Anda di halaman 1dari 17

FUNGSI, ASAS DAN PRINSIF SERTA KODE ETIK

DALAM BIMBINGAN KONSELING

“Makalah ini disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah
Bimbingan Konseling”

Dosen pengampu : Hj. Teti Apriyanti, Lc, M.Ag

Kelompok 2 :
 Muhammad Yusuf Maulana
 Sekar Kinanti
 Siti Maulidia Putri
 Siti Fatimah Nurwahidda

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-AULIA


CIBUNGBULANG, BOGOR
2021
Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bogor, 05 Maret 2021

penulis

i
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang...................................................................................1
B Rumusan Masalah...............................................................................1
C Tujuan.................................................................................................2
Bab II Pembahasan
A. Fungsi Bimbingan Konseling............................................................3
B. Asas dan Prinsif Bimbingan Konseling.............................................4
C. Kode Etik dalam Bimbingan Konseling............................................9
Bab III Penutup
A. Kesimpulan........................................................................................12
B . Saran...................................................................................................13
Daftar Pustaka...................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling secara profesional di Indonesia sampai


saat ini masih terfokus pada generasi muda yang masih duduk dibangku
pendidikan formal atau di sekolah. itupunnampaknya yang paling
terrealisasihanyalah pada jenjang pendidikan sekolah menegah dan
perguruan tinggi saja. Hampir semua tenaga bimbingan konseling
profesional yang telah mendapat pendidikan formal di bidang bimbingan
dan konseling, bertugas dilembaga-lembaga pendidikan di atas jenjang
pendidikan dasar.

Diantara tenaga-tenaga bimbingan dan konseling itu sebagian


terbesar terlibat didalam jenjang pendidikan menegah. Kegiatan-kegiatan
bimbingan dan konseling yang diwujudkan dalam suatu program
bimbingan dan konseling yang terorganisasi dan terencana, sampai saat ini
lebih banyak dikembangkan untuk jenjang pendidikan ditingkat
menengah. sehingga seakan-akan ia menjadi urutan yang pertama.
Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan oleh
tenaga-tenaga profesional dijenjang pendidikan tinggi menempati urutan
ke dua dan kegiatan bimbingan konseling yang dilaksanakan di jenjang
pendidikan dasar menempati urutan ketiga. Kenyataan ini hendaknya tidak
harus berarti bahwa, urutan prioritas yang terdapat dilapangan,
sebagaimana dijelaskan di atas, tidak dapat diubah menjadi urutan prioritas
yang berbeda.

B. Rumusan Masalah
1. Apa fungsi bimbingan konseling ?
2. Apa asas dan prinsif bimbingan konseling ?
3. Apa saja kode etik dalam bimbingan konseling ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui fungsi bimbingan konseling.
2. Mengetahui asas dan prinsif bimbingan konseling.
3. Mengetahui kode etik dalam bimbingan konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fungsi Bimbingan Konseling

Ada 7 fungsi bimbingan konseling, yaitu sebagai berikut:


1. Fungsi preventif; yaitu membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi dirinya.
2. Fungsi kuratif atau korektif; yaitu membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3. Fungsi preservatif; yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan
kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik
(terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.
4. Fungsi terapi; yaitu membantu individu membebaskan dan
melepaskan dirinya dari segala kekhawatiran dan kegelisahannya
dalam menghadapi masalah yang dihadapinya.
5. Fungsi developmental atau pengembangan; yaitu membantu individu
memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik
agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak
memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah bagi diri klien.
6. Fungsi penyaluran; yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu
memilih dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai
dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
7. Fungsi penyesuaian; yaitu fungsi bimbingan dalam membantu
individu menemukan penyesuaian diri dan perkembangannya secara
optimal.1

1
Drs. Masdudi, M.Pd, Bimbingan Dan Konseling Perspektif Sekolah, Nurjati Press, Cirebon, 2015
Hlm. 17-18.

3
B. Asas dan Prinsip Bimbingan Konseling

1. Prinsip Bimbingan Konseling


Prinsip dapat diartikan sebagai jati diri yang menunjukkan tentang
ciri khas sesuatu. Prinsip dapat pula dimaknai sebagai sifat yang
melekat pada sesuatu yang menjadikannya teguh dan berkarakter.
Dalam kontek bimbingan konseling Islami, prinsip merupakan ciri
khas yang membedakan kajian konseling dengan kajian-kajian lainnya.
Sebagai ilustrasinya (konseling dan psikologi), konseling dapat
diartikan sebagai seni membantu orang individu untuk mencapai
kemandirian dalam mengatasi dan memecahkan masalahnya.
Sedangkan psikologi adalah kajian mengenai gejala-gejala muncul
perilaku.
Beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau
landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari
konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi
pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di
Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip
itu adalah:
a) Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua
konseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada
semua konseli. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan
dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan
dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik
kelompok dari pada perseorangan (individual).
b) Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap
konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui
bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan
perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti
bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli,
meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik
kelompok.

4
c) Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan
masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif
terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu
cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan
tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan
yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan
merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif
terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk
berkembang.
d) Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha
Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab
konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala
Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-
masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
e) Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial
dalam Bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk
membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan
mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk
memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu
semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan.
Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan
memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan,
menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui
pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk
membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi
kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama
bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk
memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
f) Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai
Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian pelayanan
bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah,
tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri,

5
lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada
umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi
aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan
pekerjaan.

2. Asas Bimbingan Konseling


Asas Bimbingan Konseling konvensional tersebut pada dasarnya
menegaskan bahwa para konselor merupakan para hali yang memiliki
kemampuan untuk membimbing konselinya, baik secara ikhlas
maupun profesional sehingga mereka mampu meningkatkan taraf
kehidupannya yang lebih baik, terutama berkaitan dengan persoalan
mentalitas konseli, baik adalam menghadapi lingkungannya maupun
orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan
konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut:
a) Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang
konseli yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau
keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh
orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban
penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu
sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
b) Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli
mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan
baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban
membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
c) Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar konseli yang menjadi sasaran
pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura,
baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri
maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari

6
luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini
guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan
konseli. Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya
asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli
yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat
terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura.
d) Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar konseli yang menjadi sasaran pelayanan
berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan
pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru
pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap
pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang
diperuntukan baginya.
e) Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni:
konseli sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling
diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-
ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan
diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu
mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling
yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian
konseli.
f) Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan
konseling ialah permasalahan konseli dalam kondisinya
sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau
kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya
dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
g) Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan

7
yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton,
dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h) Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing
maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak
yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan
dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap
pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
i) Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan
dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama,
hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan
apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan
norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat
meningkatkan kemampuan konseli memahami, menghayati,
dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.
j) Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah
profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang
benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling.
Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan

8
konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan
konseling.
k) Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling
yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara
tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli
mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih
ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari
orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain; dan demikian pula
guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru
mata pelajaran/praktik dan lain-lain.2

C. Kode Etik dalam Bimbingan Konseling

Di Indonesia etika bimbingan konseling dikenal dengan istilah


“kode etik” sedangkan di Amerika disebut dengan Standar Etik. Namun
keduanya mempunyai esensi yang sama dalam menyatukan pandangan
dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling.
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)3 yang telah berganti
nama menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN)
merumuskan kode etik bimbingan konseling yaitu:
1. Pembimbing/konselor menghormati harkat pribadi, integritas, dan
keyakinan klien.
2. Pembimbing/konselor menempatkan kepentingan klien di atas
kepentingan pribadi pembimbing sendiri.
3. Pembimbing/konselor tidak membedakan klien atas dasar suku,
bangsa, warna kulit, kepercayaan, atau status sosial ekonomi.
4. Pembimbing/konselor dapat menyesuaikan dirinya dalam arti kata
berusaha untuk mengerti kekurangan-kekurangannya dan
prasangka-prasangka yang ada pada dirinya yang dapat

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/fungsi-prinsip-dan-asas-
2

bimbingan-dan-konseling/, 07-03-2021, 08.56.


3
Soecipto, Profesi Keguruan, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, Hlm. 84.

9
mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan serta
merugikan klien.
5. Pembimbing/konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat
tendah hati, sederhana, sabar, tertib, dan percaya pada paham hidup
sehat.
6. Pembimbing/konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang
diberikan padamya, dalam hubungannya dengan ketentuan-
ketntuan tingkah laku profesianalsebagaimana dikemukakan dalam
kode etik bimbingan konseling.
7. Pembimbing/konselor memiliki safat tanggung jawab, baik
terhadap lembaga dan orang-orang yang dilayani maupun terhadap
profesinya.
8. Pembimbing/konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi
mungkin, dalam hal ini dia perlu menguasai keterampilan dan
menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur khusus yang
dikembangkan atas dasar ilmiah.
9. Pembimbing/konselor menguasai pengetahuaan dasar yang
mendalam tentang hakikat dan tingkah laku orang, serta tentang
teknik dan prosedur layanan bimbingan guna memberikan layanan
dengan sebaik-baiknya.
10. Seluruh catatan tentang diri klien merupakan informasi yang
bersifat rahasia dan konselor harus menjaga kerahasiaannya. Data
ini hanya dapat disampaikan kepada orang yang berwenang
menafsirkannya dan menggunakannya, dan hanya dapat diberikan
atas dasar persetujuan klien.
11. Suatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang
menggunakan dan menafsirkan hasil.
12. Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus
dan keperluan lain yang membutuhkan data tentang sifat atau diri
kepribadiaan seperti taraf intellegensi, minat, bakat, dan
kecenderungan-kecenderungan dalam diri pribadi seseorang.

10
13. Dalam hasil tes psikologi harus diintegrasikan dengan informasi
lainnya, yang diperoleh dari sumber lain serta harus diperlakukan
setaraf dengan informan lainnya itu.
14. Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai
alasan digunakannya tes psikologi dan hubungannya dengan
masalah yang dihadapi klien.
15. Hasil tes psikologi harus diberikan kepada klien dengan disertai
alasan-alasan tentang kegiatannya dan hasil tersebut dapat
diberitahukan kepada pihak lain, sejauh pihak yang diberitahukan
itu ada hubungannya dengan usaha bantuan pada klien dan tidak
merugikan klien itu sendiri.4

4
Prof. Dr. H. Ramayulis & Dr. Mulyadi, S.Ag, M.Pd, Bimbingan Konseling Islam Di Madrasah dan
Sekolah, Kalam Mulia, Jakarta, 2016, Hlm. 317-319.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fungsi bimbingan konseling, yaitu sebagai berikut: Fungsi
preventif, Fungsi kuratif atau korektif, Fungsi preservatif, Fungsi terapi,
Fungsi developmental atau pengembangan, Fungsi penyaluran, Fungsi
penyesuaian.
Asas Bimbingan Konseling yaitu sebagai berikut: Asas
Kerahasiaan, Asas kesukarelaan, Asas keterbukaan, Asas kegiatan, Asas
kemandirian, Asas Kekinian, Asas Kedinamisan, Asas Keterpaduan,
Asas Keharmonisan, Asas Keahlian, Asas Alih Tangan Kasus.
Prinsip-prinsip bimbingan konseling, yaitu sebagai berikut:
 Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli,
 Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi,
 Bimbingan menekankan hal yang positif,
 Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama,
 Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam
Bimbingan dan konseling,
 Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting
(Adegan) Kehidupan.

Kode etik dam bimbingan konseling yaitu:


 Pembimbing/konselor menghormati harkat pribadi, integritas, dan
keyakinan klien.
 Pembimbing/konselor menempatkan kepentingan klien di atas
kepentingan pribadi pembimbing sendiri.
 Pembimbing/konselor tidak membedakan klien atas dasar suku,
bangsa, warna kulit, kepercayaan, atau status sosial ekonomi.
 Pembimbing/konselor dapat menyesuaikan dirinya dalam arti kata
berusaha untuk mengerti kekurangan-kekurangannya dan prasangka-

12
prasangka yang ada pada dirinya yang dapat mengakibatkan rendahnya
mutu layanan yang akan diberikan serta merugikan klien.
 Pembimbing/konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat
tendah hati, sederhana, sabar, tertib, dan percaya pada paham hidup
sehat.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sajikan tentang Fungsi, Asas
Dan Prinsif Serta Kode Etik Dalam Bimbingan Konseling yang cukup
singkat, namun jika ingin lebih mengetahui tentang Fungsi, Asas Dan
Prinsif Serta Kode Etik Dalam Bimbingan Konseling dapat mendalaminya
dengan membaca berbagai buku atau sumber yang berhubungan dengan
Bimbingan Konseling.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/fungsi-prinsip-dan-asas-
bimbingan-dan-konseling/, Tanggal 07 Maret 2021.

Masdudi, (2015), Bimbingan Dan Konseling Perspektif Sekolah, Nurjati Press,


Cirebon.

Ramayulis & Mulyadi, (2016), Bimbingan Konseling Islam Di Madrasah dan


Sekolah, Kalam Mulia, Jakarta.

Soecipto, (1999), Profesi Keguruan, Rineka Cipta, Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai