tinggal lidinya saja.

d. Pengendalian

Upaya pengendalian yang perlu dilakukan untuk menurunkan populasi

serangan hama A. catoxantha dapat dilakukan dengan cara yaitu :

1. Secara mekanis yaitu melakukan pemangkasan semua daun kelapa dengan hanya

meninggalkan 3–4 lembar daun muda. Cara ini dilakukan jika pada 200-300

sampel pohon ditemukan bahwa dua pelepah dalam pohon kelapa terdapat larva

Artona dari 4 stadium. Pemangkasan dilakukan setelah larva Artona mencapai

panjang 8 mm untuk memberi kesempatan kepada parasit untuk berkembang biak

terlebih dahulu. Larva Artona akan menjadi kupu-kupu dalam waktu 2 minggu

sehingga pemangkasan harus sudah selesai dalam jangka waktu tersebut.

2. Secara biologis/hayati yaitu dengan musuh alami seperti Apanteles sp. (tawon

kemit), Cadursia leefmansia, dan Euplectromorpha viridiceps (tabuhan parasit).

3. Secara kimiawi yaitu dilakukan dengan memberikan insektisida sistemik melalui

pengeboran batang atau pemotongan akar, untuk tanaman yang masih rendah

dilakukan penyemprotan tajuk.

7. Ulat Pemakan Bunga (Tirathaba rufiven)

19
Gambar 7. Ulat Pemakan Bunga (Tirathaba rufivena)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthopoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Pyralidae

Genus : Tirathaba

Spesies : T. rufivena

b. Biologi dan Ekologi

Telur diletakkan pada tandan buah betina yang sudah mulai membuka

seludangnya, meskipun dapat juga dijiumpai pada semua tingkat umur tandan buah.

Telur akan menetas dalam waktu sekitar 4 hari.

Larva biasanya dijumpai pada bunga betina, bunga jantan dan tandan

buah.Larva muda berwarna putih kotor, sedangkan larva dewasa berwarna coklat

muda sampai coklat tua.Larva tua panjangnya 4 cm dan ditumbuhi dengan rambut-

20
rambut panjang yang jarang.Larva tersebut memakan putik bunga dan daging buah

kelapa sawit. Stadia ulat berlangsung selama 16-21 hari atau antara 2-3 minggu yang

terdiri dari 5 instar. Menjelang berkepompong larva membentuk kokon dari sisa

gerekan dan kotorannya yang direkat dengan benang liur pada tandan buah yang

diserang.

Pupa kemudian berubah menjadi imago. Pada sayap depan imago terdapat

bercak kecil berwarna hijau, sedangkan pada bagian belakang sayap terdapat bercak

berwarna coklat muda kekuningan. Imago betina mempunyai ukuran sayap lebih

besar yaitu 24 mm, sedangkan imago jantan ukuran sayapnya lebih kecil dari 24mm.

Pupa berwarna coklat gelap dan stadia pupa berlangsung sekitar 5-10 hari atau sekitar

1,5 minggu, sedangkan stadia imago berlangsung selama 9-12 hari sehingga total

siklus hidupnya adalah lebih kurang 1 bulan.

c. Manfaat dan Gejala Kerusakan

- Bunga jantan berlubang-lubang lebih banyak dari bunga betina

- Buah yang baru kadang berlubang-lubang

- Banyak kotoran ulat

- Bunga-bunga jantan gugur dankotoran-kotoran lain melekat menjadi satu

bergumpal-gumpal kecil

- Bongkol bunga penuh kotoran dan berbau busuk

d. Pengendalian

Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama T. rufivena:

1. mengumpulakn bunga-bunga yang terserang dan membakarnya

21
2. pemotongan mayang dan membakarnya

3. membersihan pangkal daun kelapa dari pupa dan larva

4. menggunakan parasit hama yaitu Telenomus tirathabae yang merusak telur

6%, Apanteles Tirathabae membinasakan ulat muda 18-40%, lalat parasit

Eryciabasivulfa membunuh ulat 6-3%, parasit kepompong Melachnineumon

muciallae, Trichhospilus pupivora dan Anacryptus impulsator masing-masing

mempunyai daya bunuh 10%, 2 % dan 3,5 %. Sejenis cecopet yaitu Exypnus

pulchripenneis memakan ulat hidup-hidup

5. menggunakan insektisida Sevin 85 S dengan menyemprotkan pada bagian

bunga dan bagian pangkal daun.

8. Tikus (Ratus tioomanichus)

Gambar 8. Tikus (Ratus tioomanichus)

a. Klasifikasi

Kelas                     : Mammalia

Subkelas                : Theria

Infra Kelas             : Eutheria

22
Ordo                      : Rodentia

Subordo                 : Myomorpha

Famili                    : Muridae

Subfamili               : Murinae

Genus                   : Rattus

Spesies                  : Rattus tioomanichus

b. Biologi dan Ekologi

Tikus pohon memiliki tubuh berbentuk silindris, memiliki ciri-ciri panjang

ekor 180–250 cm lebih panjang dibandingkan dengan kepala dan badan (130-200

cm), tubuh bagian dorsal beruban halus berwarna kehijauan, dan bagian ventralnya

berwarna abu-abu pucat dengan ujung putih (Priyambodo, 2003). Menurut Aplin et al

(2003) tubuh bagian dorsal berwarna coklat kekuningan dan bagian ventralnya

berwarna krem. Hewan betina memiliki puting susu lima pasang yaitu dua pasang

pektoral dan tiga pasang inguinal, tekstur rambut agak kasar, bentuk hidung kerucut,

serta warna ekor bagian atas dan bawah coklat hitam (Priyambodo, 2003).

c. Manfaat dan Gejala Kerusakan

- Serangan hama tikus ditandai dari adanya bagian tanaman yang berkarat,

khususnya pada bagian pangkal batang.

- Merusak bunga kelapa, baik bunga jantan maupun bunga betina. Akibatnya

tanaman tidak bisa menghasilkan buah sehingga menyebabkan kerugian yang

amat besar

23
- Tikus sering menyerang bibit kelapa, tanaman belum menghasilkan, tanaman

menghasilkan, memakan serangga penyerbuk bunga kelapa, dan

menyebabkan masuknya padogen sekunder melalui bekas luka

d. Pengendalian

1. Fisik

Mengubah faktor lingkungan fisik menjadi di atas atau di bawah batas

toleransi tikus.

2. Mekanik

- Perangkap; Livetrap, deadtrap, snaptrap,

- breakbacktrap, pitfalltrap

- Penghalang/barrier/proofing

- Berburu, Blanketing, krompyangan, gropyokan

3. Biologis

- Predator, seperti:Burung hantu (Tyto alba), kucing (Felis catus), ular sawah

(Ptyas koros).

- Predator tikus yang lain seperti anjing (Canis familiaris), Musang (Paradoxurus

hermahroditus), dan garangan (Herpestes javanicus).

- Patogen, seperti: Protozoa Sarcocystis singaporensis, bateri  Trypanosoma evansi,

dan nematoda Nippostrongilus brassiliensis

4. Kimia

- Umpan beracun (rodentisida)

- Fumigan (asap beracun)

24
- Atraktan dan repelen

- Kemosterilan (bahan pemandul)

5. Teknik Budidaya

•  Pengendalian Kultur Teknis

Prinsipnya →Membuat lingkungan yang tidak mendukung bagi kehidupan

dan perkembangan populasi tikus.

Contoh: pengaturan pola tanam, waktu tanam, jarak tanam, dll. Cocok pada tanaman

semusim, sangat susah diterapkan pada kebun kelapa.

•  Sanitasi

Prinsip sanitasi untuk Membersihkan sarang dan tempat persembunyian

tikus.Sanitasi kebun dapat dilakukan terhadap :

- Tumpukan kayu sisa tebangan pohon-pohon tua pada areal bukaan baru atau areal

peremajaan.

- Gulma di sekitar pertanaman dan tumpukan pelepah.

- Perlu diperhatikan agar pembersihan ini tidak mengganggu kacangan penutup tanah

(KPT).

9. Bajing Kelapa (Callosciurus notatus)

25
Gambar 9. Bajing Kelapa (Callosciurus notatus)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Sciuridae

Genus : Callosciurus

Spesies : Callosciurus notatus

b. Biologi dan Ekologi

Bajing kelapa umumnya memiliki panjang badan adalah 160-218 mm dan

panjang ekor mencapai 120-210 mm, ekor berwarna coklat, dan panjang kaki 44

mm. Berat badannya antara 150 – 292 gram. Tubuh bagian atas berwarna kelabu

gelap dengan ujung bulu berwarna terang. Umumnya terdapat bintik-bintik halus

kecoklatan. Bagian bawah tubuhnya dari gelap sampai terang, tetapi selalu

kemerahan atau jingga dan tidak pernah abu-abu. Salah satu sub spesies mempunyai

tungkai kaki bagian bawah berwarna keabu-abuan. Bagian sisi pada rusuk berwarna

coklat kemerahan pucat dan hitam.

Bajing kelapa bersifat poligami, dimana satu jantan dapat mengawini

maksimal 4 betina. Lama waktu hidup sekitar 9 tahun 7 bulan. Bajing betina yang

telah dikawini akan mengandung selama 40 hari dengan jumlah anak sebanyak 1-4

tiap kelahiran. Siklus reproduksi ini dapat terjadi sepanjang tahun. Bajing ini

26
umumnya soliter namun terkadang ditemukan berada dalam kelompok kecil. Bajing

ini sering ditemukan berkeliaran di cabang dan ranting pohon dan melompat antara

pelepah daun di kebun-kebun kelapa dan kebun lainnya. Bajing melakukan aktivitas

makan dan pergerakan pada lapisan kanopi bawah dan tengah serta beristirahat pada

lapisan kanopi atas.

c. Manfaat dan Gejala Kerusakan

- Hama bajing kelapa dapat menurunkan produksi dengan cara melubangi dan

memakan buah kelapa yang masih muda maupun yang tua dan dapat merusak

tajuk

- bajing pada buah kelapa tampak terbentuknya lubang yang cukup lebar dan

tidak teratur dekat dengan ujung buah

d. Pengendalian

Dalam menekan perkembangan hama bajing kelapa (C. notatus) yang

menyerang tanaman kelapa dapat dilakukan dengan berbagai macam. cara

pengendalian antara lain :

1. Sanitasi dengan melakukan perawatan kebun dengan membersihkan tempat-

tempat yang menjadi sarang bajing kelapa.

2. Pemanfaatan musuh alami predator dari golongan karnivora seperti anjing,

serigala, burung hantu, burung elang, rakun, musang dan ular (Tamura dan Yong,

1993).

3. Pengendalian secara mekanis yaitu pengendalian dengan menggunakan alat

perangkap, berburu, gropyokan dan umpan-umpan beracun (Setyamidjaya, 1986)

27
4. Pengendalian secara kimia merupakan alternatif terakhir yaitu menggunakan

rodentisida dan kemosterilan sebagai bahan pemandul.

28
DAFTAR PUSTAKA

Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru Va Hoeve,

Jakarta. 701pp.

Setyamidjaya D. 1986. Bertanam Kelapa Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.

Tamura, N.H. Young. 1993. Vocalizations in response to predators in three species of

Malaysian Callosciurus (Sciuridae). Journal of Mammalogy, 74 (3) :

703–714.

29

Anda mungkin juga menyukai