Anda di halaman 1dari 30

TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA &

PENYAKIT JAGUNG
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN PAPUA
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG

Ulat grayak frugiperda Bulai

Penggerek tongkol Hawar daun

Penggerek batang Karat daun

Kumbang Busuk batang


bubuk
Armyworm/ Ulat Grayak di Indonesia
MORFOLOGI UGF

a b telur larva pupa imago

a  terdapat huruf Y terbalik pada bagian depan kepala;


b  terdapat 4 bintik (pinacula) berwarna hitam pada segmen kedua terakhir
UGF di Indonesia
 Fall Armyworm (FAW), Spodoptera frugiperda J.E. Smith atau ulat grayak Frugiperda (UGF)

serangga asli daerah tropis dari Amerika Serikat
 UGF  Hama kosmopolit, larvanya dapat menyerang lebih dari 80 spesies tanaman, termasuk jagung,
padi, sorgum, jewawut, tebu, sayuran, dan kapas
 Serangan UGF pertama kali ditemukan di Kab. Pasaman Barat, Prov. Sumbar pada bulan Maret 2019
 Dalam waktu 10 bulan (Maret –Desember), UGF telah menyebar ke 19 provinsi
 Menyerang semua stadia pertumbuhan tanaman, tapi frekuensi menyerang aktif mulai tanaman muda
sampai umur 45 hari
 Mampu terbang jauh yang mencapai ratusan kilometer dalam semalam
 Kerusakan parah pada tanaman paling muda/telat tanam  kehilangan hasil 15-73% jika populasi
tanaman terserang 55-100%.
 Kebal terhadap beberapa jenis pestisida yang digunakan untuk mengendalikan S. litura
 Tidak ada data UGF
 Bahan informasi (identifikasi, pengamatan & pengendalian) tidak tersedia
 SDM Petugas Lapangan (identifikasi, pengamatan pengendalian) belum memadai
Perlu strategi penanganan yang CEPAT & TEPAT agar UGF terkendali dan
penyebarannya dapat dibatasi
Kerusakan oleh UGF
 Larva 2 dan 3 bersifat kanibal  jumlah larva 1 – 2 larva pertanaman
 Kepadatan rata-rata populasi 0,2 - 0,8 larva per tanaman dapat mengurangi hasil 5
- 20%.
 Di negara-negara Afrika  kehilangan hasil 4 - 8 juta ton per tahun  US$ 1 - 4,6
juta per tahun.
 Tanaman jagung saat daun muda yang masih menggulung  kehilangan hasil 15-
73% jika populasi tanaman terserang 55-100%.
 Di Nikaragua  aplikasi insektisida dapat menyelamatkan hasil sekitar 33%.
GEJALA SERANGAN UGF PADA JAGUNG

Gejala Awal  mirip dengan gejala serangan


hama-hama lainnya

Bekas gerekan larva  terdapat


serbuk kasar menyerupai serbuk
gergaji pada permukaan atas
daun, atau disekitar pucuk
tanaman jagungtah

Jika larva merusak pucuk, daun muda atau titik tumbuh


tanaman  dapat mematikan tanaman
SIKLUS HIDUP UGF
UPAYA PENGENDALIAN UGF DI INDONESIA

1. Mekanik
 Pengumpulan kelompok telur, larva dan
pupa kemudian dimusnahkan
 Aplikasi abu gosok, pasir, tanah, kapur b.
Hayati

2. Hayati
a. Konservasi musuh alami
 Memasukkan kelompok telur dalam
tabung parasitoid
 Menanam tanaman refugia
 Mengurangi pemakaian herbisida
b. Pemanfaatan entomopatogen
(Metarhizium rileyi, Bacillus
thuringiensis)
UPAYA PENGENDALIAN UGF DI INDONESIA
Beberapa biopestisida yang diketahui dapat mengendalikan UGF dan telah terdaftar

BAHAN AKTIF TARGET TANAMAN NEGARA TERDAFTAR


Beauveria bassiana Lepidoptera, termasuk Barley, jagung, sorgum, Afrika Selatan
strain R444 Spodoptera frugiperda tomat, gandum.
Bacillus thuringiensis Lepidoptera, termasuk Jagung, sorgum, Afrika Selatan
Subspesies kurstaki Spodoptera frugiperda gandum
strain
SA-11
Baculovirus Baculovirus Spodoptera - Brazil
frugiperda
SFMNPV-Baculovírus Spodoptera frugiperda Sereal, kapas, sorgum, Brazil, USA
Spodoptera frugiperda gambut
Baculovirus Helicoverpa armigera Semua tanaman Global
dan Lepidoptera lain
UPAYA PENGENDALIAN UGF DI INDONESIA

4. Kultur teknis:
 Tanam serempak dalam hamparan luas. Tanaman
yang terlambat tanam akan terserang lebih parah

5. Penggunaan insektisida
 Bahan aktif : emamektin benzoat, tiametoksam,
siantraniliprol, spinetoram (gunakan produk yang emamektin benzoat tiametoksam
terdaftar di Kementan)
 Aplikasi pada titik tumbuh dengan prinsip 6
Tepat
 Di daerah endemis, dapat dilakukan perlakuan
benih
(perendaman)
o Siantraniliprol 20% SC 20 ml per 1 kg benih
o Klorantraniliprol 62.5 % FS 7 ml per 1 kg siantranilipro spinetoram
benih
 Lakukan pergantian bahan aktif untuk mencegah
PENYAKIT BULAI
 Disebabkan oleh patogen Perenosclerospora spp.

 Menyebabkan penurunan hasil 30-100 % pada var.


yang rentan. Fase vegetatif (0 – 14 HST) masa
riskan tanaman terserang bulai.

 Di Indonesia ada 2 jenis cendawan yang dapat


menyebabkan penyakit bulai, yaitu : P. maydis P. maydis
(Rac.) Shaw di Jawa ( Gambar 1) dan P.
philippinensis (Westo Shaw di Minahasa Gambar
2) (Semangun,2004). Namun pada tahun 2003
telah ditemukan P. sorghi di Dataran Tinggi Karo,
Sumatera Utara (Gambar 3) (Wakman dan
Hasanuddin, 2003). P. sorghi

P. philippinensis
GEJALA PENYAKIT BULAI

Gejala penyakit bulai (Maspary, 2010) :

1. Terdapat bercak berwarna klorotik memanjang searah tulang daun


dengan batas yang jelas
2. Adanya tepung/beledru berwarna putih di bawah permukaan daun
pada bercak tersebut (terlihat lebih jelas saat pagi hari)
3. Daun yang terkena bercak menjadi sempit dan kaku
4. Tanaman menjadi terhambat petumbuhannya bahkan bisa
tak bertongkol
5. Tanaman muda yang terserang biasanya akan mati (umur tanaman
dibawah 1 bulan)
6. Kadang-kadang terbentuk anakan yang banyak, daun menggulung
dan terpuntir
JENIS GEJALA PENYAKIT BULAI

Sorghum
Java downy downy Brown stripe
mildew on mildew on downy mildew
maize maize on maize

Underside of Sugarcane Philippine


maize leaf downy mildew downy
showing on maize mildew on
sorghum maize
downy mildew
Siklus hidup
Patogen ini tidak dapat bertahan hidup secara saprofitik, tidak terdapat
tanda-tanda bahwa patogen bertahan dalam tanah. Disebarkan oleh angin.

Epidemiologi
Pembentukan konidia patogen ini menghendaki air bebas, gelap, dan suhu tertentu.
P. maydis di bawah suhu 24 °C, P. philippinensis 21-26 °C. Beberapa faktor yang
mendorong percepatan perkembangan penyakit bulai yaitu suhu udara yang relatif
tinggi yang disertai kelembaban tinggi.

Tanaman inang
Avena sativa (oat), Digitaria spp. (jampang merah), Euchlaena spp. (jagung liar),
Heteropogon contartus, Panicum spp.(millet, jewawut), Setaria spp. (pokem/seperti
gandum), Saccharum spp.(tebu), Sorghum spp., Pennisetum spp. (rumput gajah),
dan Zea mays (jagung). (Wasmo dan Burhanuddin, 2007: Azis, 2010).
PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI
1. Penggunaan varietas tahan seperti jagung hibrida varietas NASA-29, JH-
45, JH-37, HJ-21, dll  lebih menguntungkan, karena sifat ketahanannya lebih
stabil, ekonomis, serta tidak menimbulkan efek samping berupa keracunan dan
pencemaran lingkungan
PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI
2. Sanitasi lingkungan pertanaman jagung sangat perlu dilakukan karena
berbagai jenis rumput-rumputan dapat menjadi inang bulai sehingga menjadi
sumber inokulum pertanaman berikutnya.
PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI
3. Penanaman jagung secara serempak
4. Pemupukan yang berimbang, hindari penggunaan pupuk N yang tinggi
5. Rotasi tanaman dengan tujuan untuk memutus ketersediaan inokulum bulai
dengan
menanam tanaman dari bukan sereal.
6. Pemusnaan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (eradikasi tanaman) pada tanaman
yang terserang patogen bulai.

Eradikasi tanaman bergejala bulai


PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI
6. Melakukan periode bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan
7. Perlakuan benih dengan fungisida berbaham aktif Dimetomorf dan
Piaklostrobin (Insure Max) atau Matalaksil (Saromil) untuk mencegah
terjadinya infeksi bulai lebih awal dengan dosis 2,5 -5,0 g/kg benih
8. Penyemprotan fungisida pada pertanaman jagung yang telah ditemukan gejala
bulai untuk menghindari penyebaran ke tanaman sehat menggunakan bahan aktif
Dimetomorf (Abado, Demorf)
PENYAKIT BUSUK BATANG FUSARIUM
 Disebabkan oleh jamur Fusarium verticillioides

 Pembusukan biasanya sampai ke akar, dasar batang, dan buku batang bawah.
Pembusukan mulai tampak setelah persarian dan makin parah bila tongkol makin
matang. Batang yang terinfeksi dengan warna miselium berwarna putih sampai
merah jambu/salmon
SIKLUS PENYAKIT BUSUK BATANG FUSARIUM
 Jamur berkembang pada sisa-sisa tanaman dan dalam tanah
 Pada saat cuaca baik, jamur menginfeksi batang jagung
langsung atau melalui pelukaan karena hujan deras atau oleh
gigitan serangga.
 Jamur ini menembus batang pada pangkal pelepah dan terus
berkembang ke buku-buku.
 Bila tongkol terinfeksi, jamur ini terdapat juga pada benih Sisa tanaman  sumber inokulum
penyakit
jagung, tetapi sumber inokulum ini kurang berarti
dibandingkan dengan inokulum yang terbawa angin atau
tanah.
 Benih yang sakit dapat menghasilkan hawar pada bibit

Tongkol yang
terinfeksi

menyebabkan
busuk Ruas batang bawah mulai terinfeksi
PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK
BATANG FUSARIUM
1. Menggunakan varietas/galur tahan
sampai tahan.
agak Menurut
Wakman
varietas tahan:
dan Surya,
Kontong,
Bisi-1, (2002),
Bisi-4,
Bisi-5, Gumarang, Pioneer-8,
Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13,
Pioneer-14.

Persentase tanaman jagung


yang terinfeksi penyakit
busuk batang (Fusarium sp.)
melalui inokulasi buatan,
Maros, 2003. (Wakman dan
Kantong 2003)
PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK
BATANG FUSARIUM
2. Penanaman jagung tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak
terlalu tinggi
PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK
BATANG FUSARIUM
3. Melakukan pemupukan yang berimbang, hindari pemupukan N yang tinggi

4. Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi


tanaman)
pada tanaman
5. Memiliki drainase yang baik
PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK
BATANG FUSARIUM
6. Tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama
7. Perlakuan benih dengan fungisida bahan aktif Metalaksil
8. Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb,
karbendazim, atau Copper Hidroxide (Bactocyn 150 AL) dosis sesuai
anjuran apabila diperlukan.
PENYAKIT BUSUK BATANG BAKTERI
 Disebabkan oleh bakteri Erwinia
chrysanthemi  Dickeya zeae

Gejala:
 Gejala pertama biasanya muncul pada
pertengahan umur, tanaman tiba-tiba
patah.
 Biasanya buku batang paling bawah
menjadi coklat kemerahan sampai coklat
gelap, kebasahan, lunak, licin, dan
berakhir mati serta berbau busuk.
 Tanaman yang sakit tetap hijau sampai
beberapa hari karena pembuluh-pembuluh
tetap utuh.
 Batang yang mati, patah dan terpilin
merupakan petunjuk penyakit busuk
batang bakteri.
TIPE PENYAKIT BUSUK BATANG BAKTERI

Mushy stalk tissue


caused by
bacterial stalk rot Bacterial
stalk rot
symptom
Bacterial soft rot on a corn stalk s

Bacterial stalk rot


Bacterial soft rot symptoms
on the leaf sheath
of a corn stalk

Close-up view of the damage


caused by bacterial soft rot
on a stalk of corn
PENEGENDALIAN PENYAKIT BUSUK BATANG BAKTERI

 Rencanakan drainase yang baik untuk menghindari genangan pada atau sekitar
pertanaman
 Menggunakan varietas tahan (sejauh ini masih minim informasi
tentang
varietas tahan busuk batang bakteri di Indonesia)
 Lakukan pemupukan yang berimbang  hindari pemupukan N yang tinggi
dan
lakukan secara terpisah, ubah dengan fosfor dan kalium yang tinggi
untuk
mengurangi kejadian penyakit
 Hindari irigasi selama periode hari yang sangat panas dimana air dapat terkumpul
di dalam daun yang masih menggulung
 Di daerah endemik, penanaman disarankan untuk memasukkan pupuk hijau
di
tanah sebelum menabur jagung
PENEGENDALIAN PENYAKIT BUSUK BATANG BAKTERI

 Dianjurkan untuk melakukan klorinasi air irigasi atau pembasahan tanah dengan
bubuk pemutih (33% klorin @ 10kg/ha) pada tahan pra-pembungaan.
 Penyemprotan bakterisida bahan aktif tembaga oksiklorida (Nordox 56WP) atau
Copper Hidroxide (Bactocyn 150 AL) pada tanaman yang bergejala ringan
sampai sedang atau pada tanaman sehat
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai