Beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi
pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang
kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau
bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-
prinsip itu adalah:
2. Fungsi Pencegahan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya dan terhindarnya peserta didik dari
berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan
kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses perkembangannya. Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang
diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat
perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa progam orientasi, program bimbingan karier,
inventarisasi data, dan sebagainya.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh konselor adalah :
a) Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berampak negative terhadap individu yang
bersangkutan.
b) Mendorong perbaikan kondisi pribadi diri pribadi klien.
c) Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan mempengaruhi perkembangan dan
kehidupannya.
d) Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan resiko yang besar, dan melakukan
sesuatu yang akan memberi manfaat.
e) Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.
Secara operasional konselor perlu menampilkan kegiatan dalam rangka pelaksanaan fungsi pencegahan. Kegiatannya
antara lain dapat berupa program-progam nyata. Secara garis besar, program-program tersebut dikembangkan,
disusun dan diselenggarakan melalui tahap-tahap :
a) Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul.
Misalnya disekolah, kemungkinan masalah yang timbul adalah para siswa kurang disiplin, gagal menjawab soal-soal
ulangan, pertentangan antar teman, antar kelas antar sekolah, kurang menghargai guru, tidak suka pada salah satu
mata pelajaran.
b) Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber penyebab timbulnya masalah-masalah tersebut. Dalam hal ini
kajian teoritik dan studi lapangan perlu dipadukan.
c) Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan masalah tersebut.
Misalnya untuk permasalahan siswa disekolah, pihak-pihak yang terkait adalah kepala sekolah, guru, wali kelas,
orangtua, badan atau lembaga tertentu sesuai dengan permasalahan, teman dekat atau sahabat. Keterkaitan pihak-
pihak tersebut dengan permasalahan yang dimaksudkan perlu dikaji secara obyektif.
d) Menyusun rencana program pencegahan. Rencana ini disusun berdasarkan (a) spesifikasi permasalahan yang
hendak dicegah timbulnya, (b) hasil kajian teoritik dan study lapangan,(c) peranan pihak-pihak terkait, (d) faktor-
faktor operasional dan pendukung, seperti tempat, waktu dan biaya, dan perlengkapan kerja.
e) Pelaksanaan dan monitoring
Pelaksanaan program sesuai dengan rencana dengan kemungkinan modifikasi yang tidak mengganggu pencapaian
tujuandengan persetujuan pihak-pihakyang terkait.
f) Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara cermat dan obyektif. Laporannya diberikan kepada pihak-pihak terkait untuk dipergunakan
sebagai masukan bagi program sejenis lebih lanjut.
Program-program ini disusun dan diselenggarakan melalui tahap-tahap tersebut biasanya merupakan program-
program “resmi” yang diselenggarakan untuk
Sekelompok individu dilembaga tempat konselor bekerja. Kegiatan pencegahan yang lebih sederhana dan bersifat
“tidak resmi” dapat direncanakan langsung dengan klien yang bersangkutan dan langsung pula diselenggarakan
dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa tersebut. Dalam hal ini, pemahaman terhadap
siswa dan permasalahan siswa, serta unsure-unsur pemahaman terhadap biimbingan yang “lebih luas” menjadi
dasar bagi kegiatan pencegahan yang dimaksudkan.
3. Fungsi Pengentasan
Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun mungkin saja klien yang ada disekolah masih
menghadapi masalah-masalah tertentu. Individu yang mengalami masalah akan merasa ada sesuatu yang tidak
nyaman pada dirinya. Kien yang mengalami masalah akan datang pada konselor dengan tujuan dientaskannya
masalah yang tidak mengenakan pada dirinya. Di sinilah fungsi pengentasan (perbaikan) itu berperan, yaitu fungsi
bimbingsn dan konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami
klien.
4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu para klien dalam
memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi
ini hal-hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian klien dapat memelihara dan
mengembangkan berbagai potensi dan kindisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan.
5.Fungsi advokasi
Fungsi advokasi yaitu bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap
peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan
melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hsil
sebagaimana yang terkandung di dalam masing-masing fungsi tersebut. Setiap pelayanan kegiatan bimbingan dan
konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil
yang hendak dicapainya jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.
Secara keseluruhan, jika semua fungsi-fungsi itu telah terlaksnaa dengan baik, dapatlah bahwa peserta didik akan
mampu berkembangan secara wajar dan mantap menuju aktualitasi diri secara optimal pula. Keterpaduan semua
fungsi tersebut akan sangat membantu perkembangan peserta didik secara terpadu pula
2. Prinsip-prinsip Khusus
a) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan
1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan
status social ekonomi.
2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
3) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.
4) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi
pokok pelayanan.
b) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu
1) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut kondisi mental atau fisik individu terhadap
penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah serta dalam kaitannya dengan kontak social dan pekerjaan, dan sebaliknya
pengaruh lingkkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
2) Kesenjangan social, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu dan
kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan.
c) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan
1) Bimmbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengembangan individu, karena itu
program bimbingan harus disesuaikan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta
didik.
2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi
lembaga.
3) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai
yang tinggi.
4) Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu adanya penilaian yang teratur dan terarah.
2. Orientasi Perkembangan
Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi tersebut adalah pemeliharaan dan pengembangan.
Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan
yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya
pada keseluruhan proses perkembangan itu. Perkembangan sendiri dapat diartika sebagai “perubahan yang progresif
dan kontinyu(berkesinambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati”. Pengertian lain dari perkembangan
adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju ke tingkat kedewasaannya atau
kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut
fisik(jasmaniah) maupun psikis(rohaniah). (Yusuf, 2009: 15)
Menurut Myrick (dalam mayers, 1992) perkembangan individu secara tradisional dari dulu sampai sekarang menjadi
inti dari pelayanan bimbingan. Sejak tahun 1950-an penekanan pada perkembangan dalam bimbingan dan konseling
sejalan dengan konsepsi tugas-tugas perkembangan yang dicetuskan oleh Havighurst. Dalam hal itu peranan
bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjadi alur
perkembangannya. Pelayanan bimbingan dan konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan
inheren individu bergerak menuju kematangan dalam perkembangannya.
Ivey dan Rigazio (dalam Mayers, 1992) menekankan bahwa orientasi perkembangan justru merupakan cirri khas yang
menjadi inti gerakan bimbingan. Perkembangn merupakan konsep inti dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari
segenap layanan bimbingan dan konseling. Selanjutnya ditegaskan bahwa praktek bimbingan dan konseling tidak lain
adalah memberikan kemudahan yang berlangsung perkembangan yang berkelanjutan. Permasalahan yang dihadapi
oleh individu harus diartikan sebagai terhalangnya perkembangan, dan hal itu semua mendorong konselor dank lien
bekerjasama untuk menghhilangkan penghalang itu serta mempengaruhi lajunya perkembangan klien.
Secara khusus Thompson & Rudolph (1983) melihat perkembangan individu dari sudut perkembangan kognisi. Dalam
perkembangannya, anak-anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk :
a. Hambatan egosentrisme, yaitu ketidakmampuan melihat kemungkinan lain diluar apa yang dipahaminya.
b. Hambatan konsentrasi, yaitu keidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada lebih dari satu aspek tentang
semua hal.
c. Hambatan reversibilitas, yaitu ketidakmampuan menelusuri alur yang terbalik dari alur yang dipahami sebelumnya.
d. Hambatan transformasi, ketidakmampuan meletakan sesuatu pada susunan urutan yang ditetapkan.
Thompson & Rudolph menekankan bahwa tugas bimbingan dan konseling adalah menangani hambatan-hambatan
perkembangan itu. Masing-masing individu berada pada usia perkembangan. Dalam setiap tahap usia
perkembangan, individu hendaknya mampu mewujudkan tugas perkembangan tersebut. Setiap tahap atau periode
perkembangan mempunyai tugas-tugas perkembangan sendiri-sendiri yang sudah harus dicapai pada akhir tahap
perkembanganya itu. Pencapaian tugas perkembangan di suatu tahap perkembangan akan mempengaruhi
perkembangan berikutnya(Ratna Asmara Pane, 1988). Tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul
pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan
membawa keberhasilan; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang
bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas
berikutnya(Yusuf, 2009:65).
3. Orientasi Permasalahan
Hambatan dan rintangan seringkali dialami oleh individu dalam menjalani kehidupan dan proses perkembangannya.
Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan proses perkembangan individu tentunya akan mengganggu
tercapainya kebahagiaan. Padahal tujuan umum bimbingsn dan konseling , sejalan dengan tujuan hidup dan
perkembangan itu sendiri, ialah kebahagiaan. Oleh karena itu maka perlu diwaspadai kemungkinan timbulnya
hambatan dan rintangan yang mungkin menimpa kehidupan dan perkembangan. Kewaspadaan terhadap timbulnya
hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam pelayanan bimbingan dan
konseling.
Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah dibicarakan, orientasi masalah secara
langsung bersangkut paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar
individu dapat terhindar dari masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan
menginginkan agar individu yang sudah terlanjur mengalami masalah dapat terentaskan masalahnya. Fungsi-fungsi
lain, yaitu fungsi pemahaman dan fungsi pemeliharaan/pengembangan pada dasarnya juga bersangkut paut dengan
permasalahan pada diri klien. Fungsi pemahaman memungkinkan individu memahami berbagai informasi dan aspek
lingkungan yang dapat berguna untuk mencegah timbulnya masalah pada diri klien, dan dapat pula bermanfaat
didalam upaya pengentasan masalah yang telah terjadi . demikian pula fungsi pemeliharan dapat mengarah pada
tercegahnya ataupun terentaskannya masalah-masalah tertentu. Dengan demikian konsep orientasi masalah
terentang seluas daerah beroperasinya fungsi-fungsi bimbingan, dan dengan demikian pula menyusupi segenap jenis
layanan kegiatan bimbingan dan konseling.