Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEKNIK INTERVENSI MASALAH DALAM KONSELING


Dosen Pengampu: Fakhruddin Mutakin, M.Pd

Oleh Kelompok 6

Hidayatul Afida (2003402021040)


Sobri Aziz Mubarok (2003402021081)
Moch Ishaq (2003402021027)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam yang telah memberikan taufiq, hidayah,
serta inanyah-Nya kepada kami sehingga kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini bisa
berjalan tanpa adanya hambatan yang diluar kemampuan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung kita
Muhammad,yang telah membawa risalah dari Allah terutama Nabi yang telah membawa
mukjizatnya berupa Al-Qur’an, yang dengannya kita bisa peroleh petunjuk dan segala macam
ilmu.

Untuk selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada segenap rekan-rekan kami,
terutama kepada Dosen kami yang telah memberi tugas dan bimbingan kepada kami sehingga
tersusun makalah ini,
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini kami masih banyak terdapat kesalahan
yang itu memang kelemahan dari kami, untuk itu , kami mohon untuk diberikan kritik dan
saran untuk kemajuan kami khususnya dan rekan-rekan umumnya .
Akhirnya kami berharap, makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua Amiin.

Jember, 03 April 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................
A. Pemberian Informasi.........................................................................................................
B. Penafsiran .........................................................................................................................
C. Pemberian Penguatan (Reinforc)......................................................................................
D. Merumuskan Tujuan.........................................................................................................
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Intervensi atau interveningmerupakan kata yang berasal bahasa Latin yang berarti
“coming between” artinya yang datang di antara. Intervensi berarti mengacu pada usaha
untuk mengubah kehidupan yang sedang berjalan dengan caratertentu. Perubahan itu bisa
kecil atau besar, negatif atau positif.Orang-orang yang bekerjadalam profesi-profesi
pemberi bantuan mememiliki intensi etik yang sama, yaitu melakukan segala hal yang
dapat dilakukan demi keuntungan klien tanpa menimbulkan kerugian(Sundberg,
Winebarger, & Taplin, 2007).

B. RUMUSAN MASALAH
1. apakah itu pemberian informasi
2. apa itu penafsiran
3. apakah itu pemberian pengutan
4. apa itu merumuskan masalah

C. TUJUAN PENULISAN
1. untuk mengetahui makna pemberian informasi
2. untuk mengetahui cara menafsirkan
3. untuk mengetahui makna pemberian penguatan
4. untuk mengetahui merumuskan masalah

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMBERIAN INFORMASI
Seringkali masalah yang dihadapi klien disebabkan karena kekurangan informasi.
Misalnya, siawa-siawa kelas 3 SMU menjadi bingung memilih fakultas teknik yang terbaik
(dapat akreditasi A) di Sumatra guna melanjutkan pendidikannya setelah lulus. Seorang ibu
yang ingin mengurus sertifikat tanahnya tidak mengetahui langkah-langkah yang harus ia
tempuh tempuh. Semuanya itu akan terselesaikan masalahnya apabila informasi yang
dibutuhkan itu dapat diperolehnya, dan mereka akan menjadi lega apabila diberi tahu tempat
yang tepat.
Jenis informasi tersebut bukan saja sesuatu yang berada di luar dirinya, namun juga yang
berada dalam dirinya, misalnya mungkin klien butuh penilaian dari orang lain tentang
kebiasaan-kebiasannya, sifat-sifatnya, cara dia bersikap, penampilannya dan sebagainya.
Informasi yang di sampaikan orang lain seringkali membantu dalam menemukan jalan keluar
dari masalah yang dihadapi.
Dalam konseling akan ditemukan juga bahwa banyak di antara klien tidak mampu
mencoba untuk menelusuri, menggali dan memahami maslah yang dihadapinya. Bahkan di
antaranya ada yang tidak mampu melihat keterkaitan antara satu gejala dengan masalah
lainnya. Keadaan ini menunjukkan gejala kurangnya informasi yang dimiliki klien. Oleh
karena itu konselor perlu memberikan informasi untuk membantu pemahaman klien.
Pemberian informasi juga menjadi penting khususnya dalam rangka meragsang munculnya
gagasan, ide dan pemahaman baru pada diri klien serta untuk memberikan arah baginya
untuk melihat hal-hal yang dianggap penting dan bersifat potensial yang ada pada dirinya
yang selama ini terabaikan dan sebetulnya dapat digunakan untuk mengatasi masalah itu.
Dalam memberikan informasi kepada klien tidak semua informasi yang diberitahukan.
Informasi yang tidak berguna tidak perlu diberitahukan kepada klien. Konselor juga harus
memperhatikan kegunaan informasi itu karena keberhasilan pemberian informasi juga
ditentukan oleh data yang disajikan konselor. Apabial informasiyang diberikan itu tepat dan
berguna maka akan membantu secara sugestif menggali dan mengembangkan ide baru pada
diri klien, dan selanjutnya akan sangat membantu bagi keberhasilan klien.

5
Pemberian informasi merupakan pemberian sesuatu keterangan yang benar dan belum
diketahui oleh klien (baru) dan tidak mengandung suruhan. Informasi diberikan sesegera
mungkin apabila diminta klien atau tidak diminta (W.S Winkel, 1991).
Dalam proses konseling mungkin klien meminta secara langsung informasi yang
dibutuhkannya. Dalam hal ini konselor perlu segera memberikan informasi yang benar
tentang sesuatu yang diharapkan klien. Disamping itu konselor juga perlu menyadari bahwa
tidak semua informasi yang dibutuhkan klien diketahui dan dikuasai oleh konselor itu
sendiri. Apabila informasi yang diminta klien tidak dapat diberikan oleh konselor secara
lengkap dan benar, konselor paling tidak dapat menunjukkan dimana dan bagaimana klien
bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan tersebut.
Tujuan pemberian informasi adlah untuk memberikan pengetahuan kepada klien,
sehingga klien memliki wawasan terutama yang menyangkut dengan usaha mengatasi
masalahnya. Oleh karena itu informasi sebaiknya diberikan setelah konselor memahami
masalah klien, dan telah merumuskan tujuan perubahan yang akan dicapai oleh klien.
Pemberian informasi akan membantu klien memahami arti dari pilihan-pilihannya,
sehingga ia dapat menerima konsekuensi dari pilihannya itu terhadap dirinya di masa yang
akan datang. Pemberian informasi hendaknya juga dapat mendorong klien untuk memiliki
citra diri yang positif dan dapat mendorong klien meningkatkan kepribadian secara
menyeluruh.
Disamping itu konselor juga harus memeriksa apakah klien memahami informasi yang
telah diberikan dan membetulakn kesalahan persepsi klien dalam emahami informasi
tersebut. Apabila ada kesalahan persepsi akan berakibat pada penilaian yang negative
terhadap objek yang dipersepsi yang akhirnya dapat menambah permasalahan klien.

Informasi yang diberikan kepada klien banyak ragam dan jenisnya, namun pada dasarnya
dapat dikelompokkan menjadi:
Informasi pribadi yaitu menyangkut dengan keadaan pribadi konselor. Bila informasi yang
diminta klien bersifat pribadi dan keadaan itu menyalahi nilai-nilai dan norma yang berlaku
maka dalam pemberian informasi ini diberikan melalui pertanyaan balikan kepada klien.
Contoh: Kl: ibu sudah pernah mengisap ganja? Ko: kalau sudah bagaimana dan kalau belum
bagaimana?

6
Informasi tentang diri klien. Klien meminta informasi pada konselor yang mungkin bersifat
penilaian tentang dirinya sendiri. Contoh: Kl: saya suka menangis Pak Ko: menangis itu hal
yang wajar saja. Tergantung pada hal apa yang anda tangiskan, karena tangis itu merupan
luapan emosi. Tetapi jika menghadapi persoalan sedikit saja menangis, maka itu merupakan
sifat yang tidak wajar.
Informasi umum. Yaitu suatu informasi yang sifatnya menyangkut hal-hal yang umum dan
diberikan oleh konselor pada kliennya. Contoh: Kl: saya tamat SMP, bagaimana saya dapat
mencari pekerjaan yang cocok. Ko: saya tidak persis tahu, bagaimana kalau anda Tanya
langsung ke depertemen tenaga kerja.

Informasi berbeda dengan nasehat. Walaupun dalam nasehat juga terdapat informasi,
perbedaan keduanya dapat dikemukakan, sbb:
1. Informasi merupakan pemberian sesuatu keterangan yang benar dan belum diketahui oleh
klien (baru) dan tidak mengandung suruhan. Nasehat merupakan sesuatu yang sudah siap
dan menuntut pelaksanaan oleh klien (mengandung suruhan).
2. Informasi sifatnya pengetahuan tentang sesuatu, misalnya peraturan, tempat, keadaan dan
sebagainya. Nasehat bertujuan untuk menyadarkan klien terhadap permasalahan yang
dialaminya, dan didalam nasehat terkandung pelaksanaan atau penginderaan suatu
tingkah laku dan jauh dari sekedar pengetahuan.
3. Informasi diberikan sesegera mungkin apabila diminta atau tidak oleh klien, namun
tampak oleh konselor bahwa klien membutuhkannya. Nasehat diberikan apabila konselor
sudah betul-betul memaham maslah klien. Apabila konselor belum memahami maslaah
klien dan kemudian memberikan nasehat, akibatnya nasehat tersebut tidak akan dilakukan
klien.

B. PENAFSIRAN
Penafsiran adalah penjelasan-penjelasan atau pengertian-pengertian suatu keadaan.
Penggunan penafsiran oleh konselor dalam konseling bertujuan membantu klien agar dapat
memahami arti dari kejadian-kejadian dengan menyajikan beberapa pandangan yang
berkaitan dengan masalah klien. Pemberian penafsiran akan lebih mebantu bila didasarkan

7
atas informasi yang diungkapkan oleh klien, dan tidak atas pengetahuan-pengetahuan yang
bersifat teoritis.
Konselor hendaknya menyadari bahwa suatu penafsiran tidak lain hanyalah suatu
kemungkinan penjelasan tentang suatu kejadian. Untuk itu klien tetap diperkenankan
mengemukakan penjelasan yang sama sekali berbeda, dan penjelasannya itu tetap sahih.
Konselor hendaknya menawarkan penafsiran itu secara terbuka, dan memberikan
kesempatan secukupnya bagi klien untuk mengubahnya.
Penafsiran sangat bermanfaat bagi klien karena penafsiran dapat mengarahkan pada
pemerolehan insight. Insight memainkan peran penting dalam kehidupan psikologis
individu dan menjadi landasan untuk terjadinya perubahan perilaku. Penafsiran juga
membuat klien lebih memahami dirinya melalui penafsiran konselor (Hariastuti &
Darminto, 2007: 61-62).
Menurut Lutfi Fauzan dalam Teknik-teknik Komunikasi Untuk Konselor (2008:55),adapun
tujuan dari interpretasi yaitu:
1. Mengembangkan hubungan menyehatkan melalui dorongan pengungkapan diri
konseli,peningkatan kredibilitas konselor,dan pengkomunikasian sikap-sikap
menyehatkan kepada konseli.
2. Mengenali hubungan sebab akibat di antara pesan dan perilaku eksplisit dan implisit
konseli.
3. Membantu konseli mengkaji tingkah laku,pemikiran-pemikiran dari sudut tinjauan lain
dengan penjelasan lain.
4. Memotivasi konseli menggantikan pemikiran merusak diri atau tingkah laku tidak
efektif.
Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Penggunaan Penafsiran
Terdapat beberapa aturan yang perlu diperhatikan agar dapat menggunakan penafsiran
secara efektif,yaitu:
1. Perhatikanlah dengan cermat kesiapan. Konselor harus yakin bahwa klien telah siap
untuk mengeksplorasi dirinya sebelum menggunakan penafsiran.
2. Penafsiran hendaknya didasarkan pada pesan-pesan actual dan bukan bias dan nilai-
nilai konselor sendiri yang diproyeksikan kepada klien.
3. Gunakan kata-kata atau frase yang tepat dalam respon penafsiran.

8
C. PEMBERIAN PENGUATAN (reinforc)

Maksud dari diberikannaya penguatan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan


keyakinan klien, atas keraguan peryataan positif klien. Teknik ini dapat juga digunakan
untuk memotivasi diri dan semangat klien supaya tabah dalam menghadapi masalh yang
tidak menyenangkan bagi diri klien. Dalam teknik ini ada jenis-jenis yang sangat perlu
diperhatikan, yaitu

 Prediksi Penguatan

Rencana klien yang semula dalam angan-angan yang kemudian diungkapkan dalam sebuah
pernyataan yang positif, maka konselor memberikan peguatan terhadap apa-apa yang akan
dilakukan atau rencan positif yang akan dilakukan klien. Misalnya

Klien               :“Baru saya sadari bahwa selama ini saya kurang perhatian terhadap keluarga,
dan mulai sekarang dan seterusnya saya akan lebih memperhatikan waktu untuk mereka.”

Konselor          :“Itulah yang dibutuhkan dari keluargamu, apa bila anda melakukannya, pasti
keluarga anda akan menerima keberadaanmu.”

 Posdiksi Penguatan

Konselor berusaha memberikan penguatan terhadap tingkah laku yang pernah dilakukan
klien dan terlihat hasilnya. Maksudnya klien yang memberikan pernyataan tentang hasil
yang telah dilakukannya berupa tingkah laku positif. Misalnya.

Klien               :“setelah saya meninggalkan perbuatan itu, dorongan untuk melakukan itu
muncul kembali dan saya berusaha memotivasi diri untuk tidak melakukannya dan sampai 
saat ini saya tidak melakukan perbuatan tersebut”.

Konselor          :“Baik sekali, dengan berusaha keras melakukan motivasi anda berhasil
meninggalkan perbuatan negative tersebut.”

 Penguatan Faktual

Dalam menggunakan penguatan ini,perlu diperhatikan bahwa dalam memberikan


penguatan factual jangan sampai salah arti atau maksud dari apa yang dinyatakan klien,
karena hal itu hanya akan menghambat proses konseling. Misalnya.

Klien               :Saya baru saja dikhiati oleh teman saya, selama ini saya telah memberikan
apa yang diinginkannya dan selalu memperhatikan dia dengan penuh perhatian dan kasih
saying. Tiba-tiba sekarang saya ditinggal begitu saja tanpa sebab dan alas an yang dapat
saya terima.

9
Konselor          :“Memang berat mengalami masalah seperti ini, dan merupakan suatu resiko
dalam persahabatan antara lawan jenis. Tapi itu kenyataan yang diterima. Lebih baik saat ini
ia meninggalkan daripada nanti, apabila telah terjalin suatu ikatan.”

D. MERUMUSKAN TUJUAN
Dalam konseling bersama klien perlu merumuskan Tujuan yang akan dicapai klien.
Menurut Munro, dkk (alih bahasa Erman Amti,1983) Tugas pertama konselor dalam
membantu merubah tingkah laku klien adalah berusaha agar klien mampu mengemukakan
tujuan tujuan secara lebih jelas dan khusus. Tujuan- tujuan yang dirumuskan harus
mengandung unsur unsur normatif, sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Dengan
merumuskan tujuan tujuan khusus klien dapat memilih satu tujuan utama yang harus
dicapai dan diwujudkan dalam jangka pendek, dan mencapai tujuan-tujuan lainnya dalam
jangka panjang.
Untuk dapat membantu klien merumuskan tujuan khusus dapat dilakukan dengan cara
mengajak klien memikirkan kemungkinan cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang
pantas dilakukan klien. Tujuannya adalah agar klien dapat bertindak efektif, praktis dan
ralistik.
Tujuan hendaklah dirumuskan dalam kalimat pernyataan yang jelas dan sederhana
dengan menggunakan kata-kata yang positif.
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan dalam konseling.
Syarat-syarat itu antara lain :
1. Tujuan dirumuskan di saat pembahasan masalah telah sampai pada tahap pengambilan
keputusan klien guna mencapai perubahan tingkah laku. Apabila belum sampai pada
pengambilan keputusan, tujuan sukar dirumuskan karena jadi tidak jelas arah
konselingnya.
2. Tujuan yang dirumuskan sesuai dengan kemampuan dan kekuatan klien. Merumuskan
tujuan di luar kemampuan klien akan menjadi sia-sia, sebab klien tidak akan
melakukannya dan kemungkinan gagal lebih besar.
3. Tujuan konseling hendaklah positif dan dirumuskan dalam kalimat pernyataan yang
positif. Tujuan yang negatif maksudnya ialah apabila melanggar norma-norma yang

10
berlaku. Sedangkan tujuan positif bermaksud dalam arti baik dan berguna bagi klien
maupun orang lain.
4. Tujuan dari dirumuskannya dengan jelas dan khusus ialah karena tujuan yang tidak jelas
akan menjadi sulit ditindak lanjuti oleh klien. Apabila terlalu umum juga tidak jelas
tindakan atau tingkah laku yang akan dilakukan klien. Jadi, khususnya tujuan tersebut
adalah apabila jelas tingkah lakunya waktunya dan jelas juga tempatnya.
5. Tujuan itu harus menempatkan kliennya sebagai subyek yang aktif dalam mencapai
tujuan konseling. Dan sebaliknya tujuan yang menjadikan klien sebagai subjek pasif
akan kurang berguna sebagai klien karena klien lebih banyak menunggu.
6. Tujuan itu tidak berlebihan atau ambisius. Karena tujuan yang ambisius atau berlebihan
dihawatirkan tidak dapat dicapai oleh klien.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam memberikan informasi kepada klien tidak semua informasi yang diberitahukan.
Informasi yang tidak berguna tidak perlu diberitahukan kepada klien. Konselor juga harus
memperhatikan kegunaan informasi itu karena keberhasilan pemberian informasi juga
ditentukan oleh data yang disajikan konselor. Apabial informasiyang diberikan itu tepat dan
berguna maka akan membantu secara sugestif menggali dan mengembangkan ide baru pada
diri klien, dan selanjutnya akan sangat membantu bagi keberhasilan klien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, & Soedarmadji, B. (2012). psikologi konseling edisi revisi. jakarta: PT. Adhitya
Andrebina agung.
Lubis, N. L. (2011). memahami dasar-dasar konseli dalam teori dan praktek. jakarta:
pramedia grup.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://riezkaratna73.blogspot.com/
2013/01/teknik-dasar-psikologi-konseling-dalam.html
http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view/1835

13

Anda mungkin juga menyukai