PENYAKIT JAGUNG
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN PAPUA
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG
1. Mekanik
Pengumpulan kelompok telur, larva dan
pupa kemudian dimusnahkan
Aplikasi abu gosok, pasir, tanah, kapur b.
Hayati
2. Hayati
a. Konservasi musuh alami
Memasukkan kelompok telur dalam
tabung parasitoid
Menanam tanaman refugia
Mengurangi pemakaian herbisida
b. Pemanfaatan entomopatogen
(Metarhizium rileyi, Bacillus
thuringiensis)
UPAYA PENGENDALIAN UGF DI INDONESIA
Beberapa biopestisida yang diketahui dapat mengendalikan UGF dan telah terdaftar
4. Kultur teknis:
Tanam serempak dalam hamparan luas. Tanaman
yang terlambat tanam akan terserang lebih parah
5. Penggunaan insektisida
Bahan aktif : emamektin benzoat, tiametoksam,
siantraniliprol, spinetoram (gunakan produk yang emamektin benzoat tiametoksam
terdaftar di Kementan)
Aplikasi pada titik tumbuh dengan prinsip 6
Tepat
Di daerah endemis, dapat dilakukan perlakuan
benih
(perendaman)
o Siantraniliprol 20% SC 20 ml per 1 kg benih
o Klorantraniliprol 62.5 % FS 7 ml per 1 kg siantranilipro spinetoram
benih
Lakukan pergantian bahan aktif untuk mencegah
PENYAKIT BULAI
Disebabkan oleh patogen Perenosclerospora spp.
P. philippinensis
GEJALA PENYAKIT BULAI
Sorghum
Java downy downy Brown stripe
mildew on mildew on downy mildew
maize maize on maize
Epidemiologi
Pembentukan konidia patogen ini menghendaki air bebas, gelap, dan suhu tertentu.
P. maydis di bawah suhu 24 °C, P. philippinensis 21-26 °C. Beberapa faktor yang
mendorong percepatan perkembangan penyakit bulai yaitu suhu udara yang relatif
tinggi yang disertai kelembaban tinggi.
Tanaman inang
Avena sativa (oat), Digitaria spp. (jampang merah), Euchlaena spp. (jagung liar),
Heteropogon contartus, Panicum spp.(millet, jewawut), Setaria spp. (pokem/seperti
gandum), Saccharum spp.(tebu), Sorghum spp., Pennisetum spp. (rumput gajah),
dan Zea mays (jagung). (Wasmo dan Burhanuddin, 2007: Azis, 2010).
PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI
1. Penggunaan varietas tahan seperti jagung hibrida varietas NASA-29, JH-
45, JH-37, HJ-21, dll lebih menguntungkan, karena sifat ketahanannya lebih
stabil, ekonomis, serta tidak menimbulkan efek samping berupa keracunan dan
pencemaran lingkungan
PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI
2. Sanitasi lingkungan pertanaman jagung sangat perlu dilakukan karena
berbagai jenis rumput-rumputan dapat menjadi inang bulai sehingga menjadi
sumber inokulum pertanaman berikutnya.
PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI
3. Penanaman jagung secara serempak
4. Pemupukan yang berimbang, hindari penggunaan pupuk N yang tinggi
5. Rotasi tanaman dengan tujuan untuk memutus ketersediaan inokulum bulai
dengan
menanam tanaman dari bukan sereal.
6. Pemusnaan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (eradikasi tanaman) pada tanaman
yang terserang patogen bulai.
Pembusukan biasanya sampai ke akar, dasar batang, dan buku batang bawah.
Pembusukan mulai tampak setelah persarian dan makin parah bila tongkol makin
matang. Batang yang terinfeksi dengan warna miselium berwarna putih sampai
merah jambu/salmon
SIKLUS PENYAKIT BUSUK BATANG FUSARIUM
Jamur berkembang pada sisa-sisa tanaman dan dalam tanah
Pada saat cuaca baik, jamur menginfeksi batang jagung
langsung atau melalui pelukaan karena hujan deras atau oleh
gigitan serangga.
Jamur ini menembus batang pada pangkal pelepah dan terus
berkembang ke buku-buku.
Bila tongkol terinfeksi, jamur ini terdapat juga pada benih Sisa tanaman sumber inokulum
penyakit
jagung, tetapi sumber inokulum ini kurang berarti
dibandingkan dengan inokulum yang terbawa angin atau
tanah.
Benih yang sakit dapat menghasilkan hawar pada bibit
Tongkol yang
terinfeksi
menyebabkan
busuk Ruas batang bawah mulai terinfeksi
PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK
BATANG FUSARIUM
1. Menggunakan varietas/galur tahan
sampai tahan.
agak Menurut
Wakman
varietas tahan:
dan Surya,
Kontong,
Bisi-1, (2002),
Bisi-4,
Bisi-5, Gumarang, Pioneer-8,
Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13,
Pioneer-14.
Gejala:
Gejala pertama biasanya muncul pada
pertengahan umur, tanaman tiba-tiba
patah.
Biasanya buku batang paling bawah
menjadi coklat kemerahan sampai coklat
gelap, kebasahan, lunak, licin, dan
berakhir mati serta berbau busuk.
Tanaman yang sakit tetap hijau sampai
beberapa hari karena pembuluh-pembuluh
tetap utuh.
Batang yang mati, patah dan terpilin
merupakan petunjuk penyakit busuk
batang bakteri.
TIPE PENYAKIT BUSUK BATANG BAKTERI
Rencanakan drainase yang baik untuk menghindari genangan pada atau sekitar
pertanaman
Menggunakan varietas tahan (sejauh ini masih minim informasi
tentang
varietas tahan busuk batang bakteri di Indonesia)
Lakukan pemupukan yang berimbang hindari pemupukan N yang tinggi
dan
lakukan secara terpisah, ubah dengan fosfor dan kalium yang tinggi
untuk
mengurangi kejadian penyakit
Hindari irigasi selama periode hari yang sangat panas dimana air dapat terkumpul
di dalam daun yang masih menggulung
Di daerah endemik, penanaman disarankan untuk memasukkan pupuk hijau
di
tanah sebelum menabur jagung
PENEGENDALIAN PENYAKIT BUSUK BATANG BAKTERI
Dianjurkan untuk melakukan klorinasi air irigasi atau pembasahan tanah dengan
bubuk pemutih (33% klorin @ 10kg/ha) pada tahan pra-pembungaan.
Penyemprotan bakterisida bahan aktif tembaga oksiklorida (Nordox 56WP) atau
Copper Hidroxide (Bactocyn 150 AL) pada tanaman yang bergejala ringan
sampai sedang atau pada tanaman sehat
SEKIAN DAN TERIMA KASIH