Anda di halaman 1dari 9

HAMA KEPIK HITAM (Paraeucosmetus 

pallicornis) PADA TANAMAN


PADI (Oryza sativa L.)

TUGAS

OLEH:

MARIA ANGELA BR.S PELAWI


140301161
AGROTEKNOLOGI/ HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

MATA KULIAH HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROGRAM STUDI AGRTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
PENDAHULUAN
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang sangat penting di
dunia setelah gandum dan jagung. Padi digunakan sebagai bahan makanan pokok
bagi sebagian besar penduduk dunia terutama Asia sampai sekarang. Padi merupakan
komoditas strategis di Indonesia karena beras mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kestabilan ekonomi dan politik.
Peningkatan jumlah penduduk yang semakin tinggi membuat suatu
tantangan bagi dunia pertanian. Hal ini erat kaitannya dengan kebutuhan akan bahan
makanan pokok yang juga semakin bertambah. Peningkatan ini tidak diimbangi
dengan penyediaan lahan pertanian subur yang berakibat pada penurunan jumlah
produksi setiap tahunnya.
Upaya peningkatan produksi tanaman padi dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain hama dan penyakit karena dapat menyebabkan gagal panen apabila
terjadi serangan yang cukup berat. Hama dan penyakit tanaman bersifat dinamis dan
perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan biotik (fase pertumbuhan tanaman,
populasi organisme lain ) dan abiotik (iklim, musim, agroekosistem dan lain-lain).
Perubahan iklim, stadia tanaman, budidaya, pola tanam, keberadaan musuh alami,
dan cara pengendalian mempengaruhi dinamika perkembangan hama dan penyakit.
Dampak yang timbul akibat serangan hama dan penyakit menyebabkan
kerugian baik terhadap nilai ekonomi produksi, pertumbuhan dan perkembangan
tanaman serta petani sebagai pelaku budidaya tanaman dengan keunggulan panen
serta turunya kualitas dan kuantitas hasil panen.
Beberapa jenis hama utama pada tanaman padi di Kabupaten Minahasa
Selatan diantaranya Penggerek Batang Padi Putih (Scirpophaga innotata), Hama
Putih Palsu (Cnaphalocrosis medinalis) Ulat grayak (Spodoptera litura), Walang
Sangit (Leptocorisa oratorius), Hama Putih (Nympula depunctalis) dan Kepik Hitam
(Paraeucosmetus pallicornis). Pelealu (1991), menyatakan bahwa hama P.
pallicornis menyerang tanaman padi dengan mengisap bulir padi.
Sembel (2014) menyatakan bahwa P. pallicornis merupakan hama baru
yang ditemukan pada tanaman padi sejak awal tahun 1980-an di Kabupaten Bolaang
Mongondow yang keberadaannya perlu diwaspadai karena dapat menyebar dengan
cepat pada pertanaman padi di daerah lainnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Hama
Adapun klasifikasi dari hama ini menurut identifikasi terakhir dari Kepala
Balai Besar Peramalan OPT Jatisari (2009) adalah : Kelas : Insekta, Ordo :
Hemiptera, Famili :  Lygaeidae, Genus : Paraeucosmetus,
Spesies   : Paraeucosmetus  pallicornis

Kepik Hitam/Kepik Biji mempunyai karakteristik yaitu panjang tubuh 6-7


mm, tipe alat mulut menusuk menghisap, antena terdiri dari 4 ruas dan warna tubuh
didominasi warna hitam dengan sedikit corak kuning keemasan.
Telurnya berbentuk lonjong, berwarna jingga, berukuran panjang 1 mm
dan lebar 0,3 mm. Jumlah telur yang diletakkan oleh setiap betina ± 17 butir. Stadium
telur berlangsung 2,9 hari

Nimfa berbentuk ramping dan berwarna hitam menyerupai serangga


dewasanya, kecuali instar awalnya yang berwarna merah. Nimfa terdiri dari lima
instar. Instar 1 berukuran panjang sekitar 1,5 mm, sedangkan instar 5 berukuran
panjang sekitar 6,4 mm. Lama perkembangan nimfa rata-rata 30 hari.

Kepik dewasa berukuran panjang 7 – 7,5 mm. Femur tungkai depan agak
membesar serta mempunyai duri delapan buah, tungkai tengah berukuran lebih kecil
daripada tungkai belakang.  
Ciri khusus lainnya adalah femur (paha) pada tungkai depan cenderung
membesar dan masing-masing mempunyai 4 duri (spina) agak besar dan 4 duri kecil.
Kepala berbentuk oval dengan mata ocelli yang menonjol.

Masa pra-oviposisi sekitar 2 hari, masa peneluran 8 hari, lama hidup


imago betina 13 hari dan  yang jantan 6 hari. Dengan demikian siklus hidup kepik
jantan rata-rata 38 hari dan betina 45 hari.
Nimfa dan imago aktif pada pagi dan senja hari. Pada siang hari nimfa dan
imago bersembunyi pada pangkal batang. Nimfa instar awal (1-2) umumnya berada
pada pangkal batang, mengisap cairan pangkal batang tanaman. Nimfa instar
berikutnya dan imago merusak bulir dengan menusukkan stiletnya ke dalam bulir
sambil menghisap cairan gabah.
Kepik hitam aktif pada pagi dan senja hari. Pada siang hari berlindung di
pangkal batang/rumpun padi atau pada vegetasi rerumputan di permukaan tanah.
Nimfa instar instar-1 dan -2 umumnya berada pada pangkal batang, mengisap cairan
tanaman padi dan rerumputan. Nimfa instar berikutnya dan imago merusak bulir padi.
Di lapangan lebih banyak ditemukan pada fase matang susu terutama pada kondisi
lembab dan cocok bagi kehidupan kepik hitam
Gejala Serangan
Kerusakan yang ditimbulkan oleh Kepik Hitam ini antara lain yaitu beras
menjadi coklat kehitaman, mudah hancur apabila digiling dan apabila dimasak terasa
pahit. Serangga cenderung mengisap bulir-bulir padi pada pagi hari, sebagian
didapatkan pada daun maupun batang. Serangga dapat ditemukan pada tanaman muda
sampai dengan tanaman menjelang panen. Pada sore hari serangga sangat aktif
bergerak di bagian tanaman dan di bagian tanah, sebagian lagi cenderung
bersembunyi di rekahan tanah. Pada setiap rumpun dapat ditemukan  10 – 20 ekor
serangga dengan berbagai stadia.
Hasil penelitian di lapang menunjukkan bahwa serangga hama P. pallicornis
baik stadia nimfa dan imago aktif di permukaan tanaman pada malai padi dan ujung-
ujung daun. Aktifitas dari serangga ini pada siang hari nimfa dan imago turun ke
bagian bawah tanaman untuk berlindung dan beristirahat di antara daun.
Hama P. pallicornis merusak isi bulir tanaman padi sampai matang susu, sehingga
menyebabkan biji menjadi ramping. Hama ini mulai berada di pertanaman saat padi
berada dalam fase bunting sampai saat panen.
Pelealu (1991) dan Watung (1996) menyatakan bahwa nimfa P. pallicornis
instar I dan II hiduppada tanaman padi fase vegetatif dengan cara menghisap cairan
permukaan batang padi. Nimfa instar III, IV, V dan imago hidup pada tanaman padi
fase generatif, dan mengambil makanan dengan cara menghisap cairan bulir tanaman
padi.
Pengendalian
Upaya pengendalian hama oleh petani masih mengandalkan penggunaan
pestisida kimia. Beberapa jenis pestisida yang umumnya digunakan adalah Arjuna
200 EC, Curacron 500 EC, dan Matador 25 EC. Dalam pengendalian hama,
penggunaan pestisida yang tidak bijaksana bukan saja membunuh organisme sasaran
tetapi juga dapat membunuh serangga lain seperti predator dan parasitoid.
Pengolahan tanah dan sanitasi lingkungan untuk menghilangkan sumber
serangan, gulma dan mematikan populasi hama yang ada. Pemupukan yang
berimbang dengan dosis spesifik lokasi yang diharapkan dapat member ketahanan
pada tanaman. Pengaturan jarak tanam dibuat agak lebar untuk menciptakan kondisi
lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan hama. Misalnya tanam sistem
legowo 2:1. Jarak tanam yang terlalu rapat mempertinggi kelembaban iklim mikro
yang menjadi faktor pendorong berkembangan hama. Melakukan pergiliran varietas
padi dan pola tanam padi – palawija. Melakukan pengaturan air secara berkala untuk
mengurangi kelembaban di sekitar pertanaman.
Di daerah Sulawesi Utara juga telah dikembangkan pengendalian hama ini
secara biologi dengan memanfaatkan mikroorganisme berupa cendawan Beauveria
bassiana. Beauveria bassiana adalah cendawan entomopatogen yang telah terbukti
dapat dimanfaatkan sebagai agens hayati untuk mengendalikan berbagai jenis OPT.
Penggunaan B. basiana aplikasinya aman bagi manusia dan tidak menimbulkan
pencemaran terhadap lingkungan.
Aplikasi B. bassiana terhadap hama Paraeucosmetus sp. pada tanaman padi,
menunjukkan gejala serangga mulai terlihat agak lambat bergerak lalu mengalami
kematian. Pada permukaan tubuh hama mulai terlihat adanya miselium yang
berwarna putih menyerupai kapas terutama pada pertemuan antara kepala dan toraks,
segmenantena, femur, tibia, dan pada segmen abdomen, pada hari selanjutnya, tubuh
serangga mulai mengalami mummified atau sebagian tubuh serangga uji telah
ditumbuhi oleh miselium yang berwana putih menyerupai kapas
Selain itu, jenis pengendalian lain yang dapat digunakan adalah dengan
mengaplikasikan pestisida nabati yang bahan dasarnya berupa ekstrak daum mimba
yang mengandung azadirachtim (C35H44O16), yang merupakan racun perut bersifat
penghambat pertumbuhan yaitu menggangu proses fisiologi serangga.
DAFTAR PUSTAKA
Kaparang, C.L., J. Pelealu., C.H.L Salaki., 2011. Populasi Dan Intensitas Serangan
Paraecosmetus pallicornis Pada Tanaman Padi di Kabupaten Minahasa
Selatan. FP Sam Ratulangi, Manado.

Rahayu M, Muhammad Taufik, La Karimuna and Andi Khaeruni, 2015. The Biology
of Black Ladybug (Paraeucosmetus Pallicornis Dallas): A New Pest on Rice
in Southeast Sulawesi. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 9
(23).

Rahayu M, Muhammad Taufik, La Karimuna and Andi Khaeruni, 2015. The Biology
of Black Ladybug (Paraeucosmetus Pallicornis Dallas): A New Pest on Rice
in Southeast Sulawesi. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 9
(23).

Anda mungkin juga menyukai