PENDAHULUAN
Pertama kali dikenalkan sejak abad 15 oleh bangsa Portugis. Tanaman ini berasal
dari benua Amerika yang telah lama dikenal dan dibudid ayakan sejak ribuan tahun
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur, Nusa
Tenggara, Sulawesi Utara dan Selatan sampai Maluku. Daerah Jawa Timur
merupakan 8 produsen utama jagung, sekitar 40% dari hasil nasional. Produksi
jagung secara nasional, selama lima tahun terakhir rata-rata mencapai 9.740.600
Indonesia masih mengimpor jagung rata-rata 1-2 juta ton/tahun karena kebutuhan
jagung terutama untuk bahan baku pakan ternak terus meningkat (Rohman, 2014)
Pada lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2013-2017 produksi jagung
memproduksi jagung sebesar 18,51 juta ton dan pada tahun 2017 produksinya
sudah mencapai 27,95 juta ton. Daerah yang paling banyak menyumbangkan
produksi jagung adalah Jawa Timur, yaitu sebesar 6,18 juta ton pada tahun 2017.
sebesar 3,51 juta ton. Secara keseluruhan produksi jagung tahun 2017 meningkat
1
Banyak faktor yang menyebabkan penurunan produksi, antara lain adanya
gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). OPT yang terdiri dari hama,
penyakit, dan gulma merupakan kendala utama dalam budi daya tanaman.
sp. dan Aphis spp. Selain itu,saat ini ditemukan hama yang sering menimbulkan
kerusakkan ekonomi yang cukup parah yaitu hama FAW yang berperan sebagai
Fall Armyworm (FAW) atau ulat grayak (Spodoptera frugiperda J.E. Smith)
merupakan serangga asli daerah tropis dari Amerika Serikat hingga Argentina.
Larva FAW dapat menyerang lebih dari 80 spesies tanaman, termasuk jagung,
padi, sorgum, jewawut, tebu, sayuran, dan kapas. FAW dapat mengakibatkan
kehilangan hasil yang signifikan apabila tidak ditangani dengan baik. Hama ini
memiliki beberapa generasi per tahun, ngengatnya dapat terbang hingga 100 km
mulai dari fase vegetatif sampai fase generatif (Prasanna et al., 2018) dan tingkat
(Trisyono et al., 2019). Berkenan dengan hal tersebut maka peneliti bermaksud
2
meneliti uji beberapa bahan aktif pestisida kimia pada larva FAW di Labolaturium
untuk mengetahui salah satu jenis bahan aktif pestisida kimia yang dapat menekan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis bahan aktif kimia yang
Kegunaan dari penelitian ini Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat
informasi pada masyarakat dan petani tentang adanya hama baru yang muncul dan
3
II.TINJAUAN PUSTAKA
dilaporkan di Indonesia. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian ini
dengan tujuan untuk mengetahui salah satu bahan aktif pestisida kimia yang
4
2.2.2 Biologi hama Ulat grayak (Spodoptera frugiperda)
mampu terbang sejauh 100 km perhari dengan bantuan angin. Hal ini telah
Jangkauan sebaran hama ini cenderung ke negara bagian Tenggara. Pada tahun
2016 dilaporkan untuk pertama kalinya masuk ke Afrika Barat dan Tengah
(Nonci, et al 2019).
berwarna putih bening atau hijau pucat saat baru diletakkan, pada hari berikutnya
berubah warna menjadi hijau kecoklatan, dan pada saat akan menetas berubah
menjadi coklat, terkadang ditutupi dengan bulu-bulu halus yang berwarna putih
akan terpencar mencari tempat berlindung dan tempat makan. Larva S. frugiperda
5
Larva instar 1 hingga 5. Larva muda berwarna pucat, kemudian menjadi
cokelat hingga hijau muda, dan berubah menjadi lebih gelap pada tahap
dari larva neonatus hingga menjadi larva instar akhir, tergantung kondisi
Larva instar akhir (stadia 6) atau larva instar 3 yang paling mudah
belakang, diikuti garis hitam dan garis kuning di samping. Terlihat empat titik
hitam yang membentuk persegi di segmen kedua dari segmen terakhir, setiap titik
Larva instar 6 yang berwarna coklat tua selanjutnya akan membentuk pupa
di dalam tanah. Pupa berwarna coklat gelap, pupa sangat jarang ditemukan pada
batang. Perkembangan pupa dapat berlangsung selama 12-14 hari, sebelum tahap
dewasa muncul.
Ngengat memiliki lebar bentangan sayap antar 3-4 cm. Sayap bagian depan
epidermis yang transparan. Larva instar 2 dan 3 membuat lubang gerekan pada
daun dan memakan daun dari tepi hingga ke bagian dalam. Larva FAW
6
mempunyai sifat kanibal sehingga larva yang ditemukan pada satu tanaman
jagung antara 1-2, perilaku kanibal dimiliki oleh larva instar 2 dan 3. Larva instar
tulang daun dan batang tanaman jagung. Kepadatan rata-rata populasi 0,2 - 0,8
yaitu terdapat serbuk kasar menyerupai serbuk gergaji pada permukaan atas daun,
atau disekitar pucuk tanaman jagung. Gejala Awal dari serangan FAW mirip
dengan gejala serangan hama-hama lainnya pada tanaman jagung. Jika larva
merusak pucuk, daun muda atau titik tumbuh tanaman, dapat mematikan tanaman.
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar
seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar
yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan
seminal akan berhenti pada fase V3. Perkembangan akar jagung (kedalaman dan
7
penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia
tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan indikator
(Rinaldi, 2009).
(Nonci.N., 2013).
lokasi pengamatan dengan populasi rata-rata 1,2-7,3 ekor per tanaman. Hama ini
merupakan hama penting pada tanaman jagung di Indonesia dan sejumlah Negara
hama, juga berfungsi sebagai vector penyakit maize stunt spiroplasma dan maize
Hama baru yang muncul menyerang tanaman jagung yaitu ulat grayak
frugiperda) merupakan serangga asli daerah tropis dari Amerika Serikat hingga
Argentina. Hama ini mempunyai daya jelajah tinggi, kecepatan reproduksi tinggi
8
Larva S. frugiperda ditemukan pada pucuk tanaman. Pucuk tanaman yang
terserang bila daun belum membuka penuh (kuncup) tampak berlubang dan
terdapat banyak kotoran fases larva. Jika daun sudah terbuka maka akan terlihat
banyak bagian daun yang rusak, berlubang bekas gerekan larva. Larva biasanya
menetap pada pucuk tanaman. Namun gejala serangan S. frugiperda pada pucuk
tanaman jagung mirip dengan gejala yang disebabkan oleh larva Mythimna
menjadi bias jika tidak diamati secara langsung keberadaan larva serangga yang
2.4.1 Klorantiniprol
predator maupun pollinator (Dinter et al., 2008; Brugger et al., 2010). Kloran-
serangga yang mengakibatkan terjadinya perge- rakan otot yang tidak beraturan,
mengendalikan Diptera dan Lepidoptera tertentu yang dapat bekerja sebagai racun
kontak dan racun perut (Brugger et al., 2010; Liu et al., 2017), sehingga dapat
diaplikasikan langsung pada daun, atau pada larva atau pada keduanya.
9
2.4.2 Spinoteram
merupakan turunan insektisida alami yang berasal dari hasil hasil fermantasi
2.4.3 Deltametrin
Deltametrin adalah insectisida piretroid sintetik dan salah satu yang paling
untuk aplikasi pada berbagai tanaman dan didalam ruangan terhadap hama seperti
spectrum luasbertindak sebagai racun kontak dan racun perut (Dietz et al.2009;
Bhanu et al. 2011). Deltametrin mempengaruhi system pariferal dan saraf pusat
akhirnya serangga mati (Matsumura 1985; Davies et al. 2007 cit Garcia
2.4.4 Karbaril
luas sebagai nematosida dan akarisida (Bonner et al., 2005; Tejada et al., 1990;
Cogeger et al., 1998). Golongan karbamat pertama kali disintesis pada tahun 1967
10
buah-buahan pada padi, jagung, jeruk, alfalfa, ubi jalar, kacang-kacangan dan
tembakau (Risher et al., 1987; Bonner et al., 2005; TOBIN, 1970; Tejada et al.,
lapangan terdiri dari jenis karbofuran, karbaril dan aldikarb. Sementara itu,
beberapa jenis pestisida golongan karbamat yang umum digunakan pada lahan
sawah irigasi dan tadah hujan di Jawa Tengah antara lain karbaril (Sevin™),
2.4.5 Abamectin
( Djojosumarto, 2008 ). Insektisida yang bersifat racun kontak masuk dalam tubuh
serangga tempat insektisida aktif bekerja. Serangga akan mati jika bersinggungan
11
Insektisida umunnya memasuki tubuh serangga melalui bagian yang
dilapisi oleh kutikula yang tipis, seperti selaput antar luas, saleput persendian pada
insektisida tersebut. Oleh karena itu, serangga harus memakan tanaman yang
kutu daun Aphis pomi, ulata grayak ( spodoptera litura F. ), penggerek daun
( Prabaningrum 2012 ).
sebanyak 18 g/L. insektisida ini memeiliki daya kerja luas dan hanya dengan dosis
rendah tapi berdaya kerja cepat dalam mengendalikan hama. Mempunyai daya
2.5 Hipotesis
Terdapat salah satu perlakuan bahan aktif kimia yang berpengaruh dalam
12
III. METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cawan petri, gunting, pinset,
kertas saring, kaca preparat, wadah kecil, hand sprayer, Cutter, alat tulis menulis
yang dicobakan adalah dosis bahan aktif kimia yang terdiri dari 6 perlakuan yakni
P0= kontrol, P1= bahan aktif klorantiniprol 2 ml/l, P2= bahan aktif spinoteram 1
ml/l, P3= bahan aktif deltametrin 1 ml/l, P4= bahan aktif karbaril 1 gram dan P5=
bahan aktif abamectin 0,5 ml/l. Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga
13
III.4 Pelaksanaan Penelitian
a
I = × 100 %
b
Keterangan :
14
3.6 Analisis Data
dan jika terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Jujur (BNJ).
15