Anda di halaman 1dari 34

KELIMPAHAN ARTROPODA PERMUKAAN TANAH PADA

PERTANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DAN


BROKOLI (Brassica oleracea L.)

NURUL AFRIYANTI UTAMI DEWI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ABSTRAK

NURUL AFRIYANTI UTAMI DEWI. Kelimpahan Artropoda Permukaan Tanah


pada Pertanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) dan Brokoli (Brassica
oleracea L.). Dibimbing oleh I WAYAN WINASA.
Artropoda merupakan salah satu komponen penting dalam agroekosistem.
Berdasarkan ruang huniannya artropoda dapat dikelompokkan sebagai artropoda
penghuni permukaan tanah dan penghuni tajuk tanaman. Artropoda permukaan
tanah memiliki beberapa peranan penting pada ekosistem pertanian, di antaranya
sebagai dekomposer dan musuh alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kelimpahan artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang (S. tuberosum)
dan brokoli (B. oleracea). Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lubang
perangkap. Di pertanaman kentang seluas 5000 m 2 dan pertanaman brokoli seluas
1000 m2 masing-masing dipasang sebanyak 30 lubang perangkap. Penempatan
lubang perangkap ditentukan secara sistematis dan menyebar di dalam petak
pertanaman. Perangkap dipasang selama 48 jam dan diulang setiap minggu
sampai 9 kali untuk pertanaman kentang dan 8 kali untuk pertanaman brokoli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa artropoda permukaan tanah yang tertangkap
pada pertanaman kentang meliputi ordo Coleoptera (famili Cicindelidae,
Scarabaeidae, dan Tenebrionidae), Dermaptera (famili Carcinophoridae),
Hymenoptera (famili Formicidae), Orthoptera (famili Gryllotalphidae), Araneae
(famili Salticidae), dan Collembola. Sedangkan pada pertanaman brokoli
artropoda permukaan tanah yang tertangkap adalah ordo Coleoptera (famili
Cicindelidae, Scarabaeidae dan Tenebrionidae), Dermaptera (famili
Carcinophoridae), Hymenoptera (famili Formicidae), Orthoptera (famili
Gryllotalphidae dan Gryllidae), Araneae (famili Salticidae dan Lycosidae) dan
Collembola. Secara keseluruhan, artropoda yang mendominasi pada kedua jenis
pertanaman adalah Collembola. Artropoda permukaan tanah yang berperan
sebagai predator adalah kumbang Cicindelidae, cecopet Carcinophoridae, semut
Formicidae, laba-laba Salticidae dan Licosidae. Gryllotalphidae atau orong-orong
yang tertangkap lubang perangkap merupakan hama penting yang menyerang
umbi kentang. Intensitas serangan orong-orong mencapai 20% dari umbi kentang
yang dipanen.

Kata kunci: artropoda permukaan tanah, Solanum tuberosum L., Brassica


olearecea L.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
KELIMPAHAN ARTROPODA PERMUKAAN TANAH PADA
PERTANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DAN
BROKOLI (Brassica oleracea L.)

NURUL AFRIYANTI UTAMI DEWI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul skripsi : Kelimpahan artropoda permukaan tanah pada pertanaman
kentang (Solanum tuberosum L.) dan brokoli (Brassica
oleracea L.)
Nama Mahasiswa : Nurul Afriyanti Utami Dewi
NIM : A34080067

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si


NIP 19611210 198703 1 003

Mengetahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si


NIP 19650621 198910 2 001

Tanggal lulus:
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwata’ala atas segala


karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Kelimpahan
Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)
dan Brokoli (Brassica oleracea L.)” dapat terselesaikan. Dalam penyelesaian
skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si.
selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan masukan selama penelitian
berlangsung hingga penulisan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima
kasih kepada Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutaqin, M.Si. selaku dosen pembimbing
akademik dan Dr. Ir. Bonny Poernomo Wahyu Soekarno, MS selaku dosen
penguji tamu. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang
tua, adik, dan keluarga terkasih atas doa, dukungan, kasih sayang, dan semangat
yang selalu diberikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan pendidikan di
IPB. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Wawan,
Bapak Nana, dan Bapak Jajat atas bantuannya dalam proses penelitian.
Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada Ismawati, SP, R Tia Santiani
Heryana, Yunian Asih Andriyarini, Elsa Dwi Juliana, SP, Venni Anggraini,
sahabat Proteksi Tanaman angkatan 45, rekan-rekan di Laboratorium Ekologi
Serangga, dan rekan-rekan di Fairus atas kebersamaan, bantuan, dukungan, dan
kerjasamanya selama di IPB. Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada
seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, doa, bantuan, bimbingan, dan
pengorbanan kecuali doa semoga Allah Subhanahuwata’ala memberikan rahmat
dan balasan yang jauh lebih baik kepada semuanya. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan dan
pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Bogor, November 2012

Nurul Afriyanti Utami Dewi


DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................... iv


DAFTAR GAMBAR................................................................................ v
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
Manfaat Penelitian .................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kentang (Solanum tuberosum L.) ........................................................... 3
Brokoli (Brassica oleraceae L.).............................................................. 5
Artropoda Permukaan Tanah .................................................................. 6
Lubang Perangkap (pitfall trap).............................................................. 7
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat........................................................................................ 8
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 8
Metode Penelitian.................................................................................... 8
Budidaya Kentang................................................................................ 8
Budidaya Brokoli ................................................................................. 9
Pemasangan Lubang Perangkap (pitfall trap)...................................... 10
Pengamatan dan Identifikasi Artropoda............................................... 10
Pengamatan Umbi Kentang.................................................................. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman
Kentang ................................................................................................... 12
Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman
Brokoli .................................................................................................... 12
Perkembangan Kelimpahan Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman
Kentang ................................................................................................... 15
Perkembangan Kelimpahan Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman
Brokoli .................................................................................................... 16
Artropoda Predator pada Pertanaman Kentang dan Brokoli................... 18
Gryllotalphidae sebagai Hama Kentang ................................................. 19
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................. 21
Saran........................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 22
DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman


kentang.................................................................................................. 12
2. Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman
brokoli................................................................................................... 14
3. Tingkat kerusakan umbi kentang akibat serangan orong-orong ........... 19
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Perkembangan populasi artropoda permukaan tanah pada pertanaman


kentang .................................................................................................. 15
2. Perkembangan populasi Collembola pada pertanaman kentang........... 16
3. Perkembangan populasi artropoda permukaan tanah pada pertanaman
brokoli ................................................................................................... 17
4. Perkembangan populasi Collembola pada pertanaman brokoli ............ 17
5. Tingkat curah hujan di Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang.......... 18
6. a. Gryllotalpha sp. (orong-orong), b. Umbi berlubang akibat serangan
Gryllotalpha sp. .................................................................................... 20
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu komponen penting sebagai tempat hidup
binatang termasuk artropoda. Tanah dapat dijadikan sebagai tempat tinggal dan
tempat mencari makan bagi beberapa jenis binatang tanah. Adianto (1993)
menyatakan bahwa binatang tanah yang paling banyak tinggal di permukaan tanah
adalah atropoda. Artropoda permukaan tanah merupakan komponen jasad hidup
yang menjadikan tanah sebagai ruang untuk menjalankan sebagian atau seluruh
kegiatan ekofiologisnya (Retnowati 2004). Artropoda yang paling banyak
ditemukan di permukaan tanah adalah kelompok laba-laba (Araneae), tungau
(Acarina), Collembola, kumbang (Coleoptera), dan semut (Hymenoptera)
(Retnowati 2004). Giller et al. (1997) menyatakan bahwa artropoda permukaan
tanah memiliki peranan penting dalam berbagai proses yang terjadi di tanah,
seperti proses dekomposisi, aliran karbon, siklus unsur hara, dan agregasi tanah.
Tanah biasa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Ghabbour et al. (1985)
menyatakan bahwa pengolahan tanah, pemakaian pupuk, dan penggunaan
pestisida sangat mempengaruhi kepadatan artropoda permukaan tanah. Pemberian
pupuk kandang pada pertanaman dapat meningkatkan populasi artropoda, karena
kandungan bahan organik dan air tanah meningkat (Adianto 1993). Sastrodihardjo
et al. (1987) menyatakan bahwa penggunaan pestisida memberikan pengaruh
besar bagi kelimpahan artropoda permukaan tanah secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh yang ditimbulkan secara langsung yakni berupa racun bagi
artropoda permukaan tanah, sedangkan secara tidak langsung berupa perubahan
fisik-kimia tanah sebagai akibat residu yang terakumulasi di permukaan tanah dan
menyebabkan matinya berbagai organisme pengurai di dalam tanah.
Pada daerah penghasil sayuran biasanya dicirikan oleh tingginya
penggunaan pestisida (Sastroutomo 1992). Salah satu daerah penghasil sayuran
yang terdapat di Jawa Barat adalah Lembang. Komoditas yang sering ditanam di
Lembang adalah kentang (Solanum tuberosum L.) dan brokoli (Brassica oleracea
L.). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) produktivitas kentang di Indonesia pada
tahun 2011 adalah sebesar 15.96 ton/ha dan produksi kentang adalah sebesar 955
2

488 ton, sedangkan produktivitas brokoli di Indonesia pada tahun 2011 adalah
sebesar 20.88 ton/ha dan produksi sebesar 1 363 741 ton. Kedua tanaman tersebut
memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga tanaman ini menjadi salah satu
komoditas favorit yang sering ditanam di Lembang. Sebagai salah satu sentra
produksi sayuran, kegiatan bercocok tanam terus menerus dilakukan di Lembang.
Kegiatan bercocok tanam yang berlangsung terus menerus ini menyebabkan
pengganggu tanaman (OPT) meningkat karena ketersediaan makanan yang
melimpah. Pada tanaman kentang dan brokoli penggunaan pestisida secara
intensif merupakan salah satu tindakan pengendalian yang sering dilakukan
petani. Penggunaan pestisida secara intensif diduga akan mempengaruhi
kelimpahan artropoda permukaan tanah pada kedua jenis pertanaman tersebut.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui kelimpahan artropoda permukaan tanah
yang terdapat pada pertanaman kentang dan brokoli.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam menentukan strategi
pengendalian hama secara terpadu pada pertanaman kentang dan brokoli.
TINJAUAN PUSTAKA

Kentang (Solanum tuberosum L.)


Tanaman kentang tumbuh baik di daerah dataran tinggi atau pegunungan
dengan ketinggian 800 sampai 1500 meter di atas permukaan laut (dpl). Tanaman
kentang dapat tumbuh pada suhu udara antara 15 sampai 22 °C. Suhu optimum
pertumbuhan kentang yakni 18 sampai 20 °C dengan kelembaban udara 80 sampai
90%. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman kentang adalah 2000
sampai 3000 mm/tahun. Derajat keasaman atau pH yang cocok untuk
pertumbuhan kentang yakni 5 sampai 5.5 (Kementan 2012).
Salah satu cara untuk mencapai hasil yang optimal adalah budidaya yang
baik. Cara budidaya tanaman kentang meliputi persiapan lahan, penanaman,
pemupukan, dan pemeliharaan.
Persiapan lahan meliputi pencangkulan tanah, pembuatan bedengan, dan
pemupukan dasar. Dalam keperluan pembibitan, umbi yang telah dipanen
disimpan dalam keadaan kering di dalam rak atau peti di gudang penyimpanan.
Umbi siap ditanam apabila telah tumbuh tunas dengan panjang sekitar dua cm.
Penyimpanan bibit dilakukan jika terjadi penundaan waktu tanam. Bibit disemprot
insektisida atau fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit (Samadi
2007). Pemupukan dasar dilakukan dengan memberikan pupuk dasar berupa
pupuk kandang. Pupuk kandang diberikan satu minggu sebelum tanam sebanyak
20 ton/ha (Samadi 2007)
Penanaman kentang dilakukan dengan meletakkan satu umbi per lubang
tanam pada lahan dengan jarak tanam 70 cm × 25 cm. Tanaman kemudian
diberikan pupuk buatan berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200 kg/ha), dan KCl (75
kg/ha) yang diletakkan di antara lubang tanam (Duriat et al. 2006).
Pemupukan susulan dilakukan pada umur tanaman 21 hari setelah tanam
(HST) dan 45 HST. Pada umur tanaman 21 HST pupuk yang diberikan yakni
Urea/ZA sebanyak 300 kg/ha, SP-36 sebanyak 250 kg/ha, dan KCl sebanyak 150
kg/ha. Sedangkan pada umur tanaman 45 HST pupuk yang diberikan yakni
Urea/ZA sebanyak 150 kg/ha dan KCl sebanyak 75 kg/ha (Sihotang 2010).
4

Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, pengairan, penyiangan dan


pembumbunan, pemangkasan bunga, serta pengendalian hama dan penyakit.
Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman kerdil, rusak, dan mati. Tanaman
tersebut diganti dengan tanaman yang baru (Duriat et al. 2006).
Pengairan dilakukan secara rutin dengan selang waktu tujuh hari sekali.
Pemberian air dilakukan dengan cara digembor atau dengan sistem leb, yaitu
mengalirkan air melalui selokan (Samadi 2007).
Kegiatan penyiangan dan pembumbunan dapat dilakukan bersama-sama.
Penyiangan atau pembersihan gulma (tanaman pengganggu) dilakukan setelah
tanaman berumur sekitar 4 dan 6 minggu setelah tanam (MST), penyiangan
berikutnya dilakukan bila dirasakan perlu. Bersamaan dengan penyiangan
dilakukan pula pembumbunan sebanyak dua sekali pada minggu kedua dan
keempat (Duriat et al. 2006).
Pemangkasan bunga bertujuan mencegah terganggunya proses
pembentukan umbi. Apabila bunga tidak dipangkas akan terjadi persaingan
penggunaan unsur hara untuk pembentukan umbi. Pada umumnya bunga muncul
setelah tanaman berumur 25 sampai 30 HST, pemangkasan dapat dilakukan saat
bunga masih kuncup (Samadi 2007).
Hama yang terdapat pada tanaman kentang antara lain kutu daun (Myzus
persicae Sulz) dan penggerek umbi (Phthorimaea operculella Zeller) (McKinnlay
1992). Duriat et al. (2006) mengemukakan bahwa hama lain yang terdapat pada
kentang adalah pengorok daun (Liriomyza huidobrensis Blanchard), ulat tanah
(Agrotis ipsilon Hufnagel), trips (Thrips palmi Karny), kutu kebul (Bemisia tabaci
Gennadius), dan ulat grayak (Spodoptera litura Fabricius).
Salah satu tindakan pengendalian yang umum dilakukan pada pertanaman
kentang adalah dengan mengaplikasikan insektisida. Insektisida yang digunakan
umumnya memiliki bahan aktif seperti abamektin, asefat, bensultap, beta
sipermetrin, bifentrin, karbofuran, karbosulfan, kartap hidroklorida, dan
deltametrin (Departemen Pertanian 2008).
5

Brokoli (Brassica oleraceae L.)


Brokoli cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 700 sampai 2000 meter
dpl. Curah hujan berkisar antara 1000 sampai 1500 mm per tahun dan merata
sepanjang tahun (Dalmadi 2010). Yamaguchi dan Rubatzky (1998)
mengemukakan bahwa suhu pertumbuhan optimum brokoli berkisar antara 13
sampai 20 °C. Keasaman tanah atau pH berada dalam kisaran 6 sampai 8.
Budidaya tanaman brokoli meliputi penyiapan benih dan penyemaian,
penyiapan lahan, penanaman, dan pemeliharaan.
Benih yang diperlukan sebanyak 100 sampai 250 gram/ha. Benih
disemaikan terlebih dahulu pada bedengan persemaian ataupun dalam bumbung
yang terbuat dari daun pisang maupun polybag kecil. Benih direndam dalam air
dingin selama 12 jam sampai benih terlihat pecah dan ditiriskan di tempat terbuka
selama 12 jam. Tujuan perlakuan ini, agar benih cepat berkecambah dan
pertumbuhannya seragam. Bibit yang siap ditanam memiliki 2 sampai 3 helai
daun (Rukmana 1995).
Penyiapan lahan meliputi pencangkulan tanah, pembuatan bedengan, dan
pemberian pupuk dasar. Sebagai pupuk dasar digunakan pupuk kandang. Dosis
pupuk kandang yang diberikan sebanyak 12.5 sampai 17.5 ton/ha dan diberikan
satu minggu sebelum tanam.
Penanaman dilakukan dengan meletakkan satu bibit per lubang tanam
dengan jarak tanam 70 cm × 30 cm. Benih yang disemai dengan menggunakan
daun pisang dapat ditanam langsung, sedangkan dengan menggunakan polybag
harus dikeluarkan terlebih dahulu secara hati-hati agar akar tidak rusak atau putus.
Tanaman kemudian diberikan pupuk buatan berupa ZA, urea, TSP, dan KCl
masing-masing 250 kg/ha (Rukmana 1995).
Pemupukan susulan dilakukan sebanyak dua kali pada umur tanaman 20
HST dan 30 HST. Pada umur tanaman 20 HST diberikan pupuk urea sebanyak 75
kg/ha, ZA 150 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan KCl 75 kg/ha, sedangkan pada umur
tanaman 30 HST diberikan pupuk urea sebanyak 100 kg/ha, ZA 150 kg/ha, dan
KCl 150 kg/ha (Rukmana 1995).
Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penyiangan, pengairan, dan
pengendalian OPT. Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang rusak
6

atau terganggu pertumbuhannya. Huda (2008) mengemukakan bahwa penyiangan


dilakukan sebanyak tiga kali yakni saat tanaman berumur 1 MST, 3 MST, dan 5
MST.
Pengairan dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari terutama saat fase
pertumbuhan awal dan pembentukan bunga pada musim kemarau, sedangkan
pada musim hujan tidak dilakukan pengairan (Rukmana 1995).
Hama penting pada tanaman brokoli adalah ulat grayak (S. litura) dan ulat
croci (Crocidolomia pavonana Fabricius) (Setiawati 2005). Rukmana (1995)
menyebutkan bahwa hama penting lainnya yang menyerang tanaman brokoli
antara lain ulat plutela (Plutella xylostella Linnaeus), ulat tanah (A. ipsilon), dan
kutu daun (Aphis brassicae Linnaeus). Griffin (1999) mengemukakan bahwa
pengendalian hama pada tanaman brokoli dapat dilakukan dengan pemberian
insektisida. Pengendalian kutu daun dengan pemberian insektisida dengan bahan
aktif permetrin, bifentrin, sihalothrin, dan piretrin. Pengendalian ulat bisa
diberikan insektisida dengan bahan aktif permetrin, bifentrin, siflultrin, spinosad,
dan piretrin (Departemen Pertanian 2008).

Artropoda Permukaan Tanah


Syatrawati dan Ngatimin (2011) menyebutkan bahwa atropoda permukaan
tanah yang terdapat pada pertanaman brokoli adalah Formicidae, Carabidae,
Cicindellidae, Staphylinidae, Lycosidae, dan Oxyopidae. Agustine (2000)
menyatakan bahwa artropoda permukaan tanah yang mendominasi pada famili
Brassicaceae adalah ordo Hymenoptera dan Collembola. Retnowati (2004)
menyatakan bahwa atrropoda permukaan tanah pada tanaman kentang meliputi
Collembola, Carabidae, Cicindellidae, Staphylinidae, Curculionidae, Meloidae,
dan Forficulidae. Artropoda permukaan tanah yang mendominasi pada famili
Solanaceae adalah ordo Collembola, Coleoptera, Diptera, dan Hymenoptera
(Khasanah 2011).
7

Lubang Perangkap (pitfall trap)


Lubang perangkap merupakan salah satu perangkap yang digunakan unuk
mengamati artropoda permukaan tanah. Lubang perangkap berupa gelas plastik
yang umumnya berdiameter 6 sampai 10 cm. Ke dalam gelas diisikan cairan untuk
membunuh dan mengawetkan artropoda yang tertangkap. Cairan yang umum
digunakan adalah formalin, alkohol, etilen glikol, dan asam asetat. Hasil
tangkapan lubang perangkap tidak menggambarkan kerapatan populasi secara
absolut karena jumlah yang tertangkap ditentukan oleh aktivitas dari artropoda.
Namun, hasil tangkapan lubang perangkap dapat digunakan untuk
membandingkan kerapatan aktivitas dari beberapa spesies di dalam habitat yang
berbeda pada periode waktu tertentu, atau mengukur pengaruh praktek budidaya
(Winasa 2001).
BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanaman kentang dan
brokoli. Untuk pembuatan lubang perangkap (pitfall traps) digunakan gelas bekas
air mineral volume 240 ml, formalin 4%, dan seng sebagai pelindung. Selain itu
digunakan pula alkohol 70% untuk mengawetkan atropoda sebelum diidentifikasi,
ajir untuk menandai tanaman contoh, kantong plastik, dan kertas label.
Alat-alat yang digunakan yakni sekop, kuas, hand counter, kaca pembesar,
botol serangga, alat tulis, kamera digital, dan mikroskop untuk alat bantu
identifikasi.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di lahan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat (BALITRO) di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten
Bandung Barat, Jawa Barat mulai Maret 2012 sampai Juni 2012. Identifikasi
dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga dan Taksonomi Serangga,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Metode Penelitian
Budidaya Kentang
Penelitian ini dilaksanakan di lahan kentang milik Bapak Nana dengan luas
5000 m2. Pengamatan dilakukan mulai tanaman berumur 4 sampai 12 minggu
setelah tanam (MST). Varietas kentang yang digunakan adalah atlantic. Kentang
ditanam dengan jarak tanam 80 cm × 40 cm. Budidaya yang dilakukan meliputi
pengolahan tanah, pemupukan, penanaman, pengairan, penyiangan,
pembumbunan, dan tindakan pencegahan hama atau penyakit. Pengolahan tanah
dilakukan dengan cara mencangkul tanah. Pemupukan dilakukan dua kali yakni di
awal sebelum tanam dan setelah tanam. Pemupukan awal dengan memberikan
pupuk dasar berupa pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam sebanyak 400
karung atau 20 ton/ha seminggu sebelum tanam. Selain itu diberikan pula pupuk
buatan yakni urea, ZA, dan KCl masing-masing sebanyak 47 kg/ha, 100 kg/ha,
dan 56 kg/ha pada saat penanaman. Pemupukan menggunakan pupuk buatan
9

dilakukan saat awal tanam dan saat tanaman berumur 4 MST. Penanaman
dilakukan dengan meletakkan satu umbi yang telah bertunas per lubang tanam.
Pengairan dilakukan secara rutin setiap pagi dengan cara digembor. Penyiangan
dilakukan sebelum dilakukan pembumbunan dan hanya sekali saja.
Pembumbunan dilakukan hanya satu kali yakni saat tanaman berumur 1 bulan
atau 4 MST. Tindakan pencegahan munculnya hama atau penyakit yakni dengan
penggunaan insektisida atau fungisida. Insektisida yang digunakan adalah
insektisida dengan bahan aktif imidakloprid dan karbofuran, sedangkan fungisida
yang digunakan berbahan aktif propineb. Aplikasi pestisida dilakukan setiap tiga
hari satu kali selama 70 hari, namun untuk insektisida berbahan aktif karbofuran
hanya diberikan di awal tanam. Petani tidak menggunakan pengendalian dengan
cara lain selain dengan pestisida. Periode pertumbuhan kentang adalah 90 hari dan
umbi mulai muncul ketika tanaman berumur 30 HST.

Budidaya Brokoli
Penelitian dilaksanakan pada pertanaman brokoli milik Bapak Jajat dengan
luas 1000 m2. Pengamatan dilakukan mulai tanaman berumur 1 MST sampai 8
MST. Budidaya yang dilakukan meliputi pengolahan tanah, pemupukan,
penanaman, pengairan, penyulaman, penyiangan, dan tindakan pengendalian
hama. Pengolahan tanah dilakukan dengan pencangkulan tanah. Pemupukan
dilakukan sebanyak empat kali. Pemupukan pertama dengan menggunakan pupuk
dasar yakni dengan menggunakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam
dan kotoran sapi dengan perbandingan 2:1. Pupuk kandang yang diberikan
sebanyak 0.5 kg/tanaman satu minggu sebelum tanam. Selain itu diberikan pupuk
NPK sebanyak 250 kg/ha pada saat tanam. Pemupukan kedua hingga keempat
dilakukan dengan memberikan pupuk NPK, yakni saat 1 MST, 3 MST, dan 5
MST sebanyak 44 kg/ha. Penanaman dilakukan dengan meletakkan satu bibit per
lubang tanam dengan jarak tanam 80 cm × 30 cm. Pengairan dilakukan setiap dua
hari sekali sejak tanam sampai 4 MST, selanjutnya dilakukan setiap lima hari
sekali. Periode pertumbuhan brokoli adalah 70 hari dan bunga muncul pertama
kali setelah tanaman berumur 30 sampai 60 hari. Penyulaman dilakukan ketika
terdapat tanaman yang mati. Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman berumur
3 MST, penyiangan berikutnya dilakukan dengan interval 15 hari. Tindakan
10

pengendalian dilakukan secara mekanik dan kimiawi. Pengendalian secara


mekanik yakni mematikan hama yang terdapat pada tanaman. Pengendalian
secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang
digunakan adalah insektisida dengan bahan aktif karbofuran, fipronil, dan
profenofos. Insektisida berbahan aktif karbofuran diaplikasikan hanya satu kali
saat awal tanam sedangkan insektisida berbahan aktif froponil dan profenofos
diaplikasikan saat tanaman berumur 4 HST, 7 HST, dan 10 HST.

Pemasangan Lubang Perangkap (pitfall trap)


Pada pertanaman kentang seluas 5000 m2 dan pertanaman brokoli seluas
1000 m2 masing-masing dipasang sebanyak 30 buah perangkap. Penempatan
lubang perangkap ditentukan secara sistematis dan menyebar di dalam petak
pertanaman. Perangkap dipasang pada guludan dengan jarak antar perangkap 3
sampai 5 meter. Pemasangan perangkap dilakukan dengan cara menggali tanah di
antara baris tanaman dalam guludan kemudian dimasukkan gelas bekas air
mineral volume 240 ml dan permukaan atas gelas diatur agar rata dengan
permukaan tanah. Selanjutnya ke dalam gelas dituangkan formalin 4% sebanyak
60 ml. Untuk melindungi perangkap dari curahan air hujan diberi atap dari seng.
Perangkap dipasang selama 48 jam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam
kantong plastik dan diberi label untuk selanjutnya diamati di laboratorium.
Pemasangan perangkap diulang setiap minggu sampai 9 kali pemasangan pada
pertanaman kentang dan 8 kali di pertanaman brokoli.

Pengamatan dan Identifikasi Artropoda


Pengamatan dilakukan dengan menghitung artropoda yang terperangkap
dan kemudian memasukkannya ke dalam botol serangga berdasarkan
kelompoknya. Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap artropoda sehingga
diketahui ordo atau familinya. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan kunci
identifikasi Borror et al. (1992), Kalshoven (1981), Barrion dan Litsinger (1995).
11

Pengamatan Umbi Kentang


Intensitas serangan orong-orong (Gryllotalphidae) dilakukan pada saat
panen kentang. Diamati 50 rumpun tanaman kentang yang ditentukan secara
sistematis dan menyebar di dalam petak pertanaman. Dihitung jumlah umbi
kentang berlubang akibat serangan orong-orong dan jumlah umbi total per
rumpun tanaman. Intensitas serangan diperoleh dengan rumus


Intensitas serangan = × 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman


Kentang
Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman kentang
sebanyak 19 052 ekor yang berasal dari ordo Coleoptera, Dermaptera,
Hymenoptera, Orthoptera, Araneae, dan Collembola (Tabel 1). Ordo Coleoptera
meliputi famili Cicindelidae (kumbang harimau), Scarabaeidae (kumbang
scarabid), dan Tenebrionidae (kumbang tenebrio). Ordo Dermaptera dari famili
Carcinophoridae (cecopet), ordo Hymenoptera dari famili Formicidae (semut),
ordo Orthoptera dari famili Gryllotalphidae (orong-orong), dan laba-laba ordo
Araneae dari famili Salticidae.

Tabel 1 Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman


kentang
Artropoda terperangkap Jumlah (ekor) Proporsi (%)
Coleoptera
Cicindelidae 6 0.03
Scarabaeidae 5 0.03
Tenebrionidae 8 0.04
Dermaptera
Carcinophoridae 17 0.09
Hymenoptera
Formicidae 187 0.98
Orthoptera
Gryllotalpidae 6 0.03
Araneae
Salticidae 5 0.03
Collembola 18 818 98.87
Jumlah total 19 052 100

Secara keseluruhan artropoda yang memiliki kelimpahan populasi tertinggi


adalah Collembola. Selain itu, Collembola memiliki proporsi yang paling besar
dibanding artropoda permukaan tanah lainnya. Hal ini disebabkan oleh pemberian
pupuk kandang dari kotoran ayam sebagai bahan organik pada lahan pertanaman
yang dilakukan sebelum tanam. Penelitian yang dilakukan oleh Winasa (2001)
13

menunjukkan bahwa pada pertanaman yang diberi bahan organik banyak


ditemukan Collembola dan artropoda lain. Nasution (2012) menyatakan bahwa
kelimpahan Collembola pada pertanaman yang diberi bahan organik lebih tinggi
dibandingkan pada pertanaman yang tidak diberi bahan organik. Artropoda lain
yang memiliki kelimpahan dan proporsi cukup tinggi adalah semut. Hal ini dapat
disebabkan oleh sifat semut yang merupakan serangga kosmopolit (Sembel 2010)
dan diduga berkaitan dengan ketersediaan sumber makanan pada pertanaman
kentang. Dalam penelitian Winasa (2001) menyatakan bahwa kelimpahan semut
diperkirakan berhubungan dengan sumber makanan pada lahan yang diberi bahan
organik. Collembola berperan sebagai dekomposer atau pengurai bahan organik di
permukaan tanah (Borror et al. 1992). Keadaan tersebut menyediakan sumberdaya
makanan yang lebih banyak bagi semut. Semut dapat berperan sebagai predator
pada pertanaman. Hopkin (1997) mengemukakan bahwa Collembola merupakan
salah satu mangsa alternatif artropoda predator tanah. Artropoda permukaan tanah
lain yang berperan sebagai predator adalah laba-laba (Salticidae). Namun
kelimpahan dan proporsi laba-laba Salticidae sangat rendah. Hal ini diduga karena
penggunaan insektisida yang intensif pada pertanaman kentang. Menurut (Altieri
dan Schmid 1986 dalam Tulung 1999) populasi laba-laba lebih banyak ditemukan
pada vegetasi liar di pinggiran pertanaman dibandingkan pada petak pertanaman
yang diberi perlakuan insektisida.

Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman


Brokoli
Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman brokoli
sebanyak 3302 ekor. Artropoda yang tertangkap berasal dari ordo Coleoptera,
Dermaptera, Hymenoptera, Orthoptera, Araneae, dan Collembola (Tabel 2). Ordo
Coleoptera meliputi famili Cicindelidae, Scarabaeidae, dan Tenebrionidae. Ordo
Dermaptera dari famili Carcinophoridae, ordo Hymenoptera dari Formicidae, ordo
Orthoptera famili Gryllotalphidae (orong-orong) dan Gryllidae (jangkrik), ordo
Araneae dari famili Salticidae dan Lycosidae.
Secara keseluruhan artropoda yang memiliki kelimpahan populasi dan
proporsi tertinggi adalah Collembola. Hal ini diduga karena petani tidak terlalu
intensif menggunakan insektisida pada pertanaman brokoli. Penyemprotan
14

insektisida pada pertanaman brokoli hanya dilakukan pada tanaman yang


terserang, sedangkan pada tanaman yang tidak terserang tidak disemprotkan
insektisida. Indrayati dan Wibowo (2008) mengemukakan bahwa sistem pertanian
dengan aplikasi insektisida berlebihan dapat menekan populasi Collembola. Selain
Collembola, artropoda yang memiliki kelimpahan dan proporsi cukup tinggi
adalah cecopet. Hal ini diduga karena kelimpahan populasi mangsanya yang
tinggi termasuk Collembola. Greenslade et al. (2000) menyatakan bahwa
Collembola pada ekosistem pertanian merupakan pakan alternatif bagi berbagai
artropoda predator. Selain itu, kondisi pertanaman brokoli yang banyak ditumbuhi
gulma juga diduga mempengaruhi kelimpahan cecopet. Sembel (2010)
menyatakan bahwa gulma merupakan tumbuhan yang menjadi sumber makanan
bagi mangsa predator dan tempat tinggal atau berlindung bagi predator. Gulma
yang ditemukan pada pertanaman brokoli merupakan gulma golongan rumput
(Axonopus sp.) dan golongan daun lebar (Ageratum sp., Amaranthus sp., dan
Portulaca oleracea).

Tabel 2 Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman


brokoli
Artropoda terperangkap Jumlah (ekor) Proporsi (%)
Coleoptera
Cicindelidae 20 0.61
Scarabaeidae 5 0.15
Tenebrionidae 11 0.33
Dermaptera
Carcinophoridae 257 7.78
Hymenoptera
Formicidae 35 1.06
Orthoptera
Gryllidae 13 0.39
Gryllotalpidae 35 1.06
Araneae
Lycosidae 21 0.64
Salticidae 8 0.24
Collembola 2897 87.73
Jumlah total 3302 100
15

Perkembangan Kelimpahan Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman


Kentang
Perkembangan kelimpahan artropoda permukaan tanah pada pertanaman
kentang tampak berfluktuasi sejak pengamatan pertama pada umur tanaman 4
MST hingga pengamatan terakhir pada umur 12 MST (Gambar 1). Artropoda
permukaan tanah yang memiliki kelimpahan paling tinggi pada setiap pengamatan
adalah Collembola (Gambar 2) dan semut (Gambar 1). Populasi Collembola
terlihat tinggi pada umur tanaman 4 dan 5 MST, yaitu masing-masing 6719/30
lubang perangkap dan 7143 ekor/30 lubang perangkap (Gambar 1). Populasi
semut tertinggi pada umur tanaman 5 MST yakni sebanyak 67 ekor/30 lubang
perangkap.

Formicidae
80
(ekor/30lubang perangkap)

Gryllotalpidae
Salticidae
Jumlah artropoda

60 Tenebrionidae
Scarabaeidae
Carcinophoridae
40 Cicindelidae

20

0
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Umur tanaman (MST)

Gambar 1 Perkembangan populasi artropoda permukaan tanah pada pertanaman


kentang

Collembola pada pertanaman kentang secara keseluruhan mengalami


penurunan terutama mulai umur tanaman 6 MST. Hal ini diduga karena pupuk
organik seperti pupuk kandang yang diberikan sebelum tanam sudah berkurang
sehingga berpengaruh terhadap Collembola, selain itu penggunaan pestisida yang
intensif diduga juga berpengaruh terhadap kelimpahan Collembola. Pada umur
tanaman 6 MST perangkap dipasang setelah tanaman diaplikasi insektisida
berbahan aktif imidakloprid (Topdor 10 WP). Adapun fungisida yang digunakan
berbahan aktif propineb (Antracol 70 WP). Selain Collembola, perkembangan
kelimpahan artropoda permukaan tanah lainnya berfluktuasi diduga karena
16

penyemprotan insektisida. Penyemprotan insektisida pada pertanaman kentang


dilakukan setiap tiga hari satu kali dan merata di seluruh pertanaman. Herlinda et
al. (2008) menyatakan bahwa aplikasi insektisida berpengaruh terhadap
penurunan kelimpahan artropoda permukaan tanah.

8000
(ekor/30 lubang perangkap)
Jumlah Collembola

6000

4000

2000

0
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Umur tanaman (MST)

Gambar 2 Perkembangan populasi Collembola pada pertanaman kentang

Perkembangan Kelimpahan Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman


Brokoli
Kelimpahan artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman
brokoli tampak berfluktuasi sejak pengamatan pertama pada umur tanaman 1
MST hingga pengamatan terakhir pada umur tanaman 8 MST (Gambar 3).
Artropoda permukaan tanah yang paling tinggi kelimpahannya selama
pengamatan adalah Collembola (Gambar 4). Populasi Collembola tertinggi terjadi
pada saat tanaman berumur 8 MST yakni sebanyak 746 ekor/30 lubang
perangkap. Selain Collembola artropoda yang memiliki populasi cukup tinggi
adalah cecopet (Gambar 3). Populasi cecopet tertinggi pada saat tanaman berumur
3 MST yakni sebanyak 95 ekor/30 lubang perangkap.
Berbeda dengan perkembangan Collembola pada pertanaman kentang,
secara keseluruhan Collembola pada pertanaman brokoli mengalami peningkatan
sejak umur tanaman 3 MST sampai menjelang panen. Hal ini diduga karena
penggunaan insektisida yang berkurang pada pertanaman brokoli dan faktor curah
hujan. Pada pertanaman brokoli aplikasi insektisida dilakukan sampai tanaman
berumur 5 MST. Selain itu, pada umur 5 MST sampai 8 MST yakni pada bulan
17

April minggu keempat curah hujan menurun bahkan pada bulan Mei tidak turun
hujan (Gambar 5). Nasution (2012) menyatakan bahwa curah hujan dapat
menurunkan jumlah artropoda permukaan tanah yang tertangkap lubang
perangkap di pertanaman.
Selain Collembola, perkembangan kelimpahan artropoda permukaan tanah
lainnya juga berfluktuasi diduga karena tindakan penyiangan pada pertanaman.
Tindakan penyiangan ini menyebabkan gulma sebagai tempat tinggal atau
mencari makan cecopet hilang. Syatrawati dan Ngatimin (2011) menyatakan
bahwa rendahnya gulma pada pertanaman dapat mempengaruhi kelimpahan
artropoda permukaan tanah di pertanaman.

100 Cicindelidae
Carcinophoridae
(ekor/30 lubang perangkap)

80 Gryllidae
Scarabaeidae
Jumlah artropoda

Tenebrionidae
60
Araneae
Gryllotalphidae
40 Formicidae

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8
Umur tanaman (MST)

Gambar 3 Perkembangan populasi artropoda permukaan tanah pada pertanaman


brokoli

800
(ekor/30 lubang perangkap)
Jumlah Collembola

600

400

200

0
1 2 3 4 5 6 7 8
Umur tanaman (MST)

Gambar 4 Perkembangan populasi Collembola pada pertanaman brokoli


18

60
Curah hujan (mm)

40

20

0
Maret (4) April (1) April (2) April (3) April (4) Mei(1) (Mei (2) Mei (3) Mei(4)

Bulan (minggu ke-)

Gambar 5 Tingkat curah hujan di Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang

Artropoda Predator pada Pertanaman Kentang dan Brokoli


Pada pertanaman kentang ditemukan beberapa artropoda yang dapat
berperan sebagai predator seperti laba-laba Araneae (Salticidae), kumbang
Cicindelidae, semut Formicidae, dan cecopet Carcinophoridae (Tabel 1).
Sedangkan pada pertanaman brokoli predator yang ditemukan adalah laba-laba
Lycosidae dan Salticidae, kumbang Cicindelidae, semut Formicidae, dan cecopet
Carcinophoridae (Tabel 2). Secara umum tampak bahwa keragaman dan
kelimpahan artropoda predator pada pertanaman brokoli relatif lebih tinggi
dibandingkan pertanaman kentang. Hal ini diduga karena perbedaan aplikasi
insektisida pada kedua pertanaman tersebut. Pada lahan pertanaman kentang
aplikasi insektisida sangat intensif setiap tiga hari sekali (19 kali) sejak tanam
sampai 10 MST, sedangkan pada pertanaman brokoli aplikasi insektisida
dilakukan setiap satu minggu satu kali (5 kali) sejak tanam sampai 5 MST. Selain
itu, aplikasi insektisida pada pertanaman kentang dilakukan secara merata pada
seluruh pertanaman, sedangkan pada brokoli hanya pada tanaman yang terserang
saja. Di dalam penelitian Winasa (2001) menunjukkan bahwa jumlah artropoda
permukaan tanah pada lahan yang diapilkasikan insektisida lebih rendah daripada
yang tidak diaplikasikan insektisida. Selain itu, insektisida sintetik berpengaruh
terhadap keanekaragaman spesies serangga yang aktif di permukaan tanah
(Herlinda et al. 2008). Namun, kelimpahan semut pada pertanaman kentang lebih
tinggi daripada pertanaman brokoli meskipun penyemprotan insektisida pada
19

pertanaman kentang lebih intesif dibandingkan pertanaman brokoli. Samway


(1995) dalam Herlinda et al. (2008) menyatakan bahwa semut merupakan salah
satu spesies serangga yang relatif tahan terhadap insektisida.

Gryllotalphidae sebagai Hama Kentang


Dari hasil tangkapan lubang perangkap pada pertanaman kentang maupun
brokoli ditemukan artropoda famili Gryllotalphidae (Tabel 1 dan 2). Berdasarkan
hasil pengamatan pada saat panen terbukti bahwa serangga Gryllotalpha sp. ini
banyak menimbulkan kerusakan pada umbi kentang. Akibat serangannya umbi
kentang berlubang tidak beraturan kemudian membusuk (Gambar 6). Hasil
pengamatan terhadap 50 rumpun tanaman contoh pada saat panen tingkat
kerusakan umbi kentang akibat terserang orong-orong (Gryllotalpha sp.)
mencapai 20% (Tabel 3).

Tabel 3 Tingkat kerusakan umbi kentang akibat serangan orong-orong


Pengamatan pada 50 rumpun contoh Jumlah umbi/intensitas serangan
Jumlah umbi yang diamati 345
Jumlah umbi terserang 71
Intensitas serangan (%) 20

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani ternyata orong-orong


merupakan salah satu hama penting pada tanaman kentang. Menurut Nana (Juni
2012, komunikasi pribadi) serangan orong-orong jika tidak dikendalikan dapat
menurunkan hasil panen sebanyak 50%, sedangkan menurut Mastur (Februari
2012, komunikasi pribadi) hama ini dapat menurunkan produksi antara 50 sampai
70%. Di dalam penenlitian Suryaningsih (2008) menunjukkan bahwa kerusakan
umbi kentang akibat serangan orong-orong menyebabkan penurunan bobot umbi.
Pengendalian orong-orong yang dilakukan petani selama ini adalah secara
mekanik dengan membunuh langsung orong-orong yang terlihat dan secara
kimiawi menggunakan insektisida karbofuran pada saat tanam.
20

a b

Gambar 6 a. Gryllotalpha sp. (orong-orong), b. Umbi berlubang akibat serangan


Gryllotalpha sp.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kelimpahan artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang dan
brokoli didominasi oleh Collembola. Artropoda permukaan tanah yang tertangkap
pada pertanaman kentang terdiri dari 6 ordo dan 8 famili, sedangkan pada
pertanaman brokoli terdiri atas 6 ordo dan 10 famili. Artropoda predator yang
ditemukan pada pertanaman kentang terdiri atas famili Salticidae, Cicindelidae,
Formicidae, dan Carcinophoridae, sedangkan pada pertanaman brokoli terdiri atas
famili Lycosidae, Salticidae, Cicindelidae, Formicidae, dan Carcinophoridae.
Gryllotalphidae atau orong-orong yang tertangkap lubang perangkap merupakan
hama penting yang menyerang umbi kentang.

Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kelimpahan populasi artropoda permukaan tanah pada pertanman
kentang dan brokoli.
DAFTAR PUSTAKA

Adianto. 1993. Biologi Pertanian, Pupuk Kandang, Pupuk Organik, dan


Insektisida. Edisi ke-2. Bandung (ID): Alumni.

Agustine W. 2000. Pengaruh aplikasi beberapa jenis insektisida terhadap


keragaman arthropoda tanah pada pertanaman kubis (Brassica oleracea var.
capitata L.) di Cipanas Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2012. Luas panen, produksi, dan produktivitas
brokoli [internet]. [diunduh pada 2012 September 15]. Tersedia pada:
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55
&notab=23.

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2012. Luas panen, produksi, dan produktivitas
kentang [internet]. [diunduh pada 2012 September 13]. Tersedia pada:
http://www.deptan.go.id/tampiphp?page=inf_basisdata.

Barrion AT, Litsinger JA. 1995. Riceland Spiders of South and Southeast Asia.
CAB International Wallingford (UK): hlm 700.

Borror DJ, Triplehorn CA, Jhonson N. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga.


Partosoedjono Soetiyono, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada
University Press. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of Insect.

Dalmadi. 2010. Syarat tumbuh brokoli [internet]. [diunduh pada 2012 Juli 3].
Tersedia pada: http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/syarat-tumbuh-brokoli.

Departemen Pertanian. 2008. Pestisida Pertanian dan Kehutanan. Pusat Perizinan


dan Investasi Sekertariat Jenderal Departemen Pertanian.

Duriat AS, Gunawan OS, Gunaeni N. 2006. Penerapan Teknologi PHT pada
Tanaman Kentang. Lembang (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Ghabbour SI, Da Fonseca JPC, Mikhail WZA, Shakir SH. 1985. Differentation of
ground fauna in desert agriculture of mariut region. Biol fort ground. 1: 9-
14.

Giller KE, Beare MH, Lavelle P, Izac AMN, Swift MJ. 1987. Agriculture
intensification ground biodiversity and agroecosystem function. Applied
soli ecology. 6:3-5.

Greenslade P, Deharveng L, Bedos L, Suhardjono YR. 2000. Handbook to


Collembola of Indonesia. Bogor (ID): Museum Zoologicum Bogoriense.
23

Griffin RP. 1999. Cabbage, Broccoli & other Cole Crop Insect Pest. Clemson
cooperative extension [internet]. [diunduh pada 2012 Agustus 3]. Tersedia
pada:
http://www.clemson.edu/extension/hgic/pests/plant_pests/veg_fruit/hgic220
3.html.

Herlinda S, Waluyo, Estuningsih SP, Irsan C. 2008. Perbandingan


keanekaragaman spesies dan kelimpahan artropoda predator penghuni tanah
di sawah lebak yang diaplikasi dan tanpa aplikasi insektisida. J. Entomol
Indon. 5(2): 96-107.

Hopkin SP. 1997. Biology of Springtails. New York (US): Oxford University
Press.

Huda M. 2008. Brokoli lezat kaya manfaat [internet]. [diunduh pada 2012
Agustus 3]. Tersedia pada: http://swatani.co.id/artikel/4/171/Brokoli-Lezat-
Kaya-Manfaat.html.

Indrayati, Wibowo L. 2008. Keragaman dan kemelimpahan Collembola serta


artropoda tanah di lahan sawah organik dan konvensional pada masa bera. J.
HPT Tropika. 8(2): 110-116.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru- van Hoeve. Terjemahan dari: De
Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

Kementan. 2012. Syarat tumbuh kentang [internet]. [diunduh pada 2012


September 15]. Tersedia pada: http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/syarat-
tumbuh-tanaman-kentang.

Khasanah N. 2011. Struktur komunitas arthropoda pada ekosistem cabai tanpa


perlakuan insektisida. Media Litbang Sulteng. IV (1): 57-62.

McKinlay RG. 1992. Vegetable Crop Pests. Boca Raton (US): CRC Press.

Nasution AP. 2012. Artropoda predator permukaan tanah pada tiga ekosistem
pertanaman [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Retnowati A. 2004. Keanekaragaman binatang tanah pada lahan pertanaman


kentang (Solanum tuberosum Linn.) dan lahan tanaman hutan akasia (Acacia
decurrens WILD) (studi kasus di dataran tinggi Dieng Wonosobo) [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rukmana R. 1995. Budidaya Kubis Bunga dan Broccoli. Yogyakarta (ID):


Kanisius.

Samadi B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Edisi revisi. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
24

Sastrodihardjo S, Adianto, Yusoh MD. 1978. The impact of several insecticides


on ground and water communities. Proceedings south-east asian workshop
on pestiside management; 1978 Februari 23-27; Pattaya. Pattaya (TH) 7:
117-125.

Sastroutomo SS. 1992. Pestisida Dampak dan Penggunaannya. Jakarta (ID):


Widia Pustaka Utama.

Sembel DT. 2010. Pengendalian Hayati. Edisi ke-1. Yogyakarta (ID): Andi.

Setiawati, Uhan TS, Somantri A. 2005. Parasitoid E. argenteopilosus sebagai


agens pengendali hayati hama H. armigera, S. litura, dan C. pavonana pada
tumpangsari tomat dan brokoli. J.Hort. 15(4): 279-287.

Sihotang B. 2010. Kentang [internet]. [diunduh pada 2012 September 15].


Tersedia pada: http://www.ideelok.com/budidaya-tanaman/kentang.

Suryaningsih E. 2006. Pengendalian lalat pengorok daun pada tanaman kentang


menggunakan pestisida biorasional dirotasi dengan pestisida sintetik secara
bergiliran. J. Hort. 16 (3): 229-235.

Syatrawati, Ngatimin SN. 2011. Peranan gulma berbunga terhadap kelimpahan


arthropoda tanah pada pertanaman kubis di Sulawesi. Makassar (ID):
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Universitas Hassanudin.

Tulung M. 1999. Ekologi laba-laba di pertanaman padi dengan perhatian utama


pada Pardosa pseudoannulata (Boes. & Str.) [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.

Winasa IW. 2001. Artropoda predator penghuni permukaan tanah di pertanaman


kedelai [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Yamaguchi M, Rubatzky VE. 1998. Sayuran Dunia 2: Prinsip, Gizi, dan


Produksi. Edisi ke-2. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 18 November 1990, sebagai


anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Rokhmadin Mulyabassary,
A.Md dan Ibu Jubaedah. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN
Kayuambon 1 Lembang, sekolah menengah pertama di SMPN 1 Lembang, dan
sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Lembang. Tahun 2008 penulis diterima
di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan
dan organisasi di IPB, antara lain sebagai anggota bidang beasiswa Asrama Putri
TPB IPB tahun 2008-2009, anggota Divisi Dana Usaha dalam Ikatan Keluarga
Muslim TPB (IKMT) tahun 2008-2009, Divisi Event Organizer Gentra Kaheman
(2008-2009), dan Divisi Bisnis dan Kewirausahaan dalam Himpunan Mahasiswa
Proteksi Tanaman (HIMASITA). Selain itu, penulis juga mengikuti kepanitiaan
di IPB. Penulis menjadi bendahara dalam kegiatan Masa Perkenalan Departemen
pada tahun 2010. Beberapa kegiatan seminar yang pernah diikuti oleh penulis
selama menjadi mahasiswa IPB, di antaranya adalah Seminar Pertanian Nasional
dan Seminar Wereng Batang Cokelat yang diselenggarakan oleh Fakultas
Pertanian dan Seminar PKPHT yang diselenggarakan oleh Departemen Proteksi
Tanaman. Selain itu, penulis melakukan magang di Balai Penelitian Tanaman
Sayuran.

Anda mungkin juga menyukai