Anda di halaman 1dari 27

PENANGANAN HAMA DAN

PENYAKIT TANAMAN SAYURAN

SRI WAHYUNI MANWAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN PAPUA

1
Organisme Pengganggu Tanaman

Hama Patogen Gulma

Tumbuhan yang tumbuhnya di


Binatang yang Jasad renik suatu tempat yang tidak
merusak tanaman (mikroorganisme) dikehendaki di antara tanaman
sehingga yang dapat budidaya, karena mengadakan
mengakibatkan menyebabkan kompetisi dengan tanaman
kerugian secara penyakit pada pokok dalam mendapatkan hara,
ekonomi tanaman sinar matahari dan tempat
tumbuh.
Mengapa Terjadi Serangan OPT ?
Budidaya
Tidak
tidak
adanya Mitigasi
tepat
pergiliran Iklim
tanaman

Introduksi Penggunaan
varietas pestisida
baru tidak
bijaksana
Apa Dampak dari Serangan OPT?

Menurunkan Kualitas Menambah Biaya Pengedalian:


Biaya penelitian var. tahan
Biaya pengelolaan tanaman sehat
Penyediaan sarana pengendalian
Menurunkan Kuantitas

OPT
Biaya tenaga kerja

Kerusakan.
Gangguan Pada Hewan dan
Panen/Prosessing Manusia
Pengangkutan
Penyimpanan
HAMA DAN PENYAKIT SAYURAN

Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)


Ulat Grayak (Spodoptera sp)
Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Ulat Buah (Helicoperva Ulat tanah (Agrotis ipsilon) Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
Ulat Grayak (Spodoptera sp)
armigera) Ulat Grayak (Spodoptera sp) Ulat Grayak (Spodoptera
Ulat Buah (Helicoperva
Lalat Pengorok Daun Ulat Krop (Crocidolomia sp)
armigera)
(Liriomyza sp.) binotalis) Ulat Krop (Crocidolomia
Lalat Pengorok Daun
Kutu Kebul (Bemisia tabaci) Ulat daun kubis (Plutella binotalis)
(Liriomyza sp.)
Thrips xylostella) Ulat daun (Plutella
Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
Kutu daun (Aphids sp) Busuk Basah xylostella)
Busuk Daun
Lalat Buah (Bactrocera sp) Akar Gada Busuk Daun
Bercak Daun
Bercak Daun Akar Gada
Layu
Busuk Buah
Bintil Akar
Layu
Virus Kuning
Ulat Buah (Helicoperva armigera)
• Gejala Serangan: Menyebabkan lubang – lubang pada buah. Pada buah
cabai ulat buah ini biasanya akan menyerang cabai mulai cabai masih
berwarna hijau hingga pada saat cabai masak. Pada buah tomat, ulat ini
masuk dan memakan bagian dalam buah. Kerusakan yang
ditimbulkannya pada buah tomat cukup berat, yaitu buah yang terserang
akan rusak, lama-lama rontok dan menjadi busuk basah
• Tanaman inang : tomat, cabai, jagung, kacang-kacangan, dll.
• Pengendalian:
 Kultur Teknis: Menanam pada lahan bukan bekas pertanaman
cabai/tomat; Sebelum tanam, melakukan olah tanah dengan sempurna;
Sanitasi pertanaman dari gulma
 Mekanis: Mengumpulkan buah yang terserang dan dibakar atau dikubur
dalam tanah
 Pestisida: Menyemprot menggunakan pestisida yang dianjurkan jika
terdapat 2 ulat/batang pada umur > 45 HST . Bahan Aktif yang bisa
digunakan enamektin benzoat 5% dan Lamda sihalotrin 25 g/l pada
malam hari
Kutu Daun (Aphids sp.)
• Gejala Serangan: Serangga menghisap cairan daun sehingga terjadi perubahan
tekstur daun menjadi keriput, terpuntir, berwarna kekuningan, pertumbuhan
tanaman kerdil, daun menjadi layu dan akhirnya mati. Dapat berperan sebagai
vektor CMV, Papaya Ringspot Virus dan Watermelon mosaic virus
• Tanaman Inang: lebih dari 400 jenis tanaman, antara lain cabai, kentang,
tembakau, mentimun, semangka, tomat, petsai, bawang merah, dll.
• Pengendalian:
 Pemasangan perangkap likat warna, biru, putih atau kuning sebanyak 40-50
buah/ha sejak penanaman.
 Mengurangi pemupukan N
 Penggunaan mulsa plastik perak
 Pemanfaatan musuh alami kutudaun seperti predator Coccinella sp., patogen
serangga Beauveria bassiana, Aspergillus sp., Entomophthora sp., Metarhizium
anisopliae, dan Verticillium lecanii. Penyemprotan patogen serangga dilakukan
secara rutin mulai tanaman berumur 1 minggu dengan interval 1 minggu.
 Pestisida Nabati: Daun sirsak, daun picung (Kluwak), tembakau, dll.
 Pestisida kimia yang dianjurkan. AE = > 10% tanaman yg terserang (50 ekor
kutu)
Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
• Serangga ditutupi oleh lapisan lilin, Imago kutukebul mengisap cairan
daun dan ekskresinya menghasilkan embun madu yang menjadi media
untuk tumbuhnya embun jelaga. Serangga ini merupakan vektor
penyakit virus gemini
• Tanaman inang dari kutu kebul adalah tomat, kentang, cabai,
semangka, terung, mentimun, tembakau, dll.
• Pengedalian:
 Sanitasi dari gulma (ciplukan, babadotan)
 Menanam tanaman barier seperti jagung
 Menanam refugia
 Penggunaan kelambu di persemaian
 Pemasangan perangkap likat kuning sebanyak 40 lembar/ha
 Aplikasi pestisida nabati (daun sirsak, nimba) dan menggunakan
ekstrak bunga pukul empat, bayam duri,sirsak dan eceng gondok,
sebagai inducer
Thrips (Thrips sp)
• Nimfa dan imago menggaruk dan mengisap cairan daun. Serangga
ini aktif sepanjang hari
• Gejala serangan : daun berwarna keperakan  coklat tembaga.
tampak keriput, mengeriting dan melengkung ke atas. Timbul
benjolan seperti tumor dan pertumbuhan tanaman terhambat,
kerdil bahkan pucuk mati. Secara tidak langsung: trips merupakan
vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting.
• Tanaman inang : bawang merah, cabai, terung, tembakau, kopi, ubi
jalar, semangka, kentang, tomat, dll.
• Pengendalian:
 Penggunaan mulsa plastik perak maupun plastik transparan biasa
 Penggunaan perangkap rekat warna kuning.
 Penanaman tanaman penghalang misalnya tanaman jagung.
 Penggunaan mikroorganisme yaitu Beauveria bassiana dan
Verticillium lecani. Predator: Kumbang Coccinella
Lalat Pengorok daun (Liriomyza sp)
• Serangga dewasa berupa lalat kecil yang berukuran + 2 mm.
Larva aktif mengorok dan membuat lubang pada jaringan daun
• Gejala serangan : pada daun terdapat bintik-bintik putih
• dan alur korokan yang berwarna putih
• Tanaman inang : cabai, tomat, seledri, kentang,kangkung
• Pengendalian:
 Menjaga kebersihan lahan/sanitasi lahan dari
➢ Penggunaan perangkap likat kuning
➢ Penggunaan mulsa plastik dan pengolahan lahan
secara sempurna
➢ Penggunaan insektisida yang diijinkan oleh Menteri
Pertanian
Lalat Buah (Bactrocera sp.)
• Serangga dewasa lalat buah menyerupai lalat rumah dengan
panjang tubuh berkisar antara 6 - 8 mm
• Gejala serangan ditandai dengan terdapatnya titik hitam pada
pangkal buah cabai tempat serangga dewasa memasukkan
telur. Belatung (larva) memakan daging buah yang
merupakan sumber infeksi oleh jasad renik lainnya, sehingga
buah busuk dan jatuh
• Tanaman inang: > 20 jenis macam tanaman buah-buahan dan
sayuran, antara lain, cabai, mentimun, pisang, belimbing,
mangga dan apel
• Pengendalian:
 Mengumpulkan buah yang busuk, membenamkan di tanah
atau di tong dengan penutup kain kasa
 Penggunaan Metyl Eugonol
 Pengasapan dengan membakar serasah/jerami
 Pemanfaatan musuh alami/agens hayati
Ulat Krop (Crocidolomia binotalis)
Gejala Kerusakan: Larva muda bergerombol pada permukaan bawah
daun kubis dan meninggalkan bercak putih pada daun yang dimakan.
Menyerang pucuk tanaman kubis, sehingga menghancurkan titik
tumbuh. Akibatnya, tanaman mati atau batang kubis membentuk
cabang dan beberapa krop berukuran kecil.
Pengendalian:
 Sanitasi lingkungan
 Rotasi tanaman
 Tumpang sari dengan tomat (repellent)
 Mengumpulkan kelompok telur
 Menggunakan perangkap cahaya
 Penyemprotan menggunakan Beauvaria bassiana, Metahrizium,
Verticilum sp.
Ulat Daun (Plutella xylostella)
• Menyerang tanaman kubis yang sedang membentuk krop
sampai panen
• Jika tingkat populasi larva tinggi, akan terjadi kerusakan
berat pada tanaman kubis, sehingga yang tinggal hanya
tulang-tulang daun kubis
• Tanaman inang: kubis putih dan jenis kubis lainnya
seperti kubis merah, petsai, kubis bunga, kaelan, selada
air, sawi jabung, radis, turnip, dan lain-lain
• Pengendalian:
 Sanitasi
 Rotasi tanaman
 Penggunaan perangkap cahaya
 Penyemprotan menggunakan Beauvaria bassiana,
Metahrizium, Verticilum sp.
Layu Fusarium dan Bakteri
• Tanaman menjadi layu yang dimulai dari pucuk
menjalar ke bagian bawah tanaman sampai seluruh
daun layu dan akhirnya tanaman mati.
• Penyebaran dibantu oleh air, peralatan pertanian dan
manusia
• Penyakit akan berkembang pesat pada musim hujan
• Pengendalian:
 Pengolahan lahan yang baik,
 Sanitasi yang baik,
 Penggunaan benih yang tahan terhadap fusarium,
 Menggunakan mulsa plastik,
 Memusnahkan tanaman yang terinfeksi,
 Aplikasi Trichoderma.
Virus Kuning
• Kutu kebul merupakan vektor/pembawa utama penyakit ini.
• Gejala: Warna tulang daun berubah menjadi kuning terang
berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun
menebal dan daun menggulung ke atas (cupping). Selanjutnya
daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil
dan biasanya produksi buah menurun dan lama-kelamaan tidak
berbuah sama sekali.
• Pengendalian:
 Cabut tanaman yang sakit
 Bersihkan gulma disekitar pertanaman
 Kendalikan populasi vektor
Antraknosa
• Tanaman Inang: Cabai, Tomat, kentang, terong, papaya, mangga,
semangka, alpukat, oyong dll.
• Gejala serangan: Gejala bercak-bercak melekuk dan bulat pada
buah lalu membesar berwarna coklat dengan titik-titik hitam. Pada
tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke
bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan
busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman
• Pengendalian:
 Melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat
Celcius) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik
 Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi
 Penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain
 yang bukan famili solanaceae (terong, tomat dll)
 Penggunaan mulsa hitam perak
 Mengatur jarak tanam
 Pemupukan berimbang
Busuk Buah
• Gejala Serangan: adanya bercak- bercak coklat kebasahan
• pada buah sehingga buah busuk. Buah mengering dengan
• 27 cepat dan menjadi mummi. Biji terserang, menjadi
coklat
• dan keriput.
• Pengendalian:
 Eradikasi/pemusnahan tanaman terserang Semua tanaman
terserang dibakar untuk menghilangkan sumber inokulum
Phytophthora.
 Mengurangi kerapatan tanaman, mengatur jarak tanam
dan memperbaiki drainase;
 Sanitasi gulma
 Penggunaan fungisida selektif
Bintil Akar
• Penyakit ini disebabkan oleh nematoda bintil akar
(Meloidogyne spp.).
• Gejala Serangan: Pertumbuhan terhambat dan daun
layu. Pada cuaca kering, gejala lebih jelas pada
akarnya yaitu timbul bisul atau puru yang memanjang
atau bulat pada akar utama, dan cabang atau bintil
akar.
• Menyebar melalui bibit antar daerah, alat pertanian
dan air yang mengalir.
• Tanaman inangnya cukup banyak, yaitu berbagai
jenis sayuran dan gulma.
Akar Gada
• Penyebab penyakit ini dapat tersebar setempat oleh air drainase,
alat-alat pertanian, tanah yang tertiup angin, hewan, dan bibit-bibit.
• Gejala Serangan: Pada keadaan cuaca panas atau siang hari yang
terik, yaitu daun-daunnya layu seperti kekurangan air, segar kembali
pada malam hari, pertumbuhan tanaman terhambat hingga
kerdil dan tanaman kubis tidak dapat membentuk krop dan akhirnya
mati
• Pengendalian:
• Kultur teknis: pola tanam, waktu tanaman, penggunaan bibit sehat,
pengelolaan air.
Pengapuran tanah pada lahan dengan keasaman (pH) < 5,5 sebanyak
2 – 4 ton/ha yang dilakukan 15 hari sebelum tanam
Perlakuan benih kubis dengan ekstrak umbi bawang selama 2 jam
atau dapat juga dengan menggunakan fungisida yang dianjurkan.
Tanah persemaian dan pupuk kandang harus bebas pathogen.
Penyiraman tanaman di persemaian dengan air bersih
Eradikasi selektif
Penggunaan mulsa daun jagung setebal 3 – 5 cm pada musim
kemarau
Busuk Basah/Busuk Lunak
• Gejala serangan: busuk berwarna hitam pada daun-daun
pembungkus krop. Pembusukan juga terjadi pada pangkal
krop, sehingga krop mudah dilepas dari batang kubis
• Bakteri ini juga dapat mempertahankan diri di dalam tanah
dan di dalam sisa-sisa tanaman di lapangan.
• Menyerang tanaman melalui luka
• Tanaman inang: Kentang, wortel, seledri, tomat, selada,
kailan, caisin, kubis bunga, petsai, sawi hijau, bawang merah,
bawang bombai, bawang daun, bawang putih, semangka,
tembakau dan ubi-ubian.
• Pengendalian:
 Mencegah terjadinya pelukaan dan mencegah serangan
serangga hama.
 Daun-daun yang terinfeksi dibuang dan dimusnahkan serta
batang bekas potongan diolesi dengan cairan klorin.
Pengelolaan Hama Terpadu
(Ramah Lingkungan)
Teknik Bercocok Tanam Varietas Tahan

Pengendalian.Biologi
P H T Pengendalian.Biologi
Ramah Lingkungan

Pengendalian Kimiawi
Isolasi Persemaian
Inducer

Daun 250 g direndam 1 L air panas selama 3 jam lalu disaring. Ekstrak dilarutkan
kedalam air 1 : 10. Kemudian disemprotkan ke tanaman cabe pada usia 20 HSS, 3
hari setelah pindah tanam dan 15 hari setelah pindah tanam
Companion Planting/Refugia
Pengendalian Hayati
PARASITOID DAN PREDATOR

Cotesia ruficrus,
Apanteles sp., Telenomus,
Trichogramma sp., Microplitis
similis.

Menochilus sp.,
Patogen serangga (Sl-NPV) Coccinella sp.
Nuclear Polihedrosis Virus, Paederus sp.
Bacillus thuringiensis, Metharizium
anisopliae, Beauveria bassiana,
Nomuraea rileyi
Perangkap OPT
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai