TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthopoda
Class : Insekta
Family : Lepidoptera
Genus : Limacodidae
Ulat api merupakan jenis ulat pemakan daun kelapa sawit yang paling
karena punggungnya berbulu kasar kaku dan beracun. Racunnya keluar dari bulu
kasar tersebut berupa cairan yang jika terkena tangan terasa gatal dan panas
(Hidayat, 2013).
Ulat api menyerang daun kelapa sawit terutama daun nomor 9-25 yaitu
daun yang memegang dalam keadaan aktif dan merupakan hama yang utama di
Sumatera Utara. Kupu kupunya bewarna coklat dengan garis-garis pada sayap
telur. Ulat dewasa mencapai 35 mm. Kokon berbentuk oval bewarna hitam
4
B. Siklus Hidup Hama Ulat Api (Setothosea asigna)
Siklus hidup hama ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) melalui
empat stadium yaitu telur, larva (ulat), pupa (kepompong), dan imago (dewasa).
kemampuan hama untuk merusak, toleransi tingkat batas kritis populasi menjadi
1. Telur
tipis dan transparan. Telur diletakan berderat 3-4 baris sejajar pada permukaan
daun bagian bawah, biasanya pada pelepah daun ke-6 dan ke 17. Satu tumpukan
telur berisi sekitar 44 butir dan seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur
sebesar 300-400 butir. Telur menetas 4-8 hari setelah diletakan (Wawan, 2013).
5
Gambar 1. Telur setothosea asigna
2. Larva
permukaan bawah daun. Larva instar 2-3 memakan helaian daun mulai dari ujung
pergantian instar sebanyak 7-8 kali atau 8-9 kali dan mampu menghabiskan
ungu keabu-abuan dan putih. Warna larva dapat berubah-ubah sesuai dengan
instarnya, semakin tua umurnya akan menjadi semakin gelap. Larva instar
terakhir (instar ke-9) berukuran panjang 36 mm dan lebar 14.5 mm, sedangkan
6
Gambar 2. Larva Setothosea asigna
3. Pupa
Pupa berasal didalam kokon yang terbuat dari campuran air liur ulat dan
tanah, berbentuk bulat telur dan berwarna coklat gelap, terdapat dibagian tanah
yang relatif gembur disekitar piringan atau pangkal batang kelapa sawit. Pupa
jantan dan betina masing-masing berukuran sama berlangsung selama ± 39,7 hari
(Wawan, 2012).
7
4. Kepompong
Kepompong diselubungi oleh kokon yang terbuat dari air liur ulat, berbentuk bulat
rentangan sayapnya 41 mm dan 51 mm. Sayap depan berwarna coklat tua dengan
coklat muda.
8
5. Kupu-kupu
yang pendek tersebut hanya digunakan untuk kawin dan bertelur dengan produksi
1. Cara Menyerang
peletakan telur dan mengikis (memakan) daging daun, yaitu permukaan bawah
daun kelapa sawit serta meninggalkan epidermis daun bagian atas. Bekas
serangan terlihat jelas seperti jendela-jendela memanjang pada helaian daun, daun
yang terserang berat akan kering dan mati seperti bekas terbakar. Ulat instar ke 3
biasanya memakan semua helaian daun dan meninggalkan lidinya saja dan sering
disebut gejala melidi. Apabila serangan yang terjadi sangat berat maka tanaman
9
2. Kriteria Serangan
pada tingkat ambang batas sehingga tidak merugikan secara ekonomi dan tidak
dan juga untuk menentukan tindakan pengendalian yang harus dilakukan untuk
penurunan produksi sampai 69% pada tahun pertama setelah serangan dan lebih
kurang 27% pada tahun kedua setelah serangan, bahkan jika serangan berat,
tanaman kelapa sawit tidak dapat berbuah selama 1-2 tahun berikutnya.
10
Gambar 6. Gejala serangan ulat api
Ulat api dapat menyerang pada semua umur kelapa sawit namun
penyebaran akan lebih tinggi pada tanaman berumur diatas 8 tahun. Hal ini
dikarenakan tajuk antara tanaman yang satu dengan yang lainnya sudah
bersinggungan.
1. Sistem Monitoring
11
a. Pengamatan Global
pengamatan.
b. Pengamatan Efektif
kelas S (sedang)
12
2. Pengendalian Secara Mekanis
stadia larva berukuran sedang sampai besar untuk tanaman < 5 tahun, handpicking
(lighttrap), menggunakan lampu petromak dan ember plastik yang diisi air
deterjen.
13
3. Pengendalian Secara Biologis (Insektisida Biologi dan Musuh Alami)
alami) pada areal serangan UPDKS di lapangan baik yang berasal dari
di insektarium.
14
Pengendalian ulat pemakan daun kelapa sawit dengan menggunakan
sawit untuk mengatasi ledakan populasi ulat. Ulat api dikendalikan dengan
satu tehnik pemanfaatan predator untuk mengendalikan ulat pemakan daun kelapa
sawit. Dalam jangka pendek tindakan ini diharapkan akan dapat menekan populasi
hama sasaran secara langsung, sedangkan dalam jangka panjang diharapkan dapat
ledakan populasi hama berikatnya dapat dicegah. Dan dengan cara ini keadaan
jebakan hama.
15
Penerapan sistem pengendalian hama terpadu (PHT). Tindakan
dilakukan apabila populasi hama tersebut melampaui padat populasi kritis yang
militaris.
16
kelapa sawit lainnya, maupun dari hasil pembiakan massal di
laboratorium.
kepompong.
luas, maka harus dipilih jenis dan teknik aplikasi insektisida yang
s/d 6.
17
Sementara itu Pengendalian Hama Terpadu (PHT) berdasarkan UU No.12
tahun 1991 tentang budidaya tanaman dan PP No.5 tahun 1996 tentang
7. Metode Aplikasi
A. Fogging
Aplikasi fogging merupakan salah satu pengendalian ulat api dan ulat
18
Gambar 9. Alat fogging
bahan kimia bahan campuran, kondisi alat semprot harus dalam keadaan
pertumbuhan populasi.
19
Tabel 2. Metodologi Metode Pengendalian Hama UPDKS
Umur Tanaman Metode Pengendalian
< 3 tahun Bila rata-rata larva < 10 ekor per pelepah dan areal
serangan terbatas
serangan terbatas.
20