Anda di halaman 1dari 21

OPT UTAMA

PADA TANAMAN JAGUNG

OLEH:
WINDY WIDYA HENDIYANI, SP.
POPT KEC. MAJALENGKA
1. PENGGEREK BATANG JAGUNG
(Ostrinia furnacalis Guen )
 Bioekologi
 Ngengat aktif malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi pertahun,
umur imago/ngengat dewasa 7-11 hari.
 Telur diletakkan berwarna putih, berkelompok, satu kelompok telur beragam
antara 30- 50 butir, seekor ngengat betina mampu meletakkan telur 602-8 17
butir, umur telur 3-4 hari. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur
pada tanaman jagung yang tinggi dan telur di letakkan pada permukaan
bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9, umur telur 3-4 hari,
 Larva, larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan
berpindah­pindah, larva muda makan pada bagian alur bunga jantan, setelah
instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari.
 Pupa biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah merahan,
umur pupa 6-9 hari.
 Gej ala serangan
 Larva O. furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan
pada setiap bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada
daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal
tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel
yang rusak,
 Pengendalian
 Kultur teknis
 - Waktu tanam yang tepat,
 - Tumpangsari jagung dengan kedelai atan kacang tanah.
 - Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman)
 Pengendalian hayati
 Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp. Parasitoid
tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis. Predator Euborellia annulata
memangsa larva dan pupa O. furnacalis. Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki
mengendalikan larva O. furnacalis, Cendawan sebagai entomopatogenik adalah
Beauveria bassiana dan
Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1
larva /tanaman.
 c). Pengendalian kimiawi
 Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos,
dan karbofuran efektif untuk menekan serangan penggerek batang jagung.
2.ULAT GRAYAK (Spodoptera litura
F.)
 Bioekologi
 Ngengat dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap
belakang berwarna keputihan, aktif malam hari.
 Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2
lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25 – 500
butir) tertutup bulu seperti beludru (Gambar).
 Larva mempunyai warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau muda,
bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok.
 Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah
(tempat yang lembab). Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol
dalam jumlah besar
 Pupa. Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon)
berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm.
 Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, larva yang terdiri
dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari).
 Gejala Serangan larva yang masih kecil merusak daun dan
menyerang secara serentak berkelompok. dengan
meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan
tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di
permukaan bawah daun, umumnya terjadi pada musim
kemarau.
 Tanaman Inang Hama ini bersifat polifag, selain jagung juga
menyerang tomat, kubis, cabai, buncis, bawang merah, terung,
kentang, kangkung, bayam, padi, , tebu, jeruk, pisang,
tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis
sp., Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp., dan Trema
sp.
 Pengendalian
 Kultur teknis
 - Pembakaran tanaman
 - Pengolahan tanah yang intensif.
 Pengendalian fisik / mekanis
 - Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian
memusnahkannya
 - Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar atau 2
buah per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu.
 Pengendalian hayati
 Pemanfaatan musuh alami seperti : cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria
bassina, Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus thuringensis,
nematoda Steinernema sp., predator Sycanus sp., Andrallus spinideus, Selonepnis
geminada, parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan
Peribeae sp.
 Pengendalian kimiawi
 Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos, diazinon,
khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril apabila berdasarkan hasil
pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 12,5 %
per tanaman contoh.
3. PENGGEREK TONGKOL JAGUNG
(Helicoverpa armigera Hbn. Noctuidae: Lepidotera)

 Imago betina H. armigera meletakkan telur pada rambut jagung. Rata-rata


produksi telur imago betina adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga hari
setelah diletakkan .
 Larva spesies ini terdiri dari lima sampai tujuh instar .Khususnya pada jagung,
masa perkembangan larva pada suhu 24 sampai 27,2oC adalah 12,8 sampai 21,3
hari. Larva serangga ini memiliki sifat kanibalisme . Spesies ini mengalami masa
pra pupa selama satu sampai empat hari. Masa pra pupa dan pupa biasanya
terjadi dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah.

Pupa, pada umumnya pupa terbentuk pada kedalaman 2,5 sampai 17,5 cm.
Terkadang pula serangga ini berpupa pada permukaan tumpukan limbah tanaman
atau pada kotoran serangga ini yang terdapat pada tanaman.
 Pada kondisi lingkungan mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada
suhu 35oC sampai 30 hari pada suhu 15oC.
 Gejala Serangan
 Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan
sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk kedalam
tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami
perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan
kualitas dan kuantitas tongkol jagung.
 Pengendalian
 Hayati
 Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif
untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trichogramma spp
yang merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae)
parasit pada larva muda. Cendwan, Metarhizium anisopliae.menginfeksi
larva. Bakteri, Bacillus thuringensis dan Virus Helicoverpa armigera Nuclear
Polyhedrosis Virus (HaNPV). menginfeksi larva.
 Kultur Teknis
 Pengelolaan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah
dan dapat mengurangi populasi H. armigera berikutnya.
 Kimiawi
 Untuk mengendalikan larva H. armigera pada jagung, penyemprotan
insektisida Decis dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada tongkol
dan diteruskan (1-2) hari hingga rambut jagung berwarna coklat.
4. BULAI
 Gejala
 Gejala penyakit ini terjadi pada permukaan daun
jagung berwarna putih sampai kekuningan diikuti
dengan garis-garis klorotik dan ciri lainnya adalah
pada pagi hari di sisi bawah daun jagung terdapat
lapisan beledu putih yang terdiri dari konidiofor
dan konidium jamur.
 Penyebab
 Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan
Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis
yang luas sebarannya, sedangkan Peronoscle­rospora sorghii hanya
ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera Utara dan Batu
Malang Jawa Timur.
 Cara pengendalian
 - Menanam varietas tahan
- Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua
minggu sampai satu bulan
 - Penanaman jagung secara serempak
 - Eradikasi tanaman yang terinfeksi bulai
 - Penggunaan fungisida berbahan aktif metalaksil pada benih jagung
(perlakuan benih) dengan dosis 0,7 g bahan aktif per kg benih
5. HAWAR DAUN JAGUNG
 Gejala :
 Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak
semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut
hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5_15 Cm, bercak
muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas.
Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan
cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan
hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di
lapang.
 Penyebab penyakit hawar daun adalah : Helminthosporium turcicum
 Cara pengendalian
 - Menanam varietas tahan
 - Eradikasi tanaman yang terinfeksi hawar daun jagung
 - Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate
6. BUSUK BATANG
 Gejala
 Tanaman jagung tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gej
ala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan.
Pangkal batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi
kecoklatan, bagian dalam busuk, sehingga mudah rebah, pada bagian kulit
luarnya tipis. Pada pangkal batang terinfeksi tersebut ada yang
memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan atau coklat.

Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan
spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis,
Gibberella zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina,
Pythium apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium
acremonium.
 Cara pengendalian
 Menanam varietas tahan,
 Pergiliran tanaman, pemupukan berimbang, menghindari
pemberian N tinggi dan K rendah, dan drainase yang baik.
 Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati
dapat dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.

Anda mungkin juga menyukai