Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ASAS ASAS DAN KODE ETIK BIMBINGAN KONSELING

Dosen Pengampuh : Rafael Lisinus Ginting, M.Pd

Disusun oleh :

AGUSTARIA BR SEMBIRING
DESI AMANDA
JENNIFER FELISITAS LUMBAN TOBING
JESIKA AMELIA BR SEMBIRING
KARINA ANASTYA SEMBIRING
MIFTAHUL HUMAIRA AL-FAROUQI
OLIVIA CHRISTINA SITUMORANG
PEBRINA PANJAITAN
PUTRIANA AMANDA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023/204
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan atas Berkat dan Rahmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa
kepada kami sehingga atas Berkat dan RahmatNYa kami dapat mengerjakan tugas Makalah ini
dengan serta tepat pada waktunya.

Semoga Makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh
berguna bagi kita semua untuk mengembangkan wawasan kita.

Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah masih terdapat kekurangan-kekurangan,


karena itu penulis berharap masukan dari pembaca agar Makalah ini bisa menambah
pengetahuan dan pengalaman kita.

Medan, 21 September 2023

Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………………..1


1.2 Rumus Masalah………………………………………………………………………………………………………...1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………………3

2.1 Asas asas bimbingan konseling…………………………………………………………………………………..3

2.2 Kode etika bimbingan dan konseling………………………………………………………......................4

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………5

3.1 Simpulan…………………………………………………………………………………………………………………….5

3.2 Saran………………………………………………………………………………………………………………………….5

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………….....................6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak lahir, manusia telah memiliki berbagai macam potensi yang dapat dikembangkan untuk
mencapai kebahagian hidupnya. Tuhan telah menciptakan manusia dengan berbagai potensi.
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua individu memahami potensi yang
dimilikinya, apalagi pemahama tentang cara mengembangkannya. Dalamn perjalanan
hidupnya, individu seringkali menemui berbagai macam masalah. Dimulai dari munculnya
sebuah permasalahan dan berbagai permasalahan selanjunya yang datang silih berganti. Agar
seorang individu dapat mengenali potensi-potensi yang dimiliki, mengembangkannya secara
optimal, serta menghadapi masalah yang dihadapi diperlukan bantuan atau bimbingan dari
orang lain sehingga dapat berbuat dengan tepat sesuai dengan potensi atau keadaan yang
ada pada dirinya. Salah satu bimbingan tersebut dapat dilakukan melalui sekolah. Sekolah
tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan dalam hal belajar-mengajar di kelas, tetapi
juga dapat mengembangkan keseluruhan kepribadian anak. Oleh karena itu, guru harus
mengetahui lebih dari sekedar masalah bagaimana mengajar yang efektif, ia harus membantu
murid dalam mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya. Untuk
melakukan hal tersebut seorang guru harus memiliki wawasan dan pemahaman tentang
layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana asas-asas bimbingan dan konseling?
b. Bagaimana kode etik bimbingan dan konseling?
1.3 Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dalam masalah ini
ialah:
a. Mengetahui asas-asas bimbingan konseling
b. Mengetahui kode etik bimbingan konseling
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ASAS ASAS BIMBINGAN dan KONSELING

a). Asas kerahasiaan

Segala sesuatu yang di bicarakan klien kepada konselor tidak boleh di sampaikan kepada orang
lain, atau lebih - lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain.
Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini
benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggaraan atau pemberian bimbingan akan mendapat
kepercayaan dari semua pihak; terutama penerima bimbingan klien sehingga mereka akan mau
memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika konselor
tidak dapat memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah kepercayaan klien,
sehingga akibatnya pelayanan bimbingan tidak dapat tempat dihati klien dan para calon klien;
mereka takut meminta bantuan, sebab khawatir masalah dan diri mereka akan menjadi bahan
gunjingan .

b). Asas kesukarelaan

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas kesukarelaan, baik dari pihak di
terbimbing atau klien, maupun dari pihak konselor. Klien diharapkan secara suka dan rela tanpa
ragu-ragu ataupun merasa terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta
mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk-beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada
konselor; dan konselor juga hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau
dengan kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.

c). Asas keterbukaan

Dalam pelaksanaan bk sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari konselor
maupun dari Klien, diharapkan masing masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri
untuk kepentingan pemecahan masalah individu yang membutuhkan bimbingan diharapkan
dapat berbicara jujur dan terus terang tentang dirinya.
d). Asas Kekinian.

Masalah individu yang ditanggulangi adalah masalah yang sedang di rasakan bukan masalah yang
sudah lampau, dan bukan masalah yang akan di alami masa mendatang. Asas kekinian juga
mengandung bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan.

e). Asas Kemandirian

Dalam memberikan layanan pembimbing hendaklah selalu menghidupkan kemandirian pada diri
orang yang di bimbing, jangan sampai orang yang dibimbing itu menjadi tergantung kepada orang
lain.

f). Asas Kegiatan

Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang tidak berarti,

bila individu yang di bimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuantujuan bimbingan.
Hasil ‐ hasil usaha bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya

tetapi harus di raih oleh individu yang bersangkutan.

g). Asas kedinamisan

usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadi perubahan pada diri yaitu
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik . Perubahan itu tidaklah sekedar mengulang hal
yg lama,yg bersifat monoton melainkan perubahan yg selalu menuju ke suatu pembaruan
sesuatu yg lebih maju ,dinamis sesuai dengan arah perkembangan yg di kehendaki.

h). Asas keterpaduan

pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan sebagai aspek kepribadian


klien.sebagaimana diketahui individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaan
nya tidak seimbang,serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah .untuk
terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki kawasanyh luas tentang
perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan, serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan
untuk menangani masalah.

i). Asas kenormatifan


Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma – norma yang berlaku,
baik ditinjau dari norma agama,norma adat,norma hukum,norma ilmu ataupun kebiasaan sehari
-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan
dan konseling.

j). Asas keahlian

Usaha bimbingan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan sistematik dengan
menggunakan prosedur, teknik dan alat (instrumentasi bimbingan dan konseling) yang memadai.

k). Asas Alih Tangan

Asal alih tangan jika konseler sudah mengarahkan segenap kemampuannya untuk membantu
individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang
diharapkan, maka konselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang
lebih ahli. Asas ini juga mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan konseling hanya menangani
masalah-masalah individu sesui dengan kewenangan petugas yang bersangkutan, dan setiap
masalah ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu

l). Asas Tutwuri Handayani

Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan
keseluruhan antara konseler dan klien. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan
konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap kepada
konseler saja. Namun, diluar hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya
dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling.
2.2 KODE ETIK BIMBINGAN KONSELING

a). Nilai-nilai etika professional merupakan hal yang sangat penting dalam profesi pembantuan
(helping profession). Inti dari nilai bimbingan dan konseling Indonesia adalah 1) meningkatkan
perkembangan manusia di seluruh rentang kehidupannya; 2) menghormati keragaman dan
menggunakan pendekatan multikultural untuk mendukung nilai, martabat, potensi, dan
keunikan setiap individu dalam konteks sosial dan budaya mereka; 3) mempromosikan keadilan
sosial melalui layanan advokasi; 4) menjaga integritas pribadi dalam hubungan konselor-konseli;
dan 5) mempraktikkan layanan bimbingan dan konseling dengan cara yang kompeten dan
perilaku etis yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur dan keragaman budaya Indonesia.

Nilai-nilai profesional akan menjadi landasan perilaku etis dalam pengambilan keputusan-
kepuusan bantuan. Prinsip dasar dari perilaku etis profesional antara lain otonomi, kebaikan,
keadilan, kesetiaan, ekualitas, dan kejujuran. Sikap-sikap dasar tersebut harus ditegakkan,
dijunjung tinggi dan diamalkan oleh setiap guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam
menavigasi konseli dalam mencapai perkembangan pribadi masing-masing secara optimal dalam
kehidupan bersama.

b). Tujuan Kode Etik

Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia memiliki beberapa tujuan yaitu:

1. Kode Etik menetapkan kewajiban etis bagi anggota ABKIN dan memberikan panduan
praktik etis konselor atau guru bimbingan dan konseling yang profesional.

2. Kode Etik mengidentifikasi pertimbangan-perimbangan etis yang relevan dengan konselor


atau guru bimbingan dan konseling yang profesional maupun mahasiswa program studi
bimbingan dan konseling serta pelaku penyelenggaraan pendidikan profesional konselor
atau guru bimbingan dan konseling.

3. Kode Etik memungkinkan ABKIN untuk memberikan penjelasan bagi anggota dan
mahasiswa bimbingan dan konseling serta bagi konseli yang dilayani dengan memperhatikan
sifat tanggung jawab etis yang dimiliki bersama oleh para anggota ABKIN.

4. Kode Etik berfungsi sebagai panduan etis yang dirancang untuk membantu anggota dalam
menyusun suatu tindakan yang paling baik dalam melayani konseli yang memanfaatkan
layanan bimbingan dan konseling dan menetapkan harapan perilaku dengan penekanan
utama pada peran konselor atau guru bimbingan dan konseling yang profesional.
5. Kode Etik memberikan dukungan bagi kinerja bimbingan dan konseling untuk menjalankan
misi ABKIN.

6. Standar yang terkandung dalam Kode Etik ini berfungsi sebagai dasar untuk mengambil
tindakan suportif bagi pelaku bimbingan dan konseling yang berhasil dan sebaliknya sebagai
panduan untuk mengambil tindakan bagi pelanggaran etika profesi anggota ABKIN

c). Manfaat Kode Etik

1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas

yang digariskan.

2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.

3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika

dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutahkan dalam berbagai

bidang.
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno. (1987)._Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor._Jakarta: P2PTK


Depdikbud

Syukur Y, Neviyarni, Zahri N.(2019)._Bimbingan Konseling di sekolah

Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2018). Kode Etik Profesi
Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) (PB ABKIN (ed.)).

Dr. H. A. Marjuni, M. Pd. 2020. JURNAL PERAN DAN FUNGSI KODE ETIK KEPRIBADIAN GURU
DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar:
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai