LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 3
1. Caesaria Artha V. (131510501222)
2. Zumrotul F. (131510501215)
3. A’idatun Nisa F. (131510501206)
4. Nurul Afifah (131510501233)
5. Catur Noviani (131510501239)
6. Muhammad Jahwari (131510501241)
7. Moh. Ali Wafa (131510501230)
8. Andik Kurniawan (131510501225)
9. Tri Andika Nuryanto (131510501212)
10. Syukron Ma’mun (131510501201)
11. Andy Prasetyo (131510501245)
12. Bintang Kharisma (131510501250)
3.2.2 Alat
1.1 set apparatus fotosintesis
2. Stopwatch
3. Hand counter
4. Erlenmeyer
5. Lampu dengan filter 3 warna
- Filter merah meneruskan 32,6% cahaya merah
- Filter merah meneruskan 42,8% cahaya kuning
- Filter merah meneruskan 36,8% cahaya biru
6. Pinset
7. Gunting
8. Pisau Cutter
4.2 Pembahasan
Cahaya merupakan radiasi matahari yang sampai dibumi setelah melewati
beberapa susunan atmosfer sehingga dapat mencapai bumi. cahaya merupakan
faktor utama yang menentukan fotosintesis cahaya matahari berfungsi sebagai
energy yang membantu proses fotosintesis. Menurut Salisbury dan Ross (1992),
dalam fotosintesis cahaya memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai pengangkut
elektron dari H2O sebagai pereduksi NADP+ menjadi NADPH dan sebagai energy
yang digunakan untuk pembentukan ATP dari ADP dan Pi.
Namun, cahaya yang sampai ke bumi dan diterima oleh daun tidak
semuanya digunakan untuk fotosintesis. Daun memiliki pigmen yang berfungsi
untuk menyerap cahaya fotosintesis. Pigmen-pigmen tersebut adalah klorofil a,
klorofil b, golongan karotenoida yaitu karoten dan xantofil, serta anthosianin.
Masing-masing pigmen ini menyerap panjang gelombang yang berbeda saat
fotosintesis. Cahaya yang diserap dan digunakan oleh fotosintesis adalah cahaya
tampak dengan panjang gelombang yang berkisar 380 – 760 nm (Lakitan, 2013).
Panjang gelombang dengan kisaran 380-760 nm tersebut dapat dikelompokkan
dalam tujuh warna, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.
Cahaya-cahaya inilah yang akan diserap dan berguna untuk fotosintesis.
Kualitas dari cahaya tersebut akan mempengaruhi laju fotosintesis.
Pengaruhnya dapat dilihat dari hasil praktikum fisiologi tumbuhan mengenai
pengaruh kualitas cahaya pada kecepatan fotosintesis yang menyatakan terdapat
lima cahaya yang berbeda dan mempengaruhi kecepatan berbeda pada laju
fotosintesis, yaitu cahaya polikromatik, merah, biru, hijau dan kuning. Cahaya
tersebut merupakan cahaya yang diserap oleh fotosintesis dan memiliki pengaruh
yang berbeda terhadap laju fotosintesis. Hal ini sesuai dengan literature
sebelumnya bahwa, panjang gelombang dengan kisaran 380-760 nm tersebut
dapat dikelompokkan dalam tujuh warna, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru,
nila dan ungu. Cahaya-cahaya ini lah yang akan diserap dan berguna untuk
fotosintesis (Lakitan, 2013).
Dapat dilihat dari hasil praktikum antara cahaya yang satu dengan yang
lain memiliki pengaruh yang perbedaan pada laju fotosintesis. Dimana cahaya
kuninglah yang mempengaruhi laju fotosinesis tercepat dan disusul oleh cahaya
merah. Apabila diurutkan mulai dari cahaya yang memiliki pengaruh terbesar
sampai terkecil maka diperoleh data sebagai berikut kuning – merah –
polikromatik – biru dan hijau. Setelah cahaya terserap maka mekanisme yang
terjadi sampai cahaya yang diserap menjadi energi adalah sifat gelombang dan
sifat partikel merupakan dua sifat yang dimiliki oleh cahaya, sehingga cahaya
berbentuk foton (sifat partikel) adalah bentuk cahaya yang diterima oleh daun.
Foton – foton tersebut akan terserap oleh pigmen daun dan setiap 1 elektron
tereksitasi. Pigmen pada daun merupakan molekul, dimana, setiap molekul akan
tereksitasi. Eksitasi molekul pigmen inilah sebagai energi yang digunakan dalam
fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1992).
Penyerapan cahaya matahari oleh pigmen-pigmen fotosintesis sangat kuat
menyerap cahaya merah,biru, ungu, nila, jingga sedangkan cahaya kuning dan
ungu hanya terserap sedikit oleh pigmen fotosintesis. Cahaya merah
mempengaruhi laju fotosintesis cepat namun cahaya kuning lebih cepat. Pengaruh
cahaya merah ini disebabkan cahaya merah banyak diserap oleh pigmen
fotosintesis. Penyerapan cahaya oleh pigmen ini sering disebut dengan spektrum
serap. Namun, pada table pengamatan hasil praktikum cahaya kuninglah yang
memiliki pengaruh tercepat terhadap laju forosintesis. Hal ini disebabkan
spectrum kerja. Spektrum kerja adalah spektrum yang digunakan untuk melihat
pengaruh kualitas cahaya terhadap laju fotosintesis.
Cahaya kuning sebagai cahaya yang sedikit terserap oleh pigmen
fotosintesis memiliki pengaruh terbesar pada fotosintesis. Pengaruh ini
disebabkan oleh spektrum kerja dari cahaya kuning. Sedikitnya cahaya kuning
yang terserap oleh pigmen fotosintesis akan menyebabkan panjang gelombang
kuning yang tidak terserap terpantul berulang kali dari kloroplas ke kloroplas
jaringan kompleks sel yang terjadi fotosintesis sehingga kualitas cahaya kuning
mempercepat laju fotosintesis, sedangkan cahaya hijau pantulannya sangat rendah
sehingga tidak nyata dalam mempengaruhi laju fotosintesis (Salisbury dan Ross,
1992). Maka dengan begitu hasil praktikum pengaruh kualitas cahaya terhadap
kecepatan fotosintesis sesuai dengan literatur.
Sebagai proses pembuatan zat-zat makanan berupa karbohidrat dengan
bantuan cahaya matahari fotosintesis melalui beberapa tahapan. Fotosintesis
merupakan proses penyusunan senyawa organik yang berasal dari CO2 dan H2O.
Menurut Salisbury dan Ross (1992), fotosintesis merupakan proses reaksi
oksidasi-reduksi , yaitu oksidasi H2O (pemindahan elektron disertai pelepasan O2
sebagai hasil samping) dan reduksi CO2 untuk membentuk senyawa organik yaitu
karbohidrat. Proses fotosintesis berlangsung pada kloroplas, hal ini disebabkan
fotosintesis hanya akan berlangsung pada sel yang memiliki pigmen fotosintesis.
reaksinya fotosintesis sebagai berikut :
Cahaya matahari
6CO2 + 12H2O C6H12O6 + 6O2 + 6H2O
Reaksi diatas merupakan total dari reaksi fotosintesis. Sebelum mendapatkan hasil
akhir tersebut fotosintesis melalui tahapan-tahaoan sebagai berikut :
1) Reaksi terang, reaksi ini sangat membutuhkan cahaya. Hal ini disebabkan pada
reaksi terang cahaya digunakan untuk memecah air dalam proses fotolisis.
Pecahan akibat fotolisis akan menyebabkan air menjadi dua molekul yaitu
hidrogen dan oksigen. Selain itu pada proses reaksi terang ini merupakan tahap
fotokimia dimana ATP dan NADP dihasilkan sebagai hasil reduksi. Berikut
reaksi dari fotolisis : 2H2O 2H2 + O2
Koenzim NADP (akseptor) akan menampung H2 yang terlepas sehingga akan
membentuk NADPH2 sedangkan O2 dalam keadaan bebas, sehingga reaksi
reduksi dari reaksi terang :
2H2O + 2NADP 2NADPH + O2 + 2ATP
2) Reaksi gelap, pada tahap reaksi gelap ini H 2 akan menyusutkan CO2 yang
terbawa NADP. Reduksi CO2 menjadi CH2O ini tidak membutuhkan cahaya
matahari, tahapan ini merupakan tahapan penerus dari reaksi terang, sehingga
diperoleh reaksi gabungan seperti berikut :
2ATP + CO2 + NADPH2 2NADP + CH2O + H2O + O2
Sehingga diperoleh
Cahaya matahari
6CO2 + 12H2O (CH2O)6 + 6O2 + 6H2O
Fotosintesis ini tidak akan berlangsung tanpa keberadaan cahaya matahari
sebagai energi. Selain itu juga terdapat faktor lain yang mempengaruhi
fotosintesis, yaitu suhu, konsentrasi CO2. Cahaya matahari tidak semuanya
terserap dan digunakan oleh tumbuhan hijau saat berfotosintesis. Cahaya yang
dipancarkan oleh matahari hingga sampai ke bumi merupakan energy
elektromagnetik/radiasi. Cahaya yang dating kebumi ini terbagi menjadi dua
kategori yaitu cahaya tampak dan cahaya tidak tampak. Proses fotosintesi pada
tumbuhan hanya membutuhkan cahaya tampak, yaitu cahaya dengan panjang
gelombang 380-760nm (Lakitan, 2013).
Cahaya tidak tampak merupakan cahay ultraviolet dan infra merah,
dimana panjang gelombang ultraviolet (UV) berkisar 100-380nm. Cahaya tampak
pada keseluruhan cahaya yang dipancarkan matahari tergolong dalam pita sempit
dibandingkan cahaya tidak tampak. Cahaya tampak ini akan mengalami
pemecahan/disperse cahaya menjadi tujuh warna, yaitu merah dengan panjang
gelombang 625-740, jingga dengan panjang gelombang 590-625, kuning dengan
panjang gelombang 565-590, hijau dengan panjang gelombang 520-565, biru
dengan panjang gelombang 435-520, nila dengan panjang gelombang 400-435
dan ungu dengan panjang gelombang 380-400 (Salisbury dan Ross, 1992). Tidak
semua sinar matahari digunakan dalam fotosintesis hanya 0,5-2% yang digunakan
dalam fotosintesis. Penyerapan ini bergantung pada kualitas cahaya (panjang
gelombang), intensitas cahaya (banyaknya sinar per 1 cm2/detik).
Panjang gelombang yang banyak diserap oleh pigmen tumbuhan adalah panjang
gelombang merah dan biru. Namun, pada cahaya hijau tidak demikian, cahaya
hijau merupakan cahaya yang diserap paling sedikit saat proses fotosintesis. Hal
ini disebabkan sifat cahaya dapat menyerap dan memantulkan cahaya. Panjang
gelombang merah dan biru akan diserap kuat oleh pigmen klorofil dan karotenoid
dan akan memantulkan cahaya dengan kenampakan berbeda yaitu kuning yang
perpaduannya terlihat jingga. Cahaya yang terserap oleh pigmen dengan panjang
gelombang tertentu akan dipantulkan kembali dengan kenampakan warna yang
berbeda.
Penyerapan panjang gelombang cahaya biasa disebut spektrum serap,
sedangkan spektrum yang digunakan untuk melihat pengaruh kualitas cahaya
terhadap laju fotosintesis disebut spektrum kerja (Salisbury dan Ross, 1992).
Mekanisme penggunaan cahaya matahari menjadi energi fotosintesis disebabkan
sifat gelombang dan sifat partikel merupakan dua sifat yang dimiliki oleh cahaya,
sehingga cahaya berbentuk foton (sifat partikel) adalah bentuk cahaya yang
diterima oleh daun. Foton – foton tersebut akan terserap oleh pigmen daun dan
setiap 1 elektron tereksitasi. Pigmen pada daun merupakan molekul, dimana,
setiap molekut akan tereksitasi. Eksitasi molekul pigmen inilah sebagai energy
yang digunakan dalam fotosintesis.
Pengaruh kualitas cahaya terhadap laju pertumbuhan dapat dilihat pada
Hydrilla sp. Hydrilla sp. merupakan tanaman air yang banyak tumbuh pada air
yang relatif jernih. Tanaman ini mampu hidup dipermukaan air sampai kedalaman
20 kaki. Tanaman Hydrilla sp. batangnya mampu tumbuh sampai 2 meter dengan
8 helai daun dengan panjang 5-20 mm dan lebar 2mm pada setiap lingkar
batangnya. Tanaman ini memiliki banyak stomata pada permukaan bawah
daunnya. Hydrilla sp. sering digunakan dalam percobaan untuk mengetahui
oksigen yang keluar dari daun merupakan laju dari fotosintesis. Penggunaan
Hydrilla sp. dalam praktikum fisiologi tumbuhan dipotong secara miring. Hal ini
disebabkan hasil penampang lebih luas dengan dipotong miring dibandingkan
dengan dipotong biasa. Luasnya penampang akan mempermudah Hydrilla sp.
mengeluarkan oksigen yang akan memperlihatkan laju fotosintesis. Selain itu
pemotongan Hydrilla sp. juga dilakukan di dalam air dengan alas an agar batang
Hydrilla sp. yang sudah terpotong tidak mengalami kafitasi yang mengganggu
proses fotosintesis tanaman yang disebabkan kontaminasi dengan gas-gas lain
diudara. Dengan begitu pada praktikum kali ini dapat diketahui pengaruh kualitas
cahaya yang mempengaruhi laju fotosintesis pada Hydrilla sp. yang tersaji dalam
grafik berikut :
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kualitas (panjang gelombang) cahaya polikromatik, merah, biru, hijau dan
kuning mempengaruhi laju fotosintesis Hydrilla sp.
2. Terdapat perbedaan jumlah gelembung O2 yang dihasilkan oleh fotosintesis
Hydrilla sp. pada setiap perlakuan kualitas cahaya.
3. Kualitas (panjang gelombang) yang mempengaruhi laju fotosintesis Hydrilla
sp. tercepat adalah perlakuan cahaya kuning dengan jumlah rata-rata
gelembung sebanyak 255, sedangkan perlakuan cahaya hijau tidak dapat
mempercepat laju fotosintesis Hydrilla sp.
5.2 Saran
Semoga para praktikan lebih siap lagi dalam mengikuti acara praktikum
agar kejadian minggu kemarin tidak terulang kembali mencontek catatan disaat
pretest yang membahayakan 1 golongan. Untuk para asdos semoga lebih
bermurah hati memberikan nilai, karena disaat dilontarkan pertanyaan tidak
semua praktikan memiliki kesempatan untuk menjawab.
DAFTAR PUSTAKA
Fatchurrozak, Suranto, dan Sugiyarto. 2013. Pengaruh Ketinggian Tempat
terhadap Kandungan Vitamin C dan Zat Antioksidan pada Buah Carica
pubescens. El-vivo, 1(1) : 15-22.
Ferry, Y., Bambang E. T., E. Randriani. 2009. Pengaruh Intensitas Cahaya dan
Umur Panen terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Kualitas Hasil
Temulawak di Antara Tanaman Kelapa. Bul. Littro, 20(2) : 131-140.
Shen, J., J. Jiang, dan P. Zheng. 2009. Effect of Light and Monosulfuronon
Growth and Photosynthetic Pigments of Anabaena Flos-Aquae Breb. Water
Resourse and Protection, 1(1) : 408-413.
Yang, X., X. Wang, L. Wang, dan M. Wei. 2012. Control of Light Environment : a
Key Technique for High Yield and High Quality Vegetable Production in
Protected Farmland. Agriculture Sciences, 3(7) : 923-928.
DOKUMENTASI