Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI HAMA TANAMAN


ACARA I
IDENTIFIKASI HAMA TANAMAN PANGAN

Disusun oleh :
Nama

: AFRIDA SHINTA RAHMAWATI

NIM

: 14/366889/PN/13785

Golongan

: C1.2

Asisten

: Fervita Sela Ragadisa


Renold Saragih
Yopi Wahyu Febrianto

LABORATORIUM PENGENDALIAN HAYATI


DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

1. Burung Pemakan Biji

Lonchura leucogastroides
(www.knowledge.irri.org)
- Serangan: hama burung pemakan biji menyerang tanaman padi pada fase
-

generatif.
Tanda dan Gejala: hama ini menyebabkan kerusakan dan kehilangan pada biji
padi, akibatnya bulir padi kosong sehingga gabah tidak bisa dipanen.
Morfologi hama: burung pemakan biji.
Salah satu hama padi yang sangat mengganggu petani adalah burung pemakan

padi. Burung pemakan padi ini banyak jenisnya, antara lain burung pipit atau bondol
jawa (Lonchura leucogastroides), bondol peking (Lonchura punctulata), bondol haji
(Lonchura maja), manyar jambul (Ploceus manyar), manyar emas (Ploceus
hypoxanthus), dan burung gereja erasia (Passer montanus) (Sumariadi, 2013).
- Bioekologi: Biasanya, burung mulai menyerang tanaman padi ketika padi sudah
mulai berisi. Penyerangan ini bisa sangat merugikan petani karena dilakukan
secara berkoloni atau berkelompok dalam jumlah yang besar. Satu kelompok bisa
terdiri dari paling sedikit 5 ekor, dan tiap kelompok mudah bergabung dengan
jenis kelompok lainnya membentuk kelompok yang lebih besar. Akibatnya,
jumlah gabah padi yang dimakan burung-burung ini tidak dapat diabaikan.
(Sumariadi, 2013).

2. Walang Sangit (Leptocorisa spp.)

(www.knowledgebank.irri.org)
-

Serangan: hama walang sangit menyerang tanaman padi ketika fase generatif

Tanda dan Gejala: malai kosong, tidak terbentuk bulir, malai tegak, batang dan
tangkai berwarna coklat

Morfologi hama: hama ini bertipe mulut pencucuk penghisap


Walang sangit adalah serangga bertipe mulut pencucuk penghisap. Hama ini

menyerang padi pada stadia biji masak susu. Hama ini menyerang sejak tanaman
berbunga hingga stadia masak susu. Serangan awal akan menyebabkan bulir padi
menjadi hampa sedangkan serangan pada stadia masak susu atau setelahnya akan
mengakibatkan pengisian bulir padi tidak penuh dan terjadi grain discoloration.
Kerugian bisa mencapai 40 % akibat serangan hama ini.
- Bioekologi: stadia imago
Serangga dewasa walang sangit meletakkan telur pada bagian atas daun tanaman
namun yang lebih disukai adalah daun bendera. Telur diletakkan satu per satu
dalam 1-2 baris. Lama stadia telur bergantung pada keadaan suhu. Nimfa yang
baru menetas kemudian mencari bulir padi sebagai makanannya. Pada suhu yang
lebih dingin, lama periode telur dan nimfa semakin panjang. Biasanya walang
sangit dewasa ataupun nimfa aktif mencari makan pada pagi dan sore hari. Walang
sangit dewasa akan pindah ke rerumputan dan tanaman perdu dan bertahan hidup
disitu sampai ada pertanaman padi yang cocok untuk berkembang biak. Curah
hujan yang berselang-seling menyebabkan populasi hama ini meningkat
(Kartohardjono, et. al., 2009).
3. Tikus (Rattus argentiventer)

(www.batconsultancy.co.uk)
-

Serangan: hama tikus menyerang pada fase generatif

Tanda dan Gejala: tanaman padi rusak karena dimakan oleh tikus sehingga batang
patah dan kerugian terjadi di seluruh bagian tanaman

Morfologi hama: tikus termasuk hewan pengerat


Dalam budidaya tanaman padi banyak terjadi serangan hama tikus (Rattus

argentiventer Rob & Kloss), kehilangan hasil produksi akibat serangan tikus cukup
besar, karena menyerang tanaman sejak di persemaian hingga menjelang panen. Pada
fase vegetatif populasi tikus umumnya masih relatif rendah, seterusnya akan
meningkat saat tanaman padi berada pada fase generatif. Tikus dapat menyerang padi
pada fase vegetatif dengan menggigit dasar anakan rumpun sampai hancur. Biasanya
dimulai dari bagian tengah petakan kemudian dilanjutkan ke pinggir pematang sawah.
- Biekologi: tikus merupakan hama yang relatif sulit dikendalikan karena memiliki
kemampuan adaptasi, mobilitas, dan kemampuan berkembangbiak yang pesat
serta daya rusak yang tinggi, hal ini menyebabkan hama tikus selalu menjadi
ancaman pada pertanaman padi. Potensi perkembangbiakan tikus sangat
dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanan yang tersedia. Tikus bersifat
omnivora atau pemakan segala jenis makanan, akan tetapi dalam hidupnya tikus
membutuhkan makanan yang kaya akan karbohidrat dan protein seperti bulir padi,
kacang tanah, jagung, umbi-umbian, dan biji-bijian. Menurut Sianturi (1990)
dalam Rusdy & Fatmal (2008), mobilitas tikus tergantung kepada natalitas dan
mortalitas. Jika makanan tersedia di lapangan maka satu populasi akan
membentuk beberapa populasi lainnya, bila makanan berkurang maka akan terjadi
mortalitas yang tinggi di lapangan. Populasi yang baru terbentuk akan kembali ke
populasi yang lama dengan 2 macam pergerakan, yaitu: pergerakan harian dalam
mencari makan sehari-hari dengan jarak 100 m dan pergerakan musiman dengan
jarak pergerakan mencapai 500 m (Rusdy & Fatmal, 2008).
4. Sundep

Serangan: hama sundep menyerang pada fase vegetatif

Tanda dan Gejala: padi yang terkena sundep memiliki gejala daun berwarna
kuning, dimana semakin berat serangannya maka warna kuning akan semakin
merata. Selain itu, pucuk batang yang digerek menjadi kering sehingga mudah
dicabut. Ketika dicabut, maka akan terlihat bekas gerekan dan terkadang masih
ditemukan larva hama tersebut.

Morfologi hama: hama yang menyerang memiliki tipe mulut pencucuk penghisap

Bioekologi : stadia yang menyerang adalah stadia larva. Hama tersebut merusak
dengan cara meletakkan telur pada pelepah daun bagian dalam kemudian menetas
dan mulai memakan pelepah daun. Kemudian larva masuk ke dalam batang,
menggerek dan memakan batang bagian dalam sehingga jaringan pembuluh
batang terpotong sehngga memotong jaringan pengangkut hara (Anonim. 2016).
Menurut Baehaki (2013), hama yang menyebabkan sundep bermacam- macam,
diantaranya adalah:
a. Penggerek batang padi kuning, Scirpophaga (Tryporyza) incertulas (Walker),
juga dikenal dengan nama yellow borer of rice atau paddy stem borer atau rice
stem borer.

(www.antsofafrica.org)
b. Penggerek batang padi putih Scirpophaga (Tryporyza) innotata (Walker) juga
dikenal dengan nama white rice borer.

(www.insecta.pro)
c. Penggerek batang padi bergaris Chilo suppressalis juga disebut strip stalk
borer, rice chilo, Asian rice chilo, atau pale headed striped rice.

(www.forestryimages.org)
d. Penggerek batang padi merah jambu Sesamia inferens (Walker) juga disebut
pink borer, tersebar di kawasan oriental arah timur sampai palaertic.

(www.russellipm.com.cn)

5. Spodoptera litura (Ulat Grayak)

(www.forestryimages.org)
-

Serangan: ulat grayak menyerang tanaman kedelai pada fase vegetatif

Tanda dan Gejala: serangan pada daun mengakibatkan daun berlubang dan rusak
tidak beraturan

Morfologi hama: memiliki tipe mulut penggigit pengunyah


Serangan parah terjadi pada musim kemarau, pada saat kelembaban udara
ratarata 70% dan suhu udara18-23%. Pada saat cuaca demikian, ngengat akan
terangsang untuk berkembang biak serta prosentase penetasan telur sangat tinggi,
sehingga populasinya menjadi sangat tinggi dan tingkat serangannya jauh
melampaui ambang ekonomi. Kerusakan daun yang diakibatkan larva yang masih
kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas,
transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja (Embriani, 2014).

Bioekologi: Stadia larva


Spodoptera litura betina meletakkan telur secara berkelompok pada permukaan
daun, tiap kelompok telur terdiri atas 350 butir. Kelompok telur tertutup bulu
seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung imago betina.
Telur akan menetas setelah 4 11 hari, setelah itu larva akan bergerak memakan
bagian daun tumbuhan (Miyahara et al., 1971 cit Lestari et al., 2013).

6. Orseolia oryzae (Puru)

(www.nabg-nbaii.re.in)
-

Serangan: hama ini menyerang tanaman padi pada fase vegetatif.

Tanda dan Gejala: batang padi yang terserang hama ini akan membengkak.

Morfologi hama: Orselia oryzae memiliki tipe mulut pencucuk penghisap


Orselia oryzae merupakan hama ganjur pada padi. Serangga ini menyerang titik

tumbuh padi, tunas yang diserang akan terbentuk puru sehingga di beberapa daerah
dikenal dengan nama hama bawang atau hama mending. Pada serangan berat,
tanaman padi yang terserang akan menstimulir pembentukan tunas baru dan tunas
yang terserang tidak akan membentuk malai sehingga dapat menyebabkan puso. Di
daerah endemis, padi yang waktu tanamnya lambat akan terserang oleh hama ini.
Tanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi mendapat serangan ganjur lebih
berat.
- Bioekologi: stadia imago
Telur diletakkan di permukaan daun kemudian dalam 3-4 hari akan menetas
menjadi larva yang menuju titik tumbuh. Pupa yang semula berada di pangkal
tanaman semakin lanjut maka tunas akan terbentuk puru. Imago keluar dari puru,
imago aktif di malam hari. Imago serangga ni berbentuk seperti nyamuk berwarna
merah kecoklatan. Serangga ini menyukai keadaan lembab, selain itu serangan
hama ini rendah ketika tanaman muda dan meingkat ketika tanaman berumur 30
hari (Kartohardjono, et. al., 2009).

7. Belalang Kembara (Locusta migratoria manilenses Meyen)

(www.natural-japan.net)
-

Serangan: belalang kembara menyerang pada fase vegetatif dan generatif

Tanda dan Gejala: serangan hama ini akan menyebabkan daun berlubang bekas
gigitan belalang.

Morfologi hama: hama ini memiliki tipe mulut penggigit pengunyah.


Belalang biasanya menyerang tanaman rerumputan seperti padi, jagung, tebu,

serai, bambu, dan palem. Tanaman yang diserang daunnya akan terpotong dan tinggal
tulang daunnya.
- Bioekologi: belalang dewasa meletakkan telur di dalam tanah dengan kedalaman 6
cm, setelah umur 17-22 hari telur menetas dan menjadi dewasa. Keberadaan
belalang ini biasanya dalam jumlah kecil yang disebut fase solitaria sehingga tidak
menimbulkan kerusakan. Apabila kelompok-kelompok kecil ini bergabung
menjadi rombongan besar, maka terjadi migrasi besar-besaran dan bergerak sangat
jauh disebut fase gregaria. Pada fase ini terjadi kerusakan berat pada tanaman
pertanian dan menjadi sangat berbahaya jika migrasi ke daerah tanaman pangan
(Kartohardjono, et. al., 2009).

8. Sitophilus oryzae

(www.zipcodezoo.com)
-

Serangan: Sitophilus oryzae menyerang pada masa pasca panen

Tanda dan Gejala: berlubang, hancur dan memicu pertumbuhan

berlubang,

hancur dan menyebabkan kehilangan berat.


-

Morfologi hama: serangga ini memiliki tipe mulut penggigit pengunyah.

Bioekologi: menyerang saat stadia imago. Sitophilus oryzae merupakan serangga


hama pascapanen yang banyak menyerang beras selama penyimpanan,
menyebabkan

susut

bobot

dan

kualitas.

Aktivitas

metabolik

S.oryzae

menghasilkan air, sehingga pada varietas yang rentan yang memiliki populasi
lebih tinggi, kadar airnya juga lebih tinggi. Semakin tinggi kandungan lemak
tinggi, semakin disukai oleh imago S. oryzae (Kamsiati, et. al., 2013).
9. Spodoptera litura

(www.forestryimages.org)
-

Serangan: ulat grayak menyerang tanaman kedelai pada fase vegetatif

Tanda dan Gejala: serangan pada daun mengakibatkan daun berlubang dan rusak
tidak beraturan

Morfologi hama: memiliki tipe mulut penggigit pengunyah


Serangan parah terjadi pada musim kemarau, pada saat kelembaban udara
ratarata 70% dan suhu udara18-23%. Pada saat cuaca demikian, ngengat akan
terangsang untuk berkembang biak serta prosentase penetasan telur sangat tinggi,
sehingga populasinya menjadi sangat tinggi dan tingkat serangannya jauh
melampaui ambang ekonomi. Kerusakan daun yang diakibatkan larva yang masih

kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas,


transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja (Embriani, 2014).
-

Bioekologi: Stadia larva


Spodoptera litura betina meletakkan telur secara berkelompok pada permukaan
daun, tiap kelompok telur terdiri atas 350 butir. Kelompok telur tertutup bulu
seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung imago betina.
Telur akan menetas setelah 4 11 hari, setelah itu larva akan bergerak memakan
bagian daun tumbuhan (Miyahara et al., 1971 cit Lestari et al., 2013).

10. Bruchus chinensis (Kumbang bubuk kacang hijau)

(www.daf.qld.gov.au)
-

Serangan: hama yang menyerang kacang hijau pada masa pasca panen atau
penyimpanan

Tanda dan Gejala: Gejala serangan pertama pada kacang hijau tampak bintikbintik putih,setelah itu kacang hijau menjadi berlubang-lubang akibat gerekan
larva dan imago kemudian biji berubah menjadi bubuk atau tepung.

Morfologi hama: memiliki tipe mulut penggigit pengunyah

Bioekologi : hama ini menyerang pada stadia larva dan imago. Imago
Callosobruchus chinensis meletakkan telur pada permukaan biji dan setelah 5-6
hari telur menetas. Larva kemudian mulai menggigit biji, masuk ke dalam biji dan
memakan kotiledon. Larva memakan biji hingga berkembang menjadi imago dan
keluar dari biji dalam keadaan biji yang telah rusak (Howe & Currie, 1964).

11. Sesamia inferens

(www.nbair.res.in)
-

Serangan: hama penggerek batang ini menyerang pada fase vegetatif

Tanda dan Gejala: serangan hama Sesamia inferens pada jagung hampir sama
dengan serangan pada padi. Larva Sesamia inferens mauk ke dalam batang dan
menggerek batang sehingga batang berlubang

Morfologi hama: tipe mulut hama ini adalah penggigit pengunyah

Bioekologi : hama ini menyerang pada stadia larva.


Imago hama berupa ngengat berwarna coklat, sayap depan bergaris coklat tua
memanjang dan sayap belakang putih meletakkan telur di bawah permukaan daun.
Setelah 6 hari, telur menetas menjadi larva. Kemudian larva mulai bergerak dan
masuk ke dalam batang jagung untuk memakan dan menggerek batang jagung.
Penyebarannya luas dan bersifat polifag. Dapat hidup dari tumbuhan famili
Graminae dan Cyperaceae. Penggerek batang padi merah jambu lebih beradaptasi
pada lingkungan darat karena tanaman inang yang beragam (Kaur, et. al.,2015).

12. Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera)

(www.alamy.com)
-

Serangan: hama penggerek tongkol jagung menyerang pada fase generatif

Tanda dan Gejala: tongkol jagung rusak dan tidak utuh

Morfologi hama: tipe mulut hama ini penggigit penguynah

Helicoverpa armigera merupakan larva penggerek tongkol jagung yang dapat


merusak tongkol jagung, akibatnya kualitas jagung muda menurun kalau dijual
harganya murah. Tongkol dapat dirusak secara keseluruhan kalau serangannya diikuti
oleh tumbuhnya cendawan yang menghasilkan mikotoksin. Penggerek ini juga dapat
menyerang tanaman muda terutama pada pucuk atau malai yang dapat mengakibatkan
tidak terbentuknya bunga jantan, berkurangnya hasil atau produksi bahkan tanaman
dapat mati
- Biekologi: Imago meletakkan telur pada jambul tongkol jagung pada malam hari.
Seekor betina mampu bertelur 1000 butir, stadium telur 2-5 hari hingga menjadi
larva. Larva yang baru menetas akan memakan jambul tongkol, kemudian
membuat lubang masuk ke tongkol. Larva akan meninggalkan kotoran pada
tongkol dan tercipta iklim yang cocok untuk pertumbuhan jamur yang
menghasilkan mikotoksin sehingga tongkol rusak. Larva instar terakhir akan
meninggalkan tongkol dan membentuk pupa dalam tanah. Stadium pupa berkisar
antara 12-14 hari. Perkembangan telur sampai menjadi imago sekitar 35 hari.
Imago akan meletakkan telur pada saat tanaman berbunga, sehingga larva
mendapatkan tongkol yang cocok untuk perkembangannya (Kalshoven, 1981 cit.
Zaidun, 2004).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Penjelasan Sundep Hama Tanaman Padi. https://hkti.org/penjelasan-sundephama-tanama-padi.html. Diakses pada 25 September 2016.
Baehaki. 2013. Hama penggerek batang padi dan teknologi pengendaliannya. Iptek Tanaman
Pangan. 8 (1) : 1-14.
Embriani. 2014. Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) sebagai Hama. Balai Besar
Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan, Surabaya.
Howe R.W., dan

J.E. Currie. 1964. Some laboratory observations on the rates of

development, mortality and oviposition of several species of Bruchidae breeding in


stored pulses. Bulletin of Entomological Research. 55(3) :437-477.
Kamsiati, E., E. Darmawati, dan Y. Haryadi. 2013. Screening varietas padi lokal Kalimantan
Tengah terhadap serangan Sitophilus oryzae selama penyimpanan. Jurnal Pangan. 22
(2) : 345-356.
Kartohardjono, A., D. Kertoseputro, dan T. Suryana. 2009. Hama Padi dan Potensial
Pengendaliannya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Kaur, J., P. Kumar, J. Singh, Subi S.B., dan D.R. Bajya. 2015. Egg laying pattern of Sesamia
inferens on maize (Zea mays). Indian Journal of Agriculture Science. 85 (1) : 109-113.
Lestari, S., T. B. Ambarningrum, dan H. Pratiknyo. 2013. Tabel hidup Spodoptera litura Fabr.
Dengan pemberian pakan buatan yeng berbeda. Jurnal Sain Veteriner. 31 (2): 166-179.
Rusdy, A., dan I. Fatmal. 2008. Preferensi tikus (Rattus argentiventer) terhadap jenis umpan
pada tanaman padi sawah. Jurnal Floratek. 3 : 69-73.
Sumariadi, Wildian, dan M. Yusfi. 2013. Aplikasi mikrokontroler AT89S52 sebagai
pengontrol sistem pengusir burung pemakan padi dengan bunyi sirine. Jurnal Fisika
Unand. 2 (1): 64-71.
Zaidun. 2004. Pengendalian Hama Jagung dengan Sistem Pengaturan Waktu Tanam di Lahan
Kering Beriklim Basah. Balai Penelitian Lahan Rawa, Banjarbaru.

Anda mungkin juga menyukai