Latar Belakang
Kelapa sawit sangat bermanfaat bagi kehidupan kita, karena kelapa sawit
dapat diolah menjadi berbagai produk seperti: minyak goreng, mentega, sabun,
minyak per ha yang paling tinggi dari penghasil minyak nabati lainnya. Indonesia
Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan
adalah serangan hama yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman hingga
berdampak pada penurunan tingkat produksi kelapa sawit. Hama dapat menyerang
jenis hama terutama ulat pemakan daun dari famili Limacodidae. Setothosea
asigna merupakan jenis ulat yang sering menyerang dalam jumlah besar dan
menimbulkan kerusakan yang berat. Akibat serangan hama ini, produksi tanaman
kelapa sawit dapat menurun jauh pada tahun-tahun berikutnya. Tanaman kelapa
sawit yang mengalami kehilangan daun sebesar 50% sampai 80% selama 3 tahun
Ulat api merupakan hama pemakan daun yang terpenting di perkebunan kelapa
sawit, khususnya di Sumatera Utara. Diantara jenis – jenis ulat api, Setothosea
asigna v. Ecke dikenal sebagai ulat yang paling rakus dan paling sering
menimbulkan kerugian di perkebunan kelapa sawit, baik pada tanaman muda
maupun pada tanaman tua. Ulat ini mampu mengkonsumsi daun 300 – 500 cm 2
per ekor ulat. Tingkat populasi 5 – 10 ulat per pelepah merupakan populasi kristis
Tujuan Praktikum
kerusakan yang ditimbulkan hama tanaman kelapa sawit pada tanaman inang di
Laboratorium.
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
Telur hampir sama dengan telur S. asigna hanya saja peletakan telur antara
satu sama lain tidak saling tindih. Telur menetas setelah 4 – 7 hari
(Susanto, 2005).
adanya satu garis membujur di tengah punggung yang berwarna biru keunguan.
Perilaku ulat ini sama dengan ulat S. asigna dan stadia berlangsung sekitar 50 hari
(Prawirosukarto, 2003).
permukaan tanah sekitar piringan atau di bawah pangkal batang kelapa sawit.
Ngengat jantan berukuran 35 mm dan yang betina sedikit lebih besar. Sayap
depan berwarna coklat dengan garis-garis yang berwarna lebih gelap. Ngengat
aktif pada senja dan malam hari, sedangkan pada siang hari hinggap di pelepah-
pelepah tua atau pada tumpukan daun yang telah dibuang dengan posisi terbalik
Gejala Serangan
mengikis daun mulai dari permukaan bawah daun kelapa sawit serta
meninggalkan epidermis daun bagian atas. Bekas serangan terlihat jelas seperti
terserang berat akan mati kering seperti bekas terbakar.Mulai instar ke 3 biasanya
ulat memakan semua helaian daun dan meninggalkan lidinya saja dan sering
Ambang ekonomi dari hama ulat api untuk S. asigna dan S. nitens pada
berumur tujuh tahun ke atas dan lima ekor larva untuk tanaman yang lebih muda
Pengendalian
Beberapa teknik pengendalian ulat api yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
Eocanthecona sp
Telur ulat kantong menetas di dalam kantong, jumlah telur ulat kantong ini
dapat mencapai hingga tiga ribu butir yang diletakkan secara berkelompok di
cm. ruas dada ulat berwarna coklat kemerahan. Umur ulat dapazt mencapai empat
bulan. Ulat ini memakan daun, bunga, serta kulit tanaman dengan sangat rakus.
sedangkan yang betina bentuknya tetap seperti ulat, tidak berubah menjadi
Imago ulat kantong berbentuk ngengat tetapi hanya ulat jantan yang akan
menjadi ngengat bersayap. Sedangkan ulat betina tetap menjdi ngengat tidak
bersayap. Ulat betina dapat bertelur hingga tiga ribu butir (Pracaya,2004).
Gejala Serangan
daun, bunga, ataupun kulit tanaman sehingga menyebabkan daun berlubang dan
menggulung karena ulat ini membentuk kantong. Ulat yang sngat muda hanya
memakan permukaan bawah daun. Ulat dewasa menghabiskan daun dan pinggir
sampai ke lidi. Serangan berawal dari pelepah daun yang lebih tua mengarah ke
pelepah daun yang lebih muda. Daun yang terserang menjadi rusak, berlubang dan
tidak utuh lagi kemudian daun menjadi kering dan berwarna abu-abu Serangan
Pengendalian
antara lain parasitoid primer dan sekunder, serta predator mempengaruhi populasi
biologi. Contoh produk Bt yaitu Dipel WP, Turex WP, Bactospene WP.
(Prawirosukarto, 2002).
ini biasanya bersifat manual, yaitu dengan cara pemangkasan pelepah yang
terdapat banyak larva ulat, mengambil larva yang sedang menyerang dengan
Dalam hal serangan hama yang terjadi di perkebunan kelapa sawit, pihak
perkebunan mempunyai cara masing-masing dalam pengendaliannya seperti
antara 200-300 telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran
diameter 200 μm dan panjang 300 μm. Permukaan telur dilapisi oleh lendir.
Setelah 5-8 hari inkubasi telur akan menjadi transparan berisi neonat (larva kecil)
yang sedang berkembang. Neonat berwarna coklat gelap dengan warna bercak
hitan yang berbeda pada bagian tengah (Basri dan Kevan 1995).
Larva memiliki kantong yang dapat dilepas. Rata-rata jumlah neonat yang
menetas dari satu kelompok telur adalah berkisar 140-210 neonat. Larva ulat
kantong bersifat polifag. Larva dapat merusak jaringan daun sebesar 66.8%.
Sekitar 60-90% neonat akan berkembang menjadi larva instar 2. Perbedaan tiap
instar larva dapat dilihat dari perbedaan panjang dari kantongnya. Instar 1
panjangnya 1.6 mm, instar 2 panjangnya 4.6 mm, instar 3 panjangnya 5.9 mm,
instar 4 panjangnya 9.5 mm, instar 5 panjangnya 11,3 mm, instar 6 panjangnya 13
Pada masa pupa, larva melekat pada kantong yang berwarna coklat
kekuningan. Pupa berukuran 6.1 mm, lebih pendek dari larva. Sex rasio
pembentukan imago betina berbanding jantan berkisar antara 10:1 hingga 2:1
mm dengan diameter 2 mm. Imago jantan berukuran panjang 10-13 mm. Imago
betina akan mati beberapa jam setelah mengeluarkan telur dengan jumlah yang
besar pada kantongnya dan imago jantan akan hidup sekitar 3-4 hari. Sayap ulat
kantong berwarna kecoklatan dengan tubuh yang berwarna hitam dan memiliki
Gejala Serangan
Kerusakan yang terjadi akibat serangan hama ini sangat kecil dan akan
terjadi kerusakan besar ketika mereka ada dalam jumlah yang sangat besar. Larva
muda memakan jaringan epidermis dan larwa yang lebih tua mampu membuat
lubang pada daun kelapa sawit. Akan terjadi nekrosis dan skeletonisasi pada
jaringan daun. Kerusakan ini akan berdampak pada pertanaman kelapa sawit ke
Tanaman dapat kehilangan hasil hingga 40% pada tahun pertama setelah
terjadi serangan hama terhadap ratusan hektar pertanaman yang telah mengalami
sempurna. Batas populasi kritis untuk ulat kantong adalah 5 ekor ulat/pelepah.
Ketika jumlah ulat melampaui batas populasi kritis maka akan dilakukan
Pengendalian
sintetik, yakni pada saat terjadi ledakan populasi yang meliputi hamparan luas dan
kepadatan populasinya di atas batas maksimum padat populasi kritis, maka dipilih
jenis dan teknik aplikasi insektisida yang aman terhadap parasitoid dan predator.
Apabila masih dijumpai populasi hama di atas padat populasi kritis, maka
Medan pada ketinggian ± 25 meter diatas permukaan laut, pada hari Selasa
tanggal 19 Septermber 2017 pada pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ulat Setothosea
asigna, Setora nitens, Mahasena corbetti, dan Metisa plana sebagai objek
praktikum, tanaman kelapa sawit sebagai objek praktikum, air sebagai bahan
untuk menyiram tanaman, tanah sebagai media tanam tanaman, kain kasa sebagai
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah polibag sebagai
wadah tanam, kayu sebagai pembuat kerangka sungkup, handsprayer sebagai alat
Prosedur Percobaan
5. Amati tingkat kerusakan dan gejala yang ditimbulkan hama setiap hari selama
Boror and Delong. 1970. An Introduction to The Study of Insect. third edition.
The State University of Ohio, United State
Buana dan Siahaan. 2003. Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit. Pertemuan Teknis
Kelapa Sawit 21 : 56-77
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops In Indonesia. P.A. Van Der Laan. PT.
Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.
Klinik Pertanian. 2011. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. http:// klinik pertanian
PPKS Marihat. Diakses pada 1 Oktober 2013.
Pahan, I., 2006. Panduan Lengkap Kelapa sawit Manajemen Agribisnis . Penebar
Swadaya, Jakarta
Syahnen dan RT Ida. 2010. Rekomendasi Pengendalian Hama Ulat Api Pada
Tanaman Kelapa Sawit di Dusun X Bandar Manis Desa Kuala Beringin
Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara. DepBun,
Medan.