PENDAHULUAN
Latar Belakang
minyak per ha yang paling tinggi dari penghasil minyak nabati lainnya. Indonesia
Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan
Budidaya kelapa sawit pada saat ini menghadapi berbagai kendala, salah
satu diantaranya yaitu adanya gangguan hama dan penyakit. Beberapa jenis hama
penting yang menyerang tanaman kelapa sawit misalnya hama babi, tikus,
kumbang tanduk, maupun hama ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
(Daeli, 2010).
Ulat pemakan daun kelapa sawit merupakan hama utama pada perkebunan
kelapa sawit. Ada dua kelompok UPDKS yang penting yaitu ulat api dan ulat
kantong. Beberapa jenis hama ulat api yang menyerang tanaman kelapa sawit
sehingga dapat menurunkan produksi secara signifikan antara lain ulat api
Setathosea asigna, Darna trima, Setora nitens, ulat kantong Mahasena corbetti
Ulat api merupakan salah satu hama penting tanaman kelapa sawit.
Terdapat banyak spesies ulat api yang menyerang pertanaman kelapa sawit di
Sumatera Utara antara lain: Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima,
pada Bulan Januari 2013, terdapat eksplosif serangan hama ulat api di perkebunan
2
kelapa sawit milik petani di Dusun X Desa Bandar Manis Desa Kuala Beringin
Kecamatan Kualuh Hulu dengan luas serangan berat ±50 Ha dan ringan 100 Ha
Ulat kantong merupakan hama yang menyeang daun kelapa sawit baik pada
Tanaman pada semua umur rentan terhadap ulat kantong, ulat pada stadia muda
akan memakan epidermis permukaan atas daun, sehingga apabila populasi ulat ini
Tujuan Praktikum
kerusakan yang ditimbulkan hama tanaman kelapa sawit pada tanaman inang di
Laboratorium.
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
TINJAUAN PUSTAKA
berwarna kuning kehijauan, berbentuk oval, sangat tipis dan transparan. Telur
diletakkan berderet 3-4 baris sejajar dengan permukaan daun sebelah bawah,
biasanya pada pelepah daun ke 6-17. Satu tumpukan telur berisi sekitar 44 butir
dan seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur 300-400 butir. Telur
bagian punggungnya. Selain itu di bagian punggung juga dijumpai duri-duri yang
kokoh. Ulat instar terakhir (instar ke-9) berukuran panjang 36 mm dan lebar 14,5
mm. Stadia ulat ini berlangsung selama 49-50,3 hari (Satriawan, 2011).
piringan atau pangkal batang kelapa sawit. Kepompong diselubungi oleh kokon
yang terbuat dari air liur ulat, berbentuk bulat telur dan berwarna coklat gelap.
rentangan sayapnya 41 mm dan 51 mm. Sayap depan berwarna coklat tua dengan
Gejala Serangan
Ulat yang baru menetas hidup berkelompok, mengikis daging daun dari
Pada instar 2-3 ulat memakan daun mulai dari ujung ke arah bagian pangkal daun
selama perkembangannya, ulat berganti kulit 7-8 kali dan mampu menghabiskan
Pengendalian
Beberapa teknik pengendalian ulat api yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
Eocanthecona sp
Telur hampir sama dengan telur S. asigna hanya saja peletakan telur antara
satu sama lain tidak saling tindih. Telur menetas setelah 4 – 7 hari
(Susanto, 2005).
adanya satu garis membujur di tengah punggung yang berwarna biru keunguan.
Perilaku ulat ini sama dengan ulat S. asigna dan stadia berlangsung sekitar 50 hari
(Prawirosukarto, 2003).
permukaan tanah sekitar piringan atau di bawah pangkal batang kelapa sawit.
Ngengat jantan berukuran 35 mm dan yang betina sedikit lebih besar. Sayap
depan berwarna coklat dengan garis-garis yang berwarna lebih gelap. Ngengat
aktif pada senja dan malam hari, sedangkan pada siang hari hinggap di pelepah-
pelepah tua atau pada tumpukan daun yang telah dibuang dengan posisi terbalik
Gejala Serangan
mengikis daun mulai dari permukaan bawah daun kelapa sawit serta
meninggalkan epidermis daun bagian atas. Bekas serangan terlihat jelas seperti
6
terserang berat akan mati kering seperti bekas terbakar.Mulai instar ke 3 biasanya
ulat memakan semua helaian daun dan meninggalkan lidinya saja dan sering
Ambang ekonomi dari hama ulat api untuk S. asigna dan S. nitens pada
berumur tujuh tahun ke atas dan lima ekor larva untuk tanaman yang lebih muda
Pengendalian
Beberapa teknik pengendalian ulat api yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
Eocanthecona sp
Telur ulat kantong menetas di dalam kantong, jumlah telur ulat kantong ini
dapat mencapai hingga tiga ribu butir yang diletakkan secara berkelompok di
cm. ruas dada ulat berwarna coklat kemerahan. Umur ulat dapazt mencapai empat
bulan. Ulat ini memakan daun, bunga, serta kulit tanaman dengan sangat rakus.
sedangkan yang betina bentuknya tetap seperti ulat, tidak berubah menjadi
Imago ulat kantong berbentuk ngengat tetapi hanya ulat jantan yang akan
menjadi ngengat bersayap. Sedangkan ulat betina tetap menjdi ngengat tidak
bersayap. Ulat betina dapat bertelur hingga tiga ribu butir (Pracaya,2004).
Gejala Serangan
menetap di sutu tempat ulat kantong membentuk kantong sendiri. Ulat ini
daun, bunga, ataupun kulit tanaman sehingga menyebabkan daun berlubang dan
menggulung karena ulat ini membentuk kantong. Ulat yang sngat muda hanya
memakan permukaan bawah daun. Ulat dewasa menghabiskan daun dan pinggir
sampai ke lidi. Serangan berawal dari pelepah daun yang lebih tua mengarah ke
pelepah daun yang lebih muda. Daun yang terserang menjadi rusak, berlubang dan
tidak utuh lagi kemudian daun menjadi kering dan berwarna abu-abu Serangan
Pengendalian
antara lain parasitoid primer dan sekunder, serta predator mempengaruhi populasi
biologi. Contoh produk Bt yaitu Dipel WP, Turex WP, Bactospene WP.
(Prawirosukarto, 2002).
ini biasanya bersifat manual, yaitu dengan cara pemangkasan pelepah yang
terdapat banyak larva ulat, mengambil larva yang sedang menyerang dengan
Dalam hal serangan hama yang terjadi di perkebunan kelapa sawit, pihak
antara 200-300 telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran
diameter 200 μm dan panjang 300 μm. Permukaan telur dilapisi oleh lendir.
Setelah 5-8 hari inkubasi telur akan menjadi transparan berisi neonat (larva kecil)
yang sedang berkembang. Neonat berwarna coklat gelap dengan warna bercak
hitan yang berbeda pada bagian tengah (Basri dan Kevan 1995).
Larva memiliki kantong yang dapat dilepas. Rata-rata jumlah neonat yang
menetas dari satu kelompok telur adalah berkisar 140-210 neonat. Larva ulat
kantong bersifat polifag. Larva dapat merusak jaringan daun sebesar 66.8%.
Sekitar 60-90% neonat akan berkembang menjadi larva instar 2. Perbedaan tiap
instar larva dapat dilihat dari perbedaan panjang dari kantongnya. Instar 1
panjangnya 1.6 mm, instar 2 panjangnya 4.6 mm, instar 3 panjangnya 5.9 mm,
instar 4 panjangnya 9.5 mm, instar 5 panjangnya 11,3 mm, instar 6 panjangnya 13
Pada masa pupa, larva melekat pada kantong yang berwarna coklat
kekuningan. Pupa berukuran 6.1 mm, lebih pendek dari larva. Sex rasio
pembentukan imago betina berbanding jantan berkisar antara 10:1 hingga 2:1
mm dengan diameter 2 mm. Imago jantan berukuran panjang 10-13 mm. Imago
betina akan mati beberapa jam setelah mengeluarkan telur dengan jumlah yang
besar pada kantongnya dan imago jantan akan hidup sekitar 3-4 hari. Sayap ulat
kantong berwarna kecoklatan dengan tubuh yang berwarna hitam dan memiliki
Gejala Serangan
Kerusakan yang terjadi akibat serangan hama ini sangat kecil dan akan
terjadi kerusakan besar ketika mereka ada dalam jumlah yang sangat besar. Larva
muda memakan jaringan epidermis dan larwa yang lebih tua mampu membuat
lubang pada daun kelapa sawit. Akan terjadi nekrosis dan skeletonisasi pada
jaringan daun. Kerusakan ini akan berdampak pada pertanaman kelapa sawit ke
Tanaman dapat kehilangan hasil hingga 40% pada tahun pertama setelah
terjadi serangan hama terhadap ratusan hektar pertanaman yang telah mengalami
sempurna. Batas populasi kritis untuk ulat kantong adalah 5 ekor ulat/pelepah.
Ketika jumlah ulat melampaui batas populasi kritis maka akan dilakukan
Pengendalian
sintetik, yakni pada saat terjadi ledakan populasi yang meliputi hamparan luas dan
kepadatan populasinya di atas batas maksimum padat populasi kritis, maka dipilih
jenis dan teknik aplikasi insektisida yang aman terhadap parasitoid dan predator.
Apabila masih dijumpai populasi hama di atas padat populasi kritis, maka
Medan pada ketinggian ± 25 meter diatas permukaan laut, pada hari Selasa
tanggal 19 Septermber 2017 pada pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ulat Setothosea
asigna, Setora nitens, Mahasena corbetti, dan Metisa plana sebagai objek
praktikum, tanaman kelapa sawit sebagai objek praktikum, air sebagai bahan
untuk menyiram tanaman, tanah sebagai media tanam tanaman, kain kasa sebagai
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah polibag sebagai
wadah tanam, kayu sebagai pembuat kerangka sungkup, handsprayer sebagai alat
Prosedur Percobaan
5. Amati tingkat kerusakan dan gejala yang ditimbulkan hama setiap hari selama
Hasil
Pembahasan
daun kelapa sawit yang diserang oleh ulat kantong Mahasena corbetii, intensitas
gigitan pada daun bagian atasnya. Hal ini sesuai dengan literatur Pracaya (2004)
yang menyatakan bahwa aun yang terserang menjadi rusak, berlubang dan tidak
utuh lagi kemudian daun menjadi kering dan berwarna abu-abu, serangan hama
daun kelapa sawit yang diserang oleh ulat kantong Metisa plana, intensitas
lubang-lubang pada daunnya. Hal ini sesuai dengan literatur Basri dan Kevan
(1995) yang menyatakan bahwa larva muda memakan jaringan epidermis dan
larwa yang lebih tua mampu membuat lubang pada daun kelapa sawit.
daun kelapa sawit yang diserang oleh ulat api Setothossea asigna, intensitas
serangannya adalah 60% terdapat bekas gigitan pada bagian bawah daun. Hal ini
sesuai dengan literatur Satriawan (2011) yang menyatakan bahwa ulat yang baru
menetas hidup berkelompok, mengikis daging daun dari permukaan bawah dan
daun kelapa sawit yang diserang oleh ulat api Setora nitens, intensitas
serangannya adalah 12% dengan gejala berupa terdapat satu helaian daun bawah
memanjang pada pinggiran daun. Hal ini sesuai dengan literatur Buana dan
Siahaan (2003) yang menyatakan bahwa bekas serangan Setora nitens terlihat
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Boror and Delong. 1970. An Introduction to The Study of Insect. third edition.
The State University of Ohio, United State
Buana dan Siahaan. 2003. Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit. Pertemuan Teknis
Kelapa Sawit 21 : 56-77
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops In Indonesia. P.A. Van Der Laan. PT.
Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.
Klinik Pertanian. 2011. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. http:// klinik pertanian
PPKS Marihat. Diakses pada 1 Oktober 2013.
Pahan, I., 2006. Panduan Lengkap Kelapa sawit Manajemen Agribisnis . Penebar
Swadaya, Jakarta
Satriawan, 2011. Kelimpahan Populasi Ulat Api dan Ulat Kantong serta Predator
Pada Perkebunan Kelapa Sawit Cikidang Plantation Estate, Sukabumi.
Skripsi. IPB, Bogor
Syahnen dan RT Ida. 2010. Rekomendasi Pengendalian Hama Ulat Api Pada
Tanaman Kelapa Sawit di Dusun X Bandar Manis Desa Kuala Beringin
Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara. DepBun,
Medan.