Anda di halaman 1dari 17

Hubungan Bimbingan Konseling dengan IPTEK

| di 01.42

MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BIMBINGAN KONSELING

Seiring kemajuan dan perkembangan zaman, seluruh aspek kehidupan


akan menyesuaikan dengan kemajuan tersebut agar tidak terjadinya
ketimpangan serta ketinggalan dalam mengikuti perkembangan zaman.
Dari masa ke masa kemajuan seluruh aspek kehidupan akan terus
berkembang secara dinamis serta selaras, dari kemajuan tersebut lahirlah
istilah era informasi/global. Dalam era informasi, kecanggihan teknologi
informasi dan komunikasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran
informasi yang cepat tanpa terhambat oleh batas ruang dan waktu.
Teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu pendorong
terjadinya globalisasi, oleh karena itu penguasaan teknologi informasi dan
komunikasi merupakan hal mutlak yang harus dicapai. Teknologi
informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data,
meliputi : memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dengan berbagai cara untuk menghasilkan informasi
yang berkualitas.

Teknologi Informasi (TI) pada zaman sekarang sudah memasuki dunia


pendidikan baik formal maupun semiformal atau pun nonformal. Oleh
sebab itu, seluruh bagian yang terintegrasi oleh pendidikan terutama
pendidikan formal akan dituntut untuk melaksanakan tugasnya dengan
menggunakan teknologi. Begitu pula dengan Bimbingan dan Konseling
(BK) yang menjadi bagian yang terintegrasi oleh komponen pendidikan
formal, dituntut pula menggunakan TI dalam menjalankan program
Bimbingan dan Konseling.
Dalam pelaksanaan BK konvensional masih banyak terdapat kendala yang
terjadi, seperti jumlah konseli yang terlalu banyak sedangkan jumlah
konselor tidak sebanding, terbatasnya waktu yang dimiiki konselor dan
konseli untuk melakukan konseling dan layanan BK lainnya, dan
rendahnya tingkat profesionalitas konselor yang harus ditingkatkan
melalui teknologi. Teknologi dapat membuat kinerja konselor menjadi
lebih cepat, mudah, dan tertangani dalam pelayanan BK sehingga
konselor akan lebih produktif dan lebih profesional. TI memiliki manfaat
dan peranan dalam Bimbingan dan Konseling. Peranan TI dalam BK
sebagai media canggih yang akan mempermudah jalannya suatu
pelayanan BK, sebagai cara untuk meningkatkan keterampilan dan
kreatifitas konselor dalam menyajikan layanan BK yang dinamis sehingga
konseli tidak merasa jenuh dan menganggap BK ketinggalan zaman,
sebagai alat untuk meningkatkan prestise BK pada masyarakat, sebagai
layanan dukungan sistem pada BK agar layanan yang diberikan menjadi
lebih efektif dan efesien, sebagai media untuk mempermudah dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam kegiatan BK, sebagai
media yang dapat meningkatkan produktifitas kinerja konselor, sebagai
media yang mempengaruhi program BK yang lebih modern, sebagai
media untuk menghilangkan masalah jarak dan waktu yang dialami
konselor dan konseli ketika pelayanan BK berlangsung, dan sebagai alat
untuk memperkuat kompetisi terhadap profesi lainnya agar BK tidak
ditinggalkan oleh konseli.
TI juga memiliki manfaat dalam BK, yaitu membantu konselor dalam
mengolah dan menyimpan data konseli secara lebih aman dan data
lainnya yang dibutuhkan dalam BK, membantu konselor untuk melakukan
cyber counseling, membantu konselor untuk mempublikasikan informasi
secara up to date dan lebih luas jangkauannya tanpa harus bertemu
secara face to face, membantu konselor dalam melaksanakan program
agar lebih efektif dan efesien melalui aplikasi khusus tentang instrumen
BK, membantu konselor dalam berkomunikasi dengan konseli dengan
lebih mudah, membantu konselor untuk memperoleh data lebih mudah,
membantu konselor untuk melaksanakan pendekatan dengan konseli
melalui alat komunikasi canggih, mempermudah konselor dalam
menyusun, mencari dan juga mengolah data., membantu konselor dalam
menjaga kerahasiaan suatu data, karena dengan teknologi
memungkinkan untuk menguncinya dan tidak sembarang orang dapat
mengaksesnya, menjadikan teknologi informasi sebagai alat dalam suatu
program kegiatan, sehingga kegiatan tersebut lebih teratur dan
terstruktur, membantu konselor dalam melakukan assesmen terhadap
konseli khusunya pada Inventori Tugas Perkembangan (ITP) dan Analisis
Tugas Perkembangan (ATP) yang sudah dikembangkan, membantu
konselor memberikan pelayanan melalui internet. Dalam aplikasinya
teknologi dan informasi ini lebih diarahkan untuk membantu konseli
dalam pemenuhan kebutuhan informasi terutama ketika seorang konseli
ingin melanjutkan studi ke jenjang selanjutnya. Kelebihan daripada ini,
konseli lebih cepat mengakses semua informasi yang ada dan tidak harus
melakukan proses konseling secara langsung.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam bimbingan dan konseling
memberikan dampak positif dan negative. Dampak positifnya adalah
semakin mudahnya interaksi antara konselor dengan kliennya yang tidak
harus bertatap muka dalam pelaksanaan proses bimbingan dan
konseling. Teknologi informasi juga memudahkan klien untuk
mendapatkan informasi yang dia butuhkan pada saat itu juga. Dalam
proses bimbingan dan konseling masih banyak yang belum mengetahui
pemanfaatan media teknologi informasi untuk menunjang layanan
bimbingan dan konseling. Konselor sekolah tidak semuanya mengerti atau
paham tentang penggunaan internet. Padahal internet merupakan media
yang sangat efektif dalam proses layanan bimbingan dan konseling.
Untuk itu, perlu adanya suatu sosialisasi untuk meningkatkan kinerja
konselor di sekolah dalam hal memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi agar nantinya bidang bimbingan dan konseling tidak lagi
menjadi bidang layanan yang membosankan dan menjenuhkan. Tidak
hanya konselor yang perlu diberikan sosialisasi. Para konseli yang dalam
hal ini adalah siswa juga perlu diberikan suatu sosialisasi agar kemajuan
teknologi informasi tersebut bisa dimanfaatkan sesuai apa yang
diharapkan. Dengan kata lain, teknologi informasi tersebut tidak
disalahgunakan untuk hal yang negatif.
Jika konselor dan konseli sudah paham akan manfaat dan pentingnya
teknologi informasi dalam menunjang proses layanan bimbingan dan
konseling, maka ke depannya bimbingan dan konseling akan menjadi
suatu bidang pendidikan yang inovatif dan efisien berkat kemajuan
teknologi informasi namun tetap tidak menghilangkan esensi dari layanan
bimbingan dan konseling itu sendiri.

| di 21.07

PENERAPAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI pada BIMBINGAN


DAN KONSELING

BIMBINGAN KONSELING

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya


terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone (1966) menemukakan
bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot,
manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau
mengemudikan). Sedangkan menurut W.S. Winkel (1981) mengemukakan
bahwa guidance mempunyai hubungan dengan guiding : “ showing a
way” (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun),
giving instructions (memberikan petunjuk), regulating (mengatur),
governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan nasehat).

Penggunaan istilah bimbingan seperti dikemukakan di atas


tampaknya proses bimbingan lebih menekankan kepada peranan pihak
pembimbing. Hal ini tentu saja tidak sesuai lagi dengan arah
perkembangan dewasa ini, dimana pada saat ini klien lah yang justru
dianggap lebih memiliki peranan penting dan aktif dalam proses
pengambilan keputusan serta bertanggungjawab sepenuhnya terhadap
keputusan yang diambilnya.

B. Latar Belakang TI BK

Dalam era gelobalisasi seperti saat ini teknologi informasi adalah


suatu hal yang sangat penting dipelajari dan harus dikuasi dengan baik
oleh setiap orang. Konselor yang bertugas sebagai pelaksana bimbingan
dan konseling, harus memenuhi standar utama yaitu memiliki
kemampuan atau kualitas pribadi yang sifatnya profesional demi
tercapainya keberhasilan melakukan layanan bimbingan dan konseling.
Ketika klien berharap atau menuntut kenyamanan dalam proses layanan,
maka konselor seyogyanya memikirkan dan menciptakan cara-cara,
strategi, maupun metode baru dalam pelayanan konseling sehingga
sifatnya inovatif. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pribadi
konselor dalam aspek penguasaan teknologi, pengembangan pemikiran
yang inovatif, serta menghilangkan image negatif di lapangan, yang
mengatakan konselor sebagai polisi sekolah maupun kinerja konselor
sama dengan guru mata pelajaran.

Sementara itu, kehadiran teknologi informasi dalam konteks


bimbingan konseling dapat dijadikan sebagai media baru (new media)
untuk membantu individu mengarahkan diri dan menyelesaikan masalah
dalam hidup. Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat
“multireferensial”. Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya
teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan
komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling.
Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak
memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan
konseling pendidikan.

Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan


perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan
individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan
tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual
(maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan
pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut
kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam
melaksanakan bimbingan dan konseling.

Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran


konselor didalamnya mencakup pula sebagai ilmuwan sebagaimana
dikemukakan oleh McDaniel bahwa konselor adalah seorang ilmuwan.
Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan pengetahuan
dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik berdasarkan hasil
pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian.
Berkenaan dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks
Indonesia, Prayitno (2003) memperluas landasan bimbingan dan
konseling dengan menambahkan landasan paedagogis, landasan religius,
dan landasan yuridis-formal. Landasan paedagogis dalam layanan
bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu: (a) pendidikan
sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah
satu bentuk kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti proses
bimbingan dan konseling; dan (c) pendidikan lebih lanjut sebagai inti
tujuan layanan bimbingan dan konseling.
C. Dasar Pertimbangan Penggunaan TI BK

Penggunaan teknologi informasi khususnya komputer kini sudah


menjadi mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah, mulai sekolah dasar
hingga ke sekolah lanjutan atas dan sekolah kejuruan. Namun demikian
yang paling besar pengaruhnya adalah di Perguruan Tinggi, di mana
hampir semua perguruan tinggi di Indonesia sudah memanfaatkan
teknologi ini dalam perkuliahannya, baik melalui tatap muka maupun
secara online. Sebagai contoh seorang dosen dalam menyampaikan
materinya tidak hanya mengandalkan media konvensional saja,
melainkan sudah menggunakan unsur teknologi di dalamnya. Biasanya
seorang dosen atau guru di PT tertentu dalam menyampaikan materi
kuliah ditampilkan dalam bentuk slide presentasi dengan bantuan
komputer.

Dengan teknologi ini mahasiswa atau siswa bisa mengikuti mata


kuliah dengan baik, karena materi yang disampaikan selain mengandung
materi yang berbobot juga mengandung unsur multimedia yang bisa
menghibur. Di mana dengan bantuan komputer yang dihubungkan
dengan multimedia projector seorang dosen tidak perlu menekan tombol
keyboard atau papan ketik melainkan cukup menekan remote control
yang dipegangnya.

Saat ini, kecanggihan teknologi informasi telah memungkinkan


terjadinya pertukaran informasi yang cepat tanpa terhambat oleh batas
ruang dan waktu. Kemajuan suatu bangsa dalam era informasi sangat
tergantung pada kemampuan masyarakatnya dalam memanfaatkan
pengetahuan untuk meningkatkan produktifitas. Karakteristik masyarakat
seperti ini dikenal dengan istilah masyarakat berbasis pengetahuan
(knowledge-based society). Siapa yang menguasai pengetahuan maka ia
akan mampu bersaing dalam era global. Oleh karena itu, setiap negara
berlomba untuk mengintegrasikan media seperti teknologi informasi
dengan tujuan dapat bersaing dalam era global.
Bimbingan dan Konseling sebagai suatu proses pemberian bantuan
kepada individu (siswa), dapat dilaksanakan melalui berbagai macam
layanan. Saat ini layanan tersebut semakin berkembang, tidak hanya
dapat dilakukan dengan tatap muka secara langsung, tapi juga bisa
dengan memanfaatkan media atau teknologi informasi yang ada.
Tujuannya adalah menjadikan proses bimbingan dan konsling lebih
menarik, interaktif, dan tidak terhambat oleh ruang dan waktu, tetapi
tetap memperhatikan azas-azas dan kode etik dalam bimbingan dan
konseling.
http://bintikhusnulkhotimah.blogspot.com/

MOS SMK PARIWISATA KOTA CIREBON

Posted on Juli 26, 2011 by Bimbingan dan Konseling

Standar

Sering rasanya kita mendengar kata mos, apalagi saat tahun ajaran baru
di mulai. Namun, apakah arti Mos sebenernya ? , Ya MOS itu singkatan
dari Masa Orientasi siswa dan secara keseluruhan Mos memiliki arti
sebagai menguji mental siswa, dan kegiatan adaptasi siswa. “ Mos itu
buat have fun, nambah teman dan wawasan”menurut ketua OSIS kita
Dina Mulyaningsih .
Kegiatan Mos di SMK PARIWISATA diadakan pada tanggal 14 -16 juli 2011
lalu. Persiapan sudah dilakukan panitia selama satu bulan sebelum hari H.
Panitia inti dalam kegiatan ini terdiri dari 20 orang yang seluruhnya anak
OSIS, namun karena murid tahun sekarang Alhamdulillah banyak,
sementara panitia kurang SDM, Sehingga osis melibatkan MPK dan
PRAMUKA untuk membantu dalam kegitan Mos ini.

Kegiatan Mos diadakan di sekolah dan di Bima, kegiatan Mos di sekolah


dimulai dengan upacara pembukaan kegiatan dan resmi di buka oleh
kepala sekolah kita bapak Drs. Koswara Ma’mun, M. Pd pada hari kamis
14 juli 2011 kemarin, ±sekitar pukul 07:00 Wib.

Setelah upacara selesai para peserta Mos memasuki kelas dan


melanjutkan agenda acara di buka dengan tilawah terlebih dahulu, tetapi
ada sebagian peserta yang masih baris dilapangan lantaran telat dan
tidak memakai astribut lengkap. Peserta mendapatkan hukuman dari
panitia yaitu membersihkan lingkungan sekolah, meskipun kelihatan
begitu ringan. Namun,hukuman ini agar dapat menanamkan kepedulian
siswa terhadap Lingkungan sekitar.

Kegiatan didalam kelas berisi tentang pengenalan panitia, pengenalan


peserta Mos, perkenalan program sekolah dan pengenalan eskul dan
jurusan serta system belajar di SMK. Sementara kegiatan di luar kelas
berisi tentang apél, olahraga, game, dan pramuka.

Dari sekolah kita jalan menuju lapangan Bima untuk melakukan kegiatan
Olahraga yang dipimpin oleh pak Ikmal, olah raga ini berupa Lari 400
meter mengelilingi lapangan Bima 1x putaran penuh. Tetapi pada saat
melaksanakan olah raga lari tersebut, ada beberapa siswa yg pingsan,
dan akhir nya siswa yang pingsan tersebut langsung di bawa ke UKS oleh
beberapa panitia. Setelah olah raga lagi selesai, akhir nya seluruh siswa
langsung kembali ke sekolah untuk istirahat terlebih dahulu sebelum
memulai kegiatan selanjutnya. Setelah selesai istirahat kegiatan langsung
di lanjutkan dengan PASKIBRA dan PKS. Kemudian kegiatan di lanjutkan
dengan demo ekskul PRAMUKA yang diperagakan oleh kakak kelas dari
PRAMUKA. setelah melihat demo PRAMUKA .

https://bksmkpariwisata.wordpress.com/2011/07/26/119/

Asas Bimbingan dan Konseling

Posted by' Haryanto, S.Pd onJuly 12, 2010

Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan


konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip
tertentu, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan.
Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan
dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan
pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan
pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.

Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan


sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan
konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka
penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-
sendat atau bahkan terhenti sama sekali.

Asas- asas bimbingan dan konseling tersebut adalah :


1. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut
dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang
tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru
pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga
semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-
benar terjamin,
2. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan
dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani
layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing
(konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan
kesukarelaan seperti itu.

3. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik


(klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka
dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan
tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi
dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.
Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan
keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau
terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat
dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.

4. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik


(klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di
dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing
(konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk
dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan
kepadanya.

5. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum


bimbingan dan konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai
sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan
menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal
diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing
(konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan
bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta
didik.

6. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran


layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang
dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa
lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki
keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik
(klien) pada saat sekarang.

7. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan


terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu
bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.

8. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai


layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan
oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi
dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan
konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-
baiknya.

9. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap


layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada
norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat,
ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku.
Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati
dan mengamalkan norma-norma tersebut.

10. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan


dan kegiatan bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar
kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga
yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling.
Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik
dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.

11. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar
pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-
tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing
(konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-
guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru
pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan kasus kepada
pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga
sekolah maupun di luar sekolah.

12. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat
menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan
dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta
didik (klien) untuk maju.

http://belajarpsikologi.com/asa-bimbingan-konseling/

PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN (MENGKAJI MODEL-MODEL


PEMBELAJARAN YANG LEBIH BERORIENTASI PENGEMBANGAN
INDIVIDU)
Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk
menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu. Dengan kata
lain, pembelajaran merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal dan
sengaja dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar internal
dalam diri individu (Pribadi, 2010, hlm. 10).

Definisi lain tentang pembelajaran dikemukakan oleh Smith dan


Ragan (dalam Pribadi, 2010, hlm. 9) mengatakan bahwa pembelajaran
merupakan pengembangan dan penyampaian informasi dan kegiatan
yang diciptakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan yang spesifik.

Bimbingan merupakan pemberian bantuan oleh seseorang kepada


orang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian dan pemecahan
permasalahan. Bimbingan bertujuan membantu seseorang agar
bertambah kemampuan bertanggungjawab atas dirinya (Sukardi, 1983
hlm. 65)

Definisi tentang pembelajaran berbasis bimbingan dikatakan oleh


Mariyana yang berpendapat bahwa pembelajaran berbasis bimbingan
merupakan sebuah model pembelajaran yang dirancang berdasarkan
pemahaman terhadap bimbingan, dengan memperhatikan pemahaman
terhadap anak dan cara belajarnya. Maka ketika pembelajaran berbasis
bimbingan dilaksanakan di TK, pelaksanaannya terintegrasi dan menjadi
bagian yang terpadu dalam program kegiatan belajar TK secara holistik
serta berdasarkan pada konsep pembelajaran berbasis bimbingan yang
sesuai untuk anak TK.

Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008, hlm. 2), pembelajaran


berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
1. Diperuntukkan bagi semua murid
2. Memperlakukan murid sebagai individu yang unik dan sedang
berkembang
3. Mengakui murid sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan
4. Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secara
menyeluruh dan optimal
5. Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung
aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas murid sesuai dengan
norma-norma kehidupan yang dianut.

Menurut Biduman (2009), dalam mengikuti pembelajaran berbasis


bimbingan, diharapkan peserta didik memperoleh beberapa kesempatan
berikut:

1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugastugasnya


2. Mengenal dan memahami potensi-potensi yang ada di lingkungannya
3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana
tercapainya tujuan tersebut
4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri
5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, lembaga
tempat bekerja dan masyarakat
6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan lingkungannya
7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara
tepat dan teratur secara optimal

Biduman juga mengatakan beberapa prinsip yang digunakan dalam


pembelajaran berbasis bimbingan yaitu:

1. Didasarkan pada needs assessment


2. Dikembangkan dalam suasana membantu (Helping Relationship)
3. Bersifat memfasilitasi
4. Berorientasi pada:

>Learning to be (belajar untuk menjadi)

>Learning to learn (belajar untuk belajar)

 >Learning to work (belajar untuk bekerja dan berkarir)

 >Learning to live together (belajar untuk hidup bersama)

5. Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal

Pembelajaran berbasis bimbingan sejalan dengan pembelajaran yang


berorientasi pada pengembangan peserta didik. Beberapa model
pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran berbasis bimbingan
yaitu:
1. Model Pemrosesan Informasi (Processing information model)

Model pembelajaran yang termasuk dalam kelompok ini berisikan


modelmodel pembelajaran yang menekankan pada cara seorang individu
dalam memberikan jawaban yang berasal dari lingkungan belajarnya
dengan cara menyusun data, mereformulasikan permasalahan,
membentuk suatu konsep dan rencana pemecahan masalah disertai
penggunaan simbol-simbol verbal dan nonverbal. Kita dapat menemukan
model pembelajaran yang memiliki prinsip yang sama yaitu modelmodel
yang berorientasi pada proses seorang pembelajar dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya, membentuk performansi intelektualnya, dan
melakukan interaksi sosial dan interpersonal (Anonim, hlm. 4).

2. Model Personal (Personal mode)

Kelompok model ini terdiri dari model-model pembelajaran yang


berorientasi pada pengembangan individu. Kelompok model ini
menekankan pada suatu proses yang membantu individu tersebut dalam
membentuk dan menyusun kenyataan yang unik. Jenis model ini
berhubungan erat dengan kehidupan emosional seorang pembelajar
dalam rangka membantunya untuk mengembangkan hubungannya
dengan lingkungannya secara produktif (Anonim, hlm. 4).

3. Model Interaksi Sosial (Sosial interaction model)

Kelompok model interaksi sosial menitikberatkan pada hubungan


seorang individu dengan masyarakat lain atau orang lain dengan cara
mengembangkan kemampuannya untuk melihat suatu kenyataan sebagai
suatu negosiasi (social negotiated). Konsekuensi dari kelompok model
pembelajaran ini adalah untuk membentuk individu agar mampu
berinteraksi dengan masyarakat atau orang lain (Anonim, hlm. 5).

4. Model Perilaku (Attitude model)

Kelompok model pembelajaran ini dibentuk berdasarkan pada teori


umum, yaitu teori perilaku. Salah satu tanda dari model pembelajaran ini
yaitu memberikan refleksi tentang pemecahan tugas belajar terhadap
sikap yang dilakukan secara bertahap. Pembelajaran diarahkan pada
perubahan perilaku seseorang dan perubahan tersebut mesti diobservasi.
Jenis-jenis model perilaku di antaranya teori pembelajaran, teori
pembelajaran sosial, perubahan sikap dan terapi sikap (Anonim, hlm. 5).

5. Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya (MPTBB)

Model pembelajaran ini dikembangkan untuk meningkatkan apresiasi


siswa terhadap budaya local; desainnya berangkat dari tema budaya lokal
dan dikembangkan berdasarkan pengalaman awal budaya siswa.
Komponen desainnya terdiri atas tema budaya lokal, tujuan integratif,
materi pembelajaran terintegrasi dengan budaya lokal yang relevan,
kegiatan pembelajaran terpadu berbasis budaya, alat-media dan sumber
yang beragam dan kontekstual, serta komponen penilaian yang
menekankan penilaian proses dan hasil; implementasinya terdiri atas tiga
tahap, yakni pengkondisian, penciptaan makna dan konsolidasi; dan
penilaian meliputi penilaian proses dan hasil (Alexon dan Sukmadinata,
2010, hlm. 201)

6. Model Pembelajaran Keterampilan Menulis Terpadu

Mata pelajaran Integrated Writing ini bertujuan untuk membekali


peserta didik dengan keterampilan berbahasa yang terpadu,
sebagaimana yang akan mereka hadapi dalam kehidupan "nyata" baik di
dalam lingkungan akademik maupun dalam lingkup sosial/masyarakat
pengguna dan di dunia kerja. Setelah perkuliahan pebelajar mampu
meringkas, mensintesa, dan mengembangkan bahan-bahan yang
didengar, dibaca dan didiskusikan untuk kemudian menuangkannya
dalam suatu karya tulis dengan tata bahasa, kosakata, dan kaidah
penulisan yang benar. Materi pembelajaran Integrated Writing ini meliputi
materi mendengarkan pembelajaran singkat (Listening to short lectures),
membaca materi atau artikel ilmiah (reading lecture or scientific lexts),
dan mengadakan diskusi kelompok (group discussions) tentang materi
yang baru didengar dan dibaca. Materi listening yang otentik dapat
diperoleh dari bahan (kaset, atau VCD/DVD) yang direkam dari TV
misalnya siaran berita berbahasa Inggris dari BBC, ABC, CNN, atau stasion
TV Nasional untuk tingkat intermediate, atau pidato dan kuliah singkat
untuk tingkat high intermediate sampai advanced. Materi reading dapat
diambil dari artikel ilmiah dari buku teks atau jurnal internasional, artikel-
artikel dari majalah yang terkemuka seperti Times, Newsweek, atau
National Geographic, maupun artikel yang di "download" dari internet.
Pebelajar juga perlu dilatih cara membuat catatan paraphrasing dan
summarizing yang baik, dari bahan audio dan tertulis (Penyelenggara
PLPG Rayon 4, hlm. 172-173).

7. Model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana


pebelajar yang memiliki tingkat kemampuan berbeda belajar bersama
dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dalam menyelesaikan
tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk
memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah
satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran yang
diberikan. Model pembelajaran kooperatif learning ini dikembangkan
untuk mencapai empat tujuan, di antaranya yaitu: hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap perbedaan individu, pengembangan keterampilan
social, serta lingkungan belajar dan system pengelolaan (Penyelenggara
PLPG Rayon 4, hlm. 176-177).

Masih banyak lagi model – model pembelajaran yang belum


disebutkan. Kebanyakan dari model – model pembelajaran yang sudah
ada, diciptakan dengan dasar/ berorientasi pada perkembangan peserta
didik yang akhirnya bermuara pada pencapaian tugas perkembangan
peserta didik tersebut. Adanya model yang bermacam – macam,
memberikan kebebasan guru untuk memilah model – model yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diampunya, sasaran pembelajarannya
(peserta didik), serta lingkungan sekitar/suasana belajar yang ada.

IMPLIKASI

Setelah mempelajari materi ini, sebagai calon guru mungkin merasa


diingatkan kembali untuk memilah – milah model pembelajaran yang
sesuai dengan materi yang diajarkan dan sasaran belajarnya (peserta
didik) nantinya. Dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran,
guru harus mempertimbangkan kesesuaian antara tugas perkembangan
peserta didik, materi yang diajarkan, serta lingkungan sekitar peserta
didik.

Peran guru adalah sebagai pendidik. Oleh karena itu, tugas seorang
guru di dalam kelas bukan hanya untuk menyampaikan materi saja
dengan asumsi bahwa materi tersebut dapat dicerna oleh peserta
didiknya atau tidak, kemudian peserta didik yang diajarnya memperoleh
nilai 100 (atau bahkan tidak peduli juga dengan peserta didik yang gagal
akan mata pelajaran yang diampunya). Tugas guru yaitu untuk membantu
peserta didiknya untuk mencapai pada tugas perkembangan yang
seharusnya dipenuhi oleh peserta didik tersebut dengan tanpa
mempersulit peserta didik (dalam pencapaian tugas perkembangannya),
apabila peserta didik menemukan permasalahan di tengah proses
pencapaian tugas perkembangannya, guru membantu peserta didik untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan mempertimbangkan asas
kemandirian pada peserta didik. Dalam pelaksanaannya, tentunya guru
mata pelajaran harus membantu pencapaian tugas perkembangan
peserta didik dengan mata pelajaran yang diampunya. Harapannya,
pembelajaran yang dilakukan seorang guru yang berorientasi pada
perkembangan siswa ini dapat menciptakan individu yang berkembang
secara optimal; dapat mengembangakan potensi yang dimilikinya
seoptimal mungkin; dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar;
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya saat ini dan pada masa
yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Alexon dan Nana Syaodih Sukmadinata. 2010. Pengembangan Model


Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya untuk meningkatkan Apresiasi
Siswa terhadap Budaya Lokal. Jurnal : 2 hlm. 201

Anonim. Tanpa tahun. Kajian Pustaka: Perancangan Model Pembelajaran.


Tanpa Kota. Tidak diterbitkan

Biduman, N. 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Bimbingan. Bandung:


Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung

Mariyana, Rita. (tanpa tahun). Kompetensi Guru dalam Pembelajaran


Berbasis Bimbingan di Taman Kanak – Kanak (Studi Deskriptif terhadap
Guru TK di Bandung). [Jurnal]. Tidak diterbitkan

Mariyana, Rita. 2008. Implementasi Program Pembelajaran Berbasis


Bimbingan di TK. [Artikel Penelitian]. Tidak diterbitkan

Penyelenggara Sertifikasi Guru (PLPG) Rayon 24. Tanpa tahun. Model


Pembelajaran Efektif di Sekolah Dasar. Makassar: Universitas Negeri
Makassar

Pribadi, Benny Agus. 2010. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Dian Rakyat

Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah.


Surabaya: Ussana Offect Printing
http://suroyyalailatunnajjah.blogspot.com/2015/04/pembelajaran-
berbasis-bimbingan.html

Anda mungkin juga menyukai