DISAMPAIKAN OLEH
PT OSMOSA ALAM SEMESTA
WONOSOBO, MARET 2015
PRODUKSI JAGUNG
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi jagung pada
2009 mencapai 17,6 juta ton, 2010 mencapai 18,3 juta ton dan tahun 2011 turun
menjadi 17,6 juta ton.
Kenaikan produksi jagung ini lebih disebabkan kenaikan produktivitas, tetapi luas
panen cenderung turun.
Penurunan luas panen jagung diperkirakan sebesar 4,84 persen.
Kebutuhan jagung dalam negeri mencapai 12 juta ton/tahun
Kapasitas produksi pabrik makanan ternak (PMT) ± 7 juta ton/tahun, jika
persentase jagung 50% berarti dibutuhkan ± 3,5 juta ton/tahun
Salah satu penyebab kurangnya minat masyarakat untuk menanam jagung adalah
ketidakpastian harga
TUJUAN PENGUSAHAAN JAGUNG
Jagung
semi
JAGUNG
MUDA
Jagung
sayur/rebus
JAGUNG
Pangan
Industri
PIPILAN
KERING
Pakan
Benih
TAKSONOMI TANAMAN JAGUNG
Kerajaan : Plantae
Divisi : Sprematophyta
Anak Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae (Monocotylae)
Bangsa : Poales (Glumiflorae)
Suku : Poaceae (Gramineae)
Marga : Zea
Nama Spesies : Zea mas
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya
terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga
jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua
bunga memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen
pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya
primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan (Palliwal
2000). Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan
mengandung butiran-butiran pati. Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin,
dan cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang
terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara
kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau lebih.
Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada tongkol.
Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm atau lebih sehingga keluar dari ujung
kelobot. Panjang rambut jagung bergantung pada panjang tongkol dan kelobot.
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti
oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu
terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas
10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap.
Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan
kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga
bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi
mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b)
endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang
mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan
(c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule,
akar radikal, scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).
Pati endosperm tersusun dari senyawa anhidroglukosa yang sebagian besar terdiri atas dua molekul,
yaitu amilosa dan amilopektin, dan sebagian kecil bahan antara (White 1994). Namun pada beberapa
jenis jagung terdapat variasi proporsi kandungan amilosa dan amilopektin. Protein endosperm biji
jagung terdiri atas beberapa fraksi, yang berdasarkan kelarutannya diklasifikasikan menjadi albumin
(larut dalam air), globumin (larut dalam larutan salin), zein atau prolamin (larut dalam alkohol
konsentrasi tinggi), dan glutein (larut dalam alkali). Pada sebagian besar jagung, proporsi masing-masing
fraksi protein adalah albumin 3%, globulin 3%, prolamin 60%, dan glutein 34% (Vasal 1994).
Pati endosperm tersusun dari senyawa anhidroglukosa yang sebagian besar terdiri atas dua molekul,
yaitu amilosa dan amilopektin, dan sebagian kecil bahan antara (White 1994). Namun pada beberapa
jenis jagung terdapat variasi proporsi kandungan amilosa dan amilopektin. Protein endosperm biji
jagung terdiri atas beberapa fraksi, yang berdasarkan kelarutannya diklasifikasikan menjadi albumin
(larut dalam air), globumin (larut dalam larutan salin), zein atau prolamin (larut dalam alkohol
konsentrasi tinggi), dan glutein (larut dalam alkali). Pada sebagian besar jagung, proporsi masing-
masing fraksi protein adalah albumin 3%, globulin 3%, prolamin 60%, dan glutein 34% (Vasal 1994).
Berdasarkan bentuk dan strukturnya biji jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Jagung QPM memiliki kandungan protein lisin dan triptofan yang tinggi dalam endospermnya. Jagung
QPM mengandung gen opaque-2 (o2) bersifat resesif yang mengendalikan produksi lisin dan
triptofan. Prolamin menyusun sebagian besar protein endosperm dengan kandungan lisin dan
triptofan yang jauh lebih rendah dibanding fraksi protein lain. Fraksi albumin, globulin,dan glutein
memiliki kandungan lisin dan triptofan tinggi. Gen o2 dalam ekspresinya mengubah proporsi
kandungan fraksi-fraksi protein. Fraksi prolamin berkurang hingga 50%, sedangkan sintesis albumin,
globulin, dan glutein meningkat. Kandungan lisin dan triptofan jagung QPM meningkat, sementara
sintesis prolamin memiliki kandungan lisin rendah (Vasal 1994). Kandungan protein yang tinggi dalam
endosperm memberikan warna gelap pada biji.
Hibrida
– Umumnya jagung gigi kuda dan tetuanya berasal dari introduksi terutama untuk pakan
– Memiliki potensi hasil yang tinggi (6 – 8 ton pipilan kering/ha)
– Beberapa varietas belum resisten terhadap penyakit bulai
– Umumnya berumur dalam (>100 hari)
Bersari bebas
– Berasal dari seleksi masa, dan umumnya berumur sedang ( 85 hari)
– Memiliki potensi ralatif tinggi (5 – 6 ton pipilan kering/ha)
Lokal
– Potensi hasil rendah (3 – 4 ton pipilan kering per ha)
– Adaptasi sangat baik
– Umur genjah (< 85 hari)
CONTOH VARIETAS COMPOSIT
Hasil rata-rata
No. Varietas Umur (hari)
(ton/ha)
1. Arjuna 85 - 90 5-6
2. Wiyasa 96 5,3
3. Rama 98 5,0
4. Bisma 96 5,7
5. Lagaligo 90 5,3
6. Kalingga 96 5,4
CONTOH VARIETAS HIBRIDA
Hasil rata-rata
No Varietas Umur (hari) Potensi (ton/ha)
(ton/ha)
1. IPB 4 100 5,4 7,0
2. C-1 98 5,8 8–9
3. C-2 93 6,3 8–9
4. C-3 95 6,4 8,2
5. CPI-1 98 6,2 9,3
6. CPI-2 97 6,2 8–9
7. BISI-1 (CPI-3) 92 7,0 8 –9
8. BISI-2 (CPI-4) 103 8,9 12 – 14
9. BISI-3 94 6,6 9 –10
10. BISI-4 98 6,9 11
11. PIONEER-1 100 5,0 7+
CONTOH VARIETAS HIBRIDA
KEBUTUHAN PER
DOSIS (%)
HEKTAR
NO JENIS PUPUK
PUPUK DASAR PUPUK I PUPUK II PUPUK III
TONASE (KG)
40% 30% 20% 10%
6. PENANAMAN
Sebelum tanam sebaiknya permukaan tanah ditaburi dengan furadan 3 G, lalu ditutup tanah
halus
Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 30 x 50 cm, 30 x 60 cm, 30 x 70 cm atau 40 x
60 cm tergantung pada varitas jagung, kesuburan tanah dan musim. Jagung dengan jumlah
tongkol 2 memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih
lebar. Jarak tanam di daerah pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih lambat. 1
benih dalam 1 lubang ditanam pada kedalaman 3-4 cm.
7. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Pengendalian hama dan penyakit hanya dilakukan jika dianggap perlu. Umumnya 2-3
semprot selama pertumbuhan tanaman
Hama
– Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
menyerang pada saat benih berkecambah.
Pengendalian : berikan insektisida butiran pada saat tanam (masukan dalam
lubang benih) dengan dosis 10 kg/ha
– Penggerek batang (Ostrinia furnacalis) dan tongkol (Heliothis armigera Hbn)
Menyerang saat tanaman muda dan saat tongkol mulai terbentuk.
Pengendalian dengan menyemprot dengan insektisida cair yang selektif
– Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hwfn.)
Menyerang daun terutama malam hari
Pengendalian dengan penyemprotan insektiisda cair
Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Ostrinia furnacalis
Heliothis armigera
Agrotis ipsilon
Agrotis ipsilon
Penyakit
– Bulai (Perenosclerospora maydis Rac.)
penyakit penting jagung menyerang saat umur 2 – 3 minggu
Pengendalian yang baik adalah dengan menanam varietas yang tahan
(Arjuna, Nakula, Kalingga, dan hibrida)
Jika terpaksa menggunakan fungisida gunakan Ridomil 35 SD dengan
dosis 2 gram/kg sebagai perlakukan benih (campur dengan benih)
– Hawar daun (Helminthosporium turcicum Pass.)
Gejalanya terdapat bercak coklat basah pada daun
Pengendalian dengan menanan varietas yang resisten
Gunakan fungisida yang efektif
– Karat (Puccinia polysora Underw.)
Terdapat bercak kecil pada daun
– Busuk tongkol ( Rhozictonia zeae Voorhess.)
Terlihat sebagai cendawan berwarna merah muda pada permukaan
kelobot
Pengendalian dengan fungisida efektif
Perenosclerospora maydis
Helminthosporium turcicum
Helminthosporium turcicum
Puccinia polysora
Rhizoctonia zeae
Rhizoctonia zeae
Ustilago spp
8. PEMELIHARAAN LAIN, PENYIRAMAN DAN PENYIANGAN GULMA
Penyiraman
Cara yang paling mudah untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman jagung adalah dengan
membuat saluran air pada sekeliling lahan atau dari turunnya air hujan. Sebab, bila kita harus
menyiram lahan yang begitu luas, akan cukup merepotkan.
Pembubunan
Pembumbunan adalah penimbunan tanah pada sekeliling tanaman jagung. Caranya adalah sebagai
berikut:
Pertama-tama kita bersihkan rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman jagung, dengan cara
dicabut
Ambil hasil cabutan rumput liar tadi, dan timbun dengan tanah pada sekeliling tanaman jagung.
9. PEMANENAN DAN PASCAPANEN