Anda di halaman 1dari 9

DIPTERA

Pengertian dan Ciri-Ciri

Diptera merupakan salah satu otrdo serangga yang mempunyai banyak

anggota, terdapat dimana-mana dalam jumlah yang besar. Jenis serangga ini dapat

dengan mudah dibedakan dengan serangga lain karena mereka hanya mempunyai

satu pasang sayap yang bersifat membranus. Sayap belakang sangat kecil,

membentuk suatu embelan kecil yang disebut halter. Alat-alat mulutnya

bervariasi, ada yang bertipe menusuk dan mengisap (piercing-sucking),

memotong dan menyerap(cutting-sponging), dan membasahi dan menyerap

(sponging) serta tanpa palpus labial. Mata majemuk besar, mesotoraks besar, tarsi

bersegmen 5 dan tanpa sersi

Sebagian besar diptera mempunyai ukuran tubuh yang kecil dan lembut.

Metamorfosanya sempurna, larva pada umumnya tidak mempunyai tungkai.

Anggota dari sub ordo Nematocera mempunyai kepala yang berkembang baik dan

mandibelnya berbentuk lateral. Pada family-famili yang lebih tinggi, yaitu pada

sub ordo Brachycera dan Cyclorrharpa, kepala larva lebih kecil dan alat-alat mulut

bergerak secara vertical. Bentuk larva ini disebut maggot. Larva dipteral ini hidup

dalam berbagai habitat yang berair atau basah. Sebagian larva hidup sebagai

predator dalam air. Banyak anggota ordo dipteral yang mempunyai arti penting

bagi manusia karena dapat menghisap darah manusia atau burung dan hewan

peliharaan lainnya serta dapat menjadi vector penyakit.


Beberapa Contoh dari Ordo Diptera :

1. Lalat Penggorok Daun (Liriomyza spp)

Hama pengorok daun (Liriomyza spp.) dalam taksonomi serangga secara

umum diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia; Philum :

Arthropoda; Kelas : Insekta; Order : Diptera; Famili : Agromyzidae; Genus :

Liriomyza spp.

Lalat pengorok daun dapat diidentifikasi melalui panjang tubuhnya, yakni

antara 1,7 - 2,3 mm. Sebagian besar tubuhnya berwarna hitam mengkilap, kecuali

skutelum dan bagian samping toraks serta bagian tengah berwarna kuning.

Telurnya berwarna putih bening, berukuran 0,28 mm x 0,15 mm. Larva berwarna

putih susu atau putih kekuning-kuningan, dan yang sudah besar berukuran ± 3,5

mm. Pupa berwarna kuning keemasan hingga coklat kekuningan berukuran 2,5

mm. Imago lalat pengorok daun berukuran sekitar 2 mm. Bagian dorsal berwarna

gelap, namun skutelumnya kuning terang. Imago betina Liriomyza spp. memiliki

ovipositor yang berkembang sempurna, ovipositor merupakan ciri pembeda

dengan lalat jantan. Lalat betina membuat beberapa tusukan, pada bagian atas

permukaan daun yang diawali pada daun bagian atas.


Gejala Serangan :

Gejala serangan lalat pengorok daun pada tanaman mudah dikenali dengan

adanya liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun.

Apabila liang korokan tersebut dibuka, akan terlihat larva yang aktif bergerak.

Larva hidup dan makan di dalam liang korokan. Pada satu helaian daun dapat

dijumpai lebih dari satu liang korokan. Pada serangan lanjut, warna liang korokan

berubah menjadi kecoklatan, daun layu, dan gugur. Imago lalat pengorok daun

menusukkan opivositornya pada daun-daun muda, walaupun gejala juga muncul

pada daun-daun yang muncul berikutnya. Jumlah dan umur daun mempengaruhi

kerapatan larva pada tanaman.

Kerusakan yang disebabkan oleh Liriomyza spp. pada tanaman dibedakan

menjadi dua, yakni kerusakan langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung

disebabkan oleh perilaku makan larva. Aktivitas larva dapat menurunkan

kapasitas fotosintesis. Perilaku makan larva dimana kerokan larva menyurupai

terowongan kecil dan meliuk-liuk seperti gerakan ular yang di dalamnya bersisi

larva. Korokan larva instar-1 sulit di pantau dengan matan telanjang, kecuali

korokan tersebut sudah mengering. Kerokan larva bisa tampak dari permukaan

bagian atas maupun bagian bawah daun.kerokan larva instar -2 dan 3 masing-

masing 3.4 kali dan 7.7 kali lebih lebar dibandingkan instar-1.
Pengendalian :

Ada beberapa cara pengendalian hama Liriomyza spp. Pengendalian

Liriomyza dapat dilakukan dengan :

a. Penggunaan varietas tahan.

b. Kultur tehnis,teknik pengendalian lalat pengorok daun secara kultur teknis

antara lain dilakukan dengan pemasangan mulsa plastik, penanaman serentak, dan

pergiliran tanaman.

c. Penggunaan Insektisida berspektrum luas masih sering digunakan untuk

mengendalikan lalat pengorok daun. Di Indonesia, untuk mengatasi lalat pengorok

daun, petani sayuran umumnya melakukan aplikasi insektisida setiap minggu,

bahkan kadang-kadang seminggu dua kali.

d. Pengendalian hayati yaitu penggunaan musuh alami untuk mengendalikan

hama pengorok daun, yakni dengan pemanfaatan parasitoid.

2. Lalat Buah Drosophila melanogaster

Lalat buah dalam taksonomi serangga secara umum diklasifikasikan sebagai

berikut : Kingdom : Animalia; Philum : Arthropoda; Kelas :

Insekta; Order : Diptera; Famili : Drosophilidae Genus : Drosophilla; Spesies :

Drosophila melanogaster

Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan

di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah
menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan

50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. Telur

Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang

mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar

dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar

yang keras dari telur tersebut (Borror, 1992).

Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan

menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada

trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan

posterior.

Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek,

kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar

4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki.

Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada

stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva

berganti menjadi lalat dewasa.

Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan

dorman yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult

(sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk

perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa.

Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia

sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan

sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah
berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak

dari lalat buah jantan.

Gejala Serangan :

Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang dapat

ditemukan di buah-buahan busuk. Serangan dari hama ini dapat dilihat dengan

adanya lubang bekas lalat meletakkan telur nya pada daging buah, lalu terdapat

banyak larva dalam daging buah yang menggerek buah hingga membusuk.

Pengendalian :

Secara mekanis, pengendalian dapat dilakukan dengan cara pengutipan

buah-buah yang terserang, lalu memusnahkannya dengan cara membakarnya.

Untuk buah-buah yang belum terserang, ada baiknya dilakukan pembungkusan

dengan menggunakan kantong plastic untuk mencegah lalat betina meletakkan

telurnya pada buah.

Pengendalian juga dapat dilakukan dengan penggunaan perangkap

feromon dan yellow trap. Perangkap diletakkan di salah satu cabang pohon. Untuk

perangkap feromon, yang ditarik adalah serangga jantan. Sementara untuk Yellow

trap yang ditarik adalah serangga betina, karena warna kuning dianggap sama

dengan warna buah yang matang, sehingga merangsang betina untuk

mendatanginya.

Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan cara penyemprotan

insektisida khusus untuk lalat buah.


3. Ganjur Orseolia oryzae

Ganjur dalam taksonomi serangga secara umum diklasifikasikan sebagai

berikut : Kingdom : Animalia; Philum : Arthropoda;

Kelas : Insekta; Order : Diptera; Famili : Cecidomylidae Genus : Orseolia;

Spesies : Orseolia oryzae

Banyaknya telur yang dihasilkan oleh sekor ganjur berkisar antara 100-

200 butir. Telur diletakkan pada permukaan bawah daun dalam kelompok

ataupun tunggal. Telur menetas pada hati ketiga setelah peletakan dam

viabilitasnya mencapai 83%.

Stadium larva terdiri dari 3 instar. Insta pertama dan kedua dapat

dibedakan berdasarkan banyaknya duri pada ruas tubuh ke 12 dan 13. Larva

instar ketiga dicirikan oleh adanya spatula sterna berbentuk huruf “Y” pada

ruas tubuh kedua dan ketiga. Warna tubuh putih susu, spatula coklat.

Permukaan larva licin dan tak berambut.

Stadium prapupa merupakan stadium peralihan menuju pupa. Lama

stadium pupa adalah 8-8.5 hari. Serangga dewasa keluar dari dalam pupa

pada malam hari. Lama hidup imago relative singkat yaiu antara 1 hingga 2

hari.

Gejala Serangan :

Hama ganjur merupakan hama utama pada tanaman padi. Serangan hama ini

intensitas tinggi terutama terjadi pada tanaman padi di musim hujam.

Serangan berat dapat mennyebabkan kehilangan hasil mencapai 67% daripada

hasil gabah kering.


Pengendalian :

Pengendalian hama ganjur dapat dilakukan secara biologi, yakni

pemanfaatan musuh alami yakni parasitoid. Dilaporkan terdapat 3 jenis

parasitoid bagi hama ganjur, yakni Pengendalian hama ganjur dapat

dilakukan secara biologi, yakni pemanfaatan musuh alami yakni parasitoid.

Dilaporkan terdapat 3 jenis parasitoid bagi hama ganjur, yakni Platygaster

oryzae (Hymenoptera : Platygasteridae), Neanastatus oryzae (Hymenoptera :

Eupelmidae), dan Obtusiclava oryzae (Hymenoptera : Pteromalidae).

Sedangkan jenis pengendalian lainnya adalah dengan mengatur cara

bercocok tana, penggunaan varietas tahan, serta pemakaian insektisida

karbofuran dan kuinalfos.


DAFTAR PUSTAKA

Adriana, 2010. Laporan Siklus Hidup Lalat Buah Drosophilla sp. Jurusan
Pendidikan Biologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Jakarta

Reksosoesilo, E.S., 1985. Biologi Tiga Parasit Penting Hama Ganjur Sebagai
Dasar Pengelolaan Hama Tersebut. Skripsi. IPB Press, Bogor

Sember, D.T., 2010. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, Andi, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai