Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
KELIMPAHAN ARTROPODA PERMUKAAN TANAH PADA
PERTANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DAN
BROKOLI (Brassica oleracea L.)
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen
Tanggal lulus:
PRAKATA
Halaman
No. Halaman
No. Halaman
Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu komponen penting sebagai tempat hidup
binatang termasuk artropoda. Tanah dapat dijadikan sebagai tempat tinggal dan
tempat mencari makan bagi beberapa jenis binatang tanah. Adianto (1993)
menyatakan bahwa binatang tanah yang paling banyak tinggal di permukaan tanah
adalah atropoda. Artropoda permukaan tanah merupakan komponen jasad hidup
yang menjadikan tanah sebagai ruang untuk menjalankan sebagian atau seluruh
kegiatan ekofiologisnya (Retnowati 2004). Artropoda yang paling banyak
ditemukan di permukaan tanah adalah kelompok laba-laba (Araneae), tungau
(Acarina), Collembola, kumbang (Coleoptera), dan semut (Hymenoptera)
(Retnowati 2004). Giller et al. (1997) menyatakan bahwa artropoda permukaan
tanah memiliki peranan penting dalam berbagai proses yang terjadi di tanah,
seperti proses dekomposisi, aliran karbon, siklus unsur hara, dan agregasi tanah.
Tanah biasa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Ghabbour et al. (1985)
menyatakan bahwa pengolahan tanah, pemakaian pupuk, dan penggunaan
pestisida sangat mempengaruhi kepadatan artropoda permukaan tanah. Pemberian
pupuk kandang pada pertanaman dapat meningkatkan populasi artropoda, karena
kandungan bahan organik dan air tanah meningkat (Adianto 1993). Sastrodihardjo
et al. (1987) menyatakan bahwa penggunaan pestisida memberikan pengaruh
besar bagi kelimpahan artropoda permukaan tanah secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh yang ditimbulkan secara langsung yakni berupa racun bagi
artropoda permukaan tanah, sedangkan secara tidak langsung berupa perubahan
fisik-kimia tanah sebagai akibat residu yang terakumulasi di permukaan tanah dan
menyebabkan matinya berbagai organisme pengurai di dalam tanah.
Pada daerah penghasil sayuran biasanya dicirikan oleh tingginya
penggunaan pestisida (Sastroutomo 1992). Salah satu daerah penghasil sayuran
yang terdapat di Jawa Barat adalah Lembang. Komoditas yang sering ditanam di
Lembang adalah kentang (Solanum tuberosum L.) dan brokoli (Brassica oleracea
L.). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) produktivitas kentang di Indonesia pada
tahun 2011 adalah sebesar 15.96 ton/ha dan produksi kentang adalah sebesar 955
2
488 ton, sedangkan produktivitas brokoli di Indonesia pada tahun 2011 adalah
sebesar 20.88 ton/ha dan produksi sebesar 1 363 741 ton. Kedua tanaman tersebut
memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga tanaman ini menjadi salah satu
komoditas favorit yang sering ditanam di Lembang. Sebagai salah satu sentra
produksi sayuran, kegiatan bercocok tanam terus menerus dilakukan di Lembang.
Kegiatan bercocok tanam yang berlangsung terus menerus ini menyebabkan
pengganggu tanaman (OPT) meningkat karena ketersediaan makanan yang
melimpah. Pada tanaman kentang dan brokoli penggunaan pestisida secara
intensif merupakan salah satu tindakan pengendalian yang sering dilakukan
petani. Penggunaan pestisida secara intensif diduga akan mempengaruhi
kelimpahan artropoda permukaan tanah pada kedua jenis pertanaman tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui kelimpahan artropoda permukaan tanah
yang terdapat pada pertanaman kentang dan brokoli.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam menentukan strategi
pengendalian hama secara terpadu pada pertanaman kentang dan brokoli.
TINJAUAN PUSTAKA
Metode Penelitian
Budidaya Kentang
Penelitian ini dilaksanakan di lahan kentang milik Bapak Nana dengan luas
5000 m2. Pengamatan dilakukan mulai tanaman berumur 4 sampai 12 minggu
setelah tanam (MST). Varietas kentang yang digunakan adalah atlantic. Kentang
ditanam dengan jarak tanam 80 cm × 40 cm. Budidaya yang dilakukan meliputi
pengolahan tanah, pemupukan, penanaman, pengairan, penyiangan,
pembumbunan, dan tindakan pencegahan hama atau penyakit. Pengolahan tanah
dilakukan dengan cara mencangkul tanah. Pemupukan dilakukan dua kali yakni di
awal sebelum tanam dan setelah tanam. Pemupukan awal dengan memberikan
pupuk dasar berupa pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam sebanyak 400
karung atau 20 ton/ha seminggu sebelum tanam. Selain itu diberikan pula pupuk
buatan yakni urea, ZA, dan KCl masing-masing sebanyak 47 kg/ha, 100 kg/ha,
dan 56 kg/ha pada saat penanaman. Pemupukan menggunakan pupuk buatan
9
dilakukan saat awal tanam dan saat tanaman berumur 4 MST. Penanaman
dilakukan dengan meletakkan satu umbi yang telah bertunas per lubang tanam.
Pengairan dilakukan secara rutin setiap pagi dengan cara digembor. Penyiangan
dilakukan sebelum dilakukan pembumbunan dan hanya sekali saja.
Pembumbunan dilakukan hanya satu kali yakni saat tanaman berumur 1 bulan
atau 4 MST. Tindakan pencegahan munculnya hama atau penyakit yakni dengan
penggunaan insektisida atau fungisida. Insektisida yang digunakan adalah
insektisida dengan bahan aktif imidakloprid dan karbofuran, sedangkan fungisida
yang digunakan berbahan aktif propineb. Aplikasi pestisida dilakukan setiap tiga
hari satu kali selama 70 hari, namun untuk insektisida berbahan aktif karbofuran
hanya diberikan di awal tanam. Petani tidak menggunakan pengendalian dengan
cara lain selain dengan pestisida. Periode pertumbuhan kentang adalah 90 hari dan
umbi mulai muncul ketika tanaman berumur 30 HST.
Budidaya Brokoli
Penelitian dilaksanakan pada pertanaman brokoli milik Bapak Jajat dengan
luas 1000 m2. Pengamatan dilakukan mulai tanaman berumur 1 MST sampai 8
MST. Budidaya yang dilakukan meliputi pengolahan tanah, pemupukan,
penanaman, pengairan, penyulaman, penyiangan, dan tindakan pengendalian
hama. Pengolahan tanah dilakukan dengan pencangkulan tanah. Pemupukan
dilakukan sebanyak empat kali. Pemupukan pertama dengan menggunakan pupuk
dasar yakni dengan menggunakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam
dan kotoran sapi dengan perbandingan 2:1. Pupuk kandang yang diberikan
sebanyak 0.5 kg/tanaman satu minggu sebelum tanam. Selain itu diberikan pupuk
NPK sebanyak 250 kg/ha pada saat tanam. Pemupukan kedua hingga keempat
dilakukan dengan memberikan pupuk NPK, yakni saat 1 MST, 3 MST, dan 5
MST sebanyak 44 kg/ha. Penanaman dilakukan dengan meletakkan satu bibit per
lubang tanam dengan jarak tanam 80 cm × 30 cm. Pengairan dilakukan setiap dua
hari sekali sejak tanam sampai 4 MST, selanjutnya dilakukan setiap lima hari
sekali. Periode pertumbuhan brokoli adalah 70 hari dan bunga muncul pertama
kali setelah tanaman berumur 30 sampai 60 hari. Penyulaman dilakukan ketika
terdapat tanaman yang mati. Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman berumur
3 MST, penyiangan berikutnya dilakukan dengan interval 15 hari. Tindakan
10
ℎ
Intensitas serangan = × 100%
ℎ
HASIL DAN PEMBAHASAN
Formicidae
80
(ekor/30lubang perangkap)
Gryllotalpidae
Salticidae
Jumlah artropoda
60 Tenebrionidae
Scarabaeidae
Carcinophoridae
40 Cicindelidae
20
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Umur tanaman (MST)
8000
(ekor/30 lubang perangkap)
Jumlah Collembola
6000
4000
2000
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Umur tanaman (MST)
April minggu keempat curah hujan menurun bahkan pada bulan Mei tidak turun
hujan (Gambar 5). Nasution (2012) menyatakan bahwa curah hujan dapat
menurunkan jumlah artropoda permukaan tanah yang tertangkap lubang
perangkap di pertanaman.
Selain Collembola, perkembangan kelimpahan artropoda permukaan tanah
lainnya juga berfluktuasi diduga karena tindakan penyiangan pada pertanaman.
Tindakan penyiangan ini menyebabkan gulma sebagai tempat tinggal atau
mencari makan cecopet hilang. Syatrawati dan Ngatimin (2011) menyatakan
bahwa rendahnya gulma pada pertanaman dapat mempengaruhi kelimpahan
artropoda permukaan tanah di pertanaman.
100 Cicindelidae
Carcinophoridae
(ekor/30 lubang perangkap)
80 Gryllidae
Scarabaeidae
Jumlah artropoda
Tenebrionidae
60
Araneae
Gryllotalphidae
40 Formicidae
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Umur tanaman (MST)
800
(ekor/30 lubang perangkap)
Jumlah Collembola
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Umur tanaman (MST)
60
Curah hujan (mm)
40
20
0
Maret (4) April (1) April (2) April (3) April (4) Mei(1) (Mei (2) Mei (3) Mei(4)
a b
Kesimpulan
Kelimpahan artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang dan
brokoli didominasi oleh Collembola. Artropoda permukaan tanah yang tertangkap
pada pertanaman kentang terdiri dari 6 ordo dan 8 famili, sedangkan pada
pertanaman brokoli terdiri atas 6 ordo dan 10 famili. Artropoda predator yang
ditemukan pada pertanaman kentang terdiri atas famili Salticidae, Cicindelidae,
Formicidae, dan Carcinophoridae, sedangkan pada pertanaman brokoli terdiri atas
famili Lycosidae, Salticidae, Cicindelidae, Formicidae, dan Carcinophoridae.
Gryllotalphidae atau orong-orong yang tertangkap lubang perangkap merupakan
hama penting yang menyerang umbi kentang.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kelimpahan populasi artropoda permukaan tanah pada pertanman
kentang dan brokoli.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2012. Luas panen, produksi, dan produktivitas
brokoli [internet]. [diunduh pada 2012 September 15]. Tersedia pada:
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55
¬ab=23.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2012. Luas panen, produksi, dan produktivitas
kentang [internet]. [diunduh pada 2012 September 13]. Tersedia pada:
http://www.deptan.go.id/tampiphp?page=inf_basisdata.
Barrion AT, Litsinger JA. 1995. Riceland Spiders of South and Southeast Asia.
CAB International Wallingford (UK): hlm 700.
Dalmadi. 2010. Syarat tumbuh brokoli [internet]. [diunduh pada 2012 Juli 3].
Tersedia pada: http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/syarat-tumbuh-brokoli.
Duriat AS, Gunawan OS, Gunaeni N. 2006. Penerapan Teknologi PHT pada
Tanaman Kentang. Lembang (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Ghabbour SI, Da Fonseca JPC, Mikhail WZA, Shakir SH. 1985. Differentation of
ground fauna in desert agriculture of mariut region. Biol fort ground. 1: 9-
14.
Giller KE, Beare MH, Lavelle P, Izac AMN, Swift MJ. 1987. Agriculture
intensification ground biodiversity and agroecosystem function. Applied
soli ecology. 6:3-5.
Griffin RP. 1999. Cabbage, Broccoli & other Cole Crop Insect Pest. Clemson
cooperative extension [internet]. [diunduh pada 2012 Agustus 3]. Tersedia
pada:
http://www.clemson.edu/extension/hgic/pests/plant_pests/veg_fruit/hgic220
3.html.
Hopkin SP. 1997. Biology of Springtails. New York (US): Oxford University
Press.
Huda M. 2008. Brokoli lezat kaya manfaat [internet]. [diunduh pada 2012
Agustus 3]. Tersedia pada: http://swatani.co.id/artikel/4/171/Brokoli-Lezat-
Kaya-Manfaat.html.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru- van Hoeve. Terjemahan dari: De
Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.
McKinlay RG. 1992. Vegetable Crop Pests. Boca Raton (US): CRC Press.
Nasution AP. 2012. Artropoda predator permukaan tanah pada tiga ekosistem
pertanaman [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Samadi B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Edisi revisi. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
24
Sembel DT. 2010. Pengendalian Hayati. Edisi ke-1. Yogyakarta (ID): Andi.